Anda di halaman 1dari 5

PENETAPAN DAN KLASIFIKASI BALITA GIZI

BURUK DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN
No. Dokumen : 159/SR II/ 2021
No. Revisi :0
SOP
Tanggal terbit : 10 Januari 2021
Halaman :1/5
dr. I Putu Edy

Suastanaya, S.Ked
Puskesmas Seririt II
NIP. 19790113 201412 1
001
1. Pengertian Penetapan dan klasifikasi balita gizi buruk di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah kegiatan menentukan klasifikasi kasus masalah gizi
balita yang ditemukan dan dirujuk oleh kader atau anggota masyarakat
terlatih yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga dapat
ditata laksana dengan cepat dan tepat.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penetapan dan klasifikasi balita gizi buruk di fasilitas pelayanan
kesehatan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Seririt II No:
tentang jenis pelayanan yg disediakan

4. Referensi 1. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia 2012
2. Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA 2014
3. Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita di
Layanan Rawat Jalan Bagi Tenaga Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI 2020
4. SOP Penetapan Dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2020

5. Alat dan Bahan 1. Alat :


a. Alat timbang berat badan (timbangan digital anak dan bayi),
b. Alat ukur panjang atau tinggi badan (length / height board)
c. Tabel Z-skor sederhana (Permenkes Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak) atau perangkat lunak
(software) penghitung Z-skor (WHO Anthro)
d. Kartu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
e. Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan F100,
seperti gelas ukur, kompor, panic, sendok makan, piring,
mangkok, gelas dan penutup
f. Formulir pasien, formulir rujukan, formulir pencatatan dan
pelaporan
g. Formulir konseling PMBA
h. Bagan alur pemeriksaan balita di fasyankes
i. Masker
j. Faceshield
2. Bahan :
a. Bahan untuk tes nafsu makan sesuai pedoman
b. Bahan F 100 atau formula untuk gizi buruk lainnya
1
c. Obat-obatan (antibiotika, obat cacing dan vitamin sesuai protocol
d. Handsanitizer

6. Langkah- 1. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih melakukan


Langkah / pemeriksaan antropometri, pemeriksaan pitting edema bilateral dan
Prosedur melakukan tes nafsu makan.
2. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) menyiapkan logistic (alat dan
bahan) yang dibutuhkan
3. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) melakukan pemeriksaan
kondisi umum dan ada tidaknya kegawatdaruratan atau komplikasi
medis,dengan ketentuan :
 Bila ADA kegawatdaruratan atau komplikasi medis, maka
segera tangani sesuai kegawatdaruratan atau komplikasi
medis yang ditemui. Lakukan persiapan rujukan dari poli
MTBS ke ruang rawat inap (bila Puskesmas Perawatan) atau
ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan perawatan
(Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit). Konfirmasi status
gizi balita dilakukan setelah kondisi stabil.
 Bila TIDAK ADA kegawatdaruratan atau komplikasi medis,
maka dapat dilakukan pemeriksaan lengkap sesuai protokol.
4. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) melakukan Konfirmasi status
gizi balita yang dirujuk oleh kader atau anggota masyarakat
terlatih ,dengan cara :
 Melakukan penimbangan berat badan.
 Melakukan pemeriksaan panjang atau tinggi badan.
 Melakukan pemeriksaan LiLA (balita usia 6–59 bulan).
Walaupun balita dirujuk oleh kader atau anggota masyarakat
lain karena LiLA merah atau kuning, tenaga kesehatan harus
memeriksa ulang LiLA balita.
 Melakukan pemeriksaan pitting edema bilateral.

5. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) menentukan status gizi balita


berdasarkan:
 . Z-skor berat badan menurut panjang atau tinggi badan (Z-
skor BB/PB atau BB/TB).
 LiLA (balita usia 6–59 bulan)
 Pitting edema bilateral.
6. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) melaksanakan klasifikasi
kondisi balita untuk penentuan tata laksana sesuai dengan hasil
pemeriksaan kondisi umum, kegawatdaruratan medis atau
komplikasi medis dan konfirmasi status gizi,sesuai dengan langkah-
langkah:
 Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi medis
dirujuk ke rawat inap.
 Bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita gizi buruk usia ≥ 6
bulan dengan berat badan < 4 kg dirujuk ke rumah sakit.
 Balita gizi buruk usia 6-59 bulan tanpa komplikasi medis
diberikan tata laksana gizi buruk di layanan rawat jalan.
7. Tenaga Pelaksana Gizi melakukan pencatatan dan pelaporan
 Jumlah balita yang dirujuk berdasarkan jenis rujukan
(misalnya LiLA hijau, LiLA kuning, LiLA hijau tapi tampak
sangat kurus, atau dengan hambatan pertumbuhan) oleh
kader atau anggota masyarakat terlatih lain.
 Jumlah kasus gizi buruk dengan komplikasi medis.
 Jumlah kasus gizi buruk tanpa komplikasi medis.
 Jumlah kasus gizi buruk dengan penyakit penyerta.
2
 Lama hari perawatan.
 Jumlah kasus gizi buruk berdasarkan usia (bayi < 6 bulan,
balita 6-59 bulan)
 Jumlah kasus yang dirawat inap sesuai usia (bayi < 6 bulan,
balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg, balita 6-59 bulan): 1)
Sembuh; 2) Masih dirawat; 3) Drop out; 4) Meninggal; 5)
Pindah ke layanan rawat jalan; 6) Pindah ke layanan rawat
inap lain (RS, Puskesmas/ TFC).
 Jumlah kasus balita usia 6-59 bulan di layanan rawat jalan: 1)
Sembuh; 2) Masih dirawat; 3) Drop out; 4) Meninggal; 5)
Pindah ke layanan rawat inap; 6) Pindah ke layanan rawat
jalan lain.
 Jumlah kasus pasca rawat inap bayi < 6 bulan dan balita ≥ 6
bulan dengan BB < 4 kg di layanan rawat jalan: 1) Sembuh;
2) Masih dirawat; 3) Drop out; 4) Meninggal; 5) Pindah ke
layanan rawat inap; 6) Pindah ke layanan rawat jalan lain.
 Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita (pelatihan 47 JPL).

melakukan pemeriksaan menyiapkan logistic (alat


antropometri, pemeriksaan dan bahan) yang
pitting edema bilateral dan dibutuhkan
melakukan tes nafsu makan.

Ada
kegawatdaru melakukan pemeriksaan kondisi umum
Dirujuk ke ratan atau
fasyankes dan ada tidaknya kegawatdaruratan
komplikasi
lanjutan medis atau komplikasi medis

Tidak

melakukan Konfirmasi status


Pemeriksaan
lengkap sesuai gizi balita yang dirujuk oleh
protokol kader atau anggota masyarakat
terlatih

penimbangan berat
badan.
Menentukan status gizi pemeriksaan panjang
balita atau tinggi badan.
pemeriksaan LiLA (balita
usia 6–59 bulan).
pemeriksaan pitting
edema bilateral.

klasifikasi kondisi balita


untuk penentuan tata
7. Diagram Alir laksana

pencatatan dan
pelaporan
8. Hal-hal yang Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dimengerti
perlu pasien, bisa Bahasa Indonesia, Bahasa bali, atau Bahasa lainnya yang
diperhatikan dimengerti pasien dan petugas

9. Unit terkait 1. Semua Poliklinik di Puskesmas


2. Puskesmas Pembantu
3. Posyandu

10. Dokumen terkait Rekam Medis Pasien, Register Konsultasi Gizi

4
11. Rekaman
historis
perubahan

No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai