Anda di halaman 1dari 16

Hipertensi merupakan peningkatan

tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan


160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
lebih besar 95 mmHg. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and


Treatment of High Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal
tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90%
dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali,
seringkali dapat diperbaiki.

ETIOLOGI HIPERTENSI

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan  yaitu :

1.      Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.


Namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal diperkirakan pada
mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting
bilamana ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake
natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah
memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan
perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.

2.      Hipertensi sekunder pada umumnya diketahui.

Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

·         Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)


Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-
aldosteron-mediated volume expation. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal
kembali setelah beberapa bulan.

·         Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan


penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar
90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.

·         Gangguan endokrin.

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-
mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.
Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benigna adenoma korteks adrenal.

·         Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik
atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

·         Neurogenik : tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatri.

·         Kehamilan

·         Luka bakar

·         Peningkatan volume vascular

·         Merokok

Nikotin dalam rokok meningkatkan pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin menyebabkan


iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana
pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

PATOFISIOLOGI
Tekanan arteri sistemik adalah sebuah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke
volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem
saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan
tekanan darah antara lain :

1.      Sistem baroreseptor

2.      Pengaturan volume cairan tubuh

3.      Sistem renin angiotensin 

4.      Autoregulasi vaskule

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding
ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan
peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, reflek kontrol
sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan
tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal
pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas
baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak
ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami
kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang
mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal
berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri meningkatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal
memproduksi renin yaitu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan
angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting
atau penghambatan pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer
vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena
peningkatan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Peningkatan tekanan darah terus-
menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-
organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole.
Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan
organ tubuh. Hal ini menyebabkan infrak miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.

Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam
tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular
dengan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam
menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.

TANDA DAN GEJALA

Peningkatan tekanan darah kadang–kadang merupakan satu–satunya gejala. Bila demikian,


gejala baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang – kunang dan pusing. 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a)      Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b)      Kimia darah, terdiri lain:

1.      BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal ginjal.

2.      Serum glukosa : hiperglikemia (diabetes melitus adalah presipitator hipertensi) akibat peningkatan
kadar katekolamin.

3.      Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi pembentukan


plaque atheromatus.

4.      Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme primer.

5.      Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokontriksi
dan hipertensi.

6.      Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.

c)      Elektrolit
1.      Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme atau efek
samping terapi diuretik.

2.      Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

d)     Urine

1.      Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi renal atau
diabetes.

2.      Urine VMA (catecholamine metabolisme): peningkatan kadar mengindikasikan adanya


pheochromacytoma.

3.      Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau


disfungsi pituitary, sindrom chushing’s; kadar renin juga meningkat.

e)      Radiologi

1.      Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal pharenchymal
disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH).

2.      Rontgen toraks : menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan
pembesaran jantung.

f)       EKG

Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.

PENATALAKSANAAN

1.      Tujuan Pengobatan Hipertensi

·         Menurunkan tekanan darah sampai normal atau mendekati normal, tanpa mengganggu aktivitas
sehari-hari. Dengan demikian dapat komplikasi dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

·         Prevansi terhadap peninggian  tekanan darah dan “heart rate” secara akut selama “exercise” dan
“stress”

2.      Obat-obat Anti Hipertensi

a.       Diuretik

·         Kemanjuran maksimal rendah; Indapamid (Lozol), Ftalimidin, Tiazid.

·         Kemanjuran maksimal tinggi; Bumetanid (Bumex), Asam Etakrinat (Edeerin), Furosemid (Lasix).

·         Hemat Kalium; Amilorid (Midomir), Spironolakton (Aldaetone), Trianteren (Dyrenium).


b.      Obat Simpatolitik

1.      Bekerja pada SPP; Klonidin (Catapres), Guanabenz (Wytensin), Metildopa (Aldomet).

2.      Bekerja pada gonglion otonom; Trimetafan (Arfonad).

3.      Bekerja pada neuron simpatis pasca ganglion; Guanadrel (Hylorel), Guanetidin (Isenelin),
Penghambat monoamin oksidase, Reserpin.

4.      Penghambat reseptor, terdiri dari:

·         Adrenoreseptor; Fenoksibenzamin (Dibenzyline), Fentolamin (Reqitinin), Prazosin (Minipres).

·         Adrenoreseptor; Atenol (Tenormin), Labetol (Normodyne, Trandate), Metoprolol (Lopressor),


Nadolol (Corgard), Pindolol (Visken), Propanolol (Inderal), Timolol (Blocadren).

·         Vasodilator; Diazoksid (Hyperstat), Diltiazem (Cardizem), Hydralazin (Apresoline), Minoksidil


(Lomitmen), Nifedipin (Adelat, Procardia), Verapamil (Calan, Isoptin).

