Anda di halaman 1dari 91

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BALITA DI KOTA JAKARTA


SELATAN, PROVINSI DKI JAKARTA
KELOMPOK 2 :
1. ESTU HAPSARI (1705025076)
2. RAHMADINI ALIFIA H. (1705025091)
3. SAVIRA MAULIDAH (1705025188)
4. FITRI RISKIA MELANI (1705025070)
5. FITRIATUS SOLEKHAH (1705025006)
6. MEGA DIAH ANINDITA (1705025017)
7. ARTISTIKA RIRIS A. (1705025022)
8. RASHEILLA NOORLIZA A. (1705025086)
9. SYAVIRA AMELIA (1705025100)
10. DINI AULIA PUTRI (1705025253)
11. DIAN WIDIA (1605025002)
12. AFIFAH (1705025161)
13. AZAHRA VIANDA (1705025095)
14. DESTI VITA RAHMA P. (1705025118)
15. MULIA JUNITA PUTRY (1705025119)
01
LATAR
BELAKANG
02
TUJUAN UMUM
&
TUJUAN KHUSUS
TUJUAN UMUM
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita dan ibu hamil

TUJUAN KHUSUS
Ibu Hamil
1. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil meliputi usia ibu, usia kandungan, paritas, pendidikan,
dan ekonomi
2. Mengidentifikasi asupan makan meliputi asupan energi, zat gizi makro dan mikro (kalsium, zat
besi, dan zink)
3. Mengidentifikasi konsumsi tablet Fe
4. Mengidentifikasi pemeriksaan kesehatan (ANC)
5. Mengidentifikasi status gizi ibu hamil (LILA)
6. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil
7. Menganalisis hubungan asupan energi dengan status gizi ibu hamil (LILA)
8. Menganalisis hubungan asupan protein dengan status gizi ibu hamil (LILA)
9. Menganalisis hubungan asupan lemak dengan status gizi ibu hamil (LILA)
10. Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi ibu hamil (LILA)
11. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil (LILA)
Balita
1. Mengidentifikasi karakteristik balita meliputi umur dan jenis kelamin.
2. Mengidentifikasi status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB.
3. Mengidentifikasi asupan makan meliputi asupan energi, zat gizi makro dan mikro
(vitamin A, C, dan zat besi).
4. Mengidentifikasi ketahanan pangan keluarga.
5. Mengidentifikasi keragaman pangan balita.
6. Mengidentifikasi pola asuh dalam pemberian makan pada balita.
7. Mengidentifikasi riwayat penyakit infeksi pada balita
8. Mengidentifikasi riwayat pemberian ASI eksklusif
9. Mengidentifikasi hygiene dan sanitasi lingkungan keluarga balita.
10. Mengidentifikasi pengetahuan gizi balita.
11. Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi
balita berdasarkan indeks BB/TB.
12. Menganalisis hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi balita
berdasarkan indeks BB/TB
13. Menganalisis hubungan keragaman pangan dengan status gizi balita berdasarkan indeks
BB/TB.
14. Menganalisis pola asuh pemberian makan dengan status gizi balita berdasarkan indeks
BB/TB.
15. Menganalisis hubungan riwayat infeksi dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB.
16. Menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita
berdasarkan indeks BB/TB.
17. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi balita dengan status gizi balita berdasarkan indeks
BB/TB.
03
KERANGKA
KONSEP
Asupan Makanan
KERANGKA 0. Energi
1. Zat Gizi Makro (Protein,
KONSEP Lemak, KH)

BALITA Keragaman Pangan Balita

Ketahanan Pangan Keluarga


Status Gizi
Balita
Pola Asuh Pemberian Makan Berdasarkan
Balita Z-score
(BB/TB atau
BB/PB)
Riwayat ASI Eksklusif

Penyakit Infeksi : ISPA, Diare

Pengetahuan Gizi Balita


KERANGKA KONSEP IBU
HAMIL
Asupan Energi

Asupan Zat Gizi


Status Gizi
Makro :
Asupan Protein Ibu Hamil
Berdasarkan
Asupan Lemak
LILA
Asupan Karbohidrat

Pengetahuan Ibu Hamil


04
DEFINISI
OPERASIONAL
Klik Here
05
METODE
PENELITIAN
Metode Penelitian

Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Penelitian ini dilakukan di kota Jakarta
observasional dengan jenis pendekatan potong Selatan dan Tangerang Selatan pada
lintang (cross sectional) yaitu pengukuran pada kecamatan Jagakarsa, Setiabudi,
variabel independen dan pada variabel dependen Pesanggrahan, Cilandak, Kebayoran Lama,
dalam waktu yang bersamaan. Variabel Kebayoran Baru, Tebet, Mampang Prapatan,
independennya yaitu asupan energi, asupan protein,
Pamulang dan Ciputat. Penelitian ini
asupan, lemak, asupan karbohidrat, keragaman
dilaksanakan selama 16 hari mulai tanggal 10
pangan balita, ketahanan pangan keluarga, pola
asuh pemberian makan bayi dan balita, riwayat ASI
sampai 25 Agustus 2020.
eksklusif, riwayat ISPA, riwayat diare dengan
variabel dependen yaitu status gizi ibu hamil dan
balita.
Populasi

Ibu Hamil Balita

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita
hamil trimester I, II, dan III yang ada di kota usia 6-59 buan yang berada di kota Jakarta Selatan
Jakarta Selatan (Jagakarsa, Setiabudi, (Jagakarsa, Setiabudi, Pesanggrahan, Cilandak,
Pesanggrahan, Cilandak, Kebayoran Lama, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Tebet dan
Kebayoran Baru, Tebet dan Mampang Prapatan) Mampang Prapatan) dan Tangerang Selatan
dan Tangerang Selatan (Pamulang dan Ciputat). (Pamulang dan Ciputat).
Sampel

Ibu Hamil Balita

Sampel yang digunakan adalah ibu hamil trimester Sampel yang digunakan adalah balita yang berusia
I, II, dan III. Adapun jumlah sampel yang akan 6-59 bulan. Adapun jumlah sampel yang akan
diambil menggunakan rumus Lemeshow, 1997. diambil menggunakan rumus Lemeshow, 1997.
Dengan kriteria inklusinya yaitu : Dengan kriteria inklusi yaitu :
1. Ibu sehat secara fisik dan mental 1. Balita yang berusia 6 – 59 bulan
2. Berdomisili di daerah peneliti. 2. Tidak cacat fisik dan mental
Dan kriteria eksklusinya yaitu : 3. Berdomisili didaerah peneliti.
3. Ibu hamil yang melahirkan selama penelitian Dan kriteria ekslusinya yaitu :
berlangsung. 4. Balita yang cacat fisik yang tidak dapat diukur
berat dan tinggi badan
5. Balita yang memiliki tanda odema.
Analisis Univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel yang terdiri dari :

Ibu Hamil Balita

Uji Univariat untuk data ibu hamil Uji Univariat untuk data balita meliputi :
meliputi :
1.Karakteristik Balita
2.Riwayat Asi (IMD)
1. Karakteristik Ibu Hamil
3.Riwayat Pemberian ASI Eksklusif
2. Maternal Factors
4.Pengukuran Antropometri
3. Pelayanan Kesehatan 5.Buat variabel nilai z score (BB/PB, BB/U, TB/U)
4. Konsumsi tablet tambah darah 6.Status Gizi
5. Pengetahuan Ibu Hamil 7.Kategori status gizi berdasarkan BB/TB, BB/U, TB/U
6. Asupan Makan Ibu Hamil  8.Ketahanan Pangan Keluarga
7. Status gizi ibu hamil 9.Keragaman Pangan Balita
berdasarkan LILA 10.Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Balita
11.Hygiene & Sanitasi Lingkungan
12.Pola Asuh
13.Asupan Makan Balita
Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan masing-masing variabel yang diteliti dilakukan dengan uji statistik. Pada penelitian ini, uji
statistik menggunakan chi square (x2) maupun fisher exact

BALITA
IBU HAMIL • Ada hubungan antara asupan energi terhadap status gizi balita (BB/TB atau
• Ada hubungan antara asupan BB/PB)
energi terhadap status gizi ibu • Ada hubungan antara asupan protein terhadap status gizi balita (BB/TB
hamil (LILA). atau BB/PB)
• Ada hubungan antara asupan lemak terhadap status gizi balita (BB/TB atau
• Ada hubungan antara asupan BB/PB)
protein terhadap status gizi ibu • Ada hubungan antara asupan karbohidrat terhadap status gizi balita (BB/TB
hamil (LILA). atau BB/PB)
• Ada hubungan antara asupan • Ada hubungan antara keragaman pangan balita terhadap status gizi balita
lemak terhadap status gizi ibu hamil (BB/TB atau BB/PB)
• Ada hubungan antara ketahanan pangan keluarga terhadap status gizi
(LILA).
balita (BB/TB atau BB/PB)
• Ada hubungan antara asupan • Ada hubungan antara pola asuh pemberian makan terhadap status gizi
karbohidrat terhadap status gizi ibu balita (BB/TB atau BB/PB)
hamil (LILA). • Ada hubungan antara riwayat ASI Ekslusif terhadap status gizi balita (BB/TB
• Ada hubungan Pengetahuan Ibu atau BB/PB)
Hamil terhadap status gizi ibu hamil • Ada hubungan antara Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) terhadap
(LILA). status gizi balita (BB/TB atau BB/PB)
• Ada hubungan antara diare terhadap status gizi balita (BB/TB atau BB/PB)
• Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap status gizi balita (BB/TB
atau BB/PB)
06
Hasil dan
Pembahasan
IBU HAMIL
Karakteristik Ibu Hamil
Usia Ibu Hamil
Tabel 5.5 Karakteristik Usia Ibu Hamil

Variabel Kategori n %
Umur Ibu Hamil 23 1 (6.7%) Untuk Variabel Usia ibu hamil yang
26 1 (6.7%) paling banyak ada pada proporsi
28 2 (13.3%) terbanyak berada pada usia 28 tahun,
29 1 (6.7%)
30 1 (6.7%)
31 tahun, dan 32 tahun masing-
31 2 (13.3%) masing sebesar 13.3%.
32 2 (13.3%)
33 1 (6.7%)
Berdasarkan pada penelitian ((Hamzah D.
34 1 (6.7%)
36 1 (6.7%)
F., 2017) usia ibu hamil dibedakan atas dua
39 1 (6.7%) golongan umur yakni, golongan usia
43 1 (6.7%) berisiko (<20 tahun dan >34 tahun) dan
usia tidak berisiko ( usia 21 tahun sampai
Total 15 100% 34 tahun).

Hamzah, D. F. (2017). Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Langsa
Kota Kota Langsa Provinsi Aceh Tahun 2016. Jurnal JUMANTIK , 2, Nomor 2.
Riwayat Pendidikan Terakhir

Tabel 5.6 Riwayat Pendidikan Terakhir

Variabel Kategori n %

Pendidikan SD/sederajat 4 26.7%


Formal Terakhir SMA/sederajat 7 46.7% Riwayat Pendidikan terakhir, Proporsi
Perguruan tinggi 4 26.7% terbanyak berada pada tingkat
SMA/sederajat yaitu 46.7% dan
Total 15 100% proporsi pendidikan yang paling
berada pada tingkat SD dan Perguruan
Tinggi dengan hasil yang sama yaitu
26.7%.
Tingkat Pendapatan Keluarga

Tabel 5.7 Tingkat Pendapatan Keluarga Proporsi terbanyak pada Tingkat


pendapatan keluarga adalah kategori
Variabel Kategori n % pendapatan tinggi yaitu 66.7%, dan
sisanya sebanyak 33.3% responden
Pendapatan Rendah 5 33.3% termasuk dalam kategori pendapatan
Keluarga Tinggi 10 66.7% rendah. Selain itu diperoleh pula
data bahwa nilai median pendapatan
keluarga adalah minimum
Total 15 100%
pendapatan keluarga responden
adalah Rp.2.400.000,- yaitu
Najoan, J., & Manampiring, A. (2011). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan responden memiliki tingkat
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Kelurahan Kompos Barat Kecamatan
Singkil Kota Madano (Skripsi). Universitas Sam Ratulangi. pendapatan rendah, sedangkan nilai
maksimum pendapatan keluarga
sebesar Rp.10.000.000,-.
Pekerjaan Ibu dan Pekerjaan Bapak
Tabel 5.8 Pekerjaan Ibu

Variabel Kategori n %
Pekerjaan Ibu Pegawai swasta 2 (13.3 %) Hasil menunjukan proporsi terbanyak ada
Wirausaha/dagang 3 (20.0 %) pada kategori tidak bekerja/IRT sebanyak
Tidak bekerja/IRT 10 (67.7 %) 66.7%, proporsi Wirausaha/ dagang
sebanyak 20%, dan Pegawai swasta
sebanyak 13.3%.
Total 15 100%

Tabel 5.9 Pekerjaan Bapak


Variabel Kategori n % Hasil menunjukan proporsi terbanyak
pekerjaan bapak berada pada kategori
Pekerjaan Bapak Pegawai swasta 9 (60.0 %)
pegawai swasta yaitu sebanyak 60.0).
Wirausaha/dagang 4 (26.7 %) Untuk proporsi pekerjaan bapak paling
Buruh 2 (13.3 %) rendah berada pada kategori buruh yaitu
13.3%.
Total 15 100%
Maternal Factor
Usia Kehamilan

Hasil menunjukan proporsiusia ibu


Tabel 5.10 Usia Kehamilan hamil terbanyak ada pada usia
Trimester III 66.7%. Dan usia terendah
Variabel Kategori n % terdapat pada Trimester I yaitu
Usia Trimester 1 2 13.3% sebanyak 13.3% .
Kehamilan Trimester 2 3 20.0%
Trimester 3 10 66.7%

Total 15 100% Menurut (Zahidatur, Trias ; 2017) kejadian


KEK paling tinggi pada ibu hamil Trimester
I yaitu sebanyak 55.6%. Hal ini di
karenakan  
Kehamilan Anak

Tabel 5.11 Kehamilan Anak

Variabel Kategori n %
Kehamilan 1 1 (6.7 %) Hasil menunjukan bahwa kehamilan anak
Anak 2 3 (20.0 %) proporsi terbanyak ada pada kehamilan
anak ketiga sebanyak 60%, pertama dan
3 9 (60.0 %)
keempat menempati urutan terendah yaitu
4 1 (6.7 %) hanya sebanyak 6.7% , untuk kehamilan
anak kedua sebanyak 20%.
Total 15 100%
Kesiapan Mental Ibu Pada Saat Menikah

Hasil menunjukkan Kesiapan mental ibu


berdasarkan usia pertama kali menikah
bahwa proporsi terbanyak ada pada ibu
yang tidak berisiko (Usia 21-34 Tahun)
Tabel 5.12 Kesiapan Mental Ibu Saat Menikah terdapat pada tingkat tertinggi yaitu 80%
sedangkan pada ibu yang berisiko (<20
Variabel Kategori n % Tahun dan >35 Tahun) sebesar 20%.
Kesiapan Mental Berisiko 3 (20.0 %)
Ibu Saat Menikah Tidak Berisiko 12 (80.0 %)

