Program formulasi:
1. Penjaminan Kualitas
2. Pengkoordinasian
3. Perencanaan
4. Pengaturan
5. Perbaikan
Alur Kerja Pengembangan
Formula
3. Testing and Challenging
Berdasarkan aturan BPOM RI PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN PEDOMAN
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 2012 JILID I
Pengujian
- Bahan Awal
Parameter pengujian minimal pada 20 bets berbeda yang diterima berurutan dari pemasok
(pabrik pembuat) yang sama dan telah memenuhi persyaratan, mempunyai GMP certificate
dari otoritas negara terkait dan memenuhi minimal 2 dari kriteria berikut:
a) Dapat dipastikan dan diketahui pabrik pembuatnya (bukan distributor atau broker) dan ada
jaminan dari distributor atau broker yang menyatakan bahwa bahan awal dan CoA berasal dari
pabrik pembuat tersebut;
b) Pabrik pembuat sudah diaudit secara rutin oleh industri pengguna atau organisasi
profesional dalam bidang mutu dan memenuhi syarat GMP; dan c) untuk Eropa, juga
certificate of suitability untuk bahan awal terkait yang diterbitkan oleh badan otoritas negara
terkait dari pabrik pembuat,
- Produk Jadi
Parameter pengujian tertentu untuk produk jadi yang telah disetujui pada saat pemberian izin
edar dapat dikurangi bila hasil tren seluruh parameter yang diuji telah memenuhi syarat,
minimal 10 bets yang diproduksi berurutan dan memenuhi kriteria berikut ini:
a) proses pembuatan sudah divalidasi;
b) uji stabilitas memenuhi syarat;
c) telah dilakukan pengkajian mutu produk; dan
d) telah dilakukan analisis risiko.
Parameter pengujian yang tidak boleh dikurangi (berdasarkan analisis risiko yang dilakukan
oleh masing-masing industri) adalah:
a) pemerian;
b) uji disolusi (untuk tablet, kapsul dan serbuk);
c) kadar bahan aktif obat; dan
d) uji sterilitas (untuk produk steril)
Bila terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi hendaklah dilakukan pengujian lengkap tiap bets
produk jadi hingga diperoleh keyakinan terhadap proses produksi melalui pengkajian tren hasil
parameter uji.
- Bahan yang lulus
Percobaan dalam pengembangan obat dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada hewan
(Uji Praklinik) dan manusia (Uji Klinik).
Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh
informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas
calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus,
kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata,hewan-
hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat.
Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada
reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya dipandang
perlu menguji pada hewan utuh. Karena hanya dengan menggunakan hewan utuh
dapat diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau
tidak.
Penelitian toksistas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi:
a. Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
b. Kerusakan genetik (genotoksisitas atau mutagensis)
c. Pertumbuhan tumor (onkogenesis atau karsinogenesis)
d. Kejadian cacat waktu lahir (teratogenik)
Fase 1 : Calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang
diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan
hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada
manusia.
Fase 2 : Calon obat diuji pada pasien tertentu diamati efikasi pada penyakit yang
diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial dengan
efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan
dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
- Studi Pada Manusia (Uji Klinik)
Fase 3 : Melibatkan kelompok besar pasien. Di sini obat baru dibandingkan efek dan
keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
Fase 4: Setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing
surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras. Studi ini
dilakukan dalam jangka panjang untuk melihat terapetik dan pengalaman jangka panjang dalam
menggunakan obat.
Keputusan untuk mengakui obat baru dilakukan oleh badan pengatur nasional di Indonesia oleh
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), di AS adalah FDA (Food and Drug
Administration), di Kanada oleh Health Canada, di Inggris oleh MHRA (Medicine and
Healthcare Product Regulatory Agency), di negara Eropa lain oleh EMEA (European Agency for
the Evaluation of Medicinal Product) dan di Australia oleh TGA (Therapeutics Good
Administration). Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul harus
menyerahkan data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan indikasi yang diajukan,
efikasi dan keamanannya harus sudah ditentukan dari bentuk produknya (tablet, kapsul, dll) yang
telah memenuhi persyaratan produk melalui kontrol kualitas.
4. Spesifikasi Bahan Baku
Spesifikasi merupakan seperangkat kriteria yang harus dipenuhi bahan atau produk agar
dianggap dapat diterima untuk tujuan penggunaannya serta memastikan keamanan dan
khasiatnya. Spesifikasi ditetapkan oleh pabrik sesuai dengan tingkat kualitas yang
diinginkan dan minimal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan di farmakope nasional.
Spesifikasi bahan baku memuat:
● Nama dan kode bahan yang ditentukan dan digunakan oleh perusahaan
● Nama pabrik pembuat dan supplier yang disetujui
● Rujukan monografi atau metode pengujian yang digunakan
● Pemerian, karakteristik fisika dan kimia
● Batas kadar / potensi yang diterima
● Frekuensi pengujian ulang bahan
● Kondisi penyimpanan atau tindakan pengamanan lain yang diperlukan
● Tanggal diterbitkannya spesifikasi dan pelaksanaan peninjauan ulang
Pemasok Bahan Baku (Supplier)
Pemasok menurut Therapeutic Goods Administration berupa pihak yang
mendapatkan persetujuan untuk menyediakan material baik bahan baku ataupun
bahan kemas untuk produk medisinal. Pemasok dapat berupa agen atau produsen.
Pemilihan pemasok yang sesuai sangat penting untuk dapat menghasilkan produk
jadi yang memiliki mutu tinggi dan aman, menghindari penarikan produk, serta
terhindar dari kejadian efek samping yang merugikan.
Tahapan Kualifikasi Pemasok
Kriteria Pemasok
5. Scale Up Pharmaceutical
Secara umum, scale up didefinisikan sebagai proses untuk meningkatkan
ukuran batch atau prosedur untuk menerapkan proses yang sama untuk
volume output yang berbeda. Scale up penting untuk mengetahui pengaruh
skala padakualitas produk. Bertujuan untuk memberikan wawasan praktis
aspek dari prosesskala-up
Tujuan
- Formulation related : Mengidentifikasi dan mengontrol komponen
dan pengoperasian
- Documentation
● Melakukan penelitian laboratorium dan skala-up planning pada saat yang sama
● Menetapkan langkah utama tingkat-pengendali dalam proses yang diajukan
● Melakukan pendahuluan yang lebih besar dari penelitian laboratorium dengan peralatan yang akan
digunakan dalam langkah tingkat pengendalian untuk membantu dalam perancangan pabrik
● Merancang dan membangun pilot plant termasuk ketentuan untuk proses dan kontrol lingkungan,
pembersihan dan sistem sanitasi, kemasan dan sistem penanganan limbah, dan memenuhi persyaratan
badan pengawas
● Mengevaluasi hasil pilot plant (produk dan proses) termasuk proses ekonomi untuk membuat koreksi
dan keputusan tentang untuk melanjutkan pembangunan skala pabrik
Scale up liquid orals
a. Cairan oral
1. Bentuk fisik dari produk obat yang menampilkan sifat dari aliran Newtonian atau
pseudoplastik
2. Bentuk sediaan cair bisa dalam bentuk sistem dispersi atau larutan
3. Dalam sistem dispersi terdapat dua atau lebih fase, di mana satu fase
didistribusikan dalam fase lainnya
4. Larutan menunjukkan dua atau lebih zat yang bercampur secara homogen
b. Langkah dalam proses produksi cairan
1. Perencanaan kebutuhan bahan
2. Persiapan Liquid (produksi)
3. Pengisian dan pengemasan
4. Penjaminan mutu (Quality assurance)
c. Aspek penting dalam liquid manufacturing
Physical Plant: Pemanas, ventilasi dan sistem udara pengendalian
Pengaruh waktu pengolahan yang lama pada suhu optimal harus dipertimbangkan
dari segi dampaknya terhadap stabilitas fisik atau kimia dari bahan-bahan serta
produk.
d. Peralatan
1. Pencampur
2. Homogenizer
3. Filteration assembly
4. Pembotolan assembly
e. Quality assurance
4. Kontrol mikrobiologi
Scale up untuk produk Bioteknologi
Skala-up mengharuskan manufaktur personel secara baik dilatih pada persyaratan proses dan
Good Manufacturing Practices untuk memberikan transisi yang efisien dan mulus menjadi
komersial produksi dalam waktu sesingkat mungkin. Kemajuan terbaru dalam keamanan,
selektivitas, kualitas, dan integritas molekul yang diperoleh dari mikroorganisme rekombinan
dan baris sel diabadikan telah disediakan berbagai macam produk yang digunakan sebagai agen
koagulasi faktor, enzim, hormon dan faktor pertumbuhan, inhibitor molekul / antagonis, dan
vaksin.
Scale Up Bidang Granulasi Dan Pengeringan
Batch Ukuran Kenaikan Fluid Bed Granulasi
● Diperlukan pemahaman yang baik tentang fungsi peralatan, aspek teoritis fluidisasi, interaksi
eksipien, dan, yang terpenting, mengidentifikasi variabel penting yang mempengaruhi proses
aglomerasi.
● Sebuah fluidized bed adalah bed dari partikel padat dengan aliran udara atau gas yang lewat ke
atas melalui partikel pada tingkat yang cukup besar untuk mengatur gerak dalam kecepatan.
● Bed Fluidisasi adalah operasi dimana padatan halus berubah melalui kontak dengan gas.
● Granulasi fluidized bed adalah suatu proses dimana butiran diproduksi dalam tunggal peralatan
dengan menyemprotkan larutan pengikat ke bubuk fluidized
● Air Handling Unit (AHU) Sebuah sistem udara khas persiapan termasuk bagian untuk udara
penyaringan, pemanasan udara, udara pendinginan, dan penghapusan kelembaban. Untuk udara
yang akan digunakan untuk produk farmasi, itu harus bebas dari debu dan kontaminan. Hal ini
dicapai dengan menempatkan coarsedust filter (30-85%) di AHU.
Scale Up Proses Pemadatan Tablet
Parameter atau karakteristik yang paling penting selama mengamati scale up dari proses pemadatan
adalah kekerasan tablet dan disolusi tablet. Selain itu juga terdapat beberapa parameter lainnya yang
bisa memberikan informasi, seperti
a. Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet akan memberikan ukuran sifat aliran serbuk, kekuatan pengisi, atau sistem
kontrol berat.
b. Keseragaman kekerasan tablet
Keseragaman kekerasan tablet akan mengamati parameter yang sama, tetapi juga bisa menjadi
indikasi kecocokan pada tablet kompres
c. Instrumented press data:
1. Menekan tablet mengisi volume. Volume ini dikendalikan oleh posisi dari pukulan rendah dalam
cetakan. Hal ini, pada gilirannya, mengontrol berat badan dan tablet, Oleh karena itu, dosis.
2. Bentuk tablet ditetapkan oleh bentuk rongga mati dan wajah pukulan.
3. Pada semua penekanan, pukulan atas diatur untuk datang ke sebuah titik tertentu dalam rongga mati,
posisi ini, yang ditetapkan oleh operator, kontrol ketebalan tablet.
Scale up paramater dan unit proses pada skala
laboratorium dan pilot plant
6. Master Production
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
• Ketentuan Umum
• Personalia
• Bangunan dan Fasilitas
• Peralatan CPOB
• Sanitasi dan Higiene
Aspek Produksi
Pengendalian Mutu
Prinsip CPOB
Manajemen Mutu
Disiplin Berpengalaman
Kualifikasi
Pelatihan Terampil
Bertanggungjawab
Dibedakan jalur lalu lintas personil dan obat dan diatur agar antar bahan
obat tidak tercampur
Bangunan dan Fasilitas
§ Memudahkan pengoperasian
Tujuan § Memperkecil resiko kekeliruan dan kesalahan lain
§ Mempermudah pembersihan, sanitasi, dan perawatan
§ Menghindari pencemaran ke dalam mutu obat
1. Area Penimbangan
Terbagi 2. Area Produksi
3. Area Penympanan
4. Area Pengawasan mutu
5. Sarana Pendukung
Peralatan
Jika kontak dengan produk, tidak memengaruhi
identitas, kadar, mutu, dan kemurniannya.
1. Perorangan
2. Bangunan
3. Peralatan dan Perlengkapan
4. Bahan produksi serta wadahnya
5. Bahan pembersih dan desinfkasi
7. Formal Spesifikasi
1. Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup:
a) deskripsi bahan termasuk :
nama yang ditentukan dan kode produk.
rujukan monografi farmakope, bila ada.
pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan.
standar mikrobiologis, bila ada.
spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna.
b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan.
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan.
d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan.
e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
2. Spesifikasi Produk antara dan Produk ruahan
Apabila produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara digunakan untuk
mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal atau produk
jadi sesuai keperluan.
3. Spesifikasi Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:
c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran kemasan.
g) masa edar/simpan.
8. Validation
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 34 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
Pendaftaran obat
Proses pre-registrasi
Pendaftaran
9. Registrasi
REGISTRASI OBAT
Pendaftaran Obat
Penilaian efikasi dan NIE
keamanan
Memenuhi
persyaratan
10. Commercial Scale Industri
1. Orientasi Produk
konsep produk bukan hanya pada berorientasi pada produk fisik saja
tetapi akan berkonsentrasi pada upaya menciptakan efisiensi produksi,
biaya rendah dan distribusi massal.
Contohnya :
Informasi obat kepada pasien yang diberikan oleh farmasis di Apotek
dapat juga disebut produk. Menjual obat tidak dapat diartikan hanya
menjual obat secara fisik saja. Melainkan obat dan informasi obat.
Informasi yang objektif dan benar merupakan salahsatu dasar untuk
menciptakan dan mengajak konsumen untuk lebih percaya kepada
produk yang kita jual sehingga menjadikan kepuasan konsumen.
2. Orientasi produksi
Mengutamakan produk yang telah tersedia dan terjangkau oleh konsumen dan
harganya ekonomis. Orientasi ini akan menciptakan efisiensi produksi, biaya
rendah dan distribusi missal. Dengan demikian fokus utama orientasi ini adalah
distribusi dan harga.
Contohnya :
pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar,
perlombaan) maka harga dapat ditekan sehingga produsen obat (pabrik obat)
tetap mendapat keuntungan begitupula konsumennya mampu membeli dengan
harga terjangkau.
3. Orientasi Penjualan
Berkeyakinan bahwa konsumen tidak tertarik untuk membeli produk dalam
jumlah banyak, jika mereka tidak diyakinkan dan bahkan bila perlu dibujuk
dengan promosi yang gencar sehingga kebanyakan praktek penjualan ini
berorientasi pada penjualan jika menghadapi overcapacity (penawaran jauh
melampaui permintaan).
4. Orientasi Konsumen
Orientasi ini bertumpu pada empat pilar utama: pasar sasaran, kebutuhan
pelanggan, pemasaran terintegrasi (intregated marketing) dan profitabilitas.
keberhasilan pemasaran sangat ditentukan pula oleh kemampuan perusahaan
farmasi dalam membedakan lima jenis kebutuhan :
a. Stated needs (contohnya konsumen membutuhkan obat generic berlogo
(OGB) yang harganya terjangkau).
b. Real needs (contohnya, konsumen membutuhkan OGB yang biaya
pengoperasionalnya murah.
c. Unstated needs (konsumen mengharapkan pelayanan informasi obat OGB
dari perusahaan farmasi).
d. Secret needs (contohnya, konsumen ingin dipandang teman-temannya
sebagai konsumen yang cerdas dalam memilih produk).
e. Delight needs (misalnya konsumen berharap bahwa perusahaan farmasi
memberikan diskon terhadap pembelian OGB dalam jumlah banyak).
11. Commercial Scale Production
1. Orientasi Social Marketing
Dalam industri dan bisnis farmasi, pemasaran farmasi harus dilandasi
ketergantungan antara empat Dimensi pokok antara lain: internal
marketing, integrate marketing, relation ship marketing, dan
performance marketing
2. Produk yang tepat
Industri farmasi tergolong industri yang sangat memperhatikan
banyak faktor regulasi (highly regulated) terutama dalam hal
keamanan, efikasi dan kualitas. Kesalahan dalam hitungan milligram
pada produk obat dapat menyebabkan tidak hanya penurunan jumlah
yang drastic, tetapi akibat fatal bagi keselamatan jiwa konsumen
3. Kuantitas yang tepat
Dalam hal kuantitas obat nmemiliki persyaratan yang biasa ketat.
Setiap obat mempunyai suatu dosis yang dapat dipatuhi oleh
konsumen/pasien, dokter, farmasis dan semua pihak lainnya
4. Tempat yang tepat
Berbeda dengan produk makanan/minuman dan lainnya, produk
farmasi misalnya obat ethical, obat narkotik dan psikotropik, hanya
boleh dijual disarana tertentu oleh profesi tertentu dengan cara
tertentu yang diatur sebagaimana undang-undang kefarmasian.
5. Harga yang baik
Harga suatu obat antara lain ukuran pasar (market size), kompetisi harga
(price competition), biaya riset dan pengembangan (R&D) dan keadaan
pasar. Obat dengan biaya biaya riset dan pengembangan (R&D) yang besar
tapi ukuran atau skala pasar kecil seperti obat untuk leukemia haraganya
tentu akan mahal
6. Waktu yang tepat
Obat harus memiliki ketersediaan yang tepat pada saat dibutuhkan.
Keterlambatan dalam penggunaan obat dapat berakibat serius yang
merugikan konsumen/pasien. Misalnya sebagai contoh injeksi epinefrin
harus selalu tersedia pada saat setiap saaat di emergency room (UGD)
rumah sakit, karena terjadinya keterlamabatan dalam memberikan akan
menyebabkan kejadian fatal bagi pasien. Pada Dimensi pemasaran,
ketepatan waktu juga mempunyai arti yang penting terutama dalam
peluncuran produk obat baru.
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
Flaticon,This
icons byCREDITS: andpresentation
infographicstemplate by Freepik.
& imageswas
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics
Please keep this &slide
images
for by Freepik.
attribution