Disusun Oleh
TIANA LISTIANA
CKR0180035
SEMESTER V
KEPERAWATAN REG.A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga penyusun diberi kesempatan yang luar biasa ini untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “Praktik, Mekanisme Dan Bentuk Collaboration Dalam
Team Work Profesi Kesehatan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Interprofessional
Education. Oleh karena itu penyusun sampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Mamlukah,
SKM, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Interprofessional Education yang telah
membimbing penyusun agar makalah ini tersusun dengan baik.
Penyusun berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca.
Selain itu penyusun juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun benar-benar menanti
kritik dan saran demi perbaikan karya tulis selanjutnya. Penyusun pun memohon maaf
apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penyusun
Tiana Listiana
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Kompetensi Interprofessional Education..................................................3
2.2 Kerjasama Tim Dalam Proses Kolaborasi.................................................4
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerjasama Tim Interprofesi............5
2.4 Upaya Meningkatkan Kerjasama Interprofesi...........................................6
2.5 Penerapan Kerjasama Interprofesi.............................................................7
BAB III KASUS ..................................................................................................8
3.1 Deskripsi Kasus.........................................................................................9
3.2 Penyebab....................................................................................................9
3.3 Cara Mengatasi.....................................................................................10
3.4 Antisipasi Konflik Tidak Terjadi..........................................................10
BAB IV PENUTUP.........................................................................................11
4.1 Kesimpulan.........................................................................................11
4.2 Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, diantaranya:
1. Apa kompetensi interprofessional education (IPE) ?
2. Bagaimana kerjasama (Team work) pada interprofessional education (IPE)?
3. Bagaimana kerjasama tim dalam proses kolaborasi ?.
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama tim interprofesi ?
5. Bagaimana upaya meningkatkan kerjasama interprofesi ?
6. Seperti apa penerapan kerjasama interprofesi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Keterbukaan dalam komunikasi.
Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus memenuhi 3 kriteria
berikut ini :
a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama timbal balik secara mulus
b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama
c. Kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari
kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim
tersebut.
Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif dipengaruhi oleh faktor
anteseden, proses dan hasil. Faktor-faktor tersebut merupakan sesuatu yang dapat
meningkatkan maupun menghambat proses kerjasama dalam tim. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kerjasama Interprofesi :
1) Anteseden (Antecedents)
a. Pertimbangan sosial dan intrapersonal (social and intrapersonal consideration).
Dasar pertimbangan sosial berawal dari kesadaran bahwa seseorang harus
membentuk suatu kelompok agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang saling memerlukan dapat menjadi dasar
terbentuknya sebuah tim. Pertimbangan intrapersonal juga merupakan komponen
penting dalam menciptakan kolaborasi yang baik. Anggota tim harus memiliki
tipe kepribadian yang baik dan sikap untuk bekerjasama yang baik. Selain itu,
kolaborasi yang efektif akan tercapai apabila masing-masing anggota tim
kesehatan merupakan pakar dalam profesinya masing-masing, artinya anggota
tim dari profesi yang satu harus seimbang dengan profesi yang lain baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dimiliki agar dapat saling
berdiskusi secara efektif.
b. Lingkungan fisik (physical environment)
Lingkungan kerja dan kedekatan di antara anggota tim dapat memfasilitasi
atau menghambat kolaborasi. Lingkungan kerja yang baik harus dapat
mendukung kemampuan anggota tim untuk mendiskusikan beberapa ide maupun
4
menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi, sehingga dapat meningkatkan
ikatan dan diskusi penting yang mengarah pada pemahaman dari perspektif yang
berbeda dan dapat menyelesaikan masalah di dalam tim.
c. Faktor organisasional dan institusional (organizational and institutional factor)
Institusi dan kelembagaan sangat berperan dalam mengurangi hambatan untuk
kolaborasi lintas profesi. Kebijakan yang diterapkan oleh suatu institusi ataupun
kelembagaan kesehatan harus dapat mendorong terciptanya kerjasama antar
profesi kesehatan, kebijakan tersebut dapat berupa penerapan kurikulum
interprofessional education maupun penerapan standar pelayanan kesehatan
melalui kolaborasi interprofesi dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
2) Proses
a. Faktor perilaku
Perilaku bekerjasama antar profesi kesehatan merupakan kunci untuk
mengatasi hambatan dalam proses kolaborasi. Kesadaran untuk bekerjasama dan
saling membutuhkan harus ditanamkan pada setiap anggota tim agar tidak ada
arogansi maupun egoisme profesi. Perilaku bekerjasama juga bertujuan untuk
meredakan ketegangan di antara profesi yang berbeda, selain itu juga untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya perawatan pasien.
b. Faktor interpersonal
Interpersonal merupakan cara untuk berhubungan dengan orang lain, dalam
hal ini adalah profesi kesehatan yang lain. Dalam hubungan interpersonal harus
terdapat peran yang jelas. Setiap profesi harus mengetahui peran profesi yang
lain, sehingga mereka dapat berbagi peran sesuai dengan kompetensi masing-
masing profesi. Untuk membentuk hubungan interprofesi yang baik sangat
diperlukan adanya komunikasi interprofesi yang efektif. Melalui komunikasi
interprofesi, anggota tim dapat saling berbagi ide, perspektif dan inovasi
perawatan kesehatan sehingga kolaborasi dapat berjalan dengan baik.
c. Faktor intelektual
3) Sebuah institusi pendidikan profesi kesehatan memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kolaborasi interprofesi.
Kolaborasi Interprofesi akan berjalan dengan baik apabila setiap anggota tim
mempunyai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang setara Outcome and
opportunity
5
Pengembangan kerjasama dan kolaborasi tim interdisiplin akan sangat
membantu dalam menciptakan ide-ide baru yang berhubungan dengan inovasi
pelayanan kesehatan. Kesadaran terhadap hambatan terbentuknya kerjasama yang
efektif harus ditekankan pada setiap anggota tim sehingga dapat tercipta model
integratis dalam sistem pelayanan kesehatan. Tuntutan terhadap peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan memberikan peluang bagi tenaga kesehatan untuk
menerapkan kolaborasi interprofesi dalam sistem pelayanan kesehatan.
Tim interprofesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan seperti konsultan,
dokter, perawat, dokter spesialis, dan fisioterapis dan tim ini dapat diterapkan pada
berbagai macam tatanan perawatan misalnya pada ruang operasi maupun pada perawatan
6
geriatri. Dalam penerapan kerjasama interprofesi, anggota tim interprofesi mungkin saja
mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman tentang perawatan yang berfokus pada komunikasi dan sikap
yang mengacu pada keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama. Selain itu
dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi dalam menciptakan perawatan yang
optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap profesi dan peran tim interprofesi secara
keseluruhan. Penerapan kerjasama tin interprofesi pada beberapa tatanan perawatan
pasien dijelaskan sebagai berikut:
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan efektifitas kerjasama
tim adalah Team Mental Models (TMM). TMM didefinisikan sebagai metode anggota
timnya yang dapat saling berbagi pengetahuan maupun pemahaman terkait kompetensi
kinerja klinis tenaga kesehatan. Menurut DeChurch dan Mesmer-Magnus (2010), TMM
telah terbukti memberikan efek yang signifikan terhadap proses kinerja tim. Berdasarkan
kompleksitas kasus pasien, Ruang Operasi (OK) menjadi salah satu setting yang paling
cocok untuk penerapan TMM.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak ditemukan potensi masalah di klinis
maupun di masyarakat mengenai perawatan kesehatan pasien, khususnya pada lansia.
Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama tim interdisiplin tenaga kesehatan dalam
mewujudkan perawatan geriatri yang optimal (Kagan, 2010). Sebuah tim interdisiplin
perlu meningkatkan dan mengimplementasikan pengetahuan maupun kompetensi asuhan
perawatan akut pada geriatri. Tidak seperti perawatan geriatri jangka panjang, perawatan
akut lebih menitikberatkan pada pemberian perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tenaga kesehatan akan membentuk suatu tim kesehatan yang terdiri atas dokter,
psikiatri, maupun perawat klinis. Kerjasama tim interprofesi pada perawatan geriatri akut
dapat dilakukan misalnya dengan cara perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
7
langsung kepada pasien, dokter berperan dalam perawatan medis, dokter bedah dapat
merencanakan medikasi dan tindakan operatif sesuai indikasi, sedangkan pekerja sosial
dapat mengkoordinasikan discharge planning pasien pada saat akan dipulangkan ke
rumah. Di sisi lain, fisioterapis dapat memberikan intervensi kritis kepada pasien untuk
mengembalikan fungsi tubuh yang hilang (Benedict, 2006).
8
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Praktek Kerja Nyata Inter PropesionalColaboration (PKN-IPC) Mampu
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
3.2 Penyebab
Ada beberapa daerah terpencil di kabupaten Semarang yang memiliki status kesehatan
kurang. Poltekkes Kemenkes Semarang melakukan pendidikan antar profesi untuk
penanganan masalah kesehatan dengan menggunakan strategi "one team one family".
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan status kesehatan keluarga dan
menguraikan setiap indikator status.
Kategori keluarga sehat di Kecamatan Bancak tahun 2018 pada kategori keluarga
tidak sehat (16,5%); keluarga pra sehat (65,9%); keluarga sehat (17,6%). Kategori
keluarga tidak sehat di Kecamatan Bringin (14,6%); keluarga pra sehat (68,3%);
keluarga sehat (17,1%)
PKN-IPC pemberdayaan kesehatan dan gizi keluarga berbasis potensi lokal. Kegiatan
ini terselenggara pada tanggal 2-21 Juli 2018 di Kabupaten Analisis data dilakukan oleh
mahasiswa di masing-masing desa untuk mempelajari dan menguji data dalam rangka
untuk menetapkan masalah kesehatan. Analisis data dilakukan untuk menentukan
9
kebutuhan kesehatan komunitas, kekuatan komunitas, pola respon kesehatan, kesehatan
keluarga dan tren pemanfaatan pelayanan kesehatan.
1) Mengkategorikan data
4) Membuat simpulan.
10
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam konsep pembelajaran dengan metode IPE ada beberapa elemen yang harus
dimiliki agar dapat dilaksanakan diantaranya : kolaborasi, komunikasi yang saling
menghormati, refleksi, penerapan pengetahuan dan keterampilan, pengalaman dalam tim
interprofesional.
Perkembangan IPE sangat membutuhkan sikap dan keinginan dari mahasiswa
untuk bekerja sama. Teamwork dalam kolaborasi merupakan bekerja dalam tim
interprofesional baik lintas program, lembaga, disiplin ilmu ataupun tatanan mayarakat
dalam mencapai visi dan tujuan bersama. Tujuan IPE sendiri adalah menumbuhkan kerja
kolaboratif anatara profesi kesehatan sebagai anggota tim interprofesional masa depan.
Terdapat 5 komponen yang dapat menilai kerjasama tim pada program IPE yaitu :
struktur tim ( team structure), kepemimpinan (leadership), pemantauan situasi (situation
monitoring), dukungan kelompok (mutual support), komunikasi (communication).
Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi merupakan
kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien.
3.2 Saran
1. Pendidikan
Diharapkan pelaksanaan IPE dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, mengingat
institusi kesehatan merupakan penyedia utama calon tenaga kesehatan profesional
2. Mahasiswa
Mahasiswa mampu untuk berkolaborasi dengan baik dalam penanganan masalah
kesehatan baik di komunitas, keluarga atau individu.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/55709/1/Proposal_skripsi_Isna_Intan
_J.pdf&ved=2ahUKEwj_9r_6z6LsAhWV7XMBHWrlDMkQFjABegQIARAB&usg=AOvV
aw121W6KRgNFbmcxO9ErFf7e. (Diakses 09 Oktober 2020).
Hall, P., Weaver, L., 2001. Interdisciplinary Education Education and Teamwork: a Long and
Winding Road.
Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M.,& Ed, H. B., 2011. Interprofessional
Teamwork for Health and Social Care., pp. 32-33.
12