Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG AKIDAH dan TAUHID

Disusun Oleh :

1. FITRIATUS SOLEKHAH (1705025006)


2. YUKE CELSILIA FERRON (1705025247)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
2017/2018
JAKARTA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akidah
B. Urgensi Tauhid di Era Modern
C. Tauhid sebagai Inti Ajaran Islam
D. Implementasi Akidah bagi Generasi Muda
E. Tauhid sebagai Landasan Peradaban Islam
F. Tauhid Sosial untuk Perubahan Sosial
G. Islam dan Toleransi Beragama
H. Kritik Islam Terhadap Pluralism

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya ,sehingga kita masih dalam keadaan sehat walafiyat.
Dan khususnya , kami penyusun bisa menyelesaikan Makalah dengan judul
“Akidah”. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok yang akan dikumpulkan
dan dipresentasikan. Lalu tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
mata kuliah AIKA yang memberikan arahan dan ajaran tentang pelajaran agama
islam.

Makalah ini berisikan tentang informasi  Pengertian Akidah atau yang


lebih khususnya membahas pengertian aqidah islam, ruang lingkup pembahasan
aqidah, tauhid, dan lain-lain. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang Akidah Islam.

Adapun yang terakhir ,penyusun menyadari makalah ini memiliki banyak


kekurangan , karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari pembaca demi perbaikan untuk pembuatan makalah di masa
yang akan datang.

Jakarta, November 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,


dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai
orang yang beriman (mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu
ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan
harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka
tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal
manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa
saja yang ingin memahami aqidah.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:


1. Apakah hakikat dari Akidah dalam Islam?
2. Bagaimana implementasi akidah di peradaban islam?
3. Mengapa tauhid sebagai landasan peradaban islam?
4. Bagaimana kritik Islam terhadap pluralism?

C. TUJUAN
Tujuan kami menyelesaikan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup akidah dalam islam
2. Untuk mengetahui urgensi tauhid di era modern
3. Untuk mengetahui kritik islam terhadap pluralism dan toleransi beragama

D. MANFAAT
1. Agar kita semua lebih memahami tentang Akidah dan ruang lingkupnya
2. Agar kita semua mengetahui cara mengimplementasikan akidah serta
tauhid
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Akidah


1.1. Definisi Akidah
Dalam Bahasa Arab akidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang
teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang
meyakininya. Jadi, akidah islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan
bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban,
bertauhid, dan taat kepadaNya, beriman kepada malaikatNya, rasul-
rasulNya, kitab-kitabNya, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani
seluruh apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama, perkara-
perkara yang ghaib, beriman kepada yang menjadi ijma’ dari salafush
shalih, serta seluruh berita-berita qath’I (pasti), baik secara ilmiah maupun
secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih serta ijma’ salaf as-shalih.
Nama lain Aqidah Islamiyyah:
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah
mempunyai nama lain, diantaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin,
al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari’iah, dan al-Iman. Nama-nama itulah yang
terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.
1.2. Ruang Lingkup Akidah
 Ilahiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-
sifat Allah, perbuatan-perbuatan Allah, dll.
 Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai
kitab-kitab Allah dan mukjjizatnya.
 Rukhaniyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, roh, setan, jin,
iblis, dan sebagainya.
 Sam’iyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah, seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge, neraka, dan
sebagainya.

2. Urgensi Tauhid di Era Modern


Inti dari konsep tauhid secara sederhana diformulasikan dalam kalimat “la
ilaha ilallah”. Kalimat ini menggambarkan secara tepat dan mendalam tentang
keimanan umat islam. Konsepsi tauhid ini meniadakan seluruh
kepercayaan………………
Dalam kaitannya dengan modernisme, tauhid dibagi menjadi dua, yakni:
1. Tauhid Normatif
Dapat didefinisikan secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan tauhid
normative adalah kepercayaan seorang muslim akan kesaan Allah SWT.
baik eksistensi, sifat-sifat, dan kekuasaannya serta hal-hal metafisis (ghaib)
yang dikabarkanNya. Mengawali semuanya orang yang akan masik agam
Islam harus mengucapkan kalimat syahadat (kalimat persaksian) yaitu:
Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah
(Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa
NAbi Muhammad utusan Allah). Kalimat pertama ‘asyhadu alla ilaha illallah,
disebut dengan syahadat tauhid. Dari segi bahasa kata tauhid dalam
bahasa Arab, berasa dari kata wahadda, yuwahiddu, tauhidan, yang berarti
mengesakan dan menyatukan.
Tauhid bisa dimaknai dengan keyakinan dan kesaksian bahwa
“tiada Tuhan selain Allah”. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:

‫هَّللا‬
ِ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح‬
‫ِيم‬
َّ ‫﴾ هَّللا ُ ال‬١﴿ ‫قُ ْل ه َُو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬
‫﴾ َو َل ْم َي ُكن لَّ ُه‬٣﴿ ‫﴾ َل ْم َيل ِْد َو َل ْم يُو َل ْد‬٢﴿ ‫ص َم ُد‬
٤﴿ ‫﴾ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬
Artinya: 
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
(Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1-4)

2. Tauhid Sosial
Tauhid sosial secara sederhana dapat diartikan dengan penegakkan
keadilan sosial di dalam masyarakat. Tauhid sosial dalam pembahasan ini
didefinisikan sebagai keyakinan seorang muslim atas eksistensi, sifat-sifat, dan
kekuasaan Allah serta pada hal-hal gaib yang dikabarkanNya yang berpengaruh
nyata pada kehidupan sosial. Dengan kata lain, tauhid sosial adalah pengaruh
sosial keberimanan seorang muslim.
Jika tauhid normative berhubungan dengan sesuatu yang metafisis (gaib),
yang memfokuskan perhatiannya pada bagaimana meyakini dan beribadah ada
Allah (theosentris), maka tauhid sosial berhubungan dengan realitas keduniaan
yang kasat mata dan memfokuskan perhatiannya pada kehidupan manusia
(antrophosentris).

Tauhid sosial memiliki makna kesatuan dalam lima hal di bawah ini:
1. Unity of Godhead, bahwa Tuhan itu Esa, tidak ada Tuhan kecuali Allah.
2. Unity of Creation, keyakinan terhadap keesaan Tuhan ini memiliki
konsekuensi logis pada persoalan penciptaan, yaitu kesatuan penciptaan.
Apa saja yang ada di langit dan di bumi, semuanya ciptaan Allah, tanpa
kecuali.
3. Unity of Mankind, karena manusia bagian dari ciptaan Allah melalui satuan
penciptaannya. Manusia dimana dan kapan pun hidupnya terlepas dari ras,
suku bangsa, warna kulit, dan bahasa yang berbeda-beda, pada dasarnya
adalah sama-sama makhluk Allah.
4. Unity of Guidance, Kesatuan manusia dalam keanekaragaman ekspresi
membutuhkan kesatuan pedoman hidup, yaitu untuk meraih kebahagian di
dunia maupun di akhirat.
5. Unity of the Purpose of Life, yaitu kesatuan tujuan hidup untuk menunjukkan
adanya kesatuan tujuan akhir dari hidup. Bahwa tujuan hidup yang
sesungguhnya bukan hanya kebahagiaan di dunia, tetapi juga di akhirat.

3. Tauhid sebagai Inti Ajaran Islam

Tauhid –dari akar kata ahad atau wahid— artinya artinya satu. Dalam
risalah Islam, tauhid adalah asas keyakinan (akidah), bahwa Tuhan itu hanya
satu, yakni Allah Swt dan tidak ada yang setara, juga sekutu, dengan-Nya.
Hanya Dia yang wajib disembah dan dimintai pertolongan. Hanya Dia yang
ditaati dan ditakuti. Hanya Dia yang menentukan segala sesuatu di dunia dan
akhirat nanti. Tauhid dirangkum dalam kalimat tahlil: “La ilaha illallah” (tidak ada
Tuhan selan Allah).
Bagaimanapun prinsip tauhid tidak bisa dipisahkan dari ajaran islam,
karena tauhid adalah inti ajaran ini, bahkan islam itu sendiri. Allah Subhanahu
Wa Ta’aala berfirman; “Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian,
bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak persekutukan Dia
dengan suatu apa pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang
lain sebagai rabb-rabb selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim
(berserah diri kepada Allah)”. (QS. 3:64)
Ayat tersebut menerangkan bahwa orang yang menjadikan tauhid sebagai
agamanya adalah orang yang berhak menyandang gelar sebagai seorang
muslim, bukan orang yang menolaknya. Karena menolak tauhid sama saja
menolak Islam sebagai agamanya. Dan orang yang menerima tauhid sebagai
ajarannya akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang telah Allah SWT.
janjikan kepadanya. 

Tauhid terdiri dari tiga aspek:


1. Tauhid dalam kekuasaan Tuhan (tauhid rububiyah)
2. Aspek ibadah (tauhid uluhiyah)
3. Tauhid dalam nama dan sifat Allah (Asma wa Sifat).

 Tauhid Ar-Rububiyyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dalam


perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang
mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta ini.
 Tauhid Al-Uluhiyyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dalam beribadah
hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
 Tauhid Al-Asma’was-Sifat yaitu tauhid yang mengesakan Allah dalam asma
dan sifatNya, arttinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa
dengan Allah, dalam dzat, asma, maupun sifat.

4. Implementasi Akidah bagi Generasi Muda


Sebagai manusia muslim, kita harus berbuat kebaikan bagi generasi penerus
dengan jalan memantapkan aqidah Islamiyah dan melestarikan amal yang shalih
atau amal kebajikan. …………………
5. Tauhid sebagai Landasan Peradaban Islam
DAFTAR PUSTAKA

www.risalahislam.com/2014/04/tauhid-sebagai-inti-ajaran-islam.html

www.suryajagad.net/2013/09/tauhid-sebagai-intisari-agama-islam.html

Anda mungkin juga menyukai