Anda di halaman 1dari 7

Analisis Pengembangan Bisnis Produk Organik di UKM Muslim (UMKM) di Malang, Indonesia

Sri Muljaningsih

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Jl. Mayjen Haryono No. 165, 65145, Malang,

ABSTRAK

Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kendala pada pengembangan bisnis produk organik
yang dijalankan oleh Muslim UKM (UMKM) di kota Malang. Bisnis yang peduli dengan organik umumnya
mengadopsi prinsip-prinsip kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan. Produk organik sangat
populer di pasar global saat ini. Ini karena produk organik memberikan peluang besar untuk
pengembangan. Namun, persyaratan produk organik bisa sangat ketat pengalaman pengembang produk
organik di UKM Muslim (UMKM) di Malang, Indonesia.

Metodologi / Teknik - Penelitian ini menganalisis masalah akar menggunakan metode tulang ikan. Untuk
menentukan utama masalah, metode AHP (Analytical Hierarchy Process) digunakan. Data diperoleh
dengan menggunakan FGD (Grup Fokus Diskusi) dihadiri oleh informan dengan pemahaman tentang
produk organik yang diproduksi oleh: Lily Group, Organic Vigur, Perwakilan AOI (Aliansi Organik
Indonesia) dan Perwakilan Pamor (Asosiasi Masyarakat Organik) di Jawa Timur.

Finding and Novelty - Hasil penelitian mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh UKM Muslim
termasuk: bahan baku, kondisi pasar, sertifikasi organik, dan modal finansial dan sosial. Selanjutnya,
masalah kebijakan utama yang dihadapi oleh PT bisnis ini adalah sertifikasi organik. Implikasi dari
kebijakan ini berdampak pada aksesibilitas pasar dan perluasan jangkauan pasar. Kebaruan dari
penelitian ini adalah identifikasi pengaruh kebijakan pengembangan bisnis pada Muslim UKM yang
memproduksi produk organik.

Jenis Kertas: Empiris.

Kata kunci: Produk Organik; UKM Muslim; Sertifikasi Organik; Pengembangan Bisnis.

Klasifikasi JEL: L20, L23, L29

_____________________________________________________________________________________
_____

1. Perkenalan

Peraturan Presiden Nomor 10/2005 tentang unit organisasi dan tugas kementerian. Kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pemrosesan dan pemasaran produk pertanian dikeluarkan dan diatur oleh
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen itu juga bertanggung
jawab untuk menangani semua produk pertanian organik dan prosesnya di Indonesia. Sementara itu,
banyak UKM Muslim yang berlokasi di Kota Malang bertujuan untuk menyediakan produk organik
kepada pelanggannya.

_____________________________

Info Kertas: Direvisi: 9 Desember 2018

Diterima: 22 Februari 2019

Penulis yang sesuai: Sri Muljaningsih

E-mail: muljaningsih@ub.ac.id

Afiliasi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia.

Meskipun produk-produk itu tidak dianggap sepenuhnya organik, mereka bebas dari sintetis atau
alami konten terkait kimia. Bisnis seperti Komunitas Grup Lily dan Petani Vigur Organik Grup Wanita
telah mencapai ini. Untuk menjamin kualitas produk organik, PAMOR (Asosiasi Komunitas Organik), yang
merupakan organisasi yang tergabung dalam AOI (Indonesian Organic Alliance) di Jawa Timur,
bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan dengan standar kualitas. Namun demikian
pengembangan UKM Muslim di Kota Malang bukan tanpa masalah. Dengan demikian, tujuan dari
penelitian ini termasuk: mengidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi oleh UKM Muslim (UMKM)
dalam menyediakan produk organik di Indonesia Kota Malang dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan bisnis UKM Muslim yang memproduksi produk organik di Kota Malang.

2. Tinjauan Sastra

2.1 Kebijakan Pangan

Polven (2015) menyatakan bahwa kebijakan pangan didefinisikan sebagai “rencana aksi terkait
dengan sistem pangan.” Itu bidang kebijakan yang luas mencakup kebijakan yang dikembangkan oleh
pemerintah dan sektor swasta, pengaturan dari tujuan untuk sistem pangan, sumber daya alam,
pemrosesan produksi, pemasaran, konsumsi dan keamanan pangan dan nutrisi. Konsumen di pasar
modern menjadi semakin peduli dengan kesehatan dan kesadaran lingkungan. Ini telah berkontribusi
pada pengembangan produk hijau dan pemasaran hijau di Indonesia arena pasar global (Sarma &
Kushwata, 2015). Oleh karena itu, tidak terpisahkan bahwa UMKM memiliki suara memahami
pentingnya pengembangan dan pelabelan merek, serta pemasaran online, termasuk legalitas bisnis
(Suprihanto, 2015). Salah satu perhatian yang tersisa bagi konsumen adalah efektivitas dan luasnya
kebijakan pangan menyangkut kualitas makanan (Donald, 2009). Untuk mengatasi masalah tersebut,
pantau makanan kegiatan diversifikasi telah dilaksanakan untuk memperkuat ketahanan pangan
(Sumaryanto, 2009). Jadi, dalam Selain memenuhi permintaan makanan penduduk, bisnis juga harus
sadar akan lingkungan perhatian konsumen dan mereka harus inovatif dan kreatif di bidang tersebut.

2.2 Inovasi dan Kreativitas

Schumpeter (1950) menyatakan bahwa inovasi menambah nilai. Salah satu contoh inovasi produk
meliputi pengenalan dan pengembangan produk organik yang memberikan manfaat ekonomi dan
kesehatan bagi konsumen. Untuk mencapai produk yang diharapkan, inovasi membutuhkan kreativitas.
Proses kreatif melibatkan pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman kerja (Jena, 2012). Selain itu,
kreativitas mungkin berhubungan dengan pribadi karakteristik seperti pemikiran fleksibel (Winardi,
2003) untuk secara spontan menghasilkan ide-ide baru.

2.3 Kewirausahaan Hijau

Pengusaha hijau didefinisikan sebagai bisnis yang aman bagi lingkungan seperti organik industri
makanan olahan. Perilaku kewirausahaan hijau (Kahan, 2012) terkait dengan teori hijau ekonomi dan
ekonomi ekologi, memenuhi prinsip-prinsip makanan organik sesuai dengan SNI 01-6729-2002 tentang
Sistem Pangan Organik. Sharma (2017) lebih lanjut menyatakan bahwa kewirausahaan hijau tidak hanya
memenuhi kebutuhan konsumen tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.
Karena pertumbuhan yang stabil dari pasar hijau (organik), berbagai peluang baru telah muncul untuk
pengusaha di seluruh dunia. Inovasi dan pengembangan produk baru adalah salah satu unsur penting
dari kewirausahaan dan konsep pemasaran hijau tidak terkecuali. Pengusaha harus selalu fokus pada
pengembangan ide-ide inovatif dan menciptakan perubahan dalam masyarakat dan pasar melalui
perusahaan mereka. Akibatnya, kesuksesan bisnis-bisnis di industri hijau dipengaruhi oleh keterampilan,
motif, dan sikap wirausahawannya (Henry et al, 2005; Reijonen dan Komppula, 2007 dalam Petridou dan
Glaveli, 2008).

3. Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian, Responden, dan Pengumpulan Data

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif positivistik dengan studi cross
sectional. Itu responden termasuk UKM Muslim (UMKM) yang memasok produk organik di Kota Malang,
yang terdiri dari perwakilan PAMOR, AOI, Ketua Organic Vigur, Komunitas Lily Group (La Tanza dan
Edwid Otak). Data dikumpulkan melalui Diskusi Kelompok Fokus (FGD).

3.2 Metode Diagram Fishbone

Untuk memeriksa akar masalah, analisis akar penyebab diterapkan dalam bentuk diagram tulang ikan.
Metode ini juga dilakukan oleh Wahyuningrum et al. (2014) dan Suprihanto (2015) yang menyatakan
bahwa konsep dasar diagram tulang ikan untuk melacak masalah akar ditempatkan di ekor dan kepala
ikan; Sementara itu, penyebab masalah dijelaskan pada sirip dan tulang belakangnya.
KRITERIA

SUB-CRITERIA

PENENTUAN KEBIJAKAN

Penentuan Kebijakan Pengembangan Bisnis pada UKM Muslim Organik

Produk

Teknik SOSIAL-EKONOMI

FASILITAS DAN

INFRASTRUKTUR

- Informasi ketersediaan

- Komunikasi

- Strategis rencana

- Pasar kondisi

- Kelembagaan dukung

- Kondisi sosial UKM Muslim

- Ekonomi kondisi di Muslim UKM

- Perilaku konsumen

- Pabrikan tingkah laku

- Aturan yang ada produk organik

- Komunikasi ketersediaan jaringan

- Ketersediaan produk pengelolaan fasilitas.


- Ketersediaan lahan

- Bahan baku ketersediaan

- Organik

Sertifikasi PENGEMBANGAN BISNIS

Gambar 1. Struktur AHP untuk Pengembangan Bisnis untuk UKM Muslim dalam Produk Organik

4. Hasil

4.1 Hasil Analisis Tulang Ikan

Masalah dan penyebab pengembangan bisnis UKM Muslim di industri produk organik di Indonesia
Kota Malang diilustrasikan dalam diagram tulang ikan berikut pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Model Fishbone dari Kendala Pengembangan Bisnis pada Produk Organik UKM Muslim

4.2 Hasil untuk Bobot Kriteria dari Analisis AHP

Perhitungan bobot kriteria dicapai menggunakan Microsoft Excel, di mana masing-masing


responden diuji untuk konsistensi data. Hasilnya digabungkan untuk 5 responden seperti yang
digambarkan dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kriteria Perhitungan Berat

Tabel 1 menunjukkan bahwa kriteria dengan nilai prioritas tertinggi adalah fasilitas dan infrastruktur
sebesar 68%. Ini diikuti oleh kriteria teknis dengan 26%. Sementara itu, kriteria sosial ekonomi memiliki
yang terendah prioritas pada 7%.

4.3 Bobot Relatif untuk Setiap Kriteria

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menghitung bobot relatif setiap kriteria seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2 di bawah.
Tahap akhir dari penelitian ini adalah identifikasi kebijakan pengembangan bisnis untuk UKM Muslim di
Malaysia industri produk organik di Kota Malang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Skor Akhir Kebijakan tentang Pengembangan Bisnis

5. Diskusi

Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan bisnis untuk UKM Muslim di
Indonesia Kota Malang dapat diusulkan sebagai tekad. Prioritas utama kebijakan ini meliputi:
ketersediaan pedoman produk organik, ketersediaan bahan baku dan kondisi pasar sebagaimana
dijelaskan dalam paragraf di bawah ini.

5.1 Ketersediaan Pedoman Produk Organik

Jaminan Kualitas Organik Indonesia (PAMOR) sebagai Sistem Penjaminan Partisipatif (PGS)
dikembangkan oleh Indonesian Organic Alliance (AOI) yang menyediakan sistem dan standar organik
yang mudah petani organik dapat mengakses. PGS meningkatkan kesadaran di kalangan petani tentang
manfaat kesehatan dari produk organik. Karena itu, untuk mendapatkan hadiah, keinginan untuk
memenuhi standar organik harus meningkat. Peran organik pedoman produk adalah untuk memberikan
keamanan bagi semua alam (rahmatan lil alamin). Ini sesuai dengan visi Produk Muslim di Kota Malang.

5.2 Ketersediaan Bahan Baku

Pedoman produk organik diterapkan untuk produk olahan, dimana bahan baku harus memenuhi
persyaratan organik. Ini mirip dengan produk olahan lainnya, pembuatan kue dengan tepung sebagai
bahan baku; tepung organik sangat mahal yang berarti kue yang dibuat dengan tepung organik secara
alami lebih mahal bagi konsumen untuk membeli. Oleh karena itu, bahan baku memainkan peran
penting dalam pengembangan bisnis UKM Muslim di Kota Malang.

5.3 Kondisi Pasar

Di Kota Malang, kondisi pasar untuk produk organik berbeda dengan di kota-kota besar seperti Jakarta
(Muljaningsih, 2011). Harga produk organik lebih mahal daripada produk konvensional. Terlebih lagi,
penawaran dan permintaan tidak sinkron, artinya pada saat panen, permintaan untuk produk organik
jauh lebih rendah daripada waktu rata-rata. Meskipun pendidikan konsumen tentang produk organik
adalah penting, tidak mudah untuk mengubah pola pikir konsumen. Karenanya, kondisi pasar adalah
prioritas kebijakan pengembangan UKM Muslim di Kota Malang.

6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, UKM Muslim menghadapi sejumlah masalah signifikan dalam organik
industri produk yang meliputi faktor internal dan eksternal. Masalah internal diidentifikasi menggunakan
analisis tulang ikan. Secara umum, masalah utama menyangkut modal finansial dan sosial. Sementara itu
eksternal masalah terkait dengan kebijakan di luar wewenang UMKM. Disarankan agar kebijakan yang
ada untuk pengembangan bisnis UMKM menerapkan analisis AHP, yang pada gilirannya menyarankan
pedoman produk organik harus tersedia, bahan baku harus tersedia untuk bisnis dan kondisi pasar harus
ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada pengembangan kebijakan yang terkait
dengan sarana digital pengembangan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai