Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
DAFTAR ISI
A. BAB 1
a. Latar belakang.................................................................................................. 1
b. Tujuan............................................................................................................... 1
c. Rumusan masalah............................................................................................ 1
B. BAB II
Tabel analisis jurnal............................................................................................. 2
C. BAB III
Kesimpulan dan saran......................................................................................... 5
ii
BAB 1
A. Latar belakang
Gizi anak balita merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan serta memperbaiki
jaringan tubuh pada anak balita. Kebutuhan gizi pada anak balita harus tepat,
yaitu tepat kombinasi zat gizi antara karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral
serta cairan, tepat jumlah dan porsinya, serta tepat sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Gizi buruk atau malnutrisi merupakan suatu bentuk terparah akibat kurang gizi
menahun. Selain akibat dari kekurangan konsumsi
makanan, disebabkan juga oleh penyakit- penyakit tertentu yang dapat mengganggu
penyerapan makanan. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi
buruk, yaitu kurangnya asupan zat
gizi makanan dan akibat terjadinya penyakit. Terdapat tiga tipe gizi buruk atau
kekurangan energi protein (KEP) yaitu kwashiorkor,marasmus dan marasmus
kwashiorkor Marasmus merupakan keadaan dimana anak mengalami defisiensi
karbohidrat, dan kwashiorkor merupakan keadaan dimana seorang anak yang
mengalami defisiensi protein, sedangkan marasmus kwashiorkor merupakan keadaan
dimana anak kekurangan kalori dan protein.
Keadaan pasien di ruang kenanga 1 yaitu pasien dnegan gizi buruk sangat kurang
tampak lemah, mata cekung, perut cekung, bantalan lemak hilang serta nilai Z score
berada di bawah garis -3SD, klien menderita gizi buruk karena penyakit saluran cerna
yang dialaminya.
B. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini ialah untuk melihat nutrisi seperti apa yang
seharusnya di berikan pada anak dengan gizi buruk terutama marasmus supaya
mendapati pemulihan yang lebih cepat
C. Rumusan masalah
Bahan makanan apa saja yang layak untuk di berikan pada anak dengan gizi buruk
untuk meningkatkan berat badan pada pasien atau penderita gizi buruk ?
BAB II
Jurnal 1
Jurnal 3
Judul Crackers modifikasi f100 dengan substitusi tepung labu kuning sebagai
alternatif pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk
Penulis Ria Ambarwati, Yuwono Setiadi
Tahun 2017
Penerbit/Publisher Jurnal Riset Kesehatan
dan/atau nama
jurnal
Tujuan menguji pengaruh substitusi tepung labu kuning terhadap kadar protein,
lemak, beta karoten dan daya terima crackers modifikasi F100 sebagai
alternatif Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Buruk
Metode Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen murni dengan Rancangan Acak Lengkap 1
faktor, yaitu konsentrasi substitusi serta 5 taraf perlakuan, yaitu 0%, 10%,
20%, 30%, 40% dengan jumlah ulangan 3 kali
Partisipan pengujian daya terima pada panelis agak terlatih, jumlah panelis
sebanyak 25 orang dan pada anak balita, jumlah anak balita sebanyak
20 orang
Instrumen -
Pelaksana Ahli gizi
Intervensi Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama,
pembuatan tepung labu kuning. Tepung labu kuning dibuat dengan
cara mengeringkan terlebih dahulu labu kuning yang didapat dengan
menggunakan oven, menghaluskannya dengan blender dan mengayak
dengan ayakan ukuran 80 mesh serta pengujian kimiawi yang meliputi
kadar protein, lemak, beta karoten dari tepung labu kuning
tersebut. Tahap kedua, pembuatan Crackers modifikasi F100 dan
pengujian kadar protein,lemak dan beta karoten. Tahap ketiga,
pengujian daya terima pada panelis agak terlatih, jumlah panelis
sebanyak 25 orang dan pada anak balita, jumlah anak balita sebanyak
20 orang.
Hasil Hasil uji ANOVA menunjukkan ada perbedaan kadar lemak dengan crackers
dengan substitusi tepung labu kuning pada berbagai konsentrasi (p= 0,000;
p< 0,01). Perbedaan kadar lemak dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi
substitusi tepung labu kuning yang digunakan dalam pembuatan crackers
tersebut. Tepung labu kuning dalam pembuatan crackers berfungsi sebagai
pengganti sebagian dari tepung terigu. Tepung labu kuning memiliki kadar
lemak yang relatif rendah, yaitu sekitar 0,5 gr% (KPI, 2009) sehingga dengan
mensubstitusikan tepung labu kuning maka kadar lemak produk yang
dihasilkan justru akan menurun. Hal ini sesuai hasil penelitian, semakin besar
konsentrasi substitusi tepung labu kuning yang digunakan maka kadar lemak
crackers yang dihasilkan juga semakin rendah, Hasil uji ANOVA menunjukkan
ada perbedaan kadar protein dengan crackers dengan substitusi tepung labu
kuning pada berbagai konsentrasi (p= 0,000; p< 0,01). Perbedaan konsentrasi
substitusi tepung labu kuning mempengaruhi kadar protein yang digunakan
dalam crackers tersebut. Tepung labu kuning dalam pembuatan crackers juga
berfungsi sebagai pengganti sebagian dari tepung terigu. Tepung labu kuning
memiliki kadar protein yang relatif rendah, yaitu sekitar 1,7 gr% (KPI, 2009)
sehingga dengan mensubstitusikan tepung labu kuning ke dalamnya maka
kadar protein produk yang dihasilkan justru akan menurun. Hal ini sesuai
hasil penelitian ini, semakin besar konsentrasi substitusi tepung labu kuning
yang digunakan maka kadar protein crackers yang dihasilkan juga semakin
rendah, Hasil uji ANOVA menunjukkan ada perbedaan kadar beta karoten
crackers dengan substitusi tepung labu kuning pada berbagai konsentrasi (p=
0,000; p< 0,01). Semakin besar konsentrasi substitusi tepung labu kuning
yang digunakan maka kadar beta karoten crackers yang dihasilkan semakin
besar. Anggreni, dkk (2006), menyatakan bahwa tepung labu kuning
merupakan tepung-tepungan yang potensial kadar beta karotennya, dengan
kadar beta karotennya sekitar 180 ug. Tepung terigu sebagai bahan dasar
dalam pembuatan crackers tidak memiliki beta karoten, sehingga dengan
mensubstitusikan tepung labu kuning ke
dalam pembuatan crackers maka dapat
meningkatkan kadar beta karoten dari
produk yang dihasilkan.
Kesimpulan Ada perbedaan nilai gizi (lemak, protein dan beta karoten), tekstur
dengan substitusi tepung labu kuning berbagai konsentrasi. Perlu
ada pengembangan produk lain seperti cookies, biskuit dengan berbasis
F100.
Kelebihan dan Kelebihan :
Kekurangan Metode eksperimental murni
Kekurangan :
Penelitian ini hanya melihat perbedaan nilai gizi apabila di olah dengan
cara yang lain dan tidak melihat keefektifan makanan ini apabila di
berikan pada orang dengan gizi buruk.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ketiga jurnal di atas menyebutkan bahwa anak dengan gizi buruk apabila
mendapat nutrisi tinggi protein dan kalori dapat mempercepat pemulihan gizi
buruk pada anak, jurnal di atas menyebutkan bahwa medisco dan tempe baik
untuk di konsumsi anak dengan gizi buruk
B. Saran
Diharapkan perawat mampu menerapkan hasil dari ketiga jurnal di atas untuk di
aplikasikan pada pasien pasien dengan gizi buruk .