2. Tujuan Sebagai acuan untuk menetapkan adanya kasus dan masalah gizi oleh
kader atau anggota masyarakat. .
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor : 061/SK/UKM/DRD/X/2016 tentang
pengelolaan dan pelaksanaan program
4. Referensi a. Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan Tahun 2009
b. Undang-undang Nomer 25 tentang Pelayanan Publik tahun 2019
c. Peraturan Pesiden No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan nasional
percepatan perbaikan gizi yang menitik beratkanpada penyelamatan
1000 HPK
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun 2013
tentang Kecukupan Gizi yang di anjurkan bagi bangsa Indonesia
e. Peraturan Menteri Kesehatan No.23 tahun 2014 Upaya Perbaikan
Gizi Keluarga
f. Peraturan Menteri Kesehatan No 29 tahun 2019 tentang masalah gizi
bagi anak akibat penyakit.
5. Prosedur/ a. Persiapan awal
Langkah- Petugas melakukan pengukuran antropometri
langkah Tabel Z score sederhana
Kartu MTBS
Bahan untuk test nafsu makan
Bahan F 100
Obat obatan : obat cacing, antibiotik, vitamin sesuai standar
Home ekonomic set untuk pengolahan 100 ( Panci, kompor, gelas
ukur,sendok, piring, mangkok , penutup)
Formulir pasien, formulir rujukan, fformulir pencatatan dan
pelaporan.
Bagan alur pemeriksaan balita
b. Pelaksanaan Konfirmasi status gizi balita.
Bila ada kegawatdaruratan atau komplikasi medis, maka
segera tangani sesuai kegawatdaruratan atau komplikasi medis
yang ditemui.
Lakukan persiapan rujukan dari poli MTBS ke ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan perawatan (Puskesmas
Perawatan atau Rumah Sakit).
c. Pelaksanaan Konfirmasi status balita yang dirujuk.
Lakukan penimbangan berat badan.
Lakukan pemeriksaan panjang atau tinggi badan.
Lakukan pemeriksaan LiLA (balita usia 6–59 bulan). Walaupun
balita dirujuk oleh kader atau anggota masyarakat lain karena LiLA
merah atau kuning, tenaga kesehatan harus memeriksa ulang LiLA
balita.
Lakukan pemeriksaan pitting edema bilateral.
d. Menentukan status gizi balita
Z-skor berat badan menurut panjang atau tinggi badan (Z-skor
BB/PB atau BB/TB).
LiLA (balita usia 6–59 bulan)
Pitting edema bilateral
e. Pencatatan dan Pelaporan
Jumlah balita yang dirujuk berdasarkan jenis rujukan (misalnya
LiLA hijau, LiLA kuning,
LiLA hijau tapi tampak sangat kurus, atau dengan hambatan
pertumbuhan) oleh kader atau anggota masyarakat terlatih lain.
Jumlah kasus gizi buruk dengan komplikasi medis.
Jumlah kasus gizi buruk tanpa komplikasi medis.
Jumlah kasus gizi buruk dengan penyakit penyerta.
Lama hari perawatan.
Jumlah kasus gizi buruk berdasarkan usia (bayi < 6 bulan, balita 6-
59 bulan)
Jumlah kasus yang dirawat inap sesuai usia (bayi < 6 bulan, balita
≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg, balita 6-59 bulan): 1) Sembuh; 2)
Masih dirawat; 3) Drop out; 4) Meninggal; 5)
Pindah ke layanan rawat jalan; 6) Pindah ke layanan rawat inap
lain (RS, Puskesmas/ TFC).
Jumlah kasus balita usia 6-59 bulan di layanan rawat jalan: 1)
Sembuh; 2) Masih dirawat; 3) Drop out; 4) Meninggal; 5) Pindah ke
layanan rawat inap; 6) Pindah ke layanan rawat jalan lain.
f. Pemantauan dan Supervisi Fasilitatif
Efektivitas alur pelayanan/ pemeriksaan balita di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Akurasi alat antropometri yang digunakan dengan melakukan
kalibrasi rutin.
Kualitas pemeriksaan antropometri, pemeriksaan pitting edema
bilateral dan tes nafsu makan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Status balita yang dirujuk oleh kader atau anggota
masyarakat terlatih dengan hasil
konfirmasi oleh tenaga kesehatan untuk menilai seberapa besar
adanya kasus positif palsu atau negatif palsu..
6. Unit Terkait KIA