Total 15 100%
Hal ini berkaitan dengan….
Riwayat Melahirkan Berat Badam Lahir Rendah

Hasil penelitian menunjukan proporsi


terbanyak Riwayat melahirkan BBLR pada
Tabel 5.13 Riwayat Melahirkan Berat Badan Lahir Rendah ibu hamil berada pada Kategori tidak
pernah yaitu 80.0%. Dan proporsi riwayat
Variabel Kategori n % melahirkan BBLR sebanyak 13.3%.
Riwayat Pernah 2 (13.3%)
Melahirkan Tidak pernah 12 (80.0 %)
BBLR Tidak relevan 1 (6.7 %)

Total 15 100%
Riwayat Melahirkan Premature

Tabel 5.14 Riwayat Melahirkan Premature

Variabel Kategori n %
Riwayat Tidak pernah 14 (93.3 %)
Hasil penelitian menunjukan proporsi
Melahirkan Tidak relevan 1 (6.7 %) terbanyak Riwayat melahirkan premature
Premature pada ibu hamil berada pada Kategori tidak
Total 15 100% pernah yaitu sebanyak 93.3%. Dan paling
rendah berada pada kategori tidak relevan
(Kehamilan pertama) dengan hasil yaitu
6.7%.
Riwayat Keguguran

Tabel 5.15 Riwayat Keguguran

Variabel Kategori n %
Riwayat Pernah 5 (33.3 %)
Keguguran Tidak pernah 9 (60.0 %)
Tidak relevan 1 (6.7 %) Hasil penelitian menunjukan proporsi
terbesar ada pada sebanyak 60.0% ibu
hamil tidak memiliki riwayat keguguran,
Total 15 100%
33.3% ibu hamil memiliki riwayat
keguguran, dan ibu hamil yang berada
pada kategori tidak relevan (Kehamilan
pertama) sebanyak 6.7%.
Tingkat kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah

Hasil menunjukkan bahwa proporsi


Tabel 5.16 Tingkat kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah
terbanyak ada pada responden yang patuh
konsumsi TTD yaitu sebanyak 53.3%,
Variabel Kategori n % sedangkan pada responden yang tidak
Tingkat Patuh 8 (53.3 %) patuh konsumsi TTD sebanyak 46.7%.
kepatuhan Tidak patuh 7 (46.7 %)
konsumsi TTD
Total 15 100%

Dampak patuh dan tidak patuh adalah…


Tingkat Pengetahuan Ibu

Hasil menunjukkan bahwa proporsi


terbanyak ada pada tingkat pengetahuan
ibu dengan kategori sedang yaitu sebanyak
Tabel 5.17 Tingkat Pengetahuan Ibu 66.7%, sedangkan pada kategori kurang
sebanyak 13.3% dan kategori baik
Variabel Kategori n % sebanyak 20.0%.
Pengetahuan Kurang 2 (13.3 %)
pada Ibu hamil Sedang 10 (66.7 %)
Baik 3 (20.0 %)

Total 15 100%
Penelitian penunjang
Kunjungan Antenatal Care

Tabel 5.18 Kunjungan Antenatal Care Hasil menunjukan Proporsi terbanyak ada
pada kategori sesuai dalam antenatal care
Variabel Kategori n % pada trimester 1 yaitu sebanyak 66.7 %,
Trimester 1 Tidak sesuai 5 (33.3 %) sedangkan pada trimester 2 dan trimester
Sesuai 10 (66.7 %) 3 dengan kategori sesuai masing-masing
Trimester 2 Tidak sesuai 3 (20.0 %) sebanyak 60% dan 20.3%.
Sesuai 9 (60.0%)
Tidak relevan 3 (20.0%)
Trimester 3 Tidak sesuai 6 (39.7%)
Sesuai 2 (20.3%)
Tidak relevan 6 (40.0%)
Penunjang

Total 15 100%
Status Gizi berdasarkan LILA

Hasil menunjukan proporsi terbanyak


ada pada kategori tidak beresiko yaitu
93.3% dan pada kategori berisiko
Tabel 5.19 Status Gizi berdasarkan LILA
yaitu terdapat 6.7%.
Variabel Kategori n % Ibu hamil yang memiliki risiko KEK dapat
mengganggu tumbuh kembang janin, yakni
Status Gizi Beresiko 1 6.7%
seperti pertumbuhan fisik (stunting), otak
Tidak beresiko 14 93.3% dan juga metabolisme yang akan
menyebabkan penyakit tidak meluar di
Total 15 100% saat dewasa nanti. Dan juga penelitian
yang dilakukan oleh (Hani & Rosida , 2018)
di Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta.
Dimana hasil penelitiannya juga
menunjukan sebanyak 354 orang (83,1%)
dari 426 responden masuk ke dalam
kategori tidak KEK dan sisanya sebanyak 72
orang (16,9%) masuk kategori KEK.
Asupan Makan Ibu Hamil
Asupan Energi pada Ibu hamil

Hasil menunjukan proporsi ada pada


Tabel 5.20 Asupan Energi pada Ibu Hamil kategori asupan energi kurang yaitu
Variabel Kategori n % sebanyak 53.3% dengan median
Asupan Energi Kurang 8 53.3 asupan energi 1945.6 kkal ( 856.6-
Cukup 6 40
2700.9 kkal).
Lebih 1 6.7

Total 15 100

Jika asupan kurang maka?


Asupan Protein pada Ibu hamil

Hasil menunjukkan bahwa proporso


terbanyak ada pada kategori kurang
yaitu sebesar 53,4) termasuk kedalam
Tabel 5.21 Asupan Protein pada Ibu Hamil
kategori protein tidak, dengan nilai
Variabel Kategori n %
median asupan protein yaitu 67.2
Asupan Protein Kurang 8 (53.4 %)
gram ( 30.0 – 155.7 gram).
Cukup 5 (33.3 %)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Lebih 2 (13.3 %) oleh (Azizah,A. 2017) dengan judul “Tingkat
Kecukupan Energi Protein Pada Ibu Hamil
Total 15 100% Trimester Pertama Dan Kejadian Kekurangan
Energi Kronis” yang menyatakan mayoritas tingkat
kecukupan protein pada ibu hamil trimester
pertama adalah kurang-defisit (81,8%). Kurangnya
asupan protein pada ibu hamil disebabkan karena
ibu hamil lebih banyak mengkonsumi protein
nabati dibandingkan protein hewani.
Asupan Lemak pada Ibu hamil

Tabel 5.22 Asupan Lemak pada Ibu Hamil Hasil menunjukan proporsi terbanyak
berada pada kategori lebih sebanyak
Variabel Kategori n % 46,7% dengan median asupan lemak
Asupan Lemak Kurang 6 (40.0 %) 60.5 gram (18.4-125.8 gram).
Cukup 2 (13.3 %)
Lebih 7 (46.7 %)

Total 15 100%

Jurnal pendukung kalau kurang kenapa kalau


lebih
Asupan Karbohidrat pada Ibu hamil

Hasil menunjukan proporsi terbanyak


Asupan Karbohidrat pada ibu hamil ada
Tabel 5.23 Asupan Karbohidrat pada Ibu Hamil pada kategori asupan kurang sebesar
80.0% dengan nilai median asupan
Variabel Kategori n % karbohidrat sebesar 244,3 gram (104.1-
Asupan Kurang 12 (80.0 %) 483.7 gram).
Karbohidrat Cukup 2 (13.3 %)
Lebih 1 (6.7 %)

Total 15 100%
Dampak kh kurang apa
Asupan Zat Besi pada Ibu hamil

Hasil menunjukan bahwa proporsi terbesar


Tabel 5.24 Asupan Zat Besi pada Ibu Hamil asupan zat besi pada ibu hamil ada pada
kategori baik yaitu sebanyak 53.5% dengan
nilai median asupan zat besi sebesar
Variabel Kategori n % sebesar 27.5 mg (3.0-257.9 mg).
Asupan Zat Besi Defisit 7 (46.7 %)
Baik 8 (53.3 %)

Total 15 100%

Peran dan kenapa jika kurang dan lebih


Asupan Zn pada Ibu hamil
Hasil menunjukkan bahwa proporsi
terbanyak Asupan Zinc pada Ibu hamil ada
pada kategori deficit yaitu sebanyak 66.7%
dengan nilai median asupan Zn pada ibu
Tabel 5.25 Asupan Zn pada Ibu Hamil
hamil yaitu 7.8 mg, nilai minimum asupan
Zn responden adalah 3,4 mg, sedangkan
Variabel Kategori n % nilai maksimum asupan Zn responden
adalah 23,8 mg.
Asupan Zn Defisit 10 (66.7 %)
Baik 5 (33.3 %)

Total 15 100%

Apa dampak jika deficit dan peran zn


Asupan Kalsium pada Ibu hamil

Hasil menunjukkan bahwa proporsi terbanyak


Asupan Kalsium pada Ibu hamil berada pada
kategori deficit yaitu 73.3% dengan nilai median
Tabel 5.26 Asupan Kalsium pada Ibu Hamil asupan kalsium pada ibu hamil yaitu 652.4 mg,
Selain itu diperoleh pula data bahwa nilai
minimum asupan kalsium responden adalah 121.7
Variabel Kategori n %
mg dengan asupan kalsium defisit, sedangkan nilai
Asupan Kalsium Defisit 11 (73.3 %) maksimum asupan kalsium responden adalah
Baik 4 (26.7 %) 1179.8 mg.

Total 15 100%

Peran dan dampak


BALITA
Karakteristik Balita
Umur Balita

Berdasarkan tabel 5.26, umur


Tabel 5.26 Karakteristik Umur Balita
balita sangat beragam dan dapat
dinyatakan bahwa balita
Variabel Kategori n % terbanyak berada pada usia 39
Umur Balita ≤ 2 Tahun (0-24 bulan) 18 (20.0%)
bulan dan 57 bulan sebanyak 4
Di atas 2 Tahun (>24 bulan) 27 (80.0%) orang (8.9%).
Pada usia 2 – 5 tahun
merupakan masa golden age
Total 45 100% dimana pada masa itu dibutuhkan
zat tenaga yang diperlukan bagi
tubuh untuk pertumbuhan
sehingga kebutuhan akan zat
gizi meningkat (Adriani, 2014).
Adriani , M. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita . Kharisma Putra Utama Gizi .
Jenis Kelamin

Tabel 5.27 Jenis Kelamin Balita


Variabel Kategori n %

Jenis Kelamin Laki-laki 23 (51.1 %)


Perempuan 22 (48.9 %)
Berdasarkan tabel 5. 27, sebagian besar
responden memiliki jenis kelamin laki-
Total 45 100%
laki sebanyak 23 orang (51,1%) dan
sebagian kecil memiliki jenis kelamin
perempuan sebanyak 22 orang (48,9%).

Adriani , M. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita . Kharisma Putra Utama Gizi .
Jumlah Balita dalam Keluarga

Tabel 5.28 Jumlah balita dalam keluarga

Variabel Kategori n %

Jumlah balita dalam keluarga, proporsi


Jumlah balita dalam 1 33 (73.3 %)
keluarga 2 11 (24.4 %)
terbanyak terdapat pada kategori satu
3 1 (2.2) (Jumlah balita 1), yaitu sebanyak 73.3%.
Dan jumlah balita dalam keluarga terendah
Total 45 100% terdapat pada kategori tiga, yaitu sebanyak
2.2%.

Kaitan jumlah balita dengan pola asuh


atau asupan.
Status Gizi Balita
Status Gizi Berdasarkan BB/TB, TB/U dan BB/U

Tabel 5.29 Status Gizi Balita Berdasarkan tabel diatas, status gizi berdasarkan
Variabel Dependen Kategori n % BB/TB proporsi terbanyak dalam kategori gizi
Gizi Buruk
1 2,2
baik sebanyak 77,8%. Status gizi berdasarkan
Gizi Kurang
1 2,2 Didukung
TB/U oleh hasil
proporsi terbanyak dalam dari penelitian
kategori normal
Status Gizi Balita berdasarkan :
BB/TB
Gizi baik
Beresiko Gizi Lebih
35 77,8 (Soumoki,
sebanyak 2017)Status
88,9%. statusgizi
gizi BB/U
BB/U proporsi
proporsi
Gizi Lebih
5 11,1 terbanyak dalam
terbanyak ada kategori berat badan
pada kategori baiknormal
yaitu
2 4,4
Obesitas sebanyak 84,4%.
sebanyak 178 orang (48,4%), status gizi
1 2,2
Sangat Pendek
2 4,4 TB/U sebagian besar sampel termasuk
Pendek
Status Gizi Balita berdasarkan :
TB/U Normal
1 2,2
dalam kategori gizi normal yaitu sebanyak
40 88,9
Tinggi
2 4,4 234 orang (63,6%), dan status gizi berat
Berat Badan Sangat Kurang
0 0,0 badan menurut tinggi badan menunjukkan
Status Gizi Balita Berdasarkan : Berat Badan Kurang
Berat Badan Normal
0 0,0 sebagian besar sampel termasuk dalam
BB/U 38 84,4
Resiko Berat Badan Lebih kategori gizi normal yaitu sebanyak 261
7 15,6
Total 45 100,0
orang (70,9%).
Sahalessy, R. K., Kapantow, N. H., & Mayulu, N. (2015). HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK
SULAWESI UTARA 2014. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(3), 690-694.
Riwayat ASI
Keberhasilan IMD
Tabel 5.30
Keberhasilan IMD
Dapat disimpulkan sebagian besar balita pada
Variabel Kategori n (%)
penelitian ini tidak berhasil dalam melakukan
Keberhasilan IMD Berhasil 12 26.7 %
Berdasarkan tabel IMD.
5. 30,Penyebab
riwayat ASIketidak
dapatberhasilan proses
Tidak behasil
dilihat
33
berdasarkanIMD
73.3 %
ini dikarekan
keberhasilan IMD danketidak tahuan ibu
Total   pemberian
45 100 % ASI dalam melakukan
Eksklusif oleh ibu proses
padaIMD, petugas tidak
balitanya. Untuk membantu ibu untuk
kategori Inisiasi meletakkan bayi ke dada
Menyusu
karena menunjukkan
Dini (IMD) Hasil analisis proses lahiran ibu tersebut, dan juga
bahwa,
proporsi terbanyakdisebabkan oleh tidak
ada pada kategori tidak keluarnya ASI.
berhasil melakukanSehingga ibu gagal
IMD sebanyak untuk
73,3 % dan melakukan proses
berhasil melakukanIMD. IMD sebanyak 26,7 %.
Mawaddah, S. (2018). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi. Jurnal Info Kesehatan, 16, 214-225.
Riyadi , R., Wardiyah, A., & Rilyani. (2014). Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilyah Kerja Puskesmas Rajabasa
Indah Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Holistik, 8, 174-177.
RIWAYAT ASI EKSKLUSIF
Tabel 5.30 Riwayat ASI
pada Balita
Variabel Kategori
Hal ini sesuai dengan penelitian menurut
n (%)

ASI eksklusif ASI eksklusif


Riyadi, et.al tahun 2014 distribusi frekuensi
25 55.6 %

Tidak ASI eksklusif 20 44.4 %


responden yang melakukan ASI eksklusif di
wilayah kerja puskesmas rajabasa indah Bandar
Total   45 100 %
lampung lebih besar dari pada yang tidak
melakukan ASI ekslusif (Riyadi , Wardiyah, &
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi Rilyani, 2014). Kenapa lebih tinggi asi
terbanyak ada pada kategori ASI eksklusif eksklusif?
sebanyak 55,6 %, dan yang tidak ASI eksklusif
sebanyak 44,4 %.
Riyadi , R., Wardiyah, A., & Rilyani. (2014). Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilyah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Holistik, 8, 174-177.
Riwayat Infeksi pada Balita
Tabel 5.31 Riwayat Infeksi pada Balita

Variabel Kategori n % Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi


terbanyak ada pada kategorik tidak diare (tidak
Diare Diare 10 (22.2 %)
  Tidak diare 35 (77.8 %) pernah menderita diare dalam sebulan terakhir)
ISPA ISPA 8 (17.8%) sebanyak 77,8% sedangkan yang kategorik diare
Tidak ISPA 37 (82.2%) (mengalami diare dalam sebulan terakhir) sebanyak
22,2%.
Total 45 100%
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi
terbanyak ada pada kategorik tidak ISPA (tidak
Menurut Jayani (2015),Balita yang
pernah mengalami ISPA dalam sebulan terakhir)
memiliki riwayat penyakit infeksi 82,2% sedangkan yang kategorik ISPA (pernah
cenderung memiliki sistem imunitas mengalami ISPA dalam sebulan terakhir) sebanyak
tubuh yang rendah. 17,8%.

Jayani , I. (2015). Hubungan antara penyakit Infeksi dengan Status Gizi pada
Balita. Java Health Journal, 2(1), 1-8.
Pola Asuh Ibu terhadap Pemberian Makan Anak
Proporsi terbanyak ada pada ketegori sangat
Tabel 5.32 Pola Asuh Ibu terhadap pemberian makan anak
kurang sebanyak 4.4%, sebanyak 6.7% balita
memliki pola asuh yang n termasuk% dalam
Variabel Kategori
Berdasarkan penelitian ini, pola asuh terkait
kategori kurang,sebanyak 80.0%(4.4 %) balita
Sangat kurang 2
sikap pemberian makan pada balita usia 6-59
memiliki pola asuh yang termasuk dalam
bulan di Kota Jakarta Selatan dan Kota
kategori baik, dan sebanyak 8.9% balita
Tangerang Selatan terbanyak pada kategori
memiliki pola asuh
Pola asuh terkait sikap Kurang
yang 3 termasuk(6.7 %)
dalam
pemberian makan anak baik. Asupan dan keadaan gizi balita
kategori sangat baik. Baik 36 (80.0 %)
dipengaruhi oleh pola pengasuh keluarga,
Sangat baik 4 (8.9 %) karena balita masih tergantung dalam
Total 45 100%
mendapatkan makanan (Rahim, 2014).

Masita, M., Biswan, M., & Puspita, E. (2018). Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Balita. Quality : Jurnal Kesehatan, 12(2), 23–32.
https://doi.org/10.36082/qjk.v12i2.44
Rahim, F. K. (2014). Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan. KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2),
115–121. https://doi.org/10.15294/kemas.v9i2.2838
Perilaku Hygiene Keluarga

Tabel 5.33Perilaku Hygiene Keluarga


Penunjang sesuai dengan hasl yaitu sehat
Variabel Kategori n %
Sehat purnama 1 2.2%
mandiri, bagaimana hygiene keluarga
Perilaku Hygiene Sehat madya 3 35.6% yang sehat (Zairinayati & Purnama,
keluarga
 
Sehat mandiri 16 62.2% 2019).
 
Total 45 100%

Hasil penelitian di Kota Jakarta Selatan dan Kota


Tangerang Selatan proporsi terbanyak perilaku
hygiene keluarga ada pada sehat mandiri
sebanyak 62.2%, kategori sehat purnama yaitu
sebanyak
Zairinayati, & Purnama, 2.2%.
R. (2019).Untuk
Hubunganproporsi hygiene
Hygiene Sanitasi keluarga
dan Lingkungan
kategori
dengan Kejadian sehat
Stunting Padamadya sebanyak
Balita. Jurnal 35.6%.
Ilmiah Multi Science Kesehatan,
10(1), 78–91.
Pengetahuan Ibu Balita
Hasil ini serupa dengan penelitian Yuneta (2019) dimana
Hasil 5.34
tabel menunjukan proporsi terbanyak
Pengetahuan Ibu Balita
hasil penelitian tersebut menyatakan responden yang
berada di pengetahuan sedang yaitu 62.2%, berpengetahuan tinggi sebanyak 11 orang (22%), Sedang
Variabel Kategori n (%) sebanyak 33 orang (66%), dan rendah sebanyak 3 orang
sedangan untuk Pengetahuan rendah sebanyak (12%).
Pengetahuan Ibu Rendah 6 (13.3 %)
6 orangBalita(13,3%) dan Sedang Pengetahuan
28 Baik
(62.2 %) 11 Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan, dimana
orang( 24.4%). Untuk variable Pengetahuan
Baik 11 (24.4 %) seseorang dengan pendidikan sedang-tinggi cenderung
memiliki pengetahuan yang luas. Tingkat pengetahuan
Ibu pada Total
gizi balita nilai
 
median
45
pengetahuan
100% ibu menjadi kunci dalam pengelolaan rumah tangga, hal ini
berada pada nilai 8.0 dengan nilai terendah 5.0 akan mempengaruhi sikap ibu dalam pemilihan makanan
dan nilai tertinggi 10.0. keluarga (Yuneta et al, 2019).

Puspasari , N., & Adriani, M. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Asupan Makan Balita dengan Status
Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan. Amerta Nutrition, 4, 369-378. Retrieved from
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i4.2017
Yuneta, A. E. N, Hardiningsih & Yunita, F. A. (2019). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi
Balita Dikelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar. Placentum 7 (1). ISSN 2303-3746.
Ketahanan Pangan Keluarga
Tabel 5.35 Ketahanan Pangan tingkat keluarga Hasil ini sejalan dengan penelitian Utami (2015) dimana
Hasil
Responden
proporsi ketahanan pangan keluarga lebih dari separuh rumah tangga termasuk dalam
terbanyak
Variabel
berada Kategori
di kategori tahan n
pangan
(%)
kategori tahan pangan yaitu sebesar 63%, Sedikit rawan
71.1% dan untuk kategori Rawan pangan pangan 17%, Rawan pangan tingkat sedang 11% dan Rawan
pangan tingkat berat 9%.
tingkat sedang 6.7% kemudian untuk sedikit
Ketahanan Rawan Pangan Tingkat sedang 3 (6.7 %)
Pangan
rawan pangan 22.2%. Hal ini dikarenakan pendapatan yang lebih tinggi
Sedikit Rawan Pangan 10 (22.2 %)
memungkinkan masyarakat mengakses makanan lebih
baik dan juga daerah perkotaan biasanya memiliki akses
Tahan Pangan 32 (71.1 %)
pangan yang baik sehingga daerah perkotaan cenderung
tahan pangan. (Ediwiyati R. K., 2016).
Total   45 100%

Ediwiyati, R. K. (2016). analisis ketahanan pangan rumah tangga (Studi kasus pada
pelaksanaan program desa mandiri pangan di Desa Oro Bulu Kecamatan Rembang Kabupaten
Pasuruan). Agricultural Socio-Economics Journal, 15(2), 85.
Keragaman Pangan

Tabel 5.36 Keragaman Pangan


Variabel Kategori n (%)
Keragaman Kurang Beragam 8 Keberagaman pangan menjadi salah satu
(17.8 %)
Pangan
penyebab munculnya masalah gizi pada
Beragam 37 (82.2 %)
balita dan hal ini juga tidak terlepas dari
tingkat sosial ekonomi keluarga, pengeluaran
pangan, dan pendapatan (Wirawan &
Proporsi keragaman pangan terbanyak ada pada Rahmawati, 2016).
kategori beragam yaitu sebanyak 82,2%,
sedangkan pada kategori kurang beragam
17,8%.

Wirawan, N. N., & Rahmawati, W. (2016). Ketersediaan dan Keragaman Pangan


serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita. Indonesian Journal of
Human Nutrition, 3(1), 80–90.
Asupan Makan Balita
Asupan Energi

Tabel 5.37 Asupan Energi


Berdasarkan hasilpadauji
Balitaunivariat tabel 5.37

sebagain
Variabel besar Kategori
asupan energi n pada balita
% masuk
Hal ini sesuai dengan penelitian … bahwa
dalam kategoriKurang
Asupan Energi cukup (80-110%
8 (17.8dari
%) AKG)
asupan energy yang cukup … kaitkan dengan
yaitu dengan banyak Cukup proporsi
21 21 balita
(46.7 %) (46,7%)
Lebih 16 (35.6 %) efeknya.
untuk kategori Total
asupan energi
45
kurang
100%
(<80%
dari AKG) terdapat 8 balita (17,8%), dan untuk
kategori asupan energi lebih (>110%) terdapat
16 balita (35,6%). Dengan median/nilai tengah
dari asupan balita yaitu sebesar 1329.6 kkal
dan untuk batas minimal dan maksimal asupan
energi balita yaitu 672.9 – 2163 kkal.

WNPG. (2013). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.


Asupan Protein

Tabel 5.38 Asupan Protein pada Balita


Menurut (Azis, 2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat 83 orang (89,25%)
Variabel Kategori n % responden memiliki asupan protein lebih,
Asupan Protein Cukup 2 (4.4 %) sedangkan 10 orang (10.7%) memiliki asupan
Lebih 43 (95.6 %) protein cukup. Jelaskan peran protein dan jika
berlebih dampaknya apa
Berdasarkan Total hasil uji univariat
45 tabel 5.38,
100%

Sebagian besar asupan protein berada pada


kategori lebih ( >110% dari AKG) yaitu
sebanyak 43 balita (95.6%), sedangkan untuk
kategori asupan protein cukup (80% - 100%
dari AKG) terdapat 2 balita (4.4%). Dengan
nilai median
Azis, T. (2012). HUBUNGANasupan protein
ANTARA ASUPAN 46.4DANgram
PROTEIN dan
STATUS GIZI
PADA BALITA DI PUSKESMAS CIKIDANG DI KECAMATAN CIKIDANG KAB.
untuk
SUKABUMIbatas minimum
TAHUN 2012. Program Studidan maksimum
Pendidikan Dokter. asupan
WNPG. (2013). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.
Asupan Lemak
Penelitian ini sejalur dengan penelitian Farida K (2012)
Tabel 5.39 Asupan
yang menyatakan bahwa asupan lemak balita pada
Berdasarkan tabel Lemak 5.39, pada Balita
responden balita 6-59 bulan penelitian tersebut dalam kategori lebih yaitu sebanyak 4201
memiliki nilai median asupan lemak sebesar 61,5 g orang (43,9%) (Farida Kusumaningrum, 2012). Selain itu,
Variabel Kategori n %
(23.8-95,6). Berdasarkan ambang batas atau cut off penelitian ini juga sejalur dengan penelitian Ernawati et al
pointAsupan dariLemak asupan Kurang Lemak terdiri
Cukup
5
10
dari 3(22.2 (11.1 %)
jenis,
%)
yaitu (2019) yang menyatakan bahwa asupan lemak balita pada
kurang (jika asupanLebih lemak <80% 30 AKG),(66.7 cukup
%) (jika penelitian tersebut dalam kategori lebih sebanyak 51% dari
asupan lemak antara  80–110% AKG), lebih   (jika total seluruh balita (Ernawati et al., 2019).
Asupan lemak yang tinggi pada balita dapat
asupan lemak >110% Total AKG) (WNPG, 45 2013).
100% Asupan
dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi makanan yang
lemak balita 6-59 bulan dengan kategori kurang berlemak dan selalu digoreng (Ernawati et al., 2019;
sebanyak 5 orang (11,1 %), cukup 10 orang (22,2 %) Farida Kusumaningrum, 2012).
dan lebih 30 orang (66,7 %). Berdasarkan penelitian
ini, asupan lemak balita usia 6-59 bulan di Kota
Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan
Ernawati, F., Pusparini, P., Arifin, A. Y., & Prihatini, M. (2019). HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN STATUS
terbanyak padaTAHUN
GIZI ANAK USIA 6 BULAN-12 kategoriDI INDONESIA.
Food Research). https://doi.org/10.22435/pgm.v42i1.2420
lebih.
Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and

Farida Kusumaningrum, S. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGEMUKAN PADA


ANAK BALITA 24-59 BULAN DI INDONESIA TAHUN 2010 (Analisis lanjut Riskesdas 2010). Gizi Indonesia, 35(1),
41–56. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
WNPG. (2013). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.
Asupan Karbohidrat
Berdasarkan Berdasarkan tabel 5.40, sebagian
Tabel 5.40 Asupan Karbohidrat pada Balita
besar asupan karbohidrat berada pada %kategori Menurut Baculu (2017), Asupan Karbohidrat
Variabel Kategori n
kurang ( <80% dari AKG) yaitu sebanyak 22 memiliki fungsi penting dalam perkembangan
Asupan
balita Karbohidrat
(48.9%), Cukup
Kurang 22 (48.9 %)
sedangkan 19 untuk (42.2kategori
%)
dan pertumbuhan balita. Kekurangan asupan
asupan karbohidrat Lebih cukup 4(80%-110% (8.9 %) dari karbohidrat dapat menyebabkan terganggunya
AKG) terdapat 19 balita (42.2%), dan untuk pertumbuhan dan perkembangan balita.
Total 45 100%
kategori asupan karbohidrat lebih (>110% dari
AKG) yaitu sebanyak 4 balita (8.9%). Dengan
nilai median asupan karbohidrat 174.6 gram
dan untuk batas minimum dan maksimum
asupan karbohidrat balita yaitu sebesar 91.8 –
274.6 gram.
Baculu, E. P. H. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Asupan Karbohidrat dengan
Status Gizi Pada Anak Balita di Desa Kalangkangan Kecamatan Galang Kabupaten
Asupan Vitamin C

Tabel 5.41 Asupan Vit.C pada Balita


Peran vitamin c pada balita (ex:imunitas balita
Variabel Kategori n % yg dapat mempengaruhi status gizi)
Asupan Vit. C Defisit 17 (37.8 %)
Normal 28 (62.2 %)
Berdasarkan tabel 5.41, Sebagian besar asupan
Total 45 100%
Vit. C berada pada kategori normal (80%-110%
dari AKG) yaitu sebanyak 28 balita (62.2%),
dan untuk kategori asupan Vit. C defisit (<80%
dari AKG) terdapat 17 balita (37.8%). Dengan
nilai median asupan Vit. C 59.950 gram dan
untuk batas minimum dan maksimum asupan
Vit. C balita yaitu sebesar 6 – 319.9 gram.
Roziqo, I. O., & Nuryanto. (2016). Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin
C dan Seng dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Stunting. Journal of Nutrition
Asupan Fe

Tabel 5.42 Asupan Fe pada Balita


Peran FE, kalau deficit dampaknya akan seperti
apa
Variabel Kategori n %

Asupan Fe Defisit 20 (44.4 %)


Normal 25 (55.6 %)
Berdasarkan tabel 5.42, sebagian besar asupan
Total 45 100% Fe pada kategori normal (80%-110% dari
AKG) yaitu sekitar 55.6% pada 25 balita,
sedangkan untuk sisanya pada kategori asupan
Fe defisit (<80% dari AKG) yaitu sekitaf
44.4% pada 20 balita. Nilai median asupan Fe
7.90 gram lalu untuk batas minimum dan
Roziqo, I. O., & Nuryanto. (2016). Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin
maksimum asupan Fe yaitu sebesar 7-101.0
C dan Seng dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Stunting. Journal of Nutrition gram.
College, 5, 419–427.
Asupan Vitamin A

Tabel 5.43 Asupan Vit.A pada Balita Berdasarkan tabel 5.43, sebagian besar asupan
Vit A pada kategori normal yaitu 84,4% pada,
Variabel Kategori n % sedangkan untuk sisanya pada kategori asupan
Asupan Vit.A Defisit 7 (15.6 %) Vit A defisit yaitu 15.6%.
Normal 38 (84.4 %)

Total 45 100%

Asupan vitamin A yang cukup berperan vit A


pada balita

Wahyunita, V. D., Sulatriningsih, K., & Harahap, I. Z. (2019). Faktor yang


Mempengaruhi Pemberian Vitamin A pada Balita Di Kelurahan Ciriung Cibinong
Kabupaten Bogor. Quality : Jurnal Kesehatan, 13(2), 50–53.
https://doi.org/10.36082/qjk.v13i2.88
Analisis Bivariat Ibu Hamil
Hubungan asupan energi dengan
status gizi berdasarkan LILA
Kategori Status gizi berdasarkan LILA    
Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy
Asupan n(%) Total  
ibu hamil dengan status gizi berdasarkan LILA dengan p
value = 1.000 (P >0,05). Energi Berisiko KEK Normal P value
Namun, pada ibu hamil yang asupan Energinya tidak normal
memiliki kecenderungan beresiko KEK . n % n % %
n

Hal ini sejalan dengan penelitian Megauleng, ,Mustamin, Tidak 1 11.1 8 88.9 9 100  
Sunarto di Sulawesi Selatan tahun 2018 yang menyatakan Normal 1.000
tidak ada hubungan antara asupan energy dengan status gizi
Normal 0 0.0 6 100 6 100
ibu hamil dengan p value = 0,364. Selain itu menurut Putri
(2016) juga menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan energi dengan kejadian KEK
dimana p value = 0.589. kenapa tidak berhubungan? Hal ini
dikarenakan
Hubungan asupan Protein dengan Status Gizi
bedasarkan LILA
Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein
dengan status gizi berdasarkan LILA (p >0.05). Dari tabel
juga dapat di lihat ibu hamil yang beresiko KEK memiliki   Status gizi berdasarkan    
proporsi yang lebih banyak pada asupan tidak normal yaitu Kategor LILA Total  
1 orang (10.0%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan i n(%) P value
asupan normal.
Asupan Berisiko Normal
Protein KEK
n % n % %
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah,Adriani
(2015), yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
n
tingkat kecukupan protein ibu hamil dengan kejadian KEK
dengan p = 1,000 (p > 0,05). Penelitian Megauleng,
Mustamin, Sunarto (2018), juga menyatakan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara asupan protein pada Tidak 1 10.0 9 90 10 100  
status gizi ibu hamil dimana nilai p = 0,515. Normal 1.000
Alasan?
Normal 0 0.0 5 100 5 100
Hubungan asupan lemak dengan status
gizi berdasarkan LILA
  Status gizi berdasarkan LILA    
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh untuk nilai p value = 0.133 yang
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Kategori n(%) Total  
asupan lemak dengan status gizi berdasarkan LILA(p >0.05). Untuk Asupan Berisiko KEK Normal P value
proporsi kategori asupan lemak tidak normal sebanyak 13 responden,
pada kelempok yang tidak berisiko KEK sebanyak 13 responden (100%). Lemak
Dan pada kategori asupan lemak normal terdapat 2 responden, pada n % n % %
keleompok berisiko KEK sebanyak 1 responden (50%) dan kelompok
tidak beirisko KEK sebanyak 1 respon (50%). Dan dapat disimpulkan n
bahwa jumlah responden yang lebih besar yaitu pada kategori asupan
lemak tidak normal dan tidak berisiko KEK yaitu sebanyak 13 orang
(100%).
Tidak 0 0.0 13 100 13 100  
Normal 0.133
Normal
Hal ini juga sesuai dengan penelitian 1 50 oleh (Latif
yang dilakukan 1 et50al., 2019),
2 100
di wilayah kerja
puskesmas Tosa Kota Tidore Kepulauan tahun 2018 yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat asupan lemak dengan KEK pada ibu hamil. Hal ini
dikarenakan banyak ibu hamil yang kurang konsumsi makanan mengandung lemak seperti
ikan,daging, tahu dan tempe. Sehingga kecukupan lemak pada ibu hamil masih sangat
kurang,
Hubungan asupan karbohidrat dengan status
gizi berdasarkan LILA
  Status gizi berdasarkan LILA    
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh untuk nilai p value =
Kategori n(%) Total  
1.000 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan status gizi Asupan Berisiko KEK Normal P value
berdasarkan LILA (p >0.05). Untuk proporsi kategori asupan Karbohidr
karbohidrat tidak normal jumlah responden sebanyak 13 at n % n % %
responden (100%) pada kelompok yang tidak berisiko KEK
sebanyak 12 responden (92,3%) sisanya 1 responden (7,7%)
n
berisiko KEK

Tidak 1 7.7 12 92.3 13 100  


Normal 1.000
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (PutriNormal
et al., 2019),
0 yang
0.0dalam2 penelitiannya
100 2 mendapatkan
100
nilai p value = 0.455 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan kejadian
KEK. Hal ini dikarenakan jumlah asupan yang kurang dan jenis karbohirat yang di konsumsi tidak beragam sehingga
berpengaruh terhadap kuantitas serta kualitas karbohidrat.
Hubungan pengetahuan dengan status gizi
berdasarkan LILA
Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 1.000 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
antara pengetahuan dengan status Gizi Ibu berdasarkan LILA dilaksanakan oleh Indriany (2014), bahwa tidak ada
(p <0.05). Berdasarkan tabel di atas maka didapatkan bahwa hubungan antara pendidikan dan pengetahuan gizi dengan
ibu hamil yang Normal (Tidak Berisiko KEK) memiliki kejadian KEK pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan
proporsi yang lebih besar pada kategori pengetahuan gizi pengetahuan ibu baik namun tidak di praktekan ke dalam
yang kurang yaitu sebanyak 9 orang (90%), dibandingkan sikap dan perilaku yang positif.
dengan kategori pengetahuan gizi yang baik
  Status gizi berdasarkan LILA    
Kategori n(%) Total  
Pengetahuan Berisiko KEK Normal P value

n % n % %
n

Pengetahuan 1 10.0 9 90 10 100  


Analisis Bivariat Balita
Hubungan Asupan Energi terhadap status
gizi balita BB/TB (Wasting)
Berdasarkan hasil tabel 5.51 diperoleh nilai p=1.000 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara asupan energi dengan status gizi balita
(BB/TB atau BB/PB) (p>0.05).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


(Sahalessy, Kapantow, & Mayulu, 2015) didapatkan hasil
Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan energi
dengan status gizi batita berdasarkan indeks BB/TB. Hal ini
dikarenakan ..
Asupan Protein dengan Status Gizi
berdasarkan BB/TB
Berdasarkan hasil tabel 5.52 diperoleh nilai
p=1.000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan protein
dengan status gizi balita (BB/TB atau BB/PB)
(p>0.05). Dari tabel di atas di lihat balita dengan
wasting berada lebih tinggi pada kategori asupan
energi tidak normal yaitu 2 orang (4.7%)
dibandingkan dengan asupan energi normal.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Oktovina, 2017)


menyatakan hasil tidak adanya hubungan antara
asupan protein dengan status gizi indeks BB/TB.
Hal ini dikarenakan ….
Asupan Lemak terhadap Status
Gizi Balita berdasarkan BB/TB

Berdasarkan hasil tabel 5.53 diperoleh nilai p=1.000


maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara asupan lemak dengan wasting
(p>0.05). Dari tabel juga dapat di lihat proporsi
balita dengan wasting lebih tinggi berada pada
kategori asupan lemak tidak normal yaitu 2 orang
(5.7%) dibandingkan dengan asupan lemak normal.

Hal ini sejalan dengan penelitian Putri (2013)


menunjukkan tidak ada hubungan bermakna
(P>0.05) antara pola menyusui, asupan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat, serta penyakit
malaria dengan kejadian wasting pada anak umur 6
± 23 bulan. Hal ini dikarenakan ….
Asupan Karbohidrat terhadap Status
Gizi Balita berdasarkan BB/TB
Berdasarkan uji statistik menggunkan fisher,
didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
karbohidrat dengan status gizi berdasarkan BB
menurut TB/PB di Kecamatan Jakarta Selatan dan
Kota Tanggerang Selatan. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil p=0.173 lebih besar dari nilai alpha (0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian Rochmawti, dkk


pada tahun 2016 menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara asupan karbohidrat dengan status
gizi berdasarkan BB menurut TB/PB (Rochmawati,
Marlenywati, & Waliyo, 2016). Hal ini dikarenakan …
Hubungan antara Keragaman Pangan
terhadap wasting
Berdasarkan hasil tabel 5.55 diperoleh nilai
p=0.327 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keragaman
pangan dengan status gizi balita (BB/TB atau
BB/PB) (p>0.05). Dari tabel juga dapat di lihat
proporsi balita dengan wasting lebih tinggi berada
pada kategori kurang beragam yaitu 1 orang
(12.5%) dibandingkan dengan beragam.

Berdasarkan penelitian Novita, Triska (2015)


menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara keragaman makanan dengan status gizi
balita dengan (p >1). Hal ini dikarenakan…
Hubungan antara Pola Asuh terhadap
wasting
Berdasarkan hasil tabel 5.56 di diperoleh nilai
p=1.000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan
status gizi balita (BB/TB atau BB/PB) (p>0.05). Dari
tabel di atas di lihat proporsi balita dengan wasting
berada lebih tinggi pada kategori pola asuh baik yaitu
2 orang (5.0%) dibandingkan dengan pola asuh
kurang baik. Dan kecenderungan data dibahas

Hal ini sejalan dengan penelitian Warso (2017)


yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara
pola asuh ibu dengan status gizi balita dengan p-
value sebesar p=0,583 (>0,05). Berdasarkan
penelitian Vita, Sri (2018) juga menyatakan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara pola asuh
orang tua dengan status gizi balita dengan p value
= 0,813 (p>0,05). Hal ini dikarenakan…
Hubungan antara Riwayat ASI Eksklusif
terhadap Wasting
Berdasarkan tabel 5.57 diperoleh nilai p=0.495
(p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara Riwayat ASI
Eksklusif terhadap status gizi balita (BB/TB).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


(Jasmiaty, Punuh, & Malonda, 2017) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia
6-12 bulan menurut indeks BB/PB. Sama halnya
dengan penelitian oleh (Purba, Kapantow, &
Momongan, 2017) yang menyatakan tidak terdapat
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi pada bayi 6-12bulan berdasarkan indeks
antropometri BB/PB dengan nilai p value 0.508
(p>0.05). Hal ini dikarenakan…
Hubungan antara Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) dengan Wasting
Berdasarkan hasil tabel 5.58 dengan uji fisher
exact pada uji chi-square diperoleh nilai p=0.028
(p<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
riwayat penyakit ISPA terhadap status gizi balita
(BB/TB).

Hal ini sesuai dengan penelitian Asmidiyanti


(2012) dan Widia (2017) yang menyatakan
bahwa adanya hubungan riwayat ISPA dengan
status gizi balita yaitu (p=0,000) dan (p=0,01)
yang dimana (p<0,05). Hal ini dikarenakan balita
yang memiliki riwayat penyakit ISPA mengalami
gejala klinis berupa kehilangan nafsu makan
sehingga mempengaruhi asupan dan status gizi
balita (Asmidayanti et al., 2012; Widia, 2017).
Hubungan antara Diare
terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil tabel 5.59 di diperoleh nilai p


= 0.399, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara diare
eksklusif dengan status gizi balita (BB/TB atau
BB/PB) (p >0.05).

Menurut penelitian Fatimah, S., & Fitriahadi, E.


(2016), menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara diare dengan status gizi balita. Hal ini
dikarenakan…
Hubungan antara Pengetahuan
terhadap Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil tabel 5.60 di diperoleh nilai p =
1000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan status gizi balita (BB/TB atau BB/PB) (p
>0.05).

Penelitian ini sejalan dengan Asriani, Andi Fajriansi,


Sumira (2013), bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi balita. Hal ini dikarenakan..
Hubungan antara Ketahanan
Pangan terhadap Status Gizi
Balita
Hasil uji fisher diperoleh nilai p=0.499 (p>0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara ketahanan
pangan terhadap status gizi balita (BB/TB).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan


oleh (A. Safitri et al., 2017) yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara ketahanan
pangan dengan status gizi balita menurut
indeks BB/TB. Hal ini dikarenakan…
07
Kesimpulan dan
Saran
KESIMPULAN SARAN

• Dari 15 ibu hamil terdapat 1 ibu hamil yang mengalami Bagi Masyarakat
Kurang Energi Kronik (KEK), dan sisanya termasuk ke • Mengoptimalkan kesadaran masyarakat untuk tetap
dalam status gizi yang normal. peduli terhadap kesehatan.
• Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan • Mengoptimalkan status gizi balita agar tercapai status
energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan gizi anak balita yang baik. Hal ini tidak terlepas dari
karbohidrat dengan status gizi ibu hamil berdasarkan peran orang tua khususnya ibu sebagai pengasuh karena
LILA (Lingkar Lengan Atas) di beberapa Kecamatan ibu sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam
Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan. penyelenggaraan makan keluarga termasuk untuk anak
• Dari 45 balita terdapat 2 balita yang mengalami wasting, balita.
dan sisanya termasuk ke dalam status gizi yang normal. • Mengoptimalkan kebutuhan asupan saat masa
• Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kehamilan. Hal ini dilakukan karena pada setiap tahap
energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan
keragaman pangan, pola asuh ibu terhadap anaknya, dengan kandungan zat gizi yang berbeda-beda sehingga
riwayat ASI eksklusif, riwayat diare, pengetahuan ibu, dapat mengoptimalkan status gizi ibu hamil.
dan ketahanan pangan dengan status gizi balita  
berdasarkan BB menurut TB ataupun PB. Bagi Peneliti
• Terdapat hubungan antara infeksi saluran pernafasan atas • Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat
(ISPA) dengan status gizi balita berdasarkan BB menurut mengembangkan bahan penelitiannya untuk menambah
TB ataupun PB informasi
08
Lampiran
Pengukuran tinggi badan balita Pengukuran berat badan balita

Anda mungkin juga menyukai