·         Penghambat sistem renin angiostenin; Captopril (Capoten), Enalapril (Vasotec), Saralisin (Sarenin).

3.      Diit Hipertensi/Diit Rendah Garam

Hipertensi dapat dikendalikan dengan Diit rendah Garam, merupakan diit dengan pembatasan
konsumsi garam untuk membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh

Syarat-syarat diit rendah garam , diantaranya :

·         Cukup kalori, mineral dan vitamin

·         Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit

·         Jumlah natrium yang diperolehh disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air dan/atau
hipertensi.

Macam Diit Rendah Garam

Jika ditinjau dari jumlah natrium yang perlu dikonsumsi, Diit Rendah Garam dibagi menjadi 3 yaitu :

·         Diit Rendah Garam I (DRG I) mengandung natrium 200-400 mg. Dalam pemasakan tidak
ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan diberikan kepada
penderita dengan oedema, ascites dan/atau hipertensi berat.

·         Diit Rendah Garam II (DRG II) mengandung natrium 600-800 mg. Pemberian makanan sama dengan
DRG I. dalam pemasakan makanan diperbolehkan menggunakan ¼ sdt garam dapur (1 gr). Bahan
makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema,
ascites dan/atau hipertensi sedang ini diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites dan/atau
hipertensi sedang
·         Diit Rendah Garam III (DRG III) mengandung natrium 1000-1200 mg. Pemberian makanan sama
dengan DRG I. Dalam pemasakan boleh diberi garam dapur ½ sendok teh (2 gr). Makanan ini
diberikan kepada penderita dengan edema, dan/atau hipertensi ringan.     

                                      

KOMPLIKASI

Penyakit hipertensi bila tidak dikontrol secara teratur akan berlanjut kearah penyakit yang
mematikan, seperti :

a)      Penyakit jantung    

b)      Cedera serebrovaskular

c)      Gagal ginjal 

KONSEP ASKEP
PENGKAJIAN

Dasar data pengkajian klien, antara lain:

1.      Identitas pasien

2.      Identitas keluarga atau penanggungjawab

3.      Keluhan utama

4.      Riwayat penyakit sekarang

5.      Riwayat kesehatan / penyakit yang lalu

6.      Riwayat kesehatan keluarga

7.      Pola aktivitas sehari-hari, meliputi :

a.       Aktivitas/istirahat

Gejala  : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda  : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.     

b.      Sirkulasi

Gejala  : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan panyakit


serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.

            Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, pengisian kapiler lambat, pucat,
sianosis, diaforesis, dan kemerahan (feokromositoma).         
c.       Integritas Ego

Gejala  : ansietas, marah.

Tanda  : gerak tangan empati, peningkatan pola bicara.

d.      Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.       

e.       Makanan/Cairan

Gejala  : makanan yang disukai, yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkat/menurun).      

f.       Neurosensori

Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital.

                                  Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi, gangguan penglihatan.

Tanda : status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan).

g.      Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : angina, sakit kepala oksipitalberat seperti pernah terjadi sebelumnya.

h.      Pernafasan

Gejala : dispnea, takipnea, riwayat merokok, batuk dengan/tanpa sputum.

Tanda : distress respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.

i.        Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

     

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan hipertensi, yaitu :

a.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi dan iskemia miokardia.

b.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

c.       Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.


d.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola
hidup monoton, keyakinan budaya.

e.       Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, sistem pendukung


tidak adekuat, metode koping tidak efektif.

f.       Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang


pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun di atas, maka rencana tindakan
keperawatannya adalah sebagai berikut :

1.      Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan after load, vasokontriksi.

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.

Kriteria hasil : Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal klien.

Rencana keperawatan :

Intervensi Rasional

1.      Pantau Tekanan darah 1.      Mengetahui secara dini perubahan yang


terjadi dan untuk memberikan tindakan
yang sesuai dengan keadaan pasien.

2.      Denyut karotis, jugularis dan femoralis


dapat mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.
2.      Catat keberadaan,kualitas
denyutan sentral dan perifer 3.      S4  umum terdengar pada pasien hipertensi
berat perkembangan S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.
Adanya krakles, mengindikasikan kongesti

3.      Auskultasi tonus jantung dan bunyi paru sekunder.

napas 4.      Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan


Intervensi Rasional

pengisian kapiler lambat mungkin


berkaitan dengan vasokontriksi.

5.     Mengindikasikan gagal jantung, kerusakan


ginjal atau vaskular.

6.      Menurunkan rangsang simpatis,


4.      Amati warna kulit, kelembaban, meningkatkan relaksasi.
suhu, dan masa pengisian kapiler
7.      Menurunkan strees dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah

5.      Catat edema umum/tertentu

6.      Berikan lingkungan tenang dan


kurangi aktifitas

7.      Pertahankan pembatasan aktifitas,


8.      Dapat menurunkan rangsangan yang
seperti istirahat ditempat tidur,
menimbulkan strees sehingga akan
bantu klien melakukan aktifitas
menurunkan TD
perawatan diri sesuai kebutuhan
9.      Menghindari terjadinya penurunan fungsi
8.      Anjurkan teknik relaksasi, aktifitas
jantung dan beban kerja jantung.
pengalihan

9.      Berikan obat-obatan sesuai


indikasi (diuretik, inhibitor
simpatis, vasodilator)

2.      Nyeri kepala  berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tanda dan gejala:  Keluhan nyeri kepala oksipital terutama pada saat bangun , otot-otot wajah
tegang, menyeringai menahan sakit, gelisah, leher kaku, penglihatan kabur, mual dan muntah.

Tujuan                 :     Nyeri hilang atau terkontrol.

Kriteria hasil        : Mengungkapkan nyeri hilang, menyatakan metode yang memberikan


pengurangan, mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

      Rencana keperawatan :
Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat nyeri pasien 1.      Tingkat nyeri dapat mempengaruhi tingkah


laku pasien dan proses pengobatan

2.      Meningkatkan relaksasi terhadap seluruh


organ yang bersangkutan
2.     Mempertahankan tirah baring
selama  fase akut 3.      Tindakan tersebut menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan memperlambat respon
3.      Berikan tindakan non farmakologi
simpatis
(kompres dingin pada dahi, pijat
punggung, leher, untuk ketenangan
redupkan lampu kamar)

4.      Kurangi aktifitas yang berlebihan 4.      Aktifitas yang berlebihan dapat meningkatkan


tekanan vaskuler serebral

5.      Mencegah komplikasi dalam hubungannya


5.      Bantu pasien dalam aktifitas sesuai
kebutuhan dengan sakit kepala

6.      Meningkatkan kenyamanan umum


6.      Berikan cairan, makanan lunak dan
perawatan mulut yang teratur

7.      Berikan analgetik sesuai indikasi 7.      Mengontrol nyeri dan menurunkan


rangsangan sistem saraf simpatis

8.      Berikan anti ansietas, 8.      Mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan


misalnya:
Diazepam. yang diperberat oleh stress.

3.   Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai
darah dan kebutuhan oksigen.

Tanda dan gejala            : Keletihan dan kelemahan, dispnea, perubahan EKG.

Tujuan                 : Dapat melakukan aktifitas yang diperlukan atau diinginkan.

Kriteria hasil        : Ikut serta dalam kegiatan yang dibutuhkan, menunjukkan toleransi aktifitas yang
dapat diukur, intoleransi fisiologis mengalami penurunan.

Rencana keperawatan :

Intervensi Rasional
1.      Kaji respon pasien terhadap aktifitas 1.      Perubahan aktifitas dapat mengidentifikasi
tingkat kelemahan fisik pasien atau klien

2.      Mengidentifikasi perubahan respon fisiologis


2.      Observasi tanda-tanda vital (Ajarkan
terhadap aktifitas
pasien  Nadi, tekanan darah, respirasi)

3.      Berikan tentang tehnik penghematan


energi (melakukan aktifitas perlahan-
3.      Tekhnik penghematan energi mengurangi
lahan dan menggunakan alat bantu) penggunaan energi dan membantu
keseimbangan suplai oksigen
4.      Berikan dorongan untuk melakukan
aktifitas atau peraweatan diri, jika dapat
4.      Kemajuan aktifitas secara bertahap mencegah
ditoleransi (secara bertahap) peningkatan kerja jantung secara tiba-tiba.

 4.  Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan, pola hidup
monoton, dan keyakinan budaya.

Tanda dan gejala            : Berat Badan (BB) meningkat 10%-20% dari BB Ideal, lipatan trisep pada pria
lebih dari 15 mm dan pada wanita lebih dari 25 mm.

Tujuan                 :   Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

Kriteria hasil        : Menunjukkan perubahan pola makan (misal: pilihan makanan, kuantitas, dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan
optimal, melakukan program olahraga yang tepat secara individual.

Rencana keperawatan :

Intervensi Rasional

1.  Kaji pemahaman pasien tentang1.  Kegemukan merupakan resiko tinggi terhadap


hubungan antar hipertensi dan hipertensi
kegemukan

2.  Anjurkan pasien untuk menurunkan


2.  Mempercepat proses aterosklerosis. Masukan
asupan kalori lemak, garam dan gula
garam memperbanyak volume cairan
3.  Tetapkan keinginan pasien untuk intravaskuler dan merusak ginjal
menurunkan berat badan
3.  Program penurunan berat badan membantu
4.  Bantu untuk memilih makanan yang menunjang keberhasilan proses
tepat (hindari makanan dengan penyembuhan
kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol)
4.  Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
5.  Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi. kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis

5.  Memberikan konseling dan bantuan


memenuhi kebutuhan diit individu.

5.   Inefektif koping individu berhubungan dengan krisis situasi, harapan yang tak terpenuhi, perubahan
hidup beragam.

Tanda dan gejala            : Menyatakan ketidakmampuan dalam memecahkan masalah, gelisah,


cemas, insomnia, tegang, depresi.

Tujuan                 :  Mengidentifikasi perilaku koping yang efektif.

Kriteria hasil        : Menyadari akan kemampuan koping saat ini, menghindari stress, menggunakan
ketrampilan atau metode efektif untuk mengatasi masalah.

Rencana keperawatan :

Intervensi Rasional

1.      Kaji keefektifan strategi koping dengan


1.      Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah
mengobservasi perilaku pola hidup seseorang

2.      Catat laporan gangguan tidur,


2.      Mekanisme maladaptif merupakan indikator
peningkatan keletihan, kerusakan marah yang ditekan dan menjadi penentu
konsentrasi utama tekanan darah diastolik

3.      Mengenalkan pasien terhadap stressor

3.      Bantu pasien untuk mengatasinya 4.      Keterlibatan memberikan perasaan kontrol


diri yang berkelanjutan dan dapat
4.      Libatkan pasien dalam perencanaan
meningkatkan kerjasama dalam regimen
perawatan dan beri dorongan
terapeutik
pengobatan
5.      Perubahan yang harus diprioritaskan untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak
5.      Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan berdaya
mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu

6.      Dorong pasien untuk mengevaluasi


6.      Memberikan perhatian dapat memberikan
tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan pandangan pasien terhadap apa yang
seperti “Apakah yang anda lakukan” diinginkan.
merupakan apa yang anda inginkan.

6.   Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang


pengetahuan, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

Tanda dan gejala: Menyatakan masalah, meminta informasi/bertanya-tanya, menyatakan


miskonsepsi, mengikuti instruksi tidak akurat, perilaku tidak tepat misal bermusuhan, agitasi, apatis.

Tujuan  : Pasien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan,
mengidetifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan,
mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

Rencana keperawatan :

Intervensi Rasional

1.  Kaji tingkat pengetahuan pasien 1.      Tingkat pengetahuan pasien


mempengaruhi  proses pemahaman pasien
tentang kondisi dan penyakit yang dialaminya
2.  Jelaskan tentang hipertensi dan
2.      Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
efeknya pada jantung, pembuluh
peningkatan tekanan darah, pemahaman bahwa
darah, ginjal, dan otak.
tekanan darah meningkat dapat terjadi tanpa
gejala, untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat

3.      Faktor-faktor resiko menunjukkan hubungan


3.  Bantu pasien dalam
dalam menunjang hipertensi, penyakit
mengidentifikasikan faktor-faktor
kardiovaskuler, ginjal
resiko kardiovaskuler, mis: obesitas,
diit tinggi lemak, kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, minum
alkohol

4.  Berikan informasi tentang sumber


-sumber di masyarakat dan
dukungan pasien dalam membuat
perubahan pola hidup. 4.      Sumber-sumber di masyarakat dapat membantu
pasien dalam upaya mengawali dan
mempertahankan perubahan pola hidup.

IMPLEMENTASI

Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah merupakan pemberian asuhan keperawatan yang nyata serta merupakan
penyelesaian dari tindakan keperawatan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan dalam
perencanaan yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan klien secara optimal.

Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a.       Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rncana setelah dilakukan validasi.

b.      Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan eisien pada situasi
yang tepat.

c.       Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.

d.      Dokumentasi intervensi dan respons klien.

Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis pada catatan
keperawatan dan proses keperawatan.

Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

1.       Tindakan mandiri

2.       Tindakan observasi

3.       Tindakan health education

4.       Tindakan kolaborasi

EVALUASI

Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, ditulis dalam
catatan perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasikan keadaan klien berupa
keberhasilan maupun ketidakberhasilan yang dilihat dari masalah yang ada.

Evaluasi dari tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa diatas, adalah :

1.      Resiko penurunan curah jantung tidak terjadi


2.      Intoleransi aktivitas dapat teratasi

3.      Nyeri hilang atau terkontrol

4.      Klien dapat mengontrol pemasukan atau intake nutrisi

5.      Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat

6.      Klien paham mengenai kondisi penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai