Anda di halaman 1dari 8

ANALIS JURNAL

Diajukan untuk memenuhi tugas program profesi stase keperawatan Anak

Oleh:

YULIAN MUTIARA AGUSTIN

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
DAFTAR ISI

A. BAB 1
a. Latar belakang.................................................................................................. 1
b. Tujuan............................................................................................................... 1
c. Rumusan masalah............................................................................................ 1
B. BAB II
Tabel analisis jurnal............................................................................................. 2
C. BAB III
Kesimpulan dan saran......................................................................................... 5

ii
BAB 1

A. Latar belakang
Gizi anak balita merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan serta memperbaiki
jaringan tubuh pada anak balita. Kebutuhan gizi pada anak balita harus tepat,
yaitu tepat kombinasi zat gizi antara karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral
serta cairan, tepat jumlah dan porsinya, serta tepat sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Gizi buruk atau malnutrisi merupakan suatu bentuk terparah akibat kurang gizi
menahun. Selain akibat dari kekurangan konsumsi
makanan, disebabkan juga oleh penyakit- penyakit tertentu yang dapat mengganggu
penyerapan makanan. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi
buruk, yaitu kurangnya asupan zat
gizi makanan dan akibat terjadinya penyakit. Terdapat tiga tipe gizi buruk atau
kekurangan energi protein (KEP) yaitu kwashiorkor,marasmus dan marasmus
kwashiorkor Marasmus merupakan keadaan dimana anak mengalami defisiensi
karbohidrat, dan kwashiorkor merupakan keadaan dimana seorang anak yang
mengalami defisiensi protein, sedangkan marasmus kwashiorkor merupakan keadaan
dimana anak kekurangan kalori dan protein.
Keadaan pasien di ruang kenanga 1 yaitu pasien dnegan gizi buruk sangat kurang
tampak lemah, mata cekung, perut cekung, bantalan lemak hilang serta nilai Z score
berada di bawah garis -3SD, klien menderita gizi buruk karena penyakit saluran cerna
yang dialaminya.
B. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini ialah untuk melihat nutrisi seperti apa yang
seharusnya di berikan pada anak dengan gizi buruk terutama marasmus supaya
mendapati pemulihan yang lebih cepat
C. Rumusan masalah
Bahan makanan apa saja yang layak untuk di berikan pada anak dengan gizi buruk
untuk meningkatkan berat badan pada pasien atau penderita gizi buruk ?
BAB II

Jurnal 1

Judul Perbedaan pemberian kabohidrat dan protein


Telur terhadap kenaikan berat badan
Pada anak balita gizi buruk
Penulis Pujiati Setyaningsih, Mokhamad Arifin, Eka Budiarto
Tahun 2017
Penerbit/Publisher Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
dan/atau nama
jurnal
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan pemberian
kabohidrat dan protein Telur terhadap kenaikan berat badan Pada anak
balita gizi buruk
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimen, yaitu penelitian
dengan cara membandingkan kelompok balita gizi buruk yang diberi
perlakuan untuk mengkonsumsi karbohidrat dengan kelompok balita
gizi buruk yang mengkonsumsi telur ayam.
Partisipan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 28 subyek penelitian yang
terbagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok pemberian
karbohidrat dan kelompok pemberian protein telur
Instrumen Penelitian ini menggunakan timbangan dan lembar penimbangan
responden balita baik yang dilakukan treatment mengkonsumsi
karbohidrat dan telur ayam
Pelaksana perawat
Intervensi Terdapat dua kelompok balita dengan gizi buruk yaitu kelompok yang
di berikan makanan karbohidrat dan kelompok yang di beri protein
Hasil Rata-rata berat badan anak balita gizi buruk sebelum pemberian karbohidrat
berupa roti adalah 8,28 kg dari seluruh jumlah balita yaitu 14 balita. Berat
badan terendah pada balita tersebut adalah 6 kg dan berat badan tertinggi
adalah 10,8 kg. Rata-rata berat badan anak balita gizi buruk sesudah
pemberian karbohidrat berupa roti adalah 8,80 kg dari seluruh jumlah balita
penerima roti yaitu 14 balita. Berat badan terendah pada balita tersebut
setelah mendapatkan karbohidrat berupa roti adalah 6,30 kg dan berat
badan tertinggi adalah 11,50 kg. Rata-rata berat badan anak balita gizi
buruk sebelum pemberian protein telur adalah adalah 8,87 kg dari seluruh
jumlah balita penerima protein telur yaitu 14 balita. Berat badan terendah
pada balita tersebut sebelum mendapatkan protein telur adalah 6,00 kg
dan berat badan tertinggi adalah 11,70 kg. Hasil pengukuran rata-rata berat
badan balita menunjukkan angka 9,25 kg dari seluruh jumlah balita penerima
protein telur yaitu 14 balita. Berat badan terendah pada balita tersebut
adalah 6,20 kg dan berat badan tertinggi adalah 12,20 kg.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil ada pengaruh
pemberian karbohidrat terhadap kenaikan berat badan anak balita gizi
buruk di wilayah Kabupaten Pekalongan (Pengujian hipotesis dengan
paired t test diperoleh hasil p = 0,0025 (nilai p < 0,05). Ada pengaruh
pemberian protein telur terhadap kenaikan berat badan anak balita
gizi buruk di wilayah Kabupaten Pekalongan (Uji hipotesis dengan
paired t test diperoleh hasil p = 0,0055 (nilai p < 0,05). Uji hipotesis
dengan Mann-Withney menjelaskan ada perbedaan pemberian
karbohidrat dengan
protein telur terhadap kenaikan berat badan pada anak balita gizi buruk
di Wilayah Kabupaten Pekalongan (p = 0,491).
Kelebihan dan Kelebihan :
Kekurangan Kekuatan penelitian ini adalah penelitian-penelitian yang di dapat
berbasis kuasi eksperimen
Kekurangan :
Tidak di sebutkan berapa hari pemberian karbohidrat dan protein
sehingga terjadi kenaikan berat badan
Jurnal 2

Judul Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Burukyang Diberi


Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU
dr. Soetomo Surabaya
Penulis Roedi Irawan
Tahun 2016
Penerbit/Publisher Sari pediatric
dan/atau nama
jurnal
Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari perbedaan kecepatan kesembuhan
pada anak gizi buruk yang diberi modisco susu formula dan modisco
susu formula elemental
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian uji eksperimental,
Partisipan 49 orang anak dengan Subyek dibagi 2 kelompok, kelompok I diberi
modisco dengan susu formula dan kelompok II diberi modisco dengan
susu formula elemental. Dengan gizi buruk
Instrumen Z score
Pelaksana perawat
Intervensi Cara kerja, ditanyakan tentang identitas meliputi nama, tanggal lahir,
jenis kelamin, dan alamat. Setiap pasien ditentukan berat badan, tinggi
badan dan Lingkar lengan atas sebanyak dua kali, yaitu pada saat awal
dirawat dan saat keluar dari rumah sakit atau pada hari
perawatan ke empat belas. Subyek dibagi 2 kelompok, kelompok I
diberi modisco dengan susu formula dan kelompok II diberi modisco
dengan susu formula elemental.
Hasil Kelompok umur penderita gizi buruk terbanyak yang diberikan modisco
adalah pada umur 12 – 17 bulan (24 penderita), kelompok pemberian
dengan susu formula (37,1%) dan susu formula elemental (63,6%).
Penderita gizi buruk terbanyak jenis marasmus kwasiorkor (35 anak),
marasmus (6 anak), dan kwasiorkor (8 anak). buruk terbanyak disertai diare
(22 anak), dengan perincian diare akut 10 dan diare kronis 12 anak. Demikian
pula dengan 11 anak yang menderita infeksi saluran nafas bawah terdiri dari
bronkopnemoni dan bronkiolitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara selisih kenaikan berat badan kelompok
susu formula dan kelompok susu formula elemental, pada awal dan akhir
pemberian
Kesimpulan Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan, bahwa terdapat selisih
kenaikan berat badan awal dan berat badan akhir pasien gizi buruk
selisih nilai Z-score BB/TB antara kelompok modisco susu formula dan
kelompok modisco susu formula elemental. Demikian pula kecepatan
kesembuhan pada anak gizi buruk yang diberi modisco dengan susu
formula elemental lebih cepat dibanding yang diberi modisco dengan
susu formula.
Kelebihan dan Kelebihan : menggunakan metode kuasi eksperimen
Kekurangan -
Kekurangan :
Kurang secara rinci di jelaskan takaran susu yang di berikan pada anak
dengan gizi buruk

Jurnal 3
Judul Crackers modifikasi f100 dengan substitusi tepung labu kuning sebagai
alternatif pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk
Penulis Ria Ambarwati, Yuwono Setiadi
Tahun 2017
Penerbit/Publisher Jurnal Riset Kesehatan
dan/atau nama
jurnal
Tujuan menguji pengaruh substitusi tepung labu kuning terhadap kadar protein,
lemak, beta karoten dan daya terima crackers modifikasi F100 sebagai
alternatif Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi Buruk
Metode Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen murni dengan Rancangan Acak Lengkap 1
faktor, yaitu konsentrasi substitusi serta 5 taraf perlakuan, yaitu 0%, 10%,
20%, 30%, 40% dengan jumlah ulangan 3 kali
Partisipan pengujian daya terima pada panelis agak terlatih, jumlah panelis
sebanyak 25 orang dan pada anak balita, jumlah anak balita sebanyak
20 orang
Instrumen -
Pelaksana Ahli gizi
Intervensi Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama,
pembuatan tepung labu kuning. Tepung labu kuning dibuat dengan
cara mengeringkan terlebih dahulu labu kuning yang didapat dengan
menggunakan oven, menghaluskannya dengan blender dan mengayak
dengan ayakan ukuran 80 mesh serta pengujian kimiawi yang meliputi
kadar protein, lemak, beta karoten dari tepung labu kuning
tersebut. Tahap kedua, pembuatan Crackers modifikasi F100 dan
pengujian kadar protein,lemak dan beta karoten. Tahap ketiga,
pengujian daya terima pada panelis agak terlatih, jumlah panelis
sebanyak 25 orang dan pada anak balita, jumlah anak balita sebanyak
20 orang.
Hasil Hasil uji ANOVA menunjukkan ada perbedaan kadar lemak dengan crackers
dengan substitusi tepung labu kuning pada berbagai konsentrasi (p= 0,000;
p< 0,01). Perbedaan kadar lemak dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi
substitusi tepung labu kuning yang digunakan dalam pembuatan crackers
tersebut. Tepung labu kuning dalam pembuatan crackers berfungsi sebagai
pengganti sebagian dari tepung terigu. Tepung labu kuning memiliki kadar
lemak yang relatif rendah, yaitu sekitar 0,5 gr% (KPI, 2009) sehingga dengan
mensubstitusikan tepung labu kuning maka kadar lemak produk yang
dihasilkan justru akan menurun. Hal ini sesuai hasil penelitian, semakin besar
konsentrasi substitusi tepung labu kuning yang digunakan maka kadar lemak
crackers yang dihasilkan juga semakin rendah, Hasil uji ANOVA menunjukkan
ada perbedaan kadar protein dengan crackers dengan substitusi tepung labu
kuning pada berbagai konsentrasi (p= 0,000; p< 0,01). Perbedaan konsentrasi
substitusi tepung labu kuning mempengaruhi kadar protein yang digunakan
dalam crackers tersebut. Tepung labu kuning dalam pembuatan crackers juga
berfungsi sebagai pengganti sebagian dari tepung terigu. Tepung labu kuning
memiliki kadar protein yang relatif rendah, yaitu sekitar 1,7 gr% (KPI, 2009)
sehingga dengan mensubstitusikan tepung labu kuning ke dalamnya maka
kadar protein produk yang dihasilkan justru akan menurun. Hal ini sesuai
hasil penelitian ini, semakin besar konsentrasi substitusi tepung labu kuning
yang digunakan maka kadar protein crackers yang dihasilkan juga semakin
rendah, Hasil uji ANOVA menunjukkan ada perbedaan kadar beta karoten
crackers dengan substitusi tepung labu kuning pada berbagai konsentrasi (p=
0,000; p< 0,01). Semakin besar konsentrasi substitusi tepung labu kuning
yang digunakan maka kadar beta karoten crackers yang dihasilkan semakin
besar. Anggreni, dkk (2006), menyatakan bahwa tepung labu kuning
merupakan tepung-tepungan yang potensial kadar beta karotennya, dengan
kadar beta karotennya sekitar 180 ug. Tepung terigu sebagai bahan dasar
dalam pembuatan crackers tidak memiliki beta karoten, sehingga dengan
mensubstitusikan tepung labu kuning ke
dalam pembuatan crackers maka dapat
meningkatkan kadar beta karoten dari
produk yang dihasilkan.
Kesimpulan Ada perbedaan nilai gizi (lemak, protein dan beta karoten), tekstur
dengan substitusi tepung labu kuning berbagai konsentrasi. Perlu
ada pengembangan produk lain seperti cookies, biskuit dengan berbasis
F100.
Kelebihan dan Kelebihan :
Kekurangan Metode eksperimental murni
Kekurangan :
Penelitian ini hanya melihat perbedaan nilai gizi apabila di olah dengan
cara yang lain dan tidak melihat keefektifan makanan ini apabila di
berikan pada orang dengan gizi buruk.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ketiga jurnal di atas menyebutkan bahwa anak dengan gizi buruk apabila
mendapat nutrisi tinggi protein dan kalori dapat mempercepat pemulihan gizi
buruk pada anak, jurnal di atas menyebutkan bahwa medisco dan tempe baik
untuk di konsumsi anak dengan gizi buruk
B. Saran
Diharapkan perawat mampu menerapkan hasil dari ketiga jurnal di atas untuk di
aplikasikan pada pasien pasien dengan gizi buruk .

Anda mungkin juga menyukai