Anda di halaman 1dari 148

Tata Laksana Umum

Gizi Buruk pada Balita

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 1
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan Tata Laksana
Umum Gizi Buruk pada Balita

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan tata cara pemeriksaan gizi buruk pada Balita
2. Menjelaskan 4 (empat) fase pada perawatan dan pengobatan gizi
buruk pada Balita
3. Melakukan tata laksana umum gizi buruk pada Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2


Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Tata cara Pemeriksaan gizi buruk pada Balita
1

Empat (4) fase pada perawatan dan pengobatan gizi


2 buruk pada Balita

Tata laksana umum gizi buruk pada Balita:


3 a. Langkah-langkah penanganan gizi buruk pada Balita
b. Tindakan dan pengobatan penyakit penyerta/ penyulit
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3
Pokok Bahasan 1

Tata Cara Pemeriksaan Gizi Buruk Pada Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4


DIAGNOSIS
PENGERTIAN GIZI BURUK
GIZI BURUK

Klinis dan atau antropometris

DIAGNOSIS GIZI BURUK :


DIAGNOSIS
1. Terlihat GIZIdan
sangat kurus BURUK:
atau edema,
dan atau
1. Terlihat sangat kurus dan atau edema,
2. BB/TB atau BB/PB : <-3 SD
dan atau
2. BB/TB atau BB/PB <-3 SD
3. LiLA < 11,5 cm (6-59 bulan)

5
Pemeriksaan untuk menentukan
status gizi buruk pada balita

1. Berat badan dan panjang/ tinggi badan

2. Lingkar Lengan Atas (LiLA)

3. Pitting edema bilateral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6


Klasifikasi Edema Derajat Deskripsi
Ringan (+) Edema hanya dikedua punggung kaki
Bilateral
Sedang (++) Edema dikedua punggung kaki dan tungkai bawah
(dan/atau tangan/lengan bawah)
Berat (+++) Edema meluas di seluruh bagian tubuh (edema
anasarka)

Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPI.1


Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8


Komplikasi medis yang sering ditemukan pada
balita gizi buruk
1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah terus-menerus, diare)
3. Letargi atau penurunan kesadaran
4. Demam tinggi
5. Pneumonia berat (sulit bernapas atau napas cepat)
6. Anemia berat

Setiap balita yang berobat ke tenaga medis atau berkunjung di


fasilitas kesehatan diperiksa dengan pendekatan MTBS, agar
balita terlayani secara komprehensif.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9
Tata cara Pemeriksaan Balita Gizi Buruk
a. Anamnesis riwayat kesehatan balita
1. Riwayat kelahiran
2. Imunisasi
3. Menyusu/ASI dan pemberian makan (termasuk nafsu makan)
4. Penyakit dan riwayat keluarga
b. Pemeriksaan antropometri dan edema
1. Pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan
2. Pengukuran LiLA
3. Pemeriksaan edema bilateral
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik umum: kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, nadi.
2. Pemeriksaan fisik khusus: seperti tercantum pada formulir MTBS.
3. Pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan
10
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
11
12
13
Penentuan diagnosis dengan menggunakan checklist
(MTBS)
Checklist anamnesis
Identitas yang jelas
Nama orang tua
Nama anak
Jenis kelamin
Tanggal lahir
Umur

Anamnesis awal
Muntah/diare (tampilan bahan muntah/diare, lama dan frekuensi)
Mata cekung (yang baru terjadi)
Kencing (terakhir kapan, kencing berkurang/sedikit, frekuensi jarang, sakit)
Kapan tangan dan kaki teraba dingin
Kesadaran menurun (tampak mengantuk dan tidak aktif)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
Penentuan diagnosis dengan menggunakan checklist (MTBS)
Checklist anamnesis
Anamnesisi lanjutan :
Riwayat ASI/MP-ASI Riwayat pemberian makan (sebelumnya dan beberapa hari
sebelum sakit).
Adanya edema atau tampak makin kurus.
Pernah kontak dengan penderita campak/TB.
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
Riwayat penyakit (diare, ISPA, campak, TB, dll).
Berat lahir.
Riwayat tumbuh kembang (termasuk perkembangan motorik).
Mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dan melakukan penimbangan rutin di
posyandu.
Riwayat imunisasi dan pemberian vitamin A.
Penyebab kematian pada saudara kandung.
Keadaan sosial ekonomi.
Pendidikan orang tua, dll.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15
Alur
penapisan
balita
gizi buruk/
kurang

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 16


Kelompok Khusus

Balita > 6 bulan dengan


berat badan <4 kg
Rawat inap dilakukan di Therapeutic Feeding Centre,
Puskesmas perawatan yang mampu memberikan pelayanan
pada balita gizi buruk dengan komplikasi serta Rumah Sakit.

• Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi);
• Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/atau
penyakit penyerta yang memerlukan rawat inap;
• Semua Balita berusia > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21


1. Jelaskan cara menentukan gizi
buruk!
2. Sebutkan minimal tiga
komplikasi medis pada balita
gizi buruk!
3. Jelaskan penapisan balita gizi
buruk/ kurang dan jenis
layanan yang diberikan!

Evaluasi Pembelajaran
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 22
Pokok Bahasan 2
4 (EMPAT) FASE PADA PERAWATAN DAN
PENGOBATAN BALITA GIZI BURUK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 23


4 (EMPAT) FASE PADA PERAWATAN DAN PENGOBATAN BALITA GIZI BURUK

1. FASE STABILISASI
2. FASE TRANSISI
3. FASE REHABILITASI
4. FASE TINDAK LANJUT

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24


4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

1 Fase Stabilisasi
Fase stabilisasi merupakan fase
awal perawatan yang umumnya Tujuan fase stabilisasi adalah
berlangsung 1-2 hari, tetapi dapat untuk menstabilkan kondisi
berlanjut sampai satu minggu klinis/fisiologis anak
sesuai kondisi klinis anak.

Kegawatdaruratan (misalnya
hipoglikemi, hipotermi,
dehidrasi/syok) harus segera Tidak untuk
diatasi, karena keterlambatan
penanganan dapat mengakibatkan menaikkan BB anak
kematian.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

2 Fase Transisi
Lanjut dengan pengobatan infeksi dan
tatalaksana komplikasi lain.
Fase transisi merupakan fase
dimana secara bertahap tubuh Pemantauan kemajuan terapi, termasuk
beradaptasi terhadap asupan tanda-tanda bahaya.
energi dan protein yang lebih
Persiapan tindak lanjut perawatan di
tinggi rumah (bila fase rehabilitasi dilakukan di
layanan rawat jalan)

Tanda balita dapat masuk ke fase transisi (biasanya setelah 2 – 7 hari):


Komplikasi medis teratasi
Nafsu makan pulih
Edema berkurang
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

3 Fase Rehabilitasi
Mendorong balita untuk makan.
Memulai kembali atau mendorong
Fase pemberian makanan untuk tetap menyusui (bila masih
untuk tumbuh kejar. menyusui).
Umumnya berlangsung Stimulasi perkembangan mental
selama 2 – 4 minggu dan fisik.
Menyiapkan ibu/pengasuh untuk
pengasuhan di rumah.

Kemajuan terapi dinilai dari


kenaikan berat badan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27
Pemantauan Kenaikan Berat Badan
Kurang, apabila kenaikan berat badan kurang dari 5 g/kg BB/hari, balita
membutuhkan penilaian ulang lengkap.
Cukup, apabila kenaikan berat badan 5-10 g/kg BB/hari, perlu diperiksa
apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak
terdeteksi.
Baik, apabila kenaikan berat badan lebih dari 10 g/kg BB/hari.

Kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kg BB/per
minggu, maka balita membutuhkan penilaian ulang lengkap
Baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kg BB/per minggu

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28


4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

4 Fase Tindak Lanjut


Fase tindak lanjut adalah fase setelah anak dipulangkan dari
tempat perawatan

Pada fase ini merupakan lanjutan pemberian makanan untuk


tumbuh kejar dengan pemberian makanan keluarga dan
Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29


Pemulihan anak gizi buruk memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan

Perawatan di layanan rawat inap dapat dilakukan sampai anak


mencapai kondisi:
• Tidak ada komplikasi medis
• Edema berkurang
• Nafsu makan baik
Tanpa melihat status gizi berdasarkan indeks antropometri

Pemulihan gizi hingga BB/PB atau BB/TB > -2 SD dan/atau LiLA ≥


12,5 cm dan tanpa edema bilateral dapat tetap dilanjutkan di
layanan rawat jalan.

Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka pemulihan gizi hingga
sembuh dilakukan di layanan rawat inap.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30
• Fase stabilisasi dan transisi diberikan pada balita gizi
buruk yang perlu perawatan di layanan rawat inap,
sedangkan fase rehabilitasi dapat diberikan di
layanan rawat jalan bila memang tersedia.

• Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka fase


rehabilitasi hingga balita mencapai kriteria sembuh
dilakukan di layanan rawat inap.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31


Evaluasi Pembelajaran

1. Jelaskan tujuan dari fase


stabilisasi pada kasus balita
gizi buruk

2. Jelaskan apa yang dimaksud


dengan fase transisi pada
kasus balita gizi buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32


Pokok Bahasan 3
TATA LAKSANA UMUM GIZI BURUK
PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33


10 (SEPULUH) LANGKAH TATA LAKSANA GIZI BURUK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34


Langkah 1: Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
• Hipoglikemia : Kadar glukosa darah yang sangat rendah
(< 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl).
• Bila terjadi bersamaan dengan hipotermia → tanda
adanya infeksi berat.
Jika tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula, maka
 Semua balita gizi buruk dianggap mengalami hipoglikemia
 Berikan terapi sesuai protokol tata laksana hipoglikemia

Sesuai protap semua anak gizi buruk menderita hipoglikemia


sehingga harus segera diberi air gula
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 35
CARA MENGATASI HIPOGLIKEMIA

TANDA CARA MENGATASI

• Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir


SADAR 10%* secara oral/NGT (bolus) sebanyak 50 ml
• Kemudian lanjutkan dgn F-75 setiap 2 jam

• Berikan Larutan Glukosa 10% iv (bolus) 5 ml/kgBB


TIDAK SADAR • Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% atau
(LETARGIS/>) larutan gula pasir 10% secara oral / NGT (bolus)
sebanyak 50 ml

*) 5 gram gula (= 1 sendok teh muncung) + 3 sendok makan air

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36


PEMANTAUAN HIPOGLIKEMIA

• Pemantauan kadar gula darah setelah 30 menit, dan bila


kadar gula darah masih di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl),
ulangi pemberian larutan glukosa/gula10%.

• Jika suhu aksilar < 36°C atau bila kesadaran memburuk,


mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia,
ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai
keadaan (hipotermia dan hipoglikemia)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37


MENCEGAH HIPOGLIKEMIA

1. Beri F-75 sesegera mungkin, berikan setiap 2 jam


selama 24 jam pertama (siang dan malam).
2. Pemberian formula dalam jumlah kecil dan sering
untuk menghindari beban berlebih pada usus, hati
dan ginjal
3. Menjaga balita tetap hangat.
4. Beri antibiotik sesuai protokol
5. Pantau tanda vital

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38


Langkah 2: Mencegah dan mengatasi hipotermia

• Hipotermia: suhu aksilar < 36⁰C.


• Biasanya terjadi bersama dgn hipoglikemia.
• Hipotermia + hipoglikemia merupakan tanda adanya
infeksi sistemik serius, sehingga harus dilakukan terapi
ketiganya (hipotermia + hipoglikemia + infeksi)
• Cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas,
sehingga tidak mampu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39


Tatalaksana dan mencegah hipotermia
Mencegah Tatalaksana hipothermia
1. Tindakan:
1. Pastikan seluruh tubuh, termasuk • Teknik Kangaroo (kontak kulit ibu-anak)
kepala tertutup pakaian dan • Pemanasan dengan lampu: jarak 50 cm
diselimuti. dari anak.
2. Jaga ruangan perawatan tetap • Bila memungkinkan, anak tidur dipeluk
hangat atau letakkan tempat tidur ibu/pengasuh
di area yang hangat, di bagian 2. Ganti pakaian dan seprei yang basah, jaga
bangsal yang bebas angin. agar anak dan tempat tidur tetap kering.
3. Hindarkan anak dari paparan 3. Pastikan seluruh tubuh, termasuk kepala
dingin (misalnya: sewaktu/setelah tertutup pakaian dan diselimuti.
mandi, selama pemeriksaan). 4. Jaga ruangan perawatan tetap hangat atau
4. Ganti pakaian dan seprei yang letakkan tempat tidur di area yang hangat, di
basah, jaga agar anak dan tempat bagian bangsal yang bebas angin.
tidur tetap kering.
Hindari penggunaan botol air panas dan lampu
neon/TL.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 40
Pemantauan Hipotermia

• Ukur suhu setiap 30 menit

• Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah


mencapai 37°C.

WASPADAI HIPOTERMIA, BILA SUHU BALITA 36⁰C

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41


Langkah 3: Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Hati-hati dalam menegakkan diagnosis dan derajat


dehidrasi pada balita gizi buruk.

Banyak tanda dan gejala dehidrasi pada balita gizi


baik tidak dapat diterapkan secara akurat untuk
menegakkan diagnosis dan derajat dehidrasi pada
balita gizi buruk.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42


TANDA-TANDA DEHIDRASI
No TANDA CARA MEMERIKSA
1 BAB Cair Tanya ibu/ pengasuh apakah balita mengalami BAB cair saat
ini atau dalam beberapa hari terakhir.
Tinja berlendir dalam jumlah sedikit sering terjadi gizi buruk,
tapi tidak menyebabkan dehidrasi.

2 Mata Cekung Tanya ibu/pengasuh apakah mata cekung terjadi baru-baru ini
bersamaan dengan BAB cair atau sudah lama terjadi.
3 Haus Perhatikan, apakah anak ingin meraih cangkir saat melihat
atau diberi minuman. Saat minuman itu disingkirkan atau
habis, apakah tampak masih ingin minum lagi?
4 Frekuensi BAK Kencing terakhir lebih dari 6 jam, maka curigai dehidrasi.
kurang

Ke-empat tanda ini dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan tanda-


tanda dehidrasi lainnya pada balita gizi buruk
43
TANDA-TANDA DEHIDRASI
No TANDA CARA MEMERIKSA
5 Tidak ada air Tidak ada air mata saat menangis.
mata
Bukan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan karena pada
balita gizi buruk, kelenjar lakrimalis menjadi atrofi
sehingga tidak ada produksi air mata.

6 Letargi Lemas, tidak waspada, tidak tertarik terhadap kejadian


sekitar.
Tidak spesifik untuk dehidrasi pada gizi buruk karena
ditemukan juga pada kondisi hipotermia, hipoglikemia dan
syok septik.

7 Anak gelisah terutama bila disentuh/dilakukan tindakan


dan rewel

44
TANDA-TANDA DEHIDRASI
No TANDA CARA MEMERIKSA
8 Mulut dan Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
lidah kering menentukan apakah lidah dan mulutnya kering.
Bukan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan karena
kelenjar ludah mengalami atrofi sehingga mulut kering.

9 Turgor kulit Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan.
lambat Cubit selama 1 detik dan lepaskan.
Jika kulit masih terlipat (belum kembali rata selama > 2
detik) maka kulit/turgor kulit lambat.
Bukan merupakan tanda dehidrasi yang dapat diandalkan
karena turgor biasanya lambat pada gizi buruk walaupun
tidak dehidrasi.

45
TANDA DEHIDRASI:
turgor menurun

Cubit selama 1 detik dan lepaskan:


Belum balik > 2 detik  turgor  

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46


TANDA DEHIDRASI

mata cekung
(“Sunken Eye’s”)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


Langkah 3: Mencegah dan mengatasi dehidrasi
• Semua balita gizi buruk dengan diare/penurunan jumlah
urin dianggap mengalami dehidrasi ringan.
• Hipovolemia dapat terjadi bersamaan dengan adanya
edema.
• Beri ReSoMal :
- dehidrasi (-) : balita < 2 thn : 50 - 100 ml setiap diare
balita > 2 thn : 100-200 ml setiap diare
- dehidrasi (+) : Materi Inti-5

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48


Langkah 4:
Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
• Sebaiknya rehidrasi balita gizi buruk dilakukan secara oral.
• Hindari pemberian cairan IV kecuali pada kondisi syok.
• Umumnya, balita gizi buruk mengalami gangguan keseimbangan
elektrolit, yaitu kekurangan kalium dan kadar natrium tinggi, 
sehingga rehidrasi pada balita gizi buruk tidak cocok menggunakan
cairan oralit yang biasa digunakan pada balita gizi baik.
• Beri ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition). ReSoMal dapat
dibuat dari cairan oralit standar dengan menambahkan mineral mix dan
glukosa/gula

Hindari menggunakan infus pada anak gizi buruk.


Jumlah cairan yang masuk ke tubuh anak gizi buruk harus
diperhitungkan dan jangan berlebihan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
Cara Membuat ReSoMal dengan Penambahan Larutan Mineral Mix

Komposisi Mineral Mix


Satu bungkus Mineral
Mix ditambah air
matang menjadi
larutan elektrolit 20 ml

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50


Cara Membuat ReSoMal tanpa Larutan Mineral Mix

Beri MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0,3 ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.

Beri suplemen Zn-sulfat dan Cu secara oral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 51


Rehidrasi oral/NGT Intravena / syok
ReSoMal: Cairan
• 2 jam pertama: 5 ml/kg setiap 30 menit Infus RLG 5% (Ringer Laktat dan
• 10 jam berikut: 5 – 10 ml/kg, selang- Dekstrosa/glukosa 10% dengan
seling dengan F-75 setiap 1 jam perbandingan 1 : 1)
Jumlah yang diberikan tergantung
1 jam pertama: 15 ml/kg
volume muntah/diare yang terjadi dan
juga dengan memperhatikan kemampuan
anak.

Tatalaksana dehidrasi secara rinci dibahas pada Materi Inti 5

Pemberian ASI dan formula selama tatalaksana dehidrasi:


• Jika balita masih menyusu, beri ASI diantara pemberian F-75
• Beri F-75 sesegara mungkin secara oral atau menggunakan NGT,
bahkan sebelum proses rehidrasi selesai.
• Beri F-75 dan ReSoMal berselang seling
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 52
Pemantauan Rehidrasi
Pantau:
• Frekuensi napas dan denyut nadi;
• Frekuensi miksi dan jumlah produksi urin;
• Frekuensi buang air besar dan muntah.

Pantau juga kenaikan berat badan, HATI – HATI bila terjadi kenaikan
BB yang terlalu cepat.
Dipantau setiap 30 menit selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam
sampai 10 jam berikutnya.

Waspada terhadap gejala kelebihan cairan karena sangat


berbahaya dan dapat mengakibatkan gagal jantung dan
kematian.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53
Pemantauan Rehidrasi
Tanda-tanda kelebihan cairan:
• Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas (keduanya harus meningkat)
• Vena jugularis membengkak (denyut vena dapat terlihat di daerah leher)
• Edema meningkat

Gagal jantung kongestif ditandai dengan:


• Peningkatan denyut nadi sebanyak ≥ 25 denyut/menit, DAN
• Peningkatan frekuensi napas sebanyak ≥ 5 tarikan napas/menit
Tanda lain: pembesaran hati, pembengkakan vena jugularis, edema pada kelopak
mata, suara jantung gallop rhythm, ronki halus pada paru.

Bila ada tanda kelebihan cairan,


HENTIKAN SEMUA PEMBERIAN CAIRAN SECARA ORAL DAN/ ATAU INTRAVENA.
Beri terapi gagal jantung.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 54


Pemantauan Rehidrasi
• Tanda membaiknya hidrasi, yaitu mulai ada diuresis dan tanda
dehidrasi lain hilang. Hati-hati, seringkali tanda dehidrasi pada
balita gizi buruk tidak akurat.

• Jumlah cairan yang diberikan untuk mempertahankan hidrasi


tergantung volume diare yang terjadi dan juga dengan
memperhatikan kemampuan anak.

• Jika balita masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare sampai
diare berhenti.
• Untuk usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap diare,
• Usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml setiap diare

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 55


Langkah 5: Mengobati infeksi
• Balita gizi buruk rentan terhadap infeksi bakteri dan
seringkali infeksi disebabkan oleh organisme yang
berbeda.
• Tanda dan gejala umum infeksi, seperti demam,
seringkali tidak ditemukan pada balita gizi buruk.
Hipotermia + hipoglikemia merupakan tanda
infeksi berat yang sering ditemukan pada balita
gizi buruk.
• Anggap semua balita gizi buruk menderita infeksi dan
perlu mendapatkan terapi antibiotika segera.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 56


Langkah 5: Mengobati infeksi

Tatalaksana
• Berikan kepada semua balita gizi buruk antibiotika dengan
spektrum luas.

• Imunisasi campak jika balita berusia ≥ 6 bulan dan belum pernah


diimunisasi atau mendapatkan imunisasi campak sebelum usia 9
bulan. Imunisasi ditunda bila balita dalam keadaan syok

Imunisasi termasuk imunisasi campak pada gizi buruk


diberikan sebelum anak pulang dari perawatan (pada
fase rehabilitasi)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 57


Pemberian antibiotika
KONDISI TATALAKSANA
Tanpa komplikasi Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.

Dengan komplikasi Berikan antibiotika parenteral (IM/IV) :


(hipoglikemia, Ampisilin (50 mg/kg IM atau IV Ditambah : Gentamisin
hipotermia, setiap 6 jam) selama 2 hari, (7.5 mg/kg IM atau IV)
penurunan dilanjutkan Amoksisilin oral (25- sehari sekali selama 7
kesadaran/ letargi, 40 mg/kg setiap 8 jam selama 5 hari14.
atau terlihat sakit) hari);
atau komplikasi
lainnya

Pemilihan jenis antibiotika juga disesuaikan dengan pola resistensi


kuman setempat.
Penyakit infeksi (seperti malaria, meningitis, TB dan HIV) diberikan
terapi sesuai dengan standar terapi yang berlaku. 58
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pemantauan

• Jika masih terdapat komplikasi medis termasuk


anoreksia lanjutkan terapi antibiotik sampai 10
hari.
• Jika nafsu makan masih belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada balita.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 59


Langkah 6: Memperbaiki kekurangan
zat gizi mikro
• Semua anak Balita gizi buruk mengalami defisiensi vitamin
dan mineral.
• Jika anak Balita gizi buruk mendapat mendapat RUTF
(dengan komposisi sesuai dengan rekomendasi WHO), tidak
perlu diberikan suplementasi zat gizi mikro. Suplementasi
Vitamin A tetap diberikan bila ada tanda-tanda defisiensi
Vitamin A atau menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
• Jika anak Balita gizi buruk diberikan F75 dan F100 yang
dibuat sendiri, maka suplementasi zat gizi mikro diberikan
seperti penjelasan pada Rawat Jalan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 60
Suplementasi zat gizi mikro (1)
Vitamin A
TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK
DALAM 3 BULAN TERAKHIR
Tidak Ya
Bila dengan RUTF Tidak diberikan suplementasi Vitamin A dosis tinggi
Vitamin A dosis tinggi. sesuai umur (3 kali)
Hari ke-1, ke-2 dan ke-15).
Bila dengan F75 atau Vitamin A dosis tinggi (1 x) -
F100 hari ke-1 sesuai umur.

Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan


Vitamin A dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 61


Suplementasi zat gizi mikro (2)

Asam Folat Multivitamin


Bila dengan RUTF
Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah
mengandung vitamin dan mineral dengan
jumlah yang cukup.

Bila dengan F75 5 mg pada hari pertama, Vitamin C dan


atau F100 dan selanjutnya 1 vitamin B kompleks
mg/hari

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 62


Langkah 7: Memberikan makanan untuk fase
stabilisasi dan transisi
Fase Stabilisasi
Mulai pemberian formula rendah natrium, rendah protein dan tinggi
karbohidrat (F75 – 75 kkal per 100 ml).
Mulai pemberian dengan jumlah kecil namun sering – setiap 2 jam
(siang dan malam), untuk tidak membebani usus, hati dan ginjal.
• Energi : 80 – 100 Kkal/kgBB/hari
• Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari
• Cairan : 130 ml/kgBB/hari atau
100 ml/kgBB/hari (bila edema +++)
Fase stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan
untuk menaikkan berat badan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 63
Langkah 7: Memberikan makanan untuk fase stabilisasi
dan transisi
Fase transisi
Makanan tumbuh kejar yang tinggi kalori dan protein (F100)
diberikan secara bertahap.
– Energi: 100 – 150 Kkal/kgBB/hari
– Protein: 2 – 3 g/kgBB/hari
– Cairan: 150 ml/kgBB/hari

Proses transisi harus dilakukan secara perlahan karena bila


terlalu cepat dapat menyebabkan gagal jantung.

Fase transisi bertujuan memberi kesempatan tubuh untuk


beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang semakin
meningkat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64
Langkah 8: Memberikan makanan untuk
tumbuh kejar
Fase Rehabilitasi
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi (pemulihan) jaringan tubuh
sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, sbb:
 Energi : 150 – 220 Kkal/kgBB/hari
 Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
 Cairan : 150 – 200 ml/kgBB/hari

Fase rehabilitasi dapat dilakukan di rawat jalan atau tetap rawat inap.
Pada fase rehabilitasi dapat diberikan RUTF atau F100 (secara rinci
dibahas di Materi Inti 4 dan 5).
Bila masih menyusu, ASI tetap diberikan sebagai tambahan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65


TERAPI GIZI PADA ANAK GIZI BURUK
Secara teratur (selama 24 jam), dengan porsi kecil dan sering
(mulai dari 12 x sehari)
Bertahap, mulai dari bentuk cair, lumat & padat (mudah
diserap)
Melalui fase stabilisasi, transisi & rehabilitasi
Tidak boleh tergesa-gesa dalam memberikan makanan
Kenaikan BB baru dinilai / dihitung setelah pemberian F-
100.
Selalu dipantau dan dievaluasi
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan
bahwa balita menghabiskan Formula

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66


TERAPI GIZI PADA
FASE STABILISASI, TRANSISI
DAN REHABILITASI
Pada anak usia 6 – 59 bulan

67
FASE STABILISASI
Mulai pemberian formula rendah natrium, rendah protein dan tinggi karbohidrat (F75 – 75
kkal per 100 ml).
Mulai pemberian dengan jumlah kecil namun sering – setiap 2 jam (siang dan malam),
untuk tidak membebani usus, hati dan ginjal.
• Energi : 80 – 100 Kkal/kgBB/hari
• Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari
• Cairan: 130 ml/kgBB/hari atau
100 ml/kgBB/hari (bila edema +++)
• Bila asupan < 80 % dalam dua kali pemberian makan → gunakan NGT

Fase stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan


untuk menaikkan berat badan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68
TABEL PETUNJUK PEMBERIAN F-75 UNTUK
ANAK GIZI BURUK USIA 6 - 59 bulan, TANPA EDEMA
Volume F75/ 1 kali makan (ml)a) Total 80% dari
BB total a)
anak Setiap 2 Setiap 3 Setiap 4 Sehari Sehari
(kg) jam (12 x jam (8 x jam (6 X (130 ml/kg) (minimum)
mkn) mkn) mkn)

4.2 45 70 90 546 435


4.4 50 70 95 572 460
4.6 50 75 100 598 480
4.8 55 80 105 624 500
5.0 55 80 110 650 520
5.2 55 85 115 676 540
5.4 60 90 120 702 560

5.6 untuk setiap


*Volume 60 kali makan dibulatkan
90 125kelipatan 5 ml
dengan 728yg terdekat 580
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
TABEL PETUNJUK PEMBERIAN F-75
UNTUK ANAK GIZI BURUK USIA 6 - 59 bulan dgn EDEMA BERAT
Volume F75/ 1 kali makan (ml)a) Total 80% dari
BB anak total a)
(kg) Setiap 2 jam Setiap 3 Setiap 4 Sehari(100 Sehari
(12 x mkn) jam jam ml/kg) (minimum)
(8 x mkn) (6 X mkn)
5.0 40 65 85 500 400
5.2 45 65 85 520 415
5.4 45 70 90 540 430
5.6 45 70 95 560 450
5.8 50 75 95 580 465
6.0 50 75 100 600 480
6.2 50 80 105 620 495
6.4 55 80 105 640 510

*Volume untuk setiap kali makan dibulatkan dengan kelipatan 5 ml yg terdekat


Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
FASE TRANSISI
Makanan tumbuh kejar yang tinggi kalori dan protein (F100) diberikan
secara bertahap.
– Energi: 100 – 150 Kkal/kgBB/hari
– Protein: 2 – 3 g/kgBB/hari
– Cairan: 150 ml/kgBB/hari

Proses transisi harus dilakukan secara perlahan karena bila terlalu


cepat dapat menyebabkan gagal jantung.

Fase transisi bertujuan memberi kesempatan tubuh untuk


beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang semakin
meningkat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 71
FASE STABILISASI  TRANSISI

 Tahap Akhir Stabilisasi / awal fase transisi


o F 75 interval 4 jam (bila dpt dihabiskan)  diganti dgn F100 dgn
jumlah sama sesuai BB (tabel F75), berikan selama 2 hari
 Pada Hari ke 3 dan seterusnya:
o F100 dgn jumlah cairan dinaikkan 10 ml setiap hari  sampai
tercapai 150 kkal/kgBB/jam = akhir fase transisi
 Fase transisi berakhir saat mencapai 150 Kal/kg/h

 selanjutnya masuk ke fase rehabilitasi.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72


TABEL PETUNJUK PEMBERIAN F-100
UNTUK ANAK GIZI BURUK USIA 6 – 59 bulan
Volume F-100/4 jam Volume F100
(6 x sehari)* dalam sehari
BB anak
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
(kg)
(ml) (ml) 150 220
ml/kg/hari ml/kg/hari

5.0 125 185 750 1100


5.2 130 190 780 1145
5.4 135 200 810 1200
5.6 140 205 840 1230
5.8 145 215 870 1275
6.0 untuk setiap
*Volume 150kali makan dibulatkan
220 dengan kelipatan
9005 ml yg terdekat 1320

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73


FASE REHABILITASI

Pada fase rehabilitasi terjadi replesi (pemulihan) jaringan tubuh sehingga


diperlukan energi dan protein yang cukup, sbb:
 Energi : 150 – 220 Kkal/kgBB/hari
 Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
 Cairan : 150 – 200 ml/kgBB/hari
 lemak minimal 40 % total energi
Fase rehabilitasi dapat dilakukan di rawat jalan atau tetap rawat inap.
Bila masih menyusui, ASI tetap diberikan sebagai tambahan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 74


FASE REHABILITASI
• Pada fase rehabilitasi dapat diberikan RUTF atau F100
• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100. Bila BB ≥ 7 kg,
maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan kalori berupa F100, sisanya
diberikan berupa makanan yang mengandung tinggi protein hewani dan tinggi
energi/minyak.
• Pemberian RUTF sbb :

Berat badan Paket per Paket per Kkal per


balita (kg) hari minggu hari
3,5 – 3,9 1½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2500
75
Kandungan gizi per 100 gram
Energi: 545 kkal
Protein: 13,6 g = 10% kalori protein
Lemak: 35,7g = 59% kalori lemak Kandungan
Karbohidrat: 42,2 g = 31% kalori karbohidrat zat gizi
Vitamin Mineral RUTF
Vitamin A: 910 mikrogram Kalsium: 320 miligram
Vitamin D: 16 mikrogram Fosfor: 394 miligram
Vitamin E: 20 miligram Potassium: 1111 miligram
Vitamin C: 53 miligram Magnesium 92 miligram
Vitamin B1: 0,6 miligram Zink: 14 miligram
Vitamin B2: 1,8 miligram Tembaga 1,78 miligram
Vitamin B6: 0,6 miligram Zat besi: 11,53 miligram
Vitamin B12: 1,8 mikrogram Yodium: 110 mikrogram
1 bungkus
Vitamin K: 21 mikrogram Sodium: < 290 miligram RUTF 92 g,
mengandung
Biotin: 65 mikrogram Selenium: 30 mikrogram
energi 500
Asam Folat: 210 mikrogram Kkal
Asam Patotenat 3,1 milgram
Niasin 5,3 miligram
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 76
Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula)
700
Bahan 300 Kal 400 Kal 500 Kal 600 Kal Kal 800 Kal 900 Kal 1000 Kal
No.
Makanan

1 nasi 50 75 100 125 150 200 200 250


2 telur 25 25 55 55 55 55 55 55
3 daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25
4 bayam 25 25 50 50 50 50 75 75
5 minyak 5 5 10 10 10 15 15 15
6 tempe 25 25 25 25
7 buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p
8 biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60
9 ikan 25 25
Energi (Kkal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7
protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9
% 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2
lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6
% 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35
KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6
% 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52
Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7
77
Vit C (mg) 39,3 39,3 dan Tata
Pencegahan 47,5 47,5
Laksana Gizi Buruk pada Balita 78,5 78,9 86,8 86,8
FASE STABILISASI, TRANSISI DAN REHABILITASI
Pada anak usia < 6 bulan

1. Ada kemungkinan pemberian ASI


• Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi;
• Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin
menyusui;
• Bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal),
tetapi ada ibu pesusuan yang dapat memberikan ASI.

2. TIDAK ada kemungkinan pemberian ASI:


• Bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau
mencoba relaktasi;
• Bayi sudah berhenti menyusu dan ibu tidak mau relaktasi,
• Tidak ada ibu dan ibu pesusuan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78


Anak Gizi buruk usia < 6 bulan dan
anak gizi buruk > 6 bulan dengan BB < 4 kg
ADA kemungkinan pemberian ASI

Bayi masih bisa


mendpt ASI

Pitting Edema Tidak Edema

F75 + ASI sampai


edema teratasi

F100 yang diencerkan atau


susu formula + ASI

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan
ada kemungkinan pemberian ASI
1. Fase stabilisasi
 Diberikan F-100 yang diencerkan / susu
formula bayi atau F-75 bila ada edema
 Kebutuhan cairan 130 ml/kgBB/hari
 Diberikan setiap 2 jam, dengan
menggunakan cangkir, suplementer (bila
bayi mampu menghisap), teknik drip-drop
atau NGT.
 Berikan dukungan pemberian ASI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada
kemungkinan pemberian ASI
2. Fase Transisi
Pada Fase transisi, formula yang digunakan tetap sama. Transisi yang
terjadi adalah mengupayakan agar bayi semakin banyak mendapatkan
ASI dan secara bertahap diharapkan bayi hanya mendapat ASI ketika
pulang

3. Fase Rehabilitasi
Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah:
• menurunkan jumlah formula yang diberikan;
• mempertahankan kenaikan berat badan, dan
• melanjutkan pemberian ASI.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Anak Gizi buruk usia < 6 bulan dan
anak gizi buruk > 6 bulan dengan BB < 4 kg
TIDAK ada kemungkinan
pemberian ASI

Bayi tidak ASI

Pitting Edema Tidak Edema

F75 sampai edema


teratasi

F100 yang diencerkan atau


susu formula

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Bayi < 6 bulan gizi buruk, dan TIDAK ada
kemungkinan pemberian ASI
1. Fase stabilisasi
 Diberikan F-100 yang diencerkan / susu formula bayi atau F-75 bia
ada edema
 Diberikan setiap 2 jam, dengan menggunakan cangkir,
suplementer (bila bayi mampu menghisap), teknik drip-drop atau
NGT.
 Kebutuhan cairan dapat dilihat pada tabel
 Kriteria peralihan dari Fase Stabilisasi ke Fase Transisi:
• Kembalinya nafsu makan;
• Mulai berkurangnya edema pada bayi yang semula ada edema.
Bayi dengan edema berat (+3) harus tetap di Fase Stabilisasi
sampai edema berkurang (+2).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Bayi < 6 bulan gizi buruk, dan TIDAK ada
kemungkinan pemberian ASI
2. Fase Transisi
• Jumlah formula dinaikkan 1/3 dari jumlah yang diberikan
pada Fase Stabilisasi. (150 – 170 ml/kgBB/hari)
• Jumlah volume yang diberikan lihat tabel berikut.
3. Fase Rehabilitasi
• Jumlah volume formula (susu formula bayi/ F-100 yang
diencerkan) sebanyak 200ml/ KgBB/ hari atau 2 kali jumlah
yang diberikan pada Fase Stabilisasi.
• umlah formula yang diberikan pada bayi yang tidak mendapat
ASI dapat dilihat pada tabel

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Petunjuk pemberian F100 diencerkan atau susu formula bayi atau F75 (edema) untuk
formula tambahan bagi bayi usia < 6 bulan dengan ASI (berdasarkan kebutuhan 100
kkal/kg/hari atau 130 ml/kg/hari)
F-100 yang diencerkan atau F-100 yang diencerkan atau
susu formula bayi susu formula bayi
(atau F-75 bila edema) (atau F-75 bila edema)
BB bayi (kg) ml per minum ml per minum
untuk 12 x per hari a
untuk 8 x per hari a

< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30
1.6 – 1.8 25 35
1.9 – 2.1 25 40
2.2 – 2.4 30 45
2.5 – 2.7 35 45
2.8 – 2.9 35 50
3.0 – 3.4 40 60
3.5 – 3.9 45 65
4.0 – 4.4 50 75
4.5 – 4.9 55 85
5.0 – 5.4 60 90
5.5 – 5.9 65 100
6.0 – 6.4 70 105
6.5 – 6.9 75 115
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 85
Petunjuk pemberian F-100 diencerkan atau susu formula bayi (gizi buruk) atau F-75
(gizi buruk dengan edema) anak bayi gizi buruk usia < 6 bulan yang tidak mendapat
ASI atau balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
F100 diencerkan atau susu formula bayi F100 yang diencerkan atau susu formula bayi
(atau F75 bila ada edema)
BB bayi (kg) Stabilisasi (130 ml/kgBB/hari) Transisi (150-170 ml/kgBB/hari) Rehabilitasi (200 ml/kgBB/hari)
ml per minum ml per minum ml per minum ml per minum
untuk 12 x per hari untuk 8 x per hari untuk 8 x per hari untuk 6 x per hari

< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30 30 50
1.6 – 1.8 25 35 40 60
1.9 – 2.1 25 40 45 70
2.2 – 2.4 30 45 50 80
2.5 – 2.7 35 45 55 90
2.8 – 2.9 35 50 60 100
3.0 – 3.4 40 60 70 115
3.5 – 3.9 45 65 80 130
4.0 – 4.4 50 75 90 150
4.5 – 4.9 55 85 100 165
5.0 – 5.4 60 90 110 180
5.5 – 5.9 65 100 120 200
6.0 – 6.4 70 105 130 215
6.5 – 6.9 75 115 140 230

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Langkah 9: Memberikan stimulasi untuk
tumbuh kembang
• Balita gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku.
• Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam
memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak
• Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak:
• gerak kasar
• gerak halus
• bicara dan bahasa
• sosialisasi dan kemandirian
• Stimulasi terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 87


Langkah 10: Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah
 Persiapan dilakukan sejak anak dalam perawatan baik di layanan
rawat inap atau di layanan rawat jalan.
 Bila di layanan rawat inap, maka libatkan ibu/pengasuh dalam
kegiatan merawat anaknya, seperti dalam pemberian formula.
 Berikan konseling mengenai pola pemberian makan balita gizi buruk
dan stimulasi tumbuh kembang.
 Anjurkan untuk kontrol teratur setelah pulang sesuai dengan
protokol layanan rawat jalan (Materi Inti 4).
 Melengkapi imunisasi dasar ataupun ulangan sesuai program PPI
(Program Pengembangan Imunisasi).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 88


Pokok Bahasan 4
TINDAKAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
PENYERTA/ PENYULIT

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 89


PENYAKIT PENYERTA/PENYULIT

1. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)/ Pneumonia


2. Diare Persisten
3. Kecacingan
4. Tuberkulosis (TB)
5. Malaria
6. HIV/AIDS
7. Gangguan pada mata akibat kekurangan vitamin A
8. Gangguan pada kulit (dermatosis)
9. Anemia
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 90
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)/
Pneumonia

Infeksi yang mengenai saluran pernapasan mulai dari:


hidung, telinga tengah, faring, laring, bronkhi, bronkhioli
dan paru.

ISPA dapat berlanjut menjadi Pneumonia

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 91


Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan

• Batuk
• Kesulitan bernapas
• Sakit tenggorokan
• Pilek
• Demam
• (Sakit telinga)

Anak yang menderita ISPA dapat berlanjut menjadi Pneumonia


 Tanpa pengobatan yang tepat  Meninggal

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 92


Tanda Klinis Pneumonia:

• Batuk atau kesulitan bernapas


• Pernapasan cepat dan dangkal
• Perhitungan napas dilakukan dalam 1 menit dan anak dalam
keadaan tenang (lihat gerakan napas yang tampak jelas di
dada atau di perut).
• Tarikan dinding dada ke dalam  Tampak tarikan dinding
dada ke dalam pada saat anak menarik napas
• Pada auskultasi terdengar adanya ronki basah halus nyaring

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 93


MENARIK NAPAS
Tanda-tanda Klinis MENGHEMBUSKAN Terjadi tarikan dinding dada
Pneumonia NAPAS bagian bawah ke dalam

Hati-hati menilai tarikan dinding dada


pada bayi < 2 bulan, bila ada mungkin
masih normal karena tulang dadanya
masih lunak, tetapi jika tampak tarikan
ke dalam kuat  merupakan tanda
pneumonia
Keterangan gambar:
Anak ini menunjukkan gejala tarikan
dinding dada yang merupakan salah satu
tanda pneumonia. Seharusnya dinding
dada mengembang ketika anak ini
menarik napas, tetapi dinding dadanya
justru tertarik ke dalam.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 94
Tanda Klinis Pneumonia

Bila umur anak: Napas cepat bila hitungan napas:

Kurang dari 2 bulan 60 kali permenit atau lebih

2 bulan sampai < 12 bulan 50 kali permenit atau lebih


12 bulan sampai < 5 tahun 40 kali permenit atau lebih

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


95
Diare Persisten
• Diare Persisten: diare akut yang berlanjut sampai 14 hari
atau lebih  waspadai dehidrasi
• Diare persisten pada anak gizi buruk terjadi karena
kerusakan pada mukosa yang telah atropik dan mengalami
metaplasia.
• Komposisi tubuh anak gizi buruk relatif mengandung lebih
banyak cairan, sehingga perlu berhati-hati dalam pemberian
cairan pada fase stabilisasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 96


Diare Persisten
• Terapi Gizi
– Sesuai dengan protokol tata laksana balita gizi buruk
– Sebaiknya gunakan F75 yang mengandung serealia
(osmolaritas lebih rendah).

• Terapi Medikamentosa
– Pemberian terapi antimikroba sebaiknya sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi tinja/
resistensi kuman

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 97


Diare Persisten
Bila balita mendapatkan RUTF atau mineral mix, maka
suplementasi Zinc tidak perlu diberikan lagi.

Namun bila tidak dapat RUTF atau mineral mix, maka


beri suplementasi zinc:
• < 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) Zinc per hari
• > 6 bulan diberikan 20 mg ( 1tablet) Zinc per hari
Lanjut hingga 10 hari, walau diare sudah membaik.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 98


Kecacingan
Periksa:
Telur cacing dalam tinja (bila memungkinkan)
Tindakan:
 Pirantel Pamoat atau preparat anti helmintik lain yang sesuai
 Albendazol dosis tunggal
- Umur 6 bulan-2 tahun: ½ tablet (200 mg)
- Umur > 2 tahun : 1 tablet (400 mg)

Catatan:
• Bila balita menerima obat cacing dalam 6 bulan terakhir maka tidak
perlu diberikan
• Bila balita dirawat inap, obat cacing diberikan setelah kondisi klinis
membaik
• Bila balita dirawat jalan, obat cacing diberikan pada minggu ke-2 99
CACING KELUAR DARI MULUT & ANUS

(sumber foto: www.rotten.com, Presentasi kebijakan program eliminasi filariasis di Indonesia, pada kajian albendazole dalam
pengendalian penyakit cacingan di Hotel jayakarta, NTB, 28-30 Maret 2007) 100
Pemberian Obat Cacing

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 101


Tuberkulosis

• Kecurigaan akan adanya TB pada anak ditindaklanjuti


dengan penegakkan diagnosis menggunakan sistem
skoring.

• Anak dengan jumlah skor > 6, harus ditatalaksana


sebagai pasien TB dan mendapat Obat Anti TB (OAT).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 102


Tuberkulosis
Penegakan Diagnosis TB pada Anak
• Konfirmasi bakteriologis TB
• Gejala klinis yang khas TB
• Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif dan
kontak erat dengan pasien TB)
• Gambaran foto toraks sugestif TB.

Diagnosis TB pada anak berdasarkan sistem skoring


• Skor > 6 didiagnosis sebagai TB  OAT
• Jika ada skrofuloderma  TB
• Uji tuberkulin negatif belum tentu anak tidak menderita TB
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 103
Alur
Diagnosis
TB Paru
Anak

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 104


Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) / BTA tidak
jelas/tidak tahu
Uji tuberculin (Mantoux) Negatif - - Positif (≥10mm
atau ≥5mm pada
imunokompromis
Status gizi - Gizi Kurang* Gizi Buruk** -
Demam yang tidak - ≥2 minggu - -
diketahui
Batuk kronis - ≥2 minggu - -
Pembesaran kelenjar ≥1cm, lebih dari 1
limfekolli, aksila, inguinal KGB
Pembengkakan Ada - -
tulang/sendi panggul/lutut, pembengkakan
falang
Foto toraks Normal/tidak Gambaran - -
ditemukan sugestif
kelainan (mendukung) TB
Skor total

* Gizi kurang: BB/PB atau BB/TB ≥-3 - <-2 SD dan/atau LiLA ≥11,5 - <12,5 cm dan tidak ada edema
** Gizi buruk: BB/PB atau BB/TB <-3 SD dan/atau
Pencegahan LiLA,11,5
dan Tata Laksana cmpada
Gizi Buruk dan/atau
Balita ada edema bilateral 105
Parameter sistem skoring:

• Kontak dengan pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti
tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa
diperoleh dari TB 01 atau dari hasil laboratorium.
• Penentuan status gizi:
– Berat badan dan panjang/tinggi badan dinilai saat pasien datang
(moment opname)
– Dilakukan dengan indeks BB/PB atau BB/TB. Penentuan status gizi untuk
balita ≤6 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes 2016, sedangkan untuk
anak > 6 tahun merujuk pada standar WHO 2005, yaitu grafik IMT/U.
– Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 –
2 bulan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 106


Pengobatan TB
Tujuan:
• Menyembuhkan pasien TB
• Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
• Mencegah TB relaps
• Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat
• Menurunkan transmisi TB
• Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan toksisitas
seminimal mungkin
• Mencegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 107


Tata laksana TB
• Obat TB diberikan dalam paduan obat, tidak boleh
diberikan sebagai monoterapi.
• Pengobatan diberikan setiap hari.
• Pemberian nutrisi yang adekuat.
• Mencari penyakit penyerta, jika ada ditata laksana
secara bersamaan.
OAT anak minimal 3 macam obat
Waktu pemberian 6 bulan (setiap hari)
Dosis sesuai dengan berat badan anak
Evaluasi klinik: parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 108
JENIS DAN DOSIS OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
JENIS OBAT BB 5 - < 10 kg BB 10 - < 20 kg BB 20- 33 kg

Isoniasid (H) 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampicin (R) 75 mg 150 mg 300 mg

Pyrazinamid (Z) 150 mg 300 mg 600 mg

 RHZ (2 bulan setiap hari), dilanjutkan RH (4 bulan setiap hari)

 Bila BB < 5 kg  rujuk ke RS


Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 109
Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
Pada TB Anak

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 110


Tuberkulosis

Pada balita gizi buruk dengan TB yang mendapatkan


obat TB INH, diberikan vitamin B6, sebagai berikut:

• 10 mg bila mendapatkan dosis INH ≤ 200 mg/hari


• 2 x 10 mg bila mendapatkan dosis INH > 200 mg/hari

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 111


Malaria
• Anak gizi buruk yg tinggal di daerah risiko tinggi malaria atau ada
riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi malaria dan ditemukan
tanda/gejala klinis malaria, perlu pemeriksaan darah malaria (bila
memungkinkan).
• Tanda/gejala klinis malaria:
- Demam dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Diare
- Nyeri otot atau pegal
Diagnosis malaria  pemeriksaan laboratorium (mikroskopik, tes
diagnostik cepat), diagnosis pasti: parasit dalam sediaan darah
secara mikroskopik

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 112


Malaria Berat
Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum atau
Plasmodium vivax stadium aseksual dengan satu atau lebih dari
manifestasi klinis sebagai berikut (WHO,2015):
• Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
• Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
• Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
• Distres pernafasan (pada anak)
• Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen
< 92% dan frekuensi pernafasan > 30)
• Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik
<80 mm Hg (pada anak: < 70 mmHg)
• Jaundice (bilirubin > 3 mg/dL dan kepadatan parasit >100.000
(M.falciparum)
• Hemoglobinuria
• Perdarahan spontan abnormal
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 113
Malaria Berat

Terapi malaria berat pada balita gizi buruk


Beri dosis awal (saat penerimaan) Artesunat 2,4 mg/kgBB
IV, kemudian diberikan 1,2 mg/kgBB IV (dosis
pemeliharaan) setelah 12 jam dari dosis awal.

Bila tidak tersedia Artesunat parenteral, maka dapat


diberikan Artemether IM dengan dosis 3,2 mg/kgBB IM
(dosis awal) pada saat penerimaan dan kemudian 1,6
mg/kgBB per hari (dosis pemeliharaan) selama 3 hari.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 114


Malaria berat dengan anemia
– Transfusi dengan PRC bila Hb < 7 g%, perlahan-lahan.
Hati-hati kelebihan cairan
– Beri diuretik (furosemid) pada edema paru atau gagal
jantung.
– Monitor masukan dan luaran cairan, perhatikan
keseimbangan cairan
– Periksa darah lengkap (Hb, L, Ht, Tr)
– Teruskan pemberian obat anti malaria (Artesunat
intravena)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 115


HIV/AIDS
Gizi buruk sering merupakan manifestasi HIV/AIDS pada anak.
Tatalaksana balita gizi buruk dengan HIV/AIDS sesuai panduan
tatalaksana gizi buruk pada umumnya.
Balita gizi buruk dengan:
• diare melanjut/ persisten
• oral trush (candidiasis oral)
• tidak mengalami perbaikan status gizi walau telah ditatalaksana
sesuai dengan protokol
Maka, patut dicurigai menderita HIV/AIDS  lakukan pendekatan dan
pemeriksaan CD4, viral count.
Bila terbukti  Beri Anti retroviral (ARV) sesuai pedoman HIV/AIDS.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


116
Gangguan pada mata Akibat Kekurangan Vit A
• Klasifikasi Xeroftalmia menurut WHO/USAID/UNICEF/HKI/IVACG,1996
sebagai berikut:
– Xn: Rabun Senja
– X1 A: Xerosis Konjungtiva (kekeringan pada konjungtiva)
– X1 B: Xerosis Konjungtiva disertai bercak Bitot
– X2: Xerosis Kornea (kekeringan pada kornea)
– X3 A: Keratomalasia atau ulserasi kornea < 1/3 permukaan kornea
– X3 B: Keratomalasia atau ulserasi kornea ≥ 1/3 permukaan kornea
– XS: Jaringan parut pada kornea
– XF: Fundus Xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 117


Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 118
JIKA MATA MENGALAMI: TINDAKAN
• Hanya bercak Bitot Tidak memerlukan obat tetes mata
• tidak ada gejala mata
yang lain
• Nanah atau Berikan tetes mata kloramfenikol atau
peradangan tetrasiklin (1%)
• Kekeruhan pada Berikan kedua obat tersebut :
kornea Tetes mata kloramfenikol / tetrasiklin(1%)
• Ulkus pada kornea + Tetes mata atropin(1%)

Segera rujuk ke dokter mata (jangan ditambahkan preparat yang


mengandung “kortikosteroid” karena dapat memperberat kelainan
padamata, serta jangan diberi salep supaya tidak ada perlengketan)

119
Gangguan pada Kulit (Dermatosis)
• Hipo/hiperpigmentasi
• Deskuamasi (mengelupas)
• Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar)
• Sering disertai infeksi sekunder (candida)
Tindakan:
– kompres pada bagian yang terkena dengan larutan NaCl.
– beri krim yang mengandung Zn.
– usahakan agar daerah perineum tetap kering
– beri suplementasi seng (sudah terdapat dalam larutan mineral
mix)
– pengobatan infeksi sekunder yang sesuai dengan penyebabnya.
• Hindari penggunaan popok sekali pakai agar daerah perineum tetap kering.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 120
Dermatosis

(sumber foto: kiri - RSCM, kanan - Management of Severe Malnutrition, WHO) 121
Anemia

= Kadar Hb dibawah normal

Kadar Hb normal:
• 6 bulan – 5 tahun : 11 g/ dl
• 6 tahun – 11 tahun : 11,5 g/ dl
• 12 tahun – 13 tahun : 12 g/ dl

• Tanda klinis:
- Lesu, lemah, letih, lelah, lalai
- Daya tahan terhadap penyakit menurun
- Pucat (konjungtiva mata, telapak tangan, bibir, mukosa mulut)

(Sumber: indicators for assessing iron deficiency and strategies for its)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 122
ANEMIA

Telapak tangan anak yang menderita anemia terlihat sangat pucat.


Bandingkan telapak tangan anak yang menderita anemia dengan
telapak tangan orang sehat.
123
(sumber foto: Management of Severe Malnutrition, WHO)
Anemia

Tatalaksana:
• Asam folat pada hari pertama 5 mg, dilanjutkan 1 mg setiap hari.
• Zat besi (Fe) pada fase rehabilitasi dengan dosis 1-3 mg/kgBB/hari
besi elemental.

Bila tidak terjadi kenaikan Hb setelah pemberian Fe, perlu dipikirkan


penyebab anemia yang lain seperti malaria, cacingan, kelainan genetik
(Thalasemia)

Zat besi tidak boleh diberikan pada fase awal (stabilisasi dan transisi).
Berikan setelah anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah
berat badannya (umumnya pada minggu kedua / Fase Rehabilitasi)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 124


Anemia

Indikasi Transfusi darah


• Hb < 4,0 g/dl
• Hb 4,0 – 6,0 g/dl disertai distres pernapasan atau tanda gagal
jantung

• Bila ada tanda gagal jantung:


transfusi packed red cells (PRC) 5-7 ml/kgBB dalam 3 jam dan
furosemid 1 mg/kg BB iv pada saat transfusi dimulai.
• Bila tidak ada gagal jantung beri transfusi darah segar sebanyak
10 ml/kg BB selama 3 jam.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 125
Latihan kasus

Lihat buku modul hal. 261-263

Kelompok 1 & 4 : kasus no.1


Kelompok 2 & 5 : kasus no.2
Kelompok 3 & 6 : kasus no.3

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 126


LATIHAN KASUS 1

• Mena, perempuan, umur 4 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan


keluhan Mena tampak makin kurus dan sering demam sejak 3 bulan yang
lalu. Demam tidak tinggi berlangsung hanya 3-4 hari tanpa disertai batuk-
pilek dan sembuh dengan pemberian obat penurun panas, tetapi sejak 2
minggu terakhir demam terus menerus dan disertai batuk. Sudah berobat
di Puskesmas tetapi belum ada perbaikan. Nafsu makan menurun, hanya
mau makan dengan lauk tertentu seperti sayur bening bayam atau sayur
asam, tempe atau tahu dan ikan asin, kadang-kadang telur ½ butir atau
ikan. Mena tidak suka susu kecuali susu kental manis. Paman Mena yang
tinggal serumah sedang dalam pengobatan untuk batuk darah sejak
5 bulan yang lalu.

127
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak perempuan, tampak kurus,
lesu dan pucat. BB: 10,2 kg; TB: 95 cm dan LiLA 11,3 cm. Suhu: 37,8 OC,
frekuensi nafas 36x/menit dan frekuensi nadi 96x/menit. Kepala / wajah tidak
ada kelainan, leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening multipel,
besarnya >1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda peradangan. Torak: iga
gambang, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen supel, hepar 1 jari di
bawah arkus kosta, limpa tidak teraba. Ekstremitas: hipotrofi otot, tidak ada
edema. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, Lekosit
6.400/mm3 dengan hitung jenis limfositer. Bilasan lambung: BTA mikroskopik
negatif. Tes tuberkulin negatif.
• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2. Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur diagnosis TB dan sistim skoring
TB)
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya? 128
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1

• Pertanyaan:
1.Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2.Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur
diagnosis TB dan sistim skoring TB)
3.Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4.Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya?

129
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 2
• Koko, laki-laki, 2 tahun 4 bulan, dibawa neneknya ke Puskesmas karena
mencret yang sudah berlangsung > 2 minggu. BAB cair, kadang kental, 4-
5x/hari sebanyak 3-4 sendok makan, berlendir tetapi tidak ada darah.
Sebelumnya anak pernah mencret beberapa kali tetapi tidak berlangsung
lama. Koko juga seriawan, ada bercak putih di mulut. Muntah kadang-kadang
saja. Anak sering demam tidak tinggi kadang disertai batuk-pilek.
• Koko mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, selanjutnya ditambah nasi tim.
ASI dihentikan pada usia 1 tahun karena sudah tidak keluar lagi, diganti
dengan susu SGM-2 sampai sekarang. Sekarang makan nasi hanya 3-4
sendok makan, 2-3x/hari dengan telur / ikan/ ayam, tahu / tempe dan sedikit
sayur. Kadang dibelikan bubur ayam ½ mangkok atau biskuit 1-2 keping.
Jarang diberi buah-buahan.
• Tiap bulan Koko dibawa ke Posyandu tetapi berat badan Koko lambat
naiknya, Koko merupakan anak pertama.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 130
LATIHAN KASUS 2
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak laki-laki, tampak sakit
sedang, kurus, kurang aktif. BB: 8,600 kg, TB: 84 cm, LiLA: 11,0 cm, suhu:
37,9OC. Wajah/ kepala tidak ada kelainan, mulut penuh dengan bercak putih/
aphtae, tonsil T1/T1 berbercak putih. Leher: teraba kelenjar getah bening,
multiple, sebesar kacang hijau. Torak simetris, iga menonjol, jantung dan
paru tidak jelas kelainan, abdomen cekung, turgor masih baik, hepar 2 cm di
bawah arkus kosta, limpa S1. Ekstremitas: otot hipotrofi, tidak ada edema
dan turgor kulit masih baik.

Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Koko? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Koko? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Koko perlu dirawat inap? Alasannya?
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 131
LATIHAN KASUS 3

• Wawan, laki-laki, 22 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan


ada bercak putih seperti busa sabun pada mata kiri sedangkan bagian
hitam mata kanan tampak buram yang sudah berlangsung beberapa hari.
Belum berobat dan selama ini hanya diberi tetes mata Rohto. Sejak 1
minggu yang lalu timbul bengkak di kedua punggung kaki.

• Pada pemeriksaan didapatkan seorang anak laki-laki, tampak kurus, BB:


8.200 g, PB: 81 cm, LiLA 11,3 cm. Mata kiri: tampak sklera kering dan ada
massa putih seperti busa sabun di bagian lateral mata. Mata kanan: sklera
kering dan kornea keruh/buram, tidak ada ulkus ataupun nanah.
Kepala/bagian wajah lain dan leher tidak ada kelainan. Torak: tampak
tulang iga menonjol, jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen:
lemas, Hati dan Limpa tidak teraba.
Pencegahan Ekstremitas:
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita otot hipotrofi, edema +/+
132
LATIHAN KASUS 3

• Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Wawan? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Wawan? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Wawan perlu dirawat inap? Alasannya?

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 133


PRAKTEK MEMBUAT RESOMAL DAN
FORMULA UNTUK ANAK GIZI BURUK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 134


Mineral mix / larutan elektrolit

Komposisi larutan elektrolit/Mineral Mix per 1000


gram

KCl : 224 gram


Tripotasium citrat : 81 gram
MgCl2.6H2) : 76 gram
Zn acetat 2 H2O : 8,2 gram
CuSO4.5H2O : 1,4 gram
Ditambah air sampai : 2.5 liter

Larutan mineral mix digunakan untuk pembuatan F-75, F-


100 dan ReSoMal.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 135


CARA PENGENCERAN MINERAL MIX
• Larutkan 1 saset (8 g) dalam air matang yang sudah
didinginkan sampai 20 ml.
• Simpan larutan dalam botol steril dan letakkan di
dalam lemari es untuk menghambat kerusakan. Buang
jika berubah seperti berkabut. Buatlah larutan baru
setiap bulan.
Sudah tersedia dalam bentuk sachet @ 8 gram ditambah air
matang menjadi larutan elektrolit 20 ml

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


RESOMAL
(Rehydration Solution for Malnutrition)

BAHAN UNTUK 2000 ml UNTUK 400 ml


Bubuk WHO-ORS 1 pak /1000 ml 1 sachet /200 ml

Gula pasir 50 gr 10 gr
Mineral Mix 40 ml 8 ml
Ditambah air sampai 2000 ml 400 ml

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


RESOMAL
(Rehydration Solution for Malnutrition)

Bila tidak tersedia Mineral Mix, dapat digunakan KCl


sebagai berikut:

BAHAN UNTUK 2000 ml UNTUK 400 ml


Bubuk WHO-ORS 1 pak /1000 ml 1 sachet /200 ml

Gula pasir 50 gr 10 gr
Bubuk KCl 4 gr 0,8 gr
Ditambah air sampai 2 liter 400 ml

Karena tidak mengandung Mg, Zn dan Cu :


dapat diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maks 2 ml, dan Zn-
sulfat oral, Cu dlm bentuk suplemen

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


SPESIFIKASI F-75, F-100 DAN F-100 YANG DIENCERKAN
DAN SUSU FORMULA BAYI
F-100 Susu formula
F-75 F-100
Zat gizi Diencerkan bayi
per 100 ml per 100 ml
per 100 ml Per 100 ml
Energy 75 kcal 100 kcal 74 kcal 66 kcal
Protein 0.9 g 2.9 g 2.1 g 1.4 g
Lactose 1.3 g 4.2 g 3.1 g 2g
Potassium 3.6 mmol 5.9 mmol 4.1 mmol 2,8 mmol
Sodium 0.6 mmol 1.9 mmol 1.4 mmol 0,54 mmol
Magnesium
0.43 mmol 0.73 mmol 0.54 mmol 4,6 mg
Zinc 2.0 mg 2.3 mg 1.7 mg 0,2 mg
Copper 0.25 mg 0.25 mg 0.1 mg 0
% energi dari
5% 12% 12% 9%
protein
% energi dari
32% 53% 53% 44 %
lemak
Osmolaritas 413mOsm/L 419 mOsmol/L 310 mOsmol/L

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Komposisi F-75 dan F-100

FORMULA
Bahan Makanan F75 I F75 II F75 III F75 IV F75 V F100 I F100 II F100 III

Susu skim bubuk (g) 25 25 - - - 85 -

Susu full cream (g) - 35 - 35 110

Susu sapi segar (ml) - - 300 - -

Susu UHT tawar 900


Gula pasir (g) 100 70 70 70 100 50 50
40
Tepung beras (g) 35 35 35 - -
-
Minyak sayur (g) 27 27 17 17 17 60 30
30
Larutan elektrolit (ml) 20 20 20 20 20 20 20
20
Osmolaritas 413 334 419
(mOsm/L) 1000

Tambahan air s/d (ml) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

DIARE PERSISTEN
CARA MEMBUAT FORMULA

1. Formula WHO 75/100

• Timbang bahan makanan yang diperlukan (biasanya dibuat untuk 24 jam)


• Campur gula dengan minyak aduk dengan sendok / alat pengaduk stainlessteel.
• Tambahkan susu bubuk skim/fullcream, aduk sampai tercampur. Takar campuran
menggunakan sendok takar (misal hasil menjadi 16 sendok takar)
• Bagi sesuai frekuensi minum per 24 jam (misal 8 x setiap minum = 16 sendok takar
dibagi 8 = 2 sendok takar), tempatkan dalam botol/ gelas kaca tertutup atau ditempatkan
dalam kantong plastik bersih (kantong plastik obat)
• Tempel etiket pada setiap botol / gelas atau kantong plastik.
• Formula dicairkan 10 menit sebelum jam pemberian, dnegan cara menambahkan air
matang dengan suhu > 70⁰C (supaya semua bakteri mati)) sampai volume yang
diperlukan, aduk formula sampai larut merata, dengan menggunakan alat pengaduk dari
stanlessteel. Jangan gunakan air mendidih, air terlalu panas (mendidih) akan membuat
adonan menggumpal, tambahkan mineral mix sebelum penambahan air.
• F-100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) diberikan untuk keperluan 2 hari,
karena pada suhu ruang hanya dapat bertahan 2 x 24 jam. Mineral mix diberikan
terpisah.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


CARA MEMBUAT FORMULA

2. Formula 75 Modifikasi (untuk 1 liter):

• Timbang bahan makanan yang diperlukan (biasanya untuk 24 jam)


• Campur bahan; susu, gula, minyak, tepung dan 200 ml air matang diblender sampai
tercampur, bila tidak ada blender gunakan kocokan tangan.
• Tambahkan air sampai volume yang diperlukan,
• Panaskan sampai mendidih dan tepung matang (kurang lebih 5 menit setelah
mendidih), sambil terus diaduk.
• Matikan api kompor, tambahkan larutan mineral mix sesuai kebutuhan, cek volume
larutan, apabila kurang dari volume yang diperlukan, tambahkan air matang.
• Bagi larutan formula sesuai frekuensi minum per 24 jam, tempatkan dalam
botol/gelas tertutup yang sudah ditempel etiket, setelah dingin simpan dalam lemari
pendingin.
• Sebelum diberikan, formula direndam dalam air panas selama 15 menit

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


CARA MEMBUAT FORMULA

Bahan2 formula
Campur gula dan minyak, aduk
sampai rata

Campur gula dan Tambahkan susu


minyak,
Minyak dan gula aduk sampai
rata setelah gula dan
sudah tercampur minyak tercampur
rata
CARA MEMBUAT FORMULA
FORMULA 100
Hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk membuat formula WHO
 Timbang kebutuhan bahan makanan dengan menggunakan timbangan makanan
dengan skala 5 gram, pastikan timbangan di posisi 0.
 Sebelum diisi bahan makanan timbang dulu tempatnya (dalam keadaan kosong)
dan perhitungkan pada saat menimbang.
 Kantong plastik bisa dipakai untuk menimbang bahan makanan yang kering.
 Untuk mengukur minyak, gunakan wadah kecil supaya tidak banayk minyak yang
tertinggal di permukaan wadah.
 Cuci tangan sebelum memegang bahan makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk membuat formula WHO (lanjutan)
 Bila menggunakan ukuran rumah tangga , gunakan alat pengukur rumah tangga
yang terstandar. Apabila mengukur dengan
 menggunakan sendok takar, gunakan pisau untuk meratakan permukaan.
 Formula kering yang sudah tercampur (minyak, gula, susu) dapat disimpan
didalam wadah tertutup rapat pada suhu ruang dengan daya tahan 2 x 24 jam.
 Minyak adalah bahan makanan yang penting, sehingga perlu tercampur dengan
benar dan tidak terbuang.
 Jangan lupa menjaga kebersihan dalam membuat formula..
Terimakasih

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 148

Anda mungkin juga menyukai