Anda di halaman 1dari 7

SOP PENETAPAN DAN

KLASIFIKASI BALITA GIZI


BURUK

No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP
TanggalTerbit:

Halaman :1/6

PUSKESMAS
NAPAN
(Albertus E.M Tori,SST)
NIP. 196704081988011004

1. Pengertian Penetapan dan klasifikasi Gizi buruk di fasilitas kesehatan


merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) untuk dapat
menentukan klasifikasi kasus masalah gizi balita yang
ditemukan dan dirujuk oleh kader atau anggota
masyarakat terlatih, sehingga penanganan terhadap kasus
balita gizi buruk dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi)


dalam melakukan tindak lanjut balita gizi buruk atau yang
berisiko mengalami gizi buruk dan gizi kurang yang
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Kebijakan 1. Permenkes Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan


Teknis Surveilans Gizi
2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tentang Pelayanan
Klinis
4. Referensi Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada
Balita
5. Prosedur Alat dan bahan :
•Alat timbang berat badan, seperti timbangan digital anak
dan bayi.
•Alat ukur panjang atau tinggi badan terstandar, berupa
antropometri kit.
•Pita Lingkar Lengan Atas (LiLA).
•Tabel Z-skor (mengacu pada tabel dan grafik dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak) atau perangkat
lunak (software) penghitung Z-skor (WHO Anthro).
•Kartu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
•Bahan untuk tes nafsu makan sesuai pedoman.
•Bahan F-100 atau formula untuk gizi buruk lainnya.
•Obat-obatan seperti antibiotika, obat cacing dan vitamin
sesuai protokol.
 Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan
F100, seperti gelas ukur, kompor, panci, sendok makan,
mangkok, gelas).
•Formulir status pasien, formulir rujukan, formulir
pencatatan dan pelaporan (register Konfirmasi dan
register Pos PGBT)
•Bagan alur pemeriksaan balita di Fasyankes.

6. Langkah - Pelaksanaan Konfirmasi Status Gizi Balita


langkah
Saat balita yang mungkin mengalami gizi buruk diantar oleh
orang tua/ pengasuh ke fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga
Kesehatan (dokter) segera melakukan pemeriksaan kondisi
umum dan ada tidaknya kegawatdaruratan atau komplikasi
medis.
Bila ADA kegawatdaruratan atau komplikasi medis, maka
segera tangani sesuai kegawatdaruratan atau komplikasi
medis yang ditemui. Lakukan persiapan rujukan dari poli
MTBS ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan perawatan
(Rumah Sakit). Konfirmasi status gizi balita dilakukan setelah
kondisi stabil.

Bila TIDAK ADA kegawatdaruratan atau komplikasi medis,


maka dapat dilakukan pemeriksaan lengkap sesuai protokol.

Konfirmasi status gizi balita yang dirujuk:

1. Lakukan penimbangan berat badan.

2. Lakukan pemeriksaan panjang atau tinggi badan.

3. Lakukan pemeriksaan LiLA (balita usia 6–59 bulan).


Walaupun balita dirujuk oleh kader atau anggota
masyarakat lain karena LiLA merah atau kuning, tenaga
kesehatan harus memeriksa ulang LiLA balita

4. Lakukan pemeriksaan pitting edema bilateral.


Tentukan status gizi balita berdasarkan:
1. Z-skor berat badan menurut panjang atau tinggi badan
(Z-skor BB/PB atau BB/TB).
2. LiLA (balita usia 6–59 bulan)
3. Pitting edema bilateral.
Catatan:
Pada masa pandemi COVID-19, pastikan petugas kesehatan
menerapkan protokol kesehatan saat menangani balita, serta
memastikan orang tua/ pengasuh menerapkan protokol yang
sama saat berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan Klasifikasi Kondisi Balita untuk Penentuan
Tata Laksana
Sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi umum,
kegawatdaruratan medis atau komplikasi medis dan
konfirmasi status gizi, berikut langkah yang perlu dilakukan:
1. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi medis
dirujuk ke rawat inap.
2. Bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita gizi buruk usia ≥ 6
bulan dengan berat badan< 4 kg dirujuk ke rumah sakit.
3. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan tanpa komplikasi medis
diberikan tata laksana gizi buruk di layanan rawat jalan.

1. Bagan Alur
Melakukan pemeriksaan kondisi umum dan ada tidaknya kegawatdaruratan
atau komplikasi medis.

Penimbangan berat badan,pemeriksaan panjang atau tinggi badan,pemeriksaan


LiLA ,pemeriksaan pitting edema bilateral

Tentukan status gizi balita

Bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita gizi buruk usia ≥ 6 bulan dengan
berat badan< 4 kg dirujuk ke rumah sakit.

Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi medis dirujuk ke rawat
inap. Balita gizi buruk u

2. Hal-hal yang Hal-hal berikut penting untuk didokumentasikan,


perlu di termasuk diantaranya:
perhatikan
• Jumlah balita yang dirujuk berdasarkan jenis rujukan
(misalnya LiLA hijau, LiLA kuning, LiLA hijau tapi
tampak sangat kurus, atau dengan hambatan
pertumbuhan) oleh kader atau anggota masyarakat
terlatih lain.

• Jumlah kasus gizi buruk dengan komplikasi medis.


• Jumlah kasus gizi buruk tanpa komplikasi medis.
• Jumlah kasus gizi buruk dengan penyakit penyerta.
• Lama hari perawatan.
•Jumlah kasus gizi buruk berdasarkan usia (bayi< 6
bulan, balita 6-59 bulan)
• Jumlah kasus yang dirawat inap sesuai usia (bayi< 6
bulan, balita ≥ 6 bulan dengan BB< 4 kg, balita 6-59
bulan): 1. Sembuh
2. Masih dirawat
3. Drop out
4. Meninggal
5. Pindah kelayanan rawat jalan
6. Pindah kelayanan rawat inap lain (RS,
Puskesmas/ TFC).
•Jumlah kasus balita usia 6-59 bulan di layanan rawat
jalan: 1. Sembuh
2. Masih dirawat
3. Drop out
4. Meninggal
5. Pindah kelayanan rawat inap
6. Pindah kelayanan rawat jalan lain.
•Jumlah kasus pasca rawat inap bayi< 6 bulan dan balita
≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg di layanan rawat jalan:
1. Sembuh
2. Masih dirawat
3. Drop out
4. Meninggal
5. Pindah kelayanan rawat inap
6.Pindah kelayanan rawat jalan lain.
•Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita (pelatihan 47
JPL).

Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya:


1. Efektivitas alur pelayanan/ pemeriksaan balita di
fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Akurasi alat antropometri yang digunakan dengan
melakukan kalibrasi rutin.
3. Kualitas pemeriksaan antropometri, pemeriksaan pitting
edema bilateral dan tes nafsu makan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4. Status balita yang dirujuk oleh kader atau anggota
masyarakat terlatih dengan hasil konfirmasi oleh tenaga
kesehatan untuk menilai seberapa besar adanya kasus
positif palsu atau negative palsu. Hal ini penting sebagai
bahan evaluasi untuk penguatan kapasitas masyarakat
dalam penemuan kasus.

7. Unit terkait 1. Posyandu


2. Pustu
3. Poskesdes
4. Poli MTBS

5. Dokumen  Slip Rujukan Masyarakat


Terkait
 KMS
 Register Konfirmasi
 Register pos PGBT
 Kartu status Pasien

6. Rekaman No Yang Isi Perubahan Tanggal mulai


Historis diubah diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai