Disusun Oleh :
Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akidah
B. Urgensi Tauhid di Era Modern
C. Tauhid sebagai Inti Ajaran Islam
D. Implementasi Akidah bagi Generasi Muda
E. Tauhid sebagai Landasan Peradaban Islam
F. Tauhid Sosial untuk Perubahan Sosial
G. Islam dan Toleransi Beragama
H. Kritik Islam Terhadap Pluralism
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya ,sehingga kita masih dalam keadaan sehat walafiyat.
Dan khususnya , kami penyusun bisa menyelesaikan Makalah dengan judul
“Akidah”. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok yang akan dikumpulkan
dan dipresentasikan. Lalu tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
mata kuliah AIKA yang memberikan arahan dan ajaran tentang pelajaran agama
islam.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Tujuan kami menyelesaikan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup akidah dalam islam
2. Untuk mengetahui urgensi tauhid di era modern
3. Untuk mengetahui kritik islam terhadap pluralism dan toleransi beragama
D. MANFAAT
1. Agar kita semua lebih memahami tentang Akidah dan ruang lingkupnya
2. Agar kita semua mengetahui cara mengimplementasikan akidah serta
tauhid
BAB II
PEMBAHASAN
هَّللا
ِ ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح
ِيم
َّ ﴾ هَّللا ُ ال١﴿ قُ ْل ه َُو هَّللا ُ أَ َح ٌد
﴾ َو َل ْم َي ُكن لَّ ُه٣﴿ ﴾ َل ْم َيل ِْد َو َل ْم يُو َل ْد٢﴿ ص َم ُد
٤﴿ ﴾ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد
Artinya:
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
(Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1-4)
2. Tauhid Sosial
Tauhid sosial secara sederhana dapat diartikan dengan penegakkan
keadilan sosial di dalam masyarakat. Tauhid sosial dalam pembahasan ini
didefinisikan sebagai keyakinan seorang muslim atas eksistensi, sifat-sifat, dan
kekuasaan Allah serta pada hal-hal gaib yang dikabarkanNya yang berpengaruh
nyata pada kehidupan sosial. Dengan kata lain, tauhid sosial adalah pengaruh
sosial keberimanan seorang muslim.
Jika tauhid normative berhubungan dengan sesuatu yang metafisis (gaib),
yang memfokuskan perhatiannya pada bagaimana meyakini dan beribadah ada
Allah (theosentris), maka tauhid sosial berhubungan dengan realitas keduniaan
yang kasat mata dan memfokuskan perhatiannya pada kehidupan manusia
(antrophosentris).
Tauhid sosial memiliki makna kesatuan dalam lima hal di bawah ini:
1. Unity of Godhead, bahwa Tuhan itu Esa, tidak ada Tuhan kecuali Allah.
2. Unity of Creation, keyakinan terhadap keesaan Tuhan ini memiliki
konsekuensi logis pada persoalan penciptaan, yaitu kesatuan penciptaan.
Apa saja yang ada di langit dan di bumi, semuanya ciptaan Allah, tanpa
kecuali.
3. Unity of Mankind, karena manusia bagian dari ciptaan Allah melalui satuan
penciptaannya. Manusia dimana dan kapan pun hidupnya terlepas dari ras,
suku bangsa, warna kulit, dan bahasa yang berbeda-beda, pada dasarnya
adalah sama-sama makhluk Allah.
4. Unity of Guidance, Kesatuan manusia dalam keanekaragaman ekspresi
membutuhkan kesatuan pedoman hidup, yaitu untuk meraih kebahagian di
dunia maupun di akhirat.
5. Unity of the Purpose of Life, yaitu kesatuan tujuan hidup untuk menunjukkan
adanya kesatuan tujuan akhir dari hidup. Bahwa tujuan hidup yang
sesungguhnya bukan hanya kebahagiaan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Tauhid –dari akar kata ahad atau wahid— artinya artinya satu. Dalam
risalah Islam, tauhid adalah asas keyakinan (akidah), bahwa Tuhan itu hanya
satu, yakni Allah Swt dan tidak ada yang setara, juga sekutu, dengan-Nya.
Hanya Dia yang wajib disembah dan dimintai pertolongan. Hanya Dia yang
ditaati dan ditakuti. Hanya Dia yang menentukan segala sesuatu di dunia dan
akhirat nanti. Tauhid dirangkum dalam kalimat tahlil: “La ilaha illallah” (tidak ada
Tuhan selan Allah).
Bagaimanapun prinsip tauhid tidak bisa dipisahkan dari ajaran islam,
karena tauhid adalah inti ajaran ini, bahkan islam itu sendiri. Allah Subhanahu
Wa Ta’aala berfirman; “Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian,
bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak persekutukan Dia
dengan suatu apa pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang
lain sebagai rabb-rabb selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim
(berserah diri kepada Allah)”. (QS. 3:64)
Ayat tersebut menerangkan bahwa orang yang menjadikan tauhid sebagai
agamanya adalah orang yang berhak menyandang gelar sebagai seorang
muslim, bukan orang yang menolaknya. Karena menolak tauhid sama saja
menolak Islam sebagai agamanya. Dan orang yang menerima tauhid sebagai
ajarannya akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang telah Allah SWT.
janjikan kepadanya.
www.risalahislam.com/2014/04/tauhid-sebagai-inti-ajaran-islam.html
www.suryajagad.net/2013/09/tauhid-sebagai-intisari-agama-islam.html