5
Pemeriksaan untuk menentukan
status gizi buruk pada balita
•Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi);
•Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/atau
penyakit penyerta yang memerlukan rawat inap;
•Semua Balita berusia > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg.
Evaluasi Pembelajaran
1
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8
Pokok Bahasan 2
4 (EMPAT) FASE PADA PERAWATAN DAN
PENGOBATAN BALITA GIZI BURUK
1. FASE STABILISASI
2. FASE TRANSISI
3. FASE REHABILITASI
4. FASE TINDAK LANJUT
1 Fase Stabilisasi
Kegawatdaruratan (misalnya
hipoglikemi, hipotermi,
dehidrasi/syok) harus segera Tidak untuk
diatasi, karena keterlambatan
penanganan dapat mengakibatkan menaikkan BB anak
kematian.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
2 Fase Transisi
Lanjut dengan pengobatan infeksi dan
tatalaksana komplikasi lain.
Fase transisi merupakan fase
dimana secara bertahap tubuh Pemantauan kemajuan terapi, termasuk
beradaptasi terhadap asupan tanda-tanda bahaya.
energi dan protein yang lebih
tinggi Persiapan tindak lanjut perawatan di
rumah (bila fase rehabilitasi dilakukan di
layanan rawat jalan)
3 Fase Rehabilitasi
•Mendorong balita untuk makan.
•Memulai kembali atau mendorong
Fase pemberian makanan untuk tetap menyusui (bila masih
untuk tumbuh kejar. menyusui).
Umumnya berlangsung •Stimulasi perkembangan mental
selama 2 – 4 minggu dan fisik.
•Menyiapkan ibu/pengasuh untuk
pengasuhan di rumah.
Kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kg BB/per
minggu, maka balita membutuhkan penilaian ulang lengkap
Baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kg BB/per minggu
Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka pemulihan gizi hingga
sembuh dilakukan di layanan rawat inap.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
• Fase stabilisasi dan transisi diberikan pada balita gizi
buruk yang perlu perawatan di layanan rawat inap,
sedangkan fase rehabilitasi dapat diberikan di
layanan rawat jalan bila memang tersedia.
2 Mata Cekung Tanya ibu/pengasuh apakah mata cekung terjadi baru-baru ini
bersamaan dengan BAB cair atau sudah lama terjadi.
3 Haus Perhatikan, apakah anak ingin meraih cangkir saat melihat
atau diberi minuman. Saat minuman itu disingkirkan atau
habis, apakah tampak masih ingin minum lagi?
4 Frekuensi BAK Kencing terakhir lebih dari 6 jam, maka curigai dehidrasi.
kurang
41
TANDA-TANDA DEHIDRASI
No TANDA CARA MEMERIKSA
8 Mulut dan Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
lidah kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering.
Bukan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan karena
kelenjar ludah mengalami atrofi sehingga mulut kering.
9 Turgor kulit Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan.
lambat Cubit selama 1 detik dan lepaskan.
Jika kulit masih terlipat (belum kembali rata selama > 2
detik) maka kulit/turgor kulit lambat.
Bukan merupakan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan
karena turgor biasanya lambat pada gizi buruk walaupun
tidak dehidrasi.
42
TANDA DEHIDRASI:
turgor menurun
mata cekung
(“Sunken Eye’s”)
• Beri ReSoMal :
- dehidrasi (-) : balita < 2 thn : 50 - 100 ml setiap diare
balita > 2 thn : 100-200 ml setiap diare
- dehidrasi (+) : Materi Inti-5
Beri MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0,3 ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.
Pantau juga kenaikan berat badan, HATI – HATI bila terjadi kenaikan
BB yang terlalu cepat.
• Jika balita masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare sampai
diare berhenti.
• Untuk usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap diare,
• Usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml setiap diare
69
71
Ready to Use Therapeutic Food (RUTF)
REKOMENDASI WHO UNTUK KANDUNGAN RUTF
72
Ready to Use
Therapeutic
Food (RUTF)
KANDUNGAN GIZI
RUTF YANG
MEMENUHI
STANDAR WHO
DAN TERSEDIA
SAAT INI
73
Ready to Use
Therapeutic
Food (RUTF)
RUTF YANG SAAT INI TERSEDIA
74
Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula)
Bahan 300 Kal 400 Kal 500 Kal 600 Kal 700 Kal 800 Kal 900 Kal 1000 Kal
No.
Makanan
1 nasi 50 75 100 125 150 200 200 250
2 telur 25 25 55 55 55 55 55 55
3 daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25
4 bayam 25 25 50 50 50 50 75 75
5 minyak 5 5 10 10 10 15 15 15
6 tempe 25 25 25 25
7 buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p
8 biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60
9 ikan 25 25
Energi (Kkal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7
protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9
% 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2
lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6
% 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35
KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6
% 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52
Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7
Vit C (mg) 39,3 39,3 47,5 47,5 78,5 78,9 86,8 86,8
75
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LANGKAH 7 : FASE STABILISASI, TRANSISI DAN
REHABILITASI
Pada anak usia < 6 bulan
3. Fase Rehabilitasi
Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah:
• menurunkan jumlah formula yang diberikan;
• mempertahankan kenaikan berat badan, dan
• melanjutkan pemberian ASI.
1. Fase stabilisasi
Diberikan F-100 yang diencerkan / susu formula bayi atau F-75 bia
ada edema
Diberikan setiap 2 jam, dengan menggunakan cangkir, suplementer
(bila bayi mampu menghisap), teknik drip-drop atau NGT.
Kebutuhan cairan dapat dilihat pada tabel
Kriteria peralihan dari Fase Stabilisasi ke Fase Transisi:
• Kembalinya nafsu makan;
• Mulai berkurangnya edema pada bayi yang semula ada edema. Bayi
dengan edema berat (+3) harus tetap di Fase Stabilisasi sampai
edema berkurang (+2).
2. Fase Transisi
• Jumlah formula dinaikkan 1/3 dari jumlah yang diberikan pada Fase
Stabilisasi. (150 – 170 ml/kgBB/hari)
• Jumlah volume yang diberikan lihat tabel berikut.
3. Fase Rehabilitasi
• Jumlah volume formula (susu formula bayi/ F-100 yang diencerkan)
sebanyak 200ml/ KgBB/ hari atau 2 kali jumlah yang diberikan pada
Fase Stabilisasi.
• Jumlah formula yang diberikan pada bayi yang tidak mendapat ASI
dapat dilihat pada tabel
< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30
1.6 – 1.8 25 35
1.9 – 2.1 25 40
2.2 – 2.4 30 45
2.5 – 2.7 35 45
2.8 – 2.9 35 50
3.0 – 3.4 40 60
3.5 – 3.9 45 65
4.0 – 4.4 50 75
4.5 – 4.9 55 85
5.0 – 5.4 60 90
5.5 – 5.9 65 100
6.0 – 6.4 70 105
6.5 – 6.9 75 115
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 83
Petunjuk pemberian F-100 diencerkan atau susu formula bayi (gizi buruk) atau F-75
(gizi buruk dengan edema) anak bayi gizi buruk usia < 6 bulan yang tidak mendapat
ASI atau balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
F100 diencerkan atau susu formula bayi F100 yang diencerkan atau susu formula bayi
(atau F75 bila ada edema)
Stabilisasi (130 ml/kgBB/hari) Transisi (150-170 ml/kgBB/hari) Rehabilitasi (200 ml/kgBB/hari)
BB bayi (kg)
ml per minum ml per minum ml per minum ml per minum
untuk 12 x per hari untuk 8 x per hari untuk 8 x per hari untuk 6 x per hari
< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30 30 50
1.6 – 1.8 25 35 40 60
1.9 – 2.1 25 40 45 70
2.2 – 2.4 30 45 50 80
2.5 – 2.7 35 45 55 90
2.8 – 2.9 35 50 60 100
3.0 – 3.4 40 60 70 115
3.5 – 3.9 45 65 80 130
4.0 – 4.4 50 75 90 150
4.5 – 4.9 55 85 100 165
5.0 – 5.4 60 90 110 180
5.5 – 5.9 65 100 120 200
6.0 – 6.4 70 105 130 215
6.5 – 6.9 75 115 140 230
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Langkah 9: Memberikan stimulasi untuk
tumbuh kembang
• Balita gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku.
• Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam
memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak
• Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak:
• gerak kasar
• gerak halus
• bicara dan bahasa
• sosialisasi dan kemandirian
• Stimulasi terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
• Batuk
• Kesulitan bernapas
• Sakit tenggorokan
• Pilek
• Demam
• (Sakit telinga)
• Terapi Medikamentosa
– Pemberian terapi antimikroba sebaiknya sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi tinja/
resistensi kuman
Catatan:
•Bila balita menerima obat cacing dalam 6 bulan terakhir maka tidak perlu
diberikan
•Bila balita dirawat inap, obat cacing diberikan setelah kondisi klinis
membaik
•Bila balita dirawat jalan, obat cacing diberikan pada minggu ke-2 97
CACING KELUAR DARI MULUT & ANUS
(sumber foto: www.rotten.com, Presentasi kebijakan program eliminasi filariasis di Indonesia, pada kajian albendazole dalam
pengendalian penyakit cacingan di Hotel jayakarta, NTB, 28-30 Maret 2007) 98
Pemberian Obat Cacing
117
Gangguan pada Kulit (Dermatosis)
• Hipo/hiperpigmentasi
• Deskuamasi (mengelupas)
• Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar)
• Sering disertai infeksi sekunder (candida)
Tindakan:
– kompres pada bagian yang terkena dengan larutan NaCl.
– beri krim yang mengandung Zn.
– usahakan agar daerah perineum tetap kering
– beri suplementasi seng (sudah terdapat dalam larutan mineral mix)
– pengobatan infeksi sekunder yang sesuai dengan penyebabnya.
• Hindari penggunaan popok sekali pakai agar daerah perineum tetap kering.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 118
Dermatosis
(sumber foto: kiri - RSCM, kanan - Management of Severe Malnutrition, WHO) 119
Anemia
= Kadar Hb dibawah normal
Kadar Hb normal:
• 6 bulan – 5 tahun : 11 g/ dl
• 6 tahun – 11 tahun : 11,5 g/ dl
• 12 tahun – 13 tahun : 12 g/ dl
•Tanda klinis:
- Lesu, lemah, letih, lelah, lalai
-Daya tahan terhadap penyakit menurun
-Pucat (konjungtiva mata, telapak tangan, bibir, mukosa mulut)
(Sumber: indicators for assessing iron deficiency and strategies for its)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 120
ANEMIA
Tatalaksana:
• Asam folat pada hari pertama 5 mg, dilanjutkan 1 mg setiap hari.
• Zat besi (Fe) pada fase rehabilitasi dengan dosis 1-3 mg/kgBB/hari
besi elemental.
Zat besi tidak boleh diberikan pada fase awal (stabilisasi dan transisi).
Berikan setelah anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah
berat badannya (umumnya pada minggu kedua / Fase Rehabilitasi)
125
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak perempuan, tampak kurus,
lesu dan pucat. BB: 10,2 kg; TB: 95 cm dan LiLA 11,3 cm. Suhu: 37,8OC,
frekuensi nafas 36x/menit dan frekuensi nadi 96x/menit. Kepala / wajah tidak
ada kelainan, leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening multipel,
besarnya >1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda peradangan. Torak: iga
gambang, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen supel, hepar 1 jari di
bawah arkus kosta, limpa tidak teraba. Ekstremitas: hipotrofi otot, tidak ada
edema. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, Lekosit
6.400/mm3 dengan hitung jenis limfositer. Bilasan lambung: BTA mikroskopik
negatif. Tes tuberkulin negatif.
• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2. Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur diagnosis TB dan sistim skoring
TB)
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya? Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
126
LATIHAN KASUS 1
• Pertanyaan:
1.Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2.Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur
diagnosis TB dan sistim skoring TB)
3.Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4.Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya?
127
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 2
• Koko, laki-laki, 2 tahun 4 bulan, dibawa neneknya ke Puskesmas karena
mencret yang sudah berlangsung > 2 minggu. BAB cair, kadang kental, 4-
5x/hari sebanyak 3-4 sendok makan, berlendir tetapi tidak ada darah.
Sebelumnya anak pernah mencret beberapa kali tetapi tidak berlangsung
lama. Koko juga seriawan, ada bercak putih di mulut. Muntah kadang-kadang
saja. Anak sering demam tidak tinggi kadang disertai batuk-pilek.
• Koko mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, selanjutnya ditambah nasi tim.
ASI dihentikan pada usia 1 tahun karena sudah tidak keluar lagi, diganti
dengan susu SGM-2 sampai sekarang. Sekarang makan nasi hanya 3-4
sendok makan, 2-3x/hari dengan telur / ikan/ ayam, tahu / tempe dan sedikit
sayur. Kadang dibelikan bubur ayam ½ mangkok atau biskuit 1-2 keping.
Jarang diberi buah-buahan.
• Tiap bulan Koko dibawa ke Posyandu tetapi berat badan Koko lambat
naiknya, Koko merupakan anak pertama.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 128
LATIHAN KASUS 2
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak laki-laki, tampak sakit
sedang, kurus, kurang aktif. BB: 8,600 kg, TB: 84 cm, LiLA: 11,0 cm, suhu:
37,9OC. Wajah/ kepala tidak ada kelainan, mulut penuh dengan bercak putih/
aphtae, tonsil T1/T1 berbercak putih. Leher: teraba kelenjar getah bening,
multiple, sebesar kacang hijau. Torak simetris, iga menonjol, jantung dan
paru tidak jelas kelainan, abdomen cekung, turgor masih baik, hepar 2 cm di
bawah arkus kosta, limpa S1. Ekstremitas: otot hipotrofi, tidak ada edema
dan turgor kulit masih baik.
Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Koko? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Koko? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Koko perlu dirawat inap? Alasannya?
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 129
LATIHAN KASUS 3
•Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Wawan? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Wawan? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Wawan perlu dirawat inap? Alasannya?
DIARE PERSISTEN
CARA MEMBUAT FORMULA
1. Formula WHO : F75/F100/F100 diencerkan
Bahan2 formula
Campur gula dan minyak, aduk
sampai rata