Anda di halaman 1dari 28

PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM PERSYARAFAN

Tugas Mandiri Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Di susun oleh:

SILMI NURHAMIDAH

18200000017

PROGRAM NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas individu makalah yang berjudul “ Pemeriksaan
Fisik Sistem Persyarafan “ . shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
nabi besar alam kita yaitu, Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk
melengkapi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB).

Penulis menyadari bahwasaannya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Aamiin.

Cianjur, 26 Oktober 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme system saraf, lingkungan internal
dan stimulus eksternal di pantau dan diatur. System saraf mengkoordinasi, menafsirkan
dan mnegontrol interaksi. System tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan
aktivitas system-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai
unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
bahasan, ingatan, sensai dan gerakan.
System saraf juga berperan dalam iritabilitas atau kemampuan untuk mennaggapi
rangsangan. Kemampuan khsuus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus,
dan konduktivitas, atau kemampuan untuk menstranmisi suatu proses terhadap stimulasi,
di atur oleh system saraf dalam tiga cara utama. Yaitu, input sensorik, aktivitas
integrative dan output motoric.
Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting yaitu susunan saraf pusat atau sistem
serebrospinal dan susunan saraf otonom yang mencakup susunan saraf simpatik dan
susunan saraf parasimpatik. Susunan saraf pusat terdiri atas otak, sumsum tulang
belakang dan urat-urat saraf atau sarf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang
belakang yang disebut urat saraf perifer (urat saraf tepi).
Tubuh manusia terdiri atas berbagai organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi
tertentu yang berbeda. Pengaturan atau koordinasi sangat penting untuk mengatur organ-
organ tubuh tersbut agar dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dalam makalah ini
akan dibahas tentang anatomi dan fisiologi sistem persarafan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Sistem Persarafan pada manusia?
2. Bagaimana Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron?
3. Bagaimana Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron?
4. Bagaimana Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinali
5. Bagimana Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri?
6. Apa saja Reseptor – Reseptor Sensorik?
7. Apa yang dimaksud dengan Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri,
nyeri kepala dan suhu)?
8. Apa yang dimaksud dengan Mata serta Sifat Optik Mata dan bagaimana Fisiologi
Penglihatan?
9. Bagaimana Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri?
10. Apa Fungsi Motorik Medulla Spinalis?
11. Bagaimana anatomi dan fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis?
12. Bagaimana anatomi dan fisiologi Korteks Serebri?
13. Bagaimana Aktivitas Otak ?
14. Apa yang dimaksud dengan Sistem Saraf Otonom dan bagaimana struktur dan fungsi
Saraf Simpatis?
15. Bagaimana Fisiologi Aliran Darah Otak, Cairan Serebrospinal, dan Metabolisme
pada otak?
      
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Saraf


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal
dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau
sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi
suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :
Input Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor,
yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor
viseral).
Antivitas Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang
menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan
menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa
terjadi.
Output Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang
sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.
Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan atas 2
divisi anatomi yaitu
1. Sistem Saraf Pusat ( sentral ) terdiri dari otak dan medulla spinalis ( sumsum tulang
belakang) yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
2. Sistem Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini
terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal. Yang menghubungkan otak dan medulla
spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi
menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a. Saraf Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke Sistem
Saraf Pusat
b. Saraf Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.
Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi :
a) Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal
dan pembentukan respons motorik volunter pada otot rangka.
b) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada
otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf
melalui dua jalur .
 Saraf Simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla
spinalis
 Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla
spinalis.
 Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki
inervasi simpatis dan parasimpatis.
B. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron
Neuron atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf.
Neuron mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan kemampuan
eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon ransangan dengan sangat
baik. Neuron terdiri atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya berbeda antara satu
dengan yang lain. Di otak terdapat sekitar 100 milliar neuron dan sel  glial. Neuron
berkomunikasi melalui persimpangan neuron yang disebut sinapsis. 
            Bagian - bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut:
Badan Sel atau Perikarion, yaitu suatu neuron yang mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron serta berfungsi untuk menerima impuls (ransangan) dari dendrit dan
meneruskan ke Akson (neurit). Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
a. Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti kompleks
golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.
b. Badan nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta
berperan dalam sintesis protein.
c. Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
1) Dendrit, adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek,
serta berfungsi dendrit berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
Permukaan dendrit penuh dengan Spina dendrit yang dikhususkan untuk
berhubungan dengan neuron lain.
2) Akson, adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel
lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Akson memiliki bagian-bagian spesifik. Bagian-bagian akson adalah sebagai
berikut:
3) Neurofibril : Neurofibril adalah bagian terdalam dari akson, berupa serabut-
serabut halus. Bagian-bagian pada akson inilah yang mempunya tugas pokok atau
funsi yaitu untuk meneruskan impuls
4) Selubung Mielin : Selubung mielin merupakan bagian yang tersusun atas sel-sel
pipih yang juga disebut dengan sel Schwann. Selubung Mielin adalah bagian
paling luar dari akson. Fungsi Selubung Mielin adalah untuk melindungi akson.
Selain dari itu, selubung mielin memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.
5) Nodus Ranvier : Nodus ranvier adalah bagian akson yang menyempit dan tidak
dilapisi oleh selubung mielin. Bagian dari akson ini tersusun dari sel-sel pipih.
Dengan adanya bagian-bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku.
Fungsi nodus ranvier adalah sebagai loncatan untuk mempercepat impuls saraf ke
otak atau sebaliknya.
6) Sel Schwann : Sel Schwann merupakan sel yang menjadi pembungkus selubung
mielin. Sel Schwann memiliki fungsi untuk menghasilkan lemak berkali-kali
hingga terbentuklah selubung mielin. Fungsi dari sel schwann sendiri adalah
untuk mempercepat pergerakan rangsangan, membantu dalam menyediakan
persediaan makanan untuk akson dan juga membantu neurit dalam melakukan
regenerasi.
C. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron
a. Susunan Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
1. SSP (Sistem Saraf Pusat)
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga
tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak
adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak
dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah cerebrum,
mesenchepalon, dienchephalaon, thalamus, lobus frontalis, lobus temporalis,
lobus parientalis, lobus oksipitalis, pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan
lapisan piameter.
1. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang
tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari
otak dan medula spinalis.
2. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari
lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut
dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.
3. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
2. SST (Sistem Saraf Tepi/Perifer)
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua
bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu:
a. Sistem saraf sadar/somatic
Sistem saraf sadar/somatik merupakan sistem saraf yang kerjanya
berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak. Bedakan menjadi dua yaitu:
1) Sistem saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak
dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf,
2) Sistem saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf yang berpusat pada
medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf
yang terbagi sepanjang medula spinalis. 31 pasang saraf medula spinalis.
b. Sistem Saraf Tak Sadar
Sistem saraf otonom, mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ
tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
1. Sistem saraf simpatik, Disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena
saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan
ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang
terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah,
memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan
sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin.
2. Sistem saraf parasimpatik, disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral.
Susunan saraf parasimpatik berupa jarring-jaring yang berhubung-
hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya
menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem
saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik
akan memperlambat denyut jantung(Suyitno, 2007: 34-40).
c. Klasifikasi Neuron
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya
yaitu:
1. Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke sistem saraf pusat.
2. Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
3. Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam
sistem saraf pusat. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya yaitu :
1. Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla
spinalis, masuk dalam golongan ini.
2. Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3. Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi
neuron ini sebenarnya bipolar
D. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal Cord)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak
kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan.
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area
bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
a. Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa
disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak.
Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini
adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks
dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf
tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda
melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. 31 pasang
saraf spinalis terdiri dari :
1. Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang berjumlah 7 buah dan membentuk
daerah tengkuk.
2. Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada.
3. Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang.
4. Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
5.  Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)
b. Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak
sedangkan sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak
diatur oleh kerja otak seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat,
gerak peristaltic usus, dan lain-lain. Selain itu fungsi sumsum tulang belakang adalah
sebagai berikut:
1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori
ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2. Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang
belakang juga biasa disebut saraf refleks.
3.  Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala
E. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri
Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area sensorik korteks yang terdiri dari:
1. Area Sensorik Primer, terdapat dalam girus postsentral disini neuron menerima
informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan
propriosepsi dari tubuh.
2. Area Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan menerima informasi dari retina
mata.
3. Area Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus temporal , menerima implus saraf
yang berkaitan dengan pendengaran.
4. Area Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial lobus temporal, berkaitan
dengan indera penciuman.
5. Area Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus parletal dekat bagian inferior
girus postsentral , terlibat dalam persepsi rasa.
F. Reseptor – Reseptor Sensorik
Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi rangsangan
sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor
ini mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan
sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan
kekhususan tinggi. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk
energi di lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang
terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung reseptor.
1. Sumber ( lokasi ) sensasi
a. Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak
pada atau di dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada
kulit dan suhu, penciuman, penglihatan, serta pendengaran.
b. Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga
mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian
tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus
otot, dan ekuilibrium.
c. Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan
pembuluh darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah
stimulus yang tejadi akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan
sirkulasi.
2. Jenis Reseptor Sensorik
a. Mekanoreseptor, reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensorik yang
mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor ( misalnya, kulit,
otot rangka, persendian, dan organ viseral )
b. Termoreseptor, mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu
dingin dan panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan
berubahan suhu dalam darah
c. Nosiseptor, mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun
kerusakan kimia , terdapat hipotalamus otak.
d. Reseptor Elekromaknetik, mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata.
Perubahan cahaya akan membuat perubahan gelombang spektrum
elektromaknetik.
e. Kemoreseptor, mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar
oksigen dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida,
dan faktor bahan kimia tubuh.
3. Distribusi Reseptor
a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.
b. Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.
4. Ujung Reseptor Sensorik
Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam
kulit,jaringat ikat, dan pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan
ringan, dan suhu.
b. Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di
kulit, otot, tendon, persendian, dan organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul.
a) Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel ini
banyak terdapat pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.
b) Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.
c) Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan
memantau tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan
palntar kaki.
d) Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap
tekanan sentuhan, kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.
e) Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan tegangan ) dalam
otot dan organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon
G. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)
a. Sensasi Somatik
Kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada
pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri
dapat di alihkan Dari suatu bagian tubuh yang lain. nyeri adalah suatu mekanisme
protektif bagi tubuh yang timbul bila jaringan sedang rusak yang menyebabkan
individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Sifat nyeri:
1. Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit dirasakan daerah kulit
mengalami iritasi kuat.
2. Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis nyeri
yang paling kuat menyebabkan penderitaan.
Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas yang tersebar
luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak dipersarafi secara
luas oleh ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah. Setiap kerusakan
jaringan yang tersebar menyebabkan pegal pada saerah ini. Perangsangan sangat
ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat dengan anastesi atau dengan menekan
saraf fenomena geli atau gatal akan lenyap. Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui
reflex menggaruk dan berkurangnya gatal dapat bangkitkan melalui refleks
menggaruk dan berkurangnya gatal dapat terjadi dengan menggaruk,garukan yang
kuat menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa
kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan
visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk
modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis
kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang menyebabkan nyeri hebat.
Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga
menyebabkan peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada atau
rongga perut dihantarkan melalui serabut saraf sensoris yang berjalan dalam simpatis
nyeri spastik dalam bentuk kejang dan terjadi secara ritmis, tiap beberapa menit
menyebabkan nyeri otot iskemik.
Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-struktur
dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan di dalam otak,
sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak
dapat menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.
Macam-macam nyeri kepala:
1. Nyeri kepala pada meningitis: Salah satu nyeri kepala terhebat yang disebabkan
oleh penyakit meningitis (peradangan selaput otak).
2. Nyeri kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan fenomena
vaskuler, hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral, atau halusinasi
sensoris lain.
3. Nyeri kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras alcohol, menimbulkan
toksik terhadap jaringan langsung mengiritasi dan menyebabkan nyeri serebral.
4. Nyeri kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik diabsorpsi yang
menimbulkan perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma untuk
sementara waktu dalam dinding usus, dan buruknya aliran darah ke kepala
menimbulkan nyeri kepala.
5. Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung: Membran mukosa hidung dan sinus
nasal iritasi menyebabkan nyeri alih ke belakang mata, permukaan frontal dahi,
dan kulit kepala
6. Nyeri kepala gangguan mata: Kesulitan dalam memfokuskan mata menyebabkan
kontraksi berlebihan otot silaris berusaha mendapatkan penglihatan yang lebih
jelas meskipun otot ini sangat kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri
kepala retro-orbital.
b. Sensasi Suhu
Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif
dingin dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke
panas membakar. Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor
dingin, reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan
reseptor nyeri panas). Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah
kulit. Pada titik yang terpisah masing-masing mempunyai diameter stimulasi sekitar
1mm. Pada bagian terbesar tubuh jumlah reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor
dingin.
Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang
dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat . Pada menit pertama
secara progresif lebih lambat selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak
seluruhnya. Bila suhu kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika
suhu meningkat secara aktif ia merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan
pada suhu yang sama.
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu
mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat
Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung,
tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri,
dengan memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas
atau ke bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat
s4h4 yang panjang menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis.
Beberapa isyarat dihantarkan ke korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu
neuron dalam daerah sensoris somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin
dan hangat dalam daerah kulit tertentu.
H. Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang
mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a. Struktur Mata
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior
tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan
untuk ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian
depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan tersusun dari :
a. Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah
refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk
memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
b. Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot meleka pada ligamen suspensorik,
tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak
dekat di depan mata.
c. Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian mata
yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis
serta sirkulasi yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya
untuk dapat masuk ke interior mata.
3. Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.
Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses
penuaan.
4. Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga yaitu rongga
interior dan rongga posterior.
a. Rongga Anterior terbagi menjadi dua ruang
1. Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang
Posterior terlatak di depan lensa dan di belakang iris.
2. Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi
prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
Aqueous mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
3. Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk mempertahankan
bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat , tekanan akan
meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan , suatu kondisi yang
disebut glaukoma.
b. Rongga Posterior, terletak di anatara lensa dan retina dan berisi viterus
humor. Semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan
bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Retina (lapisan dalam mata), adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini
terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, da lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar: pada retina melekat pada lapisan koroid . lapisan
ini lapisan tngga sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan
berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal
berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin
b. Lapisan jaringan saraf dalam ( optikal ), yang terletak bersebelahan dengan
lapisan terpigmentasi , adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai
jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1) Sel batang dan Kerucut, adalah reseptor fotosensitif yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.
2) Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel
batang dan sel kerucut ke sel – sel ganglion.
3) Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada regia khusus
dalam retina untuk membentuk saraf optic
4) Sel Horizontal dan Amakrin, merupakan sel lain yang ditemukan dalam
retina. Sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral.
5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel
batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu
impuls daraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik
melalui kedua lapisan sel saraf.
c. Bintik Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada
fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat
cahaya jatuh ke area ini.
d. Lutea buta, adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e. Fovea Makula, adalah pelekukan sentral makula yang tidak memilik sel
batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual
mata, bayangan yang terfokus disini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam
oleh otak.
f. Jalur visula ke otak
1) saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata
dan bergabung tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma
optik.
2) Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian
temporal ( lateral ) setiap retina tetap berada di sisi yang sama sementara
serabut neuron yang ebrasal dari separuh bagian nasal ( medial ) setiap
retina menyilang ke sisi yag berlawanan.
3) Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang
memanjang untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi
lateral talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.
4) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan
nuklei pratektum untuk berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan siliaris.
c. Karakteristik atau Sifat Optik Mata
1. Refraksi, adalah defleksi, atau pembelokan , berkas sinar saat melewati
salah satu medium menuju medium lain yang memiliki densitas optik
berbeda. Semakin koveks suatu permukaan , maka akan semakin reflaktif
dayanya.
a. Kornea: bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan
merupakan alat penyesuaian kasar pada mata
b. Lensa: berperan dalam sebagian besar aktivitas refraktif yang tersisa
dan merupakan alat penyesuaian halus pada mata.
c. Cairan aquosus dan vitreus: bertanggung jawab untuk refraksi
minimal.
2. Akomondasi: adalh proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk
memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam.
a. Lensa Konveks (tebal di tengah dan tipis di perifer) lebih bundar,
mengumpulkan berkas sinar, dan fokusnya pada objek yang dekat.
b. Lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas
sinar, mendatar dan fokusnya pada objek berjarak jauh.
c. Pada emetropia atau akomodasi normal , kontraksi otot siliaris
mengurangi tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang kemudian
menonjol ke luar sehingga semakin konveks , atau membulat untuk
penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris memperkuat tarikan ligamen
suspensorik pada lensa, sehingga semakin memipihkan lensa untuk
penglihatan jauh.
d. Daya akomodasi: suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring
pertambahan usia akibat penurunan elastisitas lensa, yang tidak dapat
menonjol ke luar lagi sebanyak di usia muda. Kondisi seperti ini
disebut presbiopia dan diperbaiki dengan lensa bifocal.
e. Konvergensi: bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu
proses akomodasi dengan memastikan bahwa bayangan dalam kedua
mata jatuh pada bagian koresponden retina.
f. Konstriksi pupil: juga terjadi secara refleks salam proses akomodasi
untuk menampilkan berkas sianr yang paling terbias pada layar dan
memungkinkan pembentukan bayangan yang jelas pada retina.
3. Defek Visual
a. Miopi ( rabun dekat )
1. Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang, atau sistem
lensa yang terlalu kuat, menyebabkan fokus bayangan jatuh pada
titik di depan retina.
2. Akibatnya adalah rabun dekat disebut demikian karena mata hanya
dapat berfokus pada objek yang dekat.
3. Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan di depan
mata, sehingga didapatkan refraksi yang cukup untuk
memfokuskan objek berjarak jauh ke retina
b. Hiperopia ( rabun jauh )
1. Bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau terlalu
lemah mengakibatkan bayangan jatuh dibelakang retina. Sehingga
penglihatan buram terhadap objek yang berjarak dekat.
2. Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang diletakkan di
depan mata sehingga fokus benda jatuh pada retina
c. Astigmatisme
1. Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang, berkas sinar
yang melewati juga tidak terefraksi dengan merata sehingga
bayangan menjadi buram di salah satu lempeng.
2. Astigmatisme dapat diperbaiki dengan lensa khusus yang memiliki
lengkung perbaikan berbeda untuk lempeng yang tepat.
d. Fisiologi penglihatan
1. Rodopsin (visual unggu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel
batang yang memiliki dua sub-unit.
a. Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari
vitamin A. zat ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-
retinal bengkok dan sebuah all-trans retinal lurus.
b. Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah
dengan 11-cis-retinal.
2. Pemutihan rodopsin darin unggu menjadi merah muda terjadi saat
cahaya masuk ke retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang
berkaitan dengan opsin berubah bentuk menjadi bentuk all-trans,
sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
a. Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel
batang (reseptor), yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar
dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke otak melalui
saraf optic.
b. Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na + pada
membran sel batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi
(cahaya). Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk Na+
akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan transmiter
inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidaknterstimulasi.
c. Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++ dari
dalam sel batang menyebabkan saluran Na+ menutup. Karena
konduksi Na+ menurun, maka bagian sel menjadi semakin
negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter inhibitorik
berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.
d. Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan
akibat depolarisasi membran.
3. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans
retinal diubah kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan
opsin. Reaksi ini membutuhkan energi dan enzim.
4. Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya
reaksi ptihan hanya membutuhkan sedikit cahaya.
5. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan
secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki nretina
saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang atau sebaliknya.
a. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan
(kemampuan melihat dalam cahaya redup) sebagian ditentukan
dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis dan
mengumpulkan cadangan rodopsin.
b. Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan
cepat dan hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi
dalam sel batang; mata disebut beradaptasi terhadap terang.
Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang dari cahaya
remang adalah sekitar 20 menit
c. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut)
membutuhkan vitamin A suatu prekursor untuk retinal.
d. Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas
penglihatan akbat degenerasi sel batang dan kerucut.
1) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap
cahaya ber24rang, biasanya terjadi pada tahap awal
defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam
hari ketika hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang
adekuat.
2) Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi
sel kerucut. Pengobatan dengan vitamin A dapat
mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut
belum rusak.
3) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi
sempurna retina dan semua jaringan saraf.
e. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks
pupilaris, untuk menentukan banyak sedikitnya cahaya yang
memasuki bagian interior mata.
6. Penglihatan warna
a. Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar
yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan
penglihatan warna.
b. Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat
pada opsin yang berada dengan opsin dalam sel batang.
c. Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4
sensitif-hijau, sehingga setiap sel kerucutb memiliki sensitivitas
selektif untuk membedakan warna.
d. Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk
potensial aksi juga terjadi dalam sel kerucut. Karena pigmen
iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang redup, maka sel
kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.
I. Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri
Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area sensorik primer, dan
yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi tingkat
tinggi.
1. Area motorik primer pada korteks
a. Area Motorik Primer terdapat dalam glrus presentra. Di sini, neuron (piramidal)
mengendalikan kontraksi vlunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus
piramidal.
b. Area Pramotorik Korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron
(ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang,
seperti mengetik
c. Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini
mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah kiri). Dan
hubungannya dengan kemampuan wicara.
J. Fungsi Motorik Medulla Spinalis
Medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang
dan mengaktifkan respons motorik secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini
terlihat pada kerja reflek spinal untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga
pemeliharaan tubuh. Sebagai pusat perantara,antara susunan saraf tepi dan otak (susunan
saraf pusat). Semua komando motorik volunter dari otak dikomunikasikan terlebih
dahulu pada pusat motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum
mengirimkannya ke otot. Demikian juga sinyal sensoris di medula spinalis. Pada medula
spinalis sinyal sensoris sebagian besar diproses dan diintegrasikan. Oleh karena itu
medula spinalis dikatakan sebagai tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula
spinalis.
K. Serebelum dan Ganglia Basalis
1. Serebelum ( Otak kecil )
Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium
serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum
mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Serebelum dihubungkan
dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior , dengan pons varolli oleh
pedunkulus serebri media dan dengan medulla oblongata oleh pedunkulus serebri
inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer serebri disebut korteks yang disusun oleh
subtansia grisea. Lapisan – lapisan korteks sereberi ini dipisahkan oleh fisura
transverses yang tersusun rapat. Kelompok massa substansia grisea tertentu pada
serebelum tentanam dalam substansia alba yang paling besar dikenal sebagai nucleus
dentatus.
L. Korteks Serebri
Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia
grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut
sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki
fungsi spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman)
membagi korteksn selebri menjadi 47 area bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan
banyak usaha untuk menjelaskan berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area
tersebut.
Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang
kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1. Lamina Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan
permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lappisan yang lebih
dalam.
2. Lamina Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron berbentuk segi tiga
memadati lapisan ini.
3. Lamina Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Diantara sel
piramid terdapat sel-sel granural dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan
superfisial.
4. Lamina Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk bintang berukuran kecil
dengan akson yang pendek mencapai lapisan superfisial
5. Lamina Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang naik mencapai lamina
molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6. Lamina Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak
lurus terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia alba sebagai serat
proyeksi aferent dan asosiasi.
M. Aktivitas Otak atau Kerja Otak
Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai
mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan
dengan akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika,
sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau
ruang, emosi, musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah.
Aktivitas kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.
Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang
berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan,
menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan.
Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang
mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu
banyak berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim
kemarau”. Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan
mengutarakan konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua
merupakan hasil dari penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan.
(Restak, 2004:97). Dengan contoh di atas, dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap
aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu
belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi,
sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Jika seseorang hanya
mengaktifkan salah satu belahan otaknya dalam beberapa aktivitas, terjadi
ketidakseimbangan fungsi kerja otak pada manusia, maka orang tersebut akan mudah
menghadapi kesulitan terutama kesehatan mental yang kurang baik. Seperti yang
dikemukakan DePorter (2004: 38), “Sesungguhnya, jika Anda termasuk kategori otak kiri
dan Anda tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas otak kanan
dalam hidup Anda, ketidakseimbangan yang dihasilkan dapat mengakibatkan Anda
stressdan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk.”
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya
menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas yang memang
membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.
N. Sistem Saraf Otonom
Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti
kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis
persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang
lainya menghambat dan sebaliknya, kedua susunan sitem saraf ini disebut saraf simpatis
dan parasimpatis.
Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah,
dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin.
Regulasi dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis.
1. Saraf Simpatis
Saraf simpatis adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang
(medula spinalis) di daerah dada dan pinggang. Saraf simpatis merupakan bagian dari
sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf
parasimpatik dan umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-
organ tubuh, seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi
pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi
glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres.
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion
keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa
25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
a. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
1. Mempercepat denyut jantung
2. Mempersempit diameter pembuluh darah
3. Memperlambat proses pencernaan
4. Memperkecil bronkus
5. Menurunkan tekanan darah
6. Memperlambat gerak peristaltis
7. Memperlebar pupil
8. Menghambat sekresi empedu
9. Menurunkan sekresi ludah
10. Meningkatkan sekresi adrenalin
2. Saraf Parasimpatik
Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. 
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi saraf parasimpatik
umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa
jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh
tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
simpatik.
 Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut
jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut
jantung. Berikut adalah fungsi dari sistem saraf parasimpatik.
1. Menghambat denyut jantung
2. Memperlebar diameter pembuluh darah
3. Mempercepat proses pencernaan
4. Memperlebar bronkus
5. Menaikkan tekanan darah
6. Mempercepat gerak peristaltis
7. Mempersempit pupil
8. Mempercepat sekresi empedu
9. Menaikkan sekresi ludah
10. Meninurunkan sekresi adrenalin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara anatomis sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat yang terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi yang terdiri dari saraf kranial dan saraf
spinal, sementara secara fungsional sistem saraf dibagi menjadi dua juga yaitu saraf sensorik
dan saraf motorik.  Saraf motorik dibagi lagi menjadi dua divisi yaitu divisi somatic dan dan
divisi otonom , divisi otonom dibagi menjadi dua yaitu simpatis dan parasimpatis. Sel saraf atau
disebut juga neuron adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf, bagian dari jaringan
neuron antara lain : badan sel, dendrit, akson, selubung meilin, badan nissl, neuofibril, nukleus ,
dan sel schwam. Adapun klsifikasifikasi neuron secara fungsional berdasarkan arah transmisi
implusnya yaitu Neuron Sensorik, Neuron Motorik, Interneuron, dan secara struktural
berdasarkan jumlah prosesusnya terdiri dari Neuron multipolar, Neuron Bipolar, dan Neuron
Unipolar.
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf
pusat. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yaitu :  7 Vetebra Servikalis, 12
Vetebra Torakalis, 5 vetebra Lumbalis, 5 vetebra Sakralis dan 4 vetebra Koksigeus.  fungsinya
Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak, Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks, dan
Mengurusi persarafan tubuh.  Lokasi area sensorik dan hubungannya dengan korteks serebri
terdiri dari Area Sensorik Primer, Area Visual Primer, Area Auditori Primer, Area Olfaktori
Primer, Area Pengecap Primer (Gustatory).  Sedangkan lokasi area motorik dan hubungannya
dengan korteks serebri terdiri dari Area Motorik Primer , Area Pramotorik Korteks , Area
Broca . Reseptor Sensorik merupakan mekanisme dasar reseptor yang mengubah rangsangan
sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh
otak. Jenis Reseptor Sensorik terdiri dari mekanoreseptor, termoreseptor, nosiseptor, reseptor,
elekromaknetik, kemoreseptor. Sensasi somatik kemampuan seseorang untuk mendiagonis
berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa
nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan dari suatu bagian tubuh yang lain. Mata adalah
sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang mengubah energi
cahaya menjadi implus saraf.    Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior ,
dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata.
Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Ganglia basalis
merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Adapun korteks serebri adalah
lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat ,
disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ).  Dalam setiap aktivitas otak
yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan
belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan
untuk memberikan gambaran secara visual.   Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi
alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal.
sedangkan Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.
B. Saran
Untuk memahami sistem saraf selain membaca dan memahami materi - materi dari
sumber keilmuan yang ada ( dibuku, internet, dan lain – lain) kita harus dapat mengaitkan
materi – materi tersebut dengan kehidupan kita sehari – hari , agar lebih mudah untuk paham
dan akan selalu diingat.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2012. Anatomi dan Fisiologi:Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan


dan Kebidanan,Ed.4. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2003. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai