5
Pemeriksaan untuk menentukan
status gizi buruk pada balita
Anamnesis awal
Muntah/diare (tampilan bahan muntah/diare, lama dan frekuensi)
Mata cekung (yang baru terjadi)
Kencing (terakhir kapan, kencing berkurang/sedikit, frekuensi jarang, sakit)
Kapan tangan dan kaki teraba dingin
Kesadaran menurun (tampak mengantuk dan tidak aktif)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
Penentuan diagnosis dengan menggunakan checklist (MTBS)
Checklist anamnesis
Anamnesisi lanjutan :
Riwayat ASI/MP-ASI Riwayat pemberian makan (sebelumnya dan beberapa hari
sebelum sakit).
Adanya edema atau tampak makin kurus.
Pernah kontak dengan penderita campak/TB.
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
Riwayat penyakit (diare, ISPA, campak, TB, dll).
Berat lahir.
Riwayat tumbuh kembang (termasuk perkembangan motorik).
Mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dan melakukan penimbangan rutin di
posyandu.
Riwayat imunisasi dan pemberian vitamin A.
Penyebab kematian pada saudara kandung.
Keadaan sosial ekonomi.
Pendidikan orang tua, dll.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15
Alur
penapisan
balita
gizi buruk/
kurang
• Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi);
• Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/atau
penyakit penyerta yang memerlukan rawat inap;
• Semua Balita berusia > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg.
Evaluasi Pembelajaran
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 22
Pokok Bahasan 2
4 (EMPAT) FASE PADA PERAWATAN DAN
PENGOBATAN BALITA GIZI BURUK
1. FASE STABILISASI
2. FASE TRANSISI
3. FASE REHABILITASI
4. FASE TINDAK LANJUT
1 Fase Stabilisasi
Fase stabilisasi merupakan fase
awal perawatan yang umumnya Tujuan fase stabilisasi adalah
berlangsung 1-2 hari, tetapi dapat untuk menstabilkan kondisi
berlanjut sampai satu minggu klinis/fisiologis anak
sesuai kondisi klinis anak.
Kegawatdaruratan (misalnya
hipoglikemi, hipotermi,
dehidrasi/syok) harus segera Tidak untuk
diatasi, karena keterlambatan
penanganan dapat mengakibatkan menaikkan BB anak
kematian.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
2 Fase Transisi
Lanjut dengan pengobatan infeksi dan
tatalaksana komplikasi lain.
Fase transisi merupakan fase
dimana secara bertahap tubuh Pemantauan kemajuan terapi, termasuk
beradaptasi terhadap asupan tanda-tanda bahaya.
energi dan protein yang lebih
Persiapan tindak lanjut perawatan di
tinggi rumah (bila fase rehabilitasi dilakukan di
layanan rawat jalan)
3 Fase Rehabilitasi
Mendorong balita untuk makan.
Memulai kembali atau mendorong
Fase pemberian makanan untuk tetap menyusui (bila masih
untuk tumbuh kejar. menyusui).
Umumnya berlangsung Stimulasi perkembangan mental
selama 2 – 4 minggu dan fisik.
Menyiapkan ibu/pengasuh untuk
pengasuhan di rumah.
Kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kg BB/per
minggu, maka balita membutuhkan penilaian ulang lengkap
Baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kg BB/per minggu
Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka pemulihan gizi hingga
sembuh dilakukan di layanan rawat inap.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30
• Fase stabilisasi dan transisi diberikan pada balita gizi
buruk yang perlu perawatan di layanan rawat inap,
sedangkan fase rehabilitasi dapat diberikan di
layanan rawat jalan bila memang tersedia.
2 Mata Cekung Tanya ibu/pengasuh apakah mata cekung terjadi baru-baru ini
bersamaan dengan BAB cair atau sudah lama terjadi.
3 Haus Perhatikan, apakah anak ingin meraih cangkir saat melihat
atau diberi minuman. Saat minuman itu disingkirkan atau
habis, apakah tampak masih ingin minum lagi?
4 Frekuensi BAK Kencing terakhir lebih dari 6 jam, maka curigai dehidrasi.
kurang
44
TANDA-TANDA DEHIDRASI
No TANDA CARA MEMERIKSA
8 Mulut dan Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
lidah kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering.
Bukan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan karena
kelenjar ludah mengalami atrofi sehingga mulut kering.
9 Turgor kulit Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan.
lambat Cubit selama 1 detik dan lepaskan.
Jika kulit masih terlipat (belum kembali rata selama > 2
detik) maka kulit/turgor kulit lambat.
Bukan merupakan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan
karena turgor biasanya lambat pada gizi buruk walaupun
tidak dehidrasi.
45
TANDA DEHIDRASI:
turgor menurun
mata cekung
(“Sunken Eye’s”)
Beri MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0,3 ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.
Pantau juga kenaikan berat badan, HATI – HATI bila terjadi kenaikan
BB yang terlalu cepat.
Dipantau setiap 30 menit selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam
sampai 10 jam berikutnya.
• Jika balita masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare sampai
diare berhenti.
• Untuk usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap diare,
• Usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml setiap diare
Tatalaksana
• Berikan kepada semua balita gizi buruk antibiotika dengan
spektrum luas.
Fase rehabilitasi dapat dilakukan di rawat jalan atau tetap rawat inap.
Pada fase rehabilitasi dapat diberikan RUTF atau F100 (secara rinci
dibahas di Materi Inti 4 dan 5).
Bila masih menyusu, ASI tetap diberikan sebagai tambahan.
67
FASE STABILISASI
Mulai pemberian formula rendah natrium, rendah protein dan tinggi karbohidrat (F75 – 75
kkal per 100 ml).
Mulai pemberian dengan jumlah kecil namun sering – setiap 2 jam (siang dan malam),
untuk tidak membebani usus, hati dan ginjal.
• Energi : 80 – 100 Kkal/kgBB/hari
• Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari
• Cairan: 130 ml/kgBB/hari atau
100 ml/kgBB/hari (bila edema +++)
• Bila asupan < 80 % dalam dua kali pemberian makan → gunakan NGT
•
3. Fase Rehabilitasi
Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah:
• menurunkan jumlah formula yang diberikan;
• mempertahankan kenaikan berat badan, dan
• melanjutkan pemberian ASI.
< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30
1.6 – 1.8 25 35
1.9 – 2.1 25 40
2.2 – 2.4 30 45
2.5 – 2.7 35 45
2.8 – 2.9 35 50
3.0 – 3.4 40 60
3.5 – 3.9 45 65
4.0 – 4.4 50 75
4.5 – 4.9 55 85
5.0 – 5.4 60 90
5.5 – 5.9 65 100
6.0 – 6.4 70 105
6.5 – 6.9 75 115
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 85
Petunjuk pemberian F-100 diencerkan atau susu formula bayi (gizi buruk) atau F-75
(gizi buruk dengan edema) anak bayi gizi buruk usia < 6 bulan yang tidak mendapat
ASI atau balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
F100 diencerkan atau susu formula bayi F100 yang diencerkan atau susu formula bayi
(atau F75 bila ada edema)
BB bayi (kg) Stabilisasi (130 ml/kgBB/hari) Transisi (150-170 ml/kgBB/hari) Rehabilitasi (200 ml/kgBB/hari)
ml per minum ml per minum ml per minum ml per minum
untuk 12 x per hari untuk 8 x per hari untuk 8 x per hari untuk 6 x per hari
< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30 30 50
1.6 – 1.8 25 35 40 60
1.9 – 2.1 25 40 45 70
2.2 – 2.4 30 45 50 80
2.5 – 2.7 35 45 55 90
2.8 – 2.9 35 50 60 100
3.0 – 3.4 40 60 70 115
3.5 – 3.9 45 65 80 130
4.0 – 4.4 50 75 90 150
4.5 – 4.9 55 85 100 165
5.0 – 5.4 60 90 110 180
5.5 – 5.9 65 100 120 200
6.0 – 6.4 70 105 130 215
6.5 – 6.9 75 115 140 230
• Batuk
• Kesulitan bernapas
• Sakit tenggorokan
• Pilek
• Demam
• (Sakit telinga)
• Terapi Medikamentosa
– Pemberian terapi antimikroba sebaiknya sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi tinja/
resistensi kuman
Catatan:
• Bila balita menerima obat cacing dalam 6 bulan terakhir maka tidak
perlu diberikan
• Bila balita dirawat inap, obat cacing diberikan setelah kondisi klinis
membaik
• Bila balita dirawat jalan, obat cacing diberikan pada minggu ke-2 99
CACING KELUAR DARI MULUT & ANUS
(sumber foto: www.rotten.com, Presentasi kebijakan program eliminasi filariasis di Indonesia, pada kajian albendazole dalam
pengendalian penyakit cacingan di Hotel jayakarta, NTB, 28-30 Maret 2007) 100
Pemberian Obat Cacing
* Gizi kurang: BB/PB atau BB/TB ≥-3 - <-2 SD dan/atau LiLA ≥11,5 - <12,5 cm dan tidak ada edema
** Gizi buruk: BB/PB atau BB/TB <-3 SD dan/atau
Pencegahan LiLA,11,5
dan Tata Laksana cmpada
Gizi Buruk dan/atau
Balita ada edema bilateral 105
Parameter sistem skoring:
• Kontak dengan pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti
tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa
diperoleh dari TB 01 atau dari hasil laboratorium.
• Penentuan status gizi:
– Berat badan dan panjang/tinggi badan dinilai saat pasien datang
(moment opname)
– Dilakukan dengan indeks BB/PB atau BB/TB. Penentuan status gizi untuk
balita ≤6 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes 2016, sedangkan untuk
anak > 6 tahun merujuk pada standar WHO 2005, yaitu grafik IMT/U.
– Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 –
2 bulan.
119
Gangguan pada Kulit (Dermatosis)
• Hipo/hiperpigmentasi
• Deskuamasi (mengelupas)
• Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar)
• Sering disertai infeksi sekunder (candida)
Tindakan:
– kompres pada bagian yang terkena dengan larutan NaCl.
– beri krim yang mengandung Zn.
– usahakan agar daerah perineum tetap kering
– beri suplementasi seng (sudah terdapat dalam larutan mineral
mix)
– pengobatan infeksi sekunder yang sesuai dengan penyebabnya.
• Hindari penggunaan popok sekali pakai agar daerah perineum tetap kering.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 120
Dermatosis
(sumber foto: kiri - RSCM, kanan - Management of Severe Malnutrition, WHO) 121
Anemia
Kadar Hb normal:
• 6 bulan – 5 tahun : 11 g/ dl
• 6 tahun – 11 tahun : 11,5 g/ dl
• 12 tahun – 13 tahun : 12 g/ dl
• Tanda klinis:
- Lesu, lemah, letih, lelah, lalai
- Daya tahan terhadap penyakit menurun
- Pucat (konjungtiva mata, telapak tangan, bibir, mukosa mulut)
(Sumber: indicators for assessing iron deficiency and strategies for its)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 122
ANEMIA
Tatalaksana:
• Asam folat pada hari pertama 5 mg, dilanjutkan 1 mg setiap hari.
• Zat besi (Fe) pada fase rehabilitasi dengan dosis 1-3 mg/kgBB/hari
besi elemental.
Zat besi tidak boleh diberikan pada fase awal (stabilisasi dan transisi).
Berikan setelah anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah
berat badannya (umumnya pada minggu kedua / Fase Rehabilitasi)
127
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak perempuan, tampak kurus,
lesu dan pucat. BB: 10,2 kg; TB: 95 cm dan LiLA 11,3 cm. Suhu: 37,8 OC,
frekuensi nafas 36x/menit dan frekuensi nadi 96x/menit. Kepala / wajah tidak
ada kelainan, leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening multipel,
besarnya >1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda peradangan. Torak: iga
gambang, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen supel, hepar 1 jari di
bawah arkus kosta, limpa tidak teraba. Ekstremitas: hipotrofi otot, tidak ada
edema. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, Lekosit
6.400/mm3 dengan hitung jenis limfositer. Bilasan lambung: BTA mikroskopik
negatif. Tes tuberkulin negatif.
• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2. Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur diagnosis TB dan sistim skoring
TB)
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya? 128
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1
• Pertanyaan:
1.Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2.Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur
diagnosis TB dan sistim skoring TB)
3.Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4.Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya?
129
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 2
• Koko, laki-laki, 2 tahun 4 bulan, dibawa neneknya ke Puskesmas karena
mencret yang sudah berlangsung > 2 minggu. BAB cair, kadang kental, 4-
5x/hari sebanyak 3-4 sendok makan, berlendir tetapi tidak ada darah.
Sebelumnya anak pernah mencret beberapa kali tetapi tidak berlangsung
lama. Koko juga seriawan, ada bercak putih di mulut. Muntah kadang-kadang
saja. Anak sering demam tidak tinggi kadang disertai batuk-pilek.
• Koko mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, selanjutnya ditambah nasi tim.
ASI dihentikan pada usia 1 tahun karena sudah tidak keluar lagi, diganti
dengan susu SGM-2 sampai sekarang. Sekarang makan nasi hanya 3-4
sendok makan, 2-3x/hari dengan telur / ikan/ ayam, tahu / tempe dan sedikit
sayur. Kadang dibelikan bubur ayam ½ mangkok atau biskuit 1-2 keping.
Jarang diberi buah-buahan.
• Tiap bulan Koko dibawa ke Posyandu tetapi berat badan Koko lambat
naiknya, Koko merupakan anak pertama.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 130
LATIHAN KASUS 2
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak laki-laki, tampak sakit
sedang, kurus, kurang aktif. BB: 8,600 kg, TB: 84 cm, LiLA: 11,0 cm, suhu:
37,9OC. Wajah/ kepala tidak ada kelainan, mulut penuh dengan bercak putih/
aphtae, tonsil T1/T1 berbercak putih. Leher: teraba kelenjar getah bening,
multiple, sebesar kacang hijau. Torak simetris, iga menonjol, jantung dan
paru tidak jelas kelainan, abdomen cekung, turgor masih baik, hepar 2 cm di
bawah arkus kosta, limpa S1. Ekstremitas: otot hipotrofi, tidak ada edema
dan turgor kulit masih baik.
Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Koko? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Koko? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Koko perlu dirawat inap? Alasannya?
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 131
LATIHAN KASUS 3
• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Wawan? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Wawan? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Wawan perlu dirawat inap? Alasannya?
Gula pasir 50 gr 10 gr
Mineral Mix 40 ml 8 ml
Ditambah air sampai 2000 ml 400 ml
Gula pasir 50 gr 10 gr
Bubuk KCl 4 gr 0,8 gr
Ditambah air sampai 2 liter 400 ml
FORMULA
Bahan Makanan F75 I F75 II F75 III F75 IV F75 V F100 I F100 II F100 III
Tambahan air s/d (ml) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
DIARE PERSISTEN
CARA MEMBUAT FORMULA
Bahan2 formula
Campur gula dan minyak, aduk
sampai rata