Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

MK. DIETETIK PENYAKIT INFEKSI


PRODI S1 GIZI - FT

Skor Nilai :

Enteral Nutrition

Nutrition and Diagnosis-Related Care, Seventh Edition

Silvia Escott Stump. 2011

Kelompok : 1 (Satu)
1. Adistia Widani Putri ( 5183240009 )

2. Afifah Maghfirah Nst ( 5183540009 )

3. Elfriede Aritonang ( 5183540014 )

4. Salsabila Putri Aldira ( 5183540013 )

5. Sheila Alifia ( 5183240010 )

6. Desy Pasaribu (5183240024)

Dosen Pengampu : Rasita Purba, M. Kes


Erni Rukmana, S.Gz., M.Si
Tyas Permatasari, S Gz., M.Si
Mata Kuliah : Dietetik Penyakit Infeksi
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
EXCECUTIVE SUMMARY
Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada pasien
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi
diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau
jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (gastrostomy
dan jejunum percutaneous) (Yuliana, 2009). Teknik pemasangan selang untuk
memberikan nutrisi secara enteral pernah dijelaskan oleh Tuna, M et al. (2013) dalam
penelitiannya yaitu terdapat beberapa teknik untuk memasukkan selang nasoenterik
melalui nasogastric, nasoduodenum, atau nasojejunum, namun sebaiknya
menggunakan teknik PEG (Percutaneous Endoscopic Gastrostomy) karena
komplikasinya lebih sedikit. Teknik lain yang dapat digunakan adalah laparoskopi
jejunustomi atau gastrojejunustomy. Akan tetapi, sebagian besar pasien toleran
terhadap pemasangan selang nasoenteric secara manual (Tuna, M., et al, 2013).
Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian
menggunakan corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan kecepatan
mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian nutrisi secara
bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan syringe pump). Metode intermittent
feeding lebih efektif dibandingkan metode gravity drip, hal ini dilihat dari nilai mean
volume residu lambung yang dihasilkan pada intermittent feeding lebih sedikit
dibandingkan gravity drip yaitu 2,47 ml : 6,93 ml. Hal ini dikarenakan kondisi
lambung yang penuh akibat pemberian secara gravity drip akan memperlambat
motilitas lambung dan menyebabkan isi lambung semakin asam sehingga akan
mempengaruhi pembukaan spinkter pylorus. Efek dari serangkaian kegiatan tersebut
adalah terjadinya pengosongan lambung (Munawaroh, et al., 2012). Volume residu
lambung yang dihasilkan dari nutrisi enteral hingga 500 ml masih dikategorikan
normal karena tidak menimbulkan komplikasi gastrointestinal dan diet volume rasio
(diet yang diberikan) pada pasien yang terpasang ventilator dengan nutrisi enteral
tidak berpengaruh terhadap produksi volume residu lambung (Montejo, et al., 2010).
Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien
mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah. Nutrisi
enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.

i
(Ziegler, 2009). Penelitian lain mengenai banyaknya penggunaan nutrisi enteral bagi
pasien kritis juga dilakukan oleh Jonqueira et al. (2012) bahwa terdapat protocol
tentang pemberian nutrisi bagi pasien kritis dengan algoritma jika hemodinamik
pasien telah stabil, lakukan penghitungan kebutuhan nutrisi dengan memilih
pemberian nutrisi secara enteral. Penggunaan nutrisi enteral juga dapat
meningkatkan status nutrisi pasien, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kim, Hyunjung et al. (2011) pada 48 pasien ICU yang mendapat
enteral feeding adekuat berupa energy selama 7 hari. Status nutrisi pasien-pasien
tersebut meningkat jika dibandingkan dengan pasien yang mendapat enteral feeding
dibawah kebutuhan. Selama perawatan dengan enteral feeding yang adekuat terdapat
penurunan nilai Body Mass Index (BMI), prealbumin dan Percent Ideal Body Weight
(PIBW) (Kim, Hyunjung, et al., 2011).

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena dengan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini dengan tepat
pada waktu yang ditentukan dan dengan sebaik – baiknya.Maksud dari melakukan
tugas ini yaitu untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Dietetik
Penyakit Infeksi, diharapkan agar Critical Book Reportini dapat memberikan ilmu
tambahan bagi pembaca.

Kami sangat menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, Critical
Book Reportini tidak akan selesai sesuai dengan baik dan juga lancar. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua kami yang selalu mendoakan keberhasilan kami
2. Kepada dosen pengampu, Ibu Rasita Purba, M. Kes, M.Si, ibu Erni Rukmana,
S.Gz., M.Si dan ibu Tyas Permatasari, S.Gz., M.Si.

Dan tentunya kami sangat menyadari bahwa Critical Book Reportini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi perbaikan yang akan datang. Kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat dan yang pastinya dapat memenuhi harapan dari
berbagai pihak.

Medan, 1 November 2020

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

EXCECUTIVE SUMMARY i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Rasionalitas Pentingnya CBR 1
B. Tujuan CBR 1
C. Manfaat CBR 1
D. Identitas Buku 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU 4

BAB III PEMBAHASAN 10


A. Pembahasan Isi Buku 10
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku 12

BAB IV PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Critical Book Reporttermasuk salah satu bentuk penugasan yang penting
dalam kurikulum KKNI yang berlaku di Prodi Gizi, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan.Tujuan dari Critical Book Reportadalah untuk mempermudah
dalam membahas inti dari buku yang dibahas terkait materi dalam mata kuliah
yan bersangkutan.Critical BookReport juga bertujuan untuk membantu dalam
menyediakan ringkasan isi buku yang dapat menjadi referensi dalam pemilihan
buku. Karena hal tersebut, maka tugas ini dibuat agar mempermudah memahami
isi dari buku yang akan dibahas terkait dengan Dietetik Penyakit Infeksi.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI yaitu pada Critical Book
Report.
2. Menambah kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari buku.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis buku.
4. Menguatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis
buku.
5. Mengetahui penerapan dietetik pada penyakit infeksi.
6. Mengetahui penerapan dietetic yang benar pada enteral nutrition.
C. Manfaat
1. Terpenuhinya salah satu bentuk penugasa KKNI Critical Book Report.
2. Bertambahnya kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari suatu buku.
3. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam menganalisis buku.
4. Semakin kuatnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis
buku.
7. Semakin memahami penerapan dietetik pada penyakit infeksi.
5. Semakin memahami penerapan dietetic yang benar pada enteral nutrition.

D. Identitas Buku
Buku Utama
 Judul : Nutrition and Diagnosis – Related Care
2

 Pengarang/editor : Sylvia Escott-Stump, MA, RD, LDN


 Penerbit : Wolter Kluer
 ISBN : 978-1-60831-017-3
 Kota terbit : China
 Tahun terbit : 2011

Buku Pembanding
 Judul : Nutrition & Diet Therapy
 Pengarang/editor : Ruth A. Roth, MS, RD
 Penerbit : Cengange Brain
 ISBN : 1 – 4354 – 8629 – 3
 Kota terbit : America
 Tahun terbit : 2019
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Buku Utama
Buku dengan judul “Nutrition and Diagnosis-Related Care, Seventh
Edition” diterbitkan di tahun 2011.Subbab yang dibahas dalam buku ini
yaitu mengenai “Enteral Nutrition” atau metode enteral.
Metode enteral merupakan metode terapi gizi bagi pasien dengan
kesulitan makan melalui oral atau mulut namun masih memiliki system
pencernaan yang baik. Metode enteral melibatkan terapi gizi melalui
selang nasogastric atau disebut NG, selang orogastrik atau disebut OG,
gastrostomi, nasoduodenal atau nasoenteric feeding, atau jejunostomy.
Metode ini lebih ekonomis, namun dapat terjadi okulasi tuba yaitu infeksi
pada tempat gastrostomi atau jejunostomi, hiperglikemia, azotemia, jika
penempatan salah serta terjadinya ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Metode enteral secara dini bermanfaat jika pasien stabil secara
hemodinamik, tergantung di mana selang harus dipasang.Volume
lambung menjadi pengukuran terkait tingkat toleransi metode
enteral..Ahli gizi yang berhak melakukan metode ini harus lulus dan
mendapatkan sertifikat Certified Nutrition Support Clinician (CNSC).Dan
prtik metode enteral dipublikasina oleh ASPEN tahun 2009.
Tujuan dari intervensi metode enteral yaitu mencegah atau
mengembalikan keadaan malnutrisi, cachexia, gangguan kekebalan, dan
hilangnya massa tubuh tanpa lemak terkait ke kondisi baik. Resep yang
digunakan memenuhi kebutuhan akanprotein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral, dan air yang cukup.Metode ini dilakukan mulai dari 24 –
48 jam awal pasien seteah cidera.Rekomendasikan atau pilih tabung
makanan dan lokasi berdasarkan kondisi klinis, anatomi GI, dan
antisipasi lama pengobatan.
Zat gizi dan makanan pada metode Enteral yaitu:
 Hitung kebutuhan energi dan kebutuhan protein, cairan, dan gizi
menurut umur, jenis kelamin, dan status kesehatan.

3
4

 Perhitungan kalori, disarankan 20 kkal/kguntuk menurunkan berat


badan, 25 kkal/kg untuk mempertahankan berat badan, 30 kkal/kg
dengan faktor stres ringan, dan 35–40 kkal/kg pada pasien dengan
stres sedang.
 Protein umumnya 0,8–1,0 g/kg untuk mempertahankan status, 1,25 g
/ kg untuk stres ringan, 1,5 g / kg untuk stres sedang, dan 1,75–2,0 g /
kg untuk stres berat, trauma, atau luka bakar.
 Kebutuhan cairan 30-35 mL H bebas2O / kg berat badan (BW) atau 1
mL / kkal.
 Toleransi pasien dan efek samping; terkait formula yang sesuai.
 Siram selang dengan air (25–100 mL) setiap 3-6 jam untuk potensi
selang dan sebelum/sesudah obat diberikan. Dan dalam pemberian
obat sendiri harus diperhatikan karena dapat berdampak serius pada
system pencernaan serta dapat menghalangi penyerapan zat gizi
tertentu seperti antibiotic H2, obat antidiare, metoclopramide dan
fenitoin.
 Pemberian suplemen herbal dan tumbuhan herba lainnya harus
didiskusikan langsung dengan tim medis lainnya
Dalam pemberin infromasi terkait pendidian gizi perlu
diperhatikan hal brikut:
 Pasien/pengasuh harus diajari untuk meninjau tanda dan gejala
intoleransi, bagaimana menangani masalah sederhana dan
menghimbau untuk memanggil petugas medis.
 Persiapan yang aman sangat penting. Pemberian makan buatan
sendiri tidak dianjurkan terkait kemungkinan terjadi cemaran bakteri
atau hal lainnya pada makanan.
 Prosedur Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) diterapkan
untuk memelihara sistem pemberian makanan enteral yang aman di
lingkungan rumah sakit. Waktu tunggu untuk wadah sistem terbuka
(kantong makan) adalah 4 jam; waktu tunggu untuk wadah sistem
tertutup adalah 24–48 jam.
5

 Cuci kantong makanan dengan air. Standar suhu untuk pendinginan


dan penyimpanan produk makanan enteral harus dipenuhi dimana
seperti kaleng formula yang terbuka dapat disimpan di lemari es dan
dibuang jika tidak digunakan dalam waktu 24 jam. Ahli gizi harus
selalu memantau pemberian makan itu.

B. Buku Pembanding
Buku dengan judul “Nutrition and DietTherapy, Tenth Edition”
diterbitkan di tahun 2011.Subbab yang dibahas dalam buku ini yaitu
mengenai “The Client Receiving Enteral Nutrition” atau metode enteral
pada pasien.
Metode pemberian makanan dengan enteral berarti bentuk makanan
yang diberikan secara langsung ke saluran pencernaan.Hal ini tidak
melalui oral yang merupakan metode umum dalm pemberian makanan
melalui mulut.Tube feeding atau TF merupakan metode pemberian bila
pasien dalam keadaan sulit makan melalui mulut baik karean infeksi
maupun karena kesadaran yang kurang.
Pemberian dilakukan selama 6 minggu melalui selang nasogatrik atau
NG melalui hidung dan masuk ke lambung atau usus kecil.Namun jika
pemberian lebih dari 6 minggu maka dilakukan ostomi dimana
membedah ke dalam kerongkongan (esofagostomi), perut (gastrostomi),
atau usus (jejunostomi) untuk jalur TF.Terdapat 6 jenis rute pemberian
seara enteral yaitu:
 Nasogatrik  Nasoduodenal
6

 Jejunostomy

 Nasojejunal

 Esophagostomy

 Gastrostomy
Bentuk makanan yang diberikan adalah halus dan lembut yang dapat
melewati selang. Beberapa tipe formula yang ada secara komersial yaitu:
 Formula polimerik (1–2 kalori/ml); mengandung protein utuh,
karbohidrat, dan lemak yang memerlukan pencernaan.
 Formula terhidrolisis (1,0 kalori/ml); mengandung produk
pencernaan protein, karbohidrat, dan lemak, dan bebas laktosa
dengan pasien yang memiliki kemampuan terbatas untuk mencerna
atau menyerap nutrisi.
 Formula modular (3,8–4,0 kalori/ml); dapat digunakan sebagai
suplemen untuk formula lain atau untuk mengembangkan formula
yang disesuaikan untuk klien tertentu.
 Formula khusus penyakit digunakan dalam keadaan akut dan untuk
jangka waktu yang singkat.
Terdapat 3 metode dalam pemberian makanan metode ini yaitu:
 Intermiten dapat berarti hanya memberikan makan TFdi malam hari,
dengan makanan padat yang dimakan di siang hari.
 Bolus merupakan pemberian makan selama rentang waktu 15 menit
dan diikuti 25 sampai 60 ml air, dilakukan ketika klien memiliki
tabung PEG, tetapi bisa juga dilakukan dengan tabung NG.
 Kontinuy merupakan pemberian makan dilakukan dengan pompa
secara terus menerus selama periode 16 hingga 24 jam.
Dalam pemberian metode enteral terdapat kemungkinan terjadinya
komplikasi.Bentuk makanan enteral yang memiliki kekentalan atau
osmolalitas yang tinggi dan langsung menuju usus membuat tubuh
menarik cairan dari darah disekitar usus untuk mencairkan makanan
tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare.Selain itu, pemberian
obat cair sorbitol atau Clostridium difficile (C-dif) juga dapat menjadi
penyebab diare.
Kemunginan lain yang dapat terjadi ialah masuknya makanan ke dalam
paru – paru yang dapat menyebabkan pneumonia pada pasien. Hal ini
dapat terjadi bila tabung tersumbat atau pasien menarik keluar

7
8

selang.Untuk mencegah hal tersebut dilakukan pemeriksaan secara rutin


dan bila perlu dengan menggunakan sinar X. Jika menggunakan metode
kontinuy maka kepala pasien ditinggikan sedikit. Sementara untuk
pemeriksaan selang yang langsung ke arah lambung maka dilakukan
pemeriksaan kadar pH.
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan isi Buku


Metode enteral melibatkan terapi gizi melalui selang nasogastric atau
disebut NG, selang orogastrik atau disebut OG, gastrostomi, nasoduodenal
atau nasoenteric feeding, atau jejunostomy. Metode ini lebih ekonomis,
namun dapat terjadi okulasi tuba yaitu infeksi pada tempat gastrostomi
atau jejunostomi, hiperglikemia, azotemia, jika penempatan salah serta
terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Metode pemberian makanan dengan enteral berarti bentuk makanan
yang diberikan secara langsung ke saluran pencernaan.Hal ini tidak
melalui oral yang merupakan metode umum dalm pemberian makanan
melalui mulut.Tube feeding atau TF merupakan metode pemberian bila
pasien dalam keadaan sulit makan melalui mulut baik karean infeksi
maupun karena kesadaran yang kurang. Pemberian dilakukan selama 6
minggu melalui selang nasogatrik atau NG melalui hidung dan masuk ke
lambung atau usus kecil.Namun jika pemberian lebih dari 6 minggu maka
dilakukan ostomi dimana membedah ke dalam kerongkongan
(esofagostomi), perut (gastrostomi), atau usus (jejunostomi) untuk jalur
TF.
Tujuan dari intervensi metode enteral yaitu mencegah atau
mengembalikan keadaan malnutrisi, cachexia, gangguan kekebalan, dan
hilangnya massa tubuh tanpa lemak terkait ke kondisi baik. Resep yang
digunakan memenuhi kebutuhan akanprotein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral, dan air yang cukup.Metode ini dilakukan mulai dari 24 –
48 jam awal pasien seteah cidera.Rekomendasikan atau pilih tabung
makanan dan lokasi berdasarkan kondisi klinis, anatomi GI, dan
antisipasi lama pengobatan.

9
10

B. Kelebihan dan kekurangan isi Buku


1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel:
Dari aspek isi pada buku utama, yang berjudul Nutrition and
Diagnosis – Related Care materi yang dijelaskan mudah di pahami
oleh pembaca. Ditinjau dari segi penulisan buku ini mudah dibaca
karena penulisannya menerangkan isinya bahkan menulis dengan
berpoin poin dalam kajian pokok buku tersebut sehingga para
pembaca lebih mudah memahami Dalam kekurangannya Dari aspek
isi pada buku pembanding, materi yang dibahasa Setelah kelompok
kami memamahami isi buku tersebut ada kekurangan yang terdapat
didalam isi buku tersebut yaitu didalam buku Nutrition and Diagnosis
– Related Care ada kata yang sulit dipahami karena bahasa tersebut
baku.
Dari aspek isi pada buku pembanding, materi yang dibahas
Pada buku pembandjng yang berjudul The surgical client memiliki
kelebihan pada segi aspek pembahasan yaitu dengan adanya
penjabaran mengenai komplikasi yang mungkin dengan nutrisi
enternal dan adanya pembahasan mengenai ukuran tipe formula yang
ada secara komersial. Dalam kekurangan kekurangan pada buku
pembanding ini yaitu tidak adanya penjelasan lebih detail mengenai
terjadi masuknya makanan ke dalam paru – paru yang dapat
menyebabkan pneumonia pada pasien.

2. Dari aspek tata bahasa, artikel tersebut adalah


Dari aspek tata bahasa, pada buku utama yaitu secara
menyeluruh pada kedua buku ini dapat dikatakan memiliki aspek
kerapian yang diterapkan sangat rapi sehingga pembaca sangat jelas
untuk memahami isi dari pembahasan kedua buku tersebut dan
ukuran pada huruf yang terdapat didalam buku ini standart yang
biasa digunakan pada memproduksi buku lainnya yang menjadikan
hal tersebut sebagai penunjang kenyamanan pembaca saat memahami
isi dari pembahasan dari kedua buku tersebut. Secara penampilan
11

cover memiliki kelebihan yang dapat dilihat pada aspek tampilan


buku yaitu memiliki tampilan yang lumayan tetapi membuat pembaca
agak bosan dengn covernya yang kurang menarik. Kelemahan dari
dari buku utama terkait tata bahasa ada sebagian bahasa yang terlalu
baku, sehinnga para pembaca sulit mengetahui apa yang dimaksud.

Dari aspek tata bahasa, pada buku pembanding ini juga sama
dengan buku utama, yang memiliki aspek kerapian sehingga pembaca
jelas memahami isi dari pembahasan tersebut. Secara penampilan
cover buku kedua ini sudah bagus cover nya sehingga dapat menarik
peminat pembaca. Kelemahan dari buku pembanding terkait tata
bahasa terlalu baku, dan sulit dipahami pembaca.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode enteral merupakan metode terapi gizi bagi pasien dengan
kesulitan makan melalui oral atau mulut namun masih memiliki system
pencernaan yang baik. Metode enteral melibatkan terapi gizi melalui
selang nasogastric atau disebut NG, selang orogastrik atau disebut OG,
gastrostomi, nasoduodenal atau nasoenteric feeding, atau jejunostomy.
Tujuan dari intervensi metode enteral yaitu mencegah atau
mengembalikan keadaan malnutrisi, cachexia, gangguan kekebalan, dan
hilangnya massa tubuh tanpa lemak terkait ke kondisi baik.
Metode pemberian makanan dengan enteral berarti bentuk makanan
yang diberikan secara langsung ke saluran pencernaan.Pemberian
dilakukan selama 6 minggu melalui selang nasogatrik atau NG melalui
hidung dan masuk ke lambung atau usus kecil. Namun jika pemberian
lebih dari 6 minggu maka dilakukan ostomi dimana membedah ke dalam
kerongkongan (esofagostomi), perut (gastrostomi), atau usus
(jejunostomi) untuk jalur TF.

B. Rekomendasi
Dari buku tersebut sangat layak digunakan untuk seorang mahasiswa
seperti kami dan menjadi reverensi bagi si pembaca dan diharapkan
agar buku tersebut lebih teliti lagi saat dalam pengetikan agar tidak ada
kesalahan serta memudahkan pembaca untuk mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari.

12
DAFTAR PUSTAKA
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care.Sevent edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Roth RA. 2011. Nutrition & Diet Therapy. 10th Edition. Delmar: USA.
Setianingsih, Anastasia Anna. 2013. Perbandingan Enteral dan Parenteral
Nutrisi
Pada Pasien Kritis : A Literature Review. Universitas Padjadjaran
Bandung

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai