Anda di halaman 1dari 48

TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA

DI LAYANAN RAWAT JALAN


(Pemberian RUTF/Obat Gizi)

DINAS KESEHATAN PROVINSI NTT


Disampaikan pada Acara Penguatan Pengelolaan penanganan Anak Gizi Buruk di 22 desa
lokus Model PKK
Kupang, 22 September 2020
HUBUNGAN ANTARA GIZI BURUK DAN STUNTING
Berbagai penelitian membuktikan bahwa :
• Anak yang mederita kekurangan gizi akut/gizi buruk
cenderung menjadi stunting dan demikian pula anak
yang stunting cederung menderita gizi buruk.
Penemuan ini secara kuat
 Periode ketika anak menderita gizi buruk, atau menunjukan bahwa tubuh
memiliki berat badan yang fluktuatif, meningkatkan menyesuaikan terhadap kenaikan
resiko menjadi stunting. berat badan yang tidak sesuai
 Selama periode perawatan karena menderita gizi dengan cara memperlambat
buruk, pertumbuhan tinggi badan anak-anak pertumbuhan tinggi /panjang
tersebut melambat sampai berat badannya kembali badan.
normal.
• Dengan demikian adalah penting untuk ditekankan
bahwa mencegah dan mengatasi gizi buruk
berkontribusi terhadap pencegahan stunting pada
anak.
DAMPAK GIZI BURUK
• Terganggunya sistem kekebalan tubuh seorang anak, meningkatkan lama dan keparahan
penyakit menular yang dideritanya, dan juga resiko kematian.
• Gizi buruk juga berdampak negatif pada perkembangan fisik dan mental dari seorang anak
dalam jangka panjang.
• Sangat kurus/gizi buruk adalah bentuk kekurangan gizi anak yang paling berbahaya, dan
merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan perhatian segera.
• Anak-anak dengan Gizi Buruk 11,6 kali beresiko meninggal dibandingkan anak-anak yang
memiliki status gizi yang baik.
• Sementara anak yang menderita gizi buruk dan stunting beresiko meninggal 12.3 kali.

Black RE, Lindsay HA, Zulfiqar AB, Laura EC, Mercedes O, Majid E, et al. Maternal and child under nutrition: global and regional exposures
and health consequences. The Lancet. 2008; 371; 243-60.
PENGELOLAAN GIZI BURUK TERINTEGRASI (PGBT) Komponen PGBT

4 Prinsip Utama 2
3

PGBT

1. Akses dan cakupan maksimum untuk


layanan balita gizi buruk

2. Ketepatan waktu
1 4
3. Perawatan medis dan gizi yang tepat

4. Perawatan selama diperlukan

Jika mobilisasi masyarakat dan penemuan dini kasus berjalan optimal,


maka kurang dari 20% balita gizi buruk yang perlu dirawat inap.

4
Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
di Layanan Rawat Jalan/PGBT

A. B. Tata Laksana Gizi Buruk C. Tata Laksana Gizi Buruk


Konfirmasi pada Balita 6-59 Bulan pada Bayi < 6 Bulan
Status dan
Gizi Balita > 6 Bulan dengan BB <
4 Kg
Pasca Rawat Inap
A. Konfirmasi Status Gizi

6
Konfirmasi Status Gizi/ Skrining Awal
1) Tindakan pelacakan dini status gizi dengan pengukuran LiLA (Lingkar
Lengan Atas) bagi bayi dan balita usia 6 -59 bulan di posyandu, PAUD
dan sekolah minggu yang dilakukan oleh Kader, PKK dan tokoh
masyarakat yang sudah dilatih
2) Periksa pitting edema bilateral
Pengukuran LiLA Pengecekan Biliateral pitting odema

7
Tabel 5.1. Rujukan LiLA, BB/PB atau BB/TB
dan Pitting Edema Bilateral

Sumber: WHO, 2005


8
Cara Pengukuran LiLA
· Selalu mengukur lengan kiri.
· Lepaskan pakaian dari lengan kiri
hingga pundak.
· Pastikan balita melihat lurus ke
depan.
· Tekuk siku 90 derajat.
· Cari puncak bahu (acromion) [1] [2]
· Cari ujung siku (olecranon) [3]

· Taruh benang pada puncak bahu [4]


hingga ujung siku [5]
· Ukur panjang lengan atas
· Lipat benang menjadi dua dan
temukan ujung benang di ujung
puncak bahu untuk menentukan
titik tengah lengan
· Tandai titik tengah pada kulit
menggunakan bolpen [6]
Langkah-langkah skrining gizi buruk
 Saat pemantauan pertumbuhan bulanan di Posyandu, lakukan skrining balita gizi buruk, dan mengecek :
a) Periksa tanda-tanda fisik gizi buruk
b) Pengukuran LiLA (6 – 59 bulan)
c) Pemeriksaan pitting edema bilateral
d) BB tidak naik atau ada masalah menyusu (bayi <6 bulan)

 Jelaskan kepada orangtua/pengasuh:


a) Apa yang akan terjadi
b) Mengapa dilakukan pemeriksaan LiLA dan edema bilateral

 Skrining bisa dilakukan pada :


a) Rumah ke rumah oleh masyarakat yang terlatih, termasuk kader.
b) Skrining saat Posyandu dan kunjungan balita ke fasyankes.
c) Skrining di pertemuan kemasyarakatan, PAUD, sekolah informal (seperti kelas Hafiz Quran atau Sekolah
Minggu) dan kesempatan lainnya.
LILA 12,5 cm atau

Diatasnya
Balita Gizi Buruk di rawat jalan

1. BB/PB atau BB/TB < -3 SD, dan atau


2. LiLA < 11,5 cm (usia 6-59 bulan), dan atau
3. Pitting edema bilateral (+1 atau +2), dan
4. Nafsu makan baik, dan
5. Tanpa komplikasi medis.

12
13
B. Tata Laksana Gizi Buruk pada
Balita 6-59 Bulan

14
Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6-59 Bulan
Balita gizi buruk dirawat di layanan rawat jalan dapat
merupakan :
1. Kasus baru termasuk kasus relaps (kambuh)
2. Rujukan dari layanan rawat inap (pindah rawat dari rawat
inap ke rawat jalan)
3. Kasus lama: pasien yang masuk kembali setelah drop out
dan pindahan dari layanan rawat jalan lain

Tata Laksana pada rawat jalan sangat menentukan


keberhasilan penanganan gizi buruk pada balita agar tidak
kambuh.
15
Layanan rawat jalan dapat dilakukan
di Puskesmas/ Pustu dengan
kriteria
1. Tenaga Kesehatan sudah mendapat pelatihan Pencegahan dan
Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita atau PGBT
2. Fasilitas Kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan,
termasuk:
- Alat antropometri (alat ukur PB atau TB, alat timbang, pita LiLA
sesuai standar)
- Bahan F100 atau formula untuk gizi buruk lainnya (RUTF)
- Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan F100,
seperti gelas ukur, kompor, panci, sendok makan, piring, mangkok,
gelas dan penutupnya, dll)
- Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol
16
Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk (1)
(Sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan)

Balita diperiksa dengan pendekatan MTBS


Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk (2)

18
Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk (3)
Halaman 149, lampiran 9 hal 150 dan lampiran 10 hal 151
Pada saat penerimaan balita gizi buruk, selain dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
medis, dilakukan juga tes nafsu makan.
Tes nafsu makan dilakukan di tempat yang tenang sebelum pasien menjalani terapi
gizi dengan F100 atau RUTF sesuai dengan rencana terapi, dan tes dilakukan paling
cepat 2 jam setelah makan

Jelaskan pada ibu/pengasuh ttg tujuan tes nafsu makan dan bagaimana tes akan
dilakukan. Selanjutnya ibu/pengasuh dinasehati untuk tidak terburu buru dalam tes
nafsu makan dan terus membujuk balita dengan lembut

Bila balita gizi buruk mempunyai nafsu makan yang baik sesuai dengan hasil tes nafsu
makan, maka balita tersebut dapat dirawat dilayanan rawat jalan, bila tidak maka
dirawat di layanna rawat inap
19
Tes Nafsu Makan
• Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi dengan
menggunakan F100 atau RUTF sesuai dengan rencana terapi.
• Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan.
• Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan.
• Jelaskan pada ibu/pengasuh tujuan tes nafsu makan dan bagaimana tes
akan dilakukan.
• Dorong ibu/ pengasuh untuk tidak terburu-buru dan terus membujuk balita
dengan lembut.

Hasil tes nafsu makan:


- Nafsu makan baik  rawat di layanan rawat jalan
- Nafsu makan buruk  rawat di layanan rawat inap

20
2. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (1)

• RUTF merupakan pangan khusus siap konsumsi yang padat


gizi dan setara dengan F100 serta diperkaya dengan vitamin
dan mineral.
• RUTF diperuntukkan bagi balita gizi buruk usia > 6 bulan
sesuai rekomendasi WHO.
• Pemberian RUTF di Indonesia diprioritaskan pada anak
usia diatas 12 bulan.

21
2. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (2)
Sebelum memulai tes nafsu makan, minta pengasuh mencuci
tangannya, memotong kuku tangan anak, mencuci tangan dan wajah
anak dengan air dan sabun, mencuci kemasan RUTF sebelum
memulai tes nafsu makan.

Langkah tes nafsu makan dengan RUTF


a. Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum tes nafsu makan.
b. Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi
terbiasa/ nyaman dengan lingkungan sekitar.
c. Sediakan air minum yang bersih dan sudah dimasak bagi anak
selama tes nafsu makan
d. Remas kemasan sebelum digunakan  Buka  Tekan dan
Makan.
22
2. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (3)

e. Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka


dan berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan
gunakan jari untuk memberikan RUTF kepada anak.
f. Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk
membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
g. Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak merasa tertekan,
mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa
untuk makan RUTF.
h. Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes.
i. RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan dikurangi dari jatah
yang dibawa pulang.
j. Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.

23
2. Tes
Nafsu Makan
dengan
RUTF
(4)

24
2. Tes Nafsu Makan dengan RUTF (5)

25
Pemberian RUTF

26
Pemberian RUTF

27
KUNJUNGAN RUMAH
Siapa yang melakukan Kunjungan rumah ?
Kunjungan rumah dilakukan oleh kader, Tenaga Kesehatan, PKK dan tokoh masyarakat.
Tujuan Kunjungan rumah
 Menindak lanjuti anak sangat kurus/gizi buruk yang mendapatkan pengobatan
dengan melakukan kunjungan rumah
 Memantau perkembangan balita dalam menjalani rawat jalan
 Memastikan mengkonsumsi obat gizi sesuai dosis per hari
 Mencari tahu penyebab tidak berkunjung ke Fasyankes (Puskesmas dan Pustu) atau
tidak melakukan kunjungan ulang
 Mencari tahu penyebab masalah relaps (masuk kembali ke perawatan), Drop Out,
Tidak respon pengobatan atau tidak sembuh, meninggal dan Berat badan yang tidak
naik atau malah kehilangan berat badan.
29
Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata berat badan

30
Penilaian Kenaikan Berat Badan

31
32
33
Prosedur yang dilakukan sebulan sekali …(lanjutan)

34
37
STAY AT HOME , STAY SAFE , STAY HEALTHY
Lampiran

44
40
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai