Anda di halaman 1dari 14

Menentukan faktor-faktor pembiayaan bermasalah dalam syariah lembaga

keuangan mikro

Bayu Arie Fianto *, Hayu Maulida, Nisful Laila

Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga,


Jl. Airlangga No. 4, Surabaya, 60286, Indonesia

INFO ARTIKEL

Kata kunci:

Ekonomi

Lembaga keuangan mikro syariah

Indonesia

Faktor penentu

Pembiayaan bermasalah

ABSTRAK

Makalah ini menyelidiki faktor-faktor penentu pembiayaan bermasalah di lembaga


keuangan mikro syariah (LKM) di Indonesia. Menggunakan regresi logistik, sampel
penelitian terdiri dari data dari 140 klien; 90 dengan status pembiayaan yang baik dan
50 dengan status pembiayaan buruk. Hasilnya menunjukkan bahwa usia, jenis
kelamin, pekerjaan, dan jenis kontrak mempengaruhi non-kinerja klien LKM Islam di
Indonesia. Regresi probit mengkonfirmasi hasil.

1. Perkenalan

Dalam tulisan ini, kami mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


pembiayaan di lembaga keuangan mikro syariah (LKM) di Indonesia. Sebuah LKM
adalah lembaga keuangan yang bertujuan untuk membantu dan menyediakan
pembiayaan untuk masyarakat kelas bawah dan untuk mengurangi kemiskinan
(Berhane dan Garde broek, 2011; Fianto et al., 2018). Selain menyediakan layanan
keuangan untuk masyarakat, mereka juga membantu mengembangkan kapasitas
bisnis klien (Littlefield et al., 2003). LKM Islam adalah lembaga yang memiliki nilai-
nilai agama Islam dan mengikuti prinsip-prinsip Islam, yang dapat menjadi solusi
bagi orang-orang yang tidak dapat mengakses lembaga keuangan formal (mis., bank)
(Ahmad dan Ahmad, 2009; Fianto et al., 2018). LKM Islam menyediakan beberapa
produk pembiayaan yang paralel dengan kepercayaan Islam, seperti laba dan loss
sharing (PLS) dan mekanisme non-PLS (Dhumale dan Sapcanin, 1999).

Kami meneliti studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


pembiayaan oleh LKM Islam dan diakhiri dengan analisis konsekuensi nomik dari
hasil. Motivasi 'Kenapa Indonesia?' Adalah karena Indonesia memiliki populasi
Muslim terbesar di dunia dan pengembangan LKM Islam di negara ini menjanjikan
(Fianto et al., 2018). Karena Muslim membutuhkan produk keuangan yang paralel
dengan kepercayaan mereka, LKM Islam dapat menjadi lembaga yang memainkan
peran penting dalam Indonesia. Banyak orang Indonesia tinggal di daerah pedesaan
dan LKM Islam, lembaga yang dapat mencakup orang-orang di daerah pedesaan
(Fianto et al., 2018).

Studi diantaranya adalah tentang pembiayaan / pinjaman non-performa oleh


De Aghion dan Morduch (2004). Makalah ini dimulai dengan sejarah keuangan
mikro dan kemudian berfokus pada bank Grameen di Bangladesh. DeAghion dan
Morduch (2004) menjelaskan bahwa ada banyak cara untuk mengurangi tingkat
default atau pembiayaan non-kinerja klien, mis., grup pinjaman, fokus pada jenis
kelamin (perempuan), dan pekerjaan (petani) sebelum menyalurkan keuangan, adalah
cara untuk mengurangi tingkat default. Tingkat pendapatan, pendidikan, dan faktor
sosial ekonomi juga penting dalam meminimalkan pembiayaan macet (De Aghion
dan Morduch, 2004). Masalah pembiayaan wanita itu menarik. Menurut De Aghion
dan Morduch (2004), ada alasan mengapa wanita lebih unggul daripada pria dalam
mengelola keuangan. Dari sudut pandang keuangan, wanita lebih konservatif dalam
mengelola uang dan perempuan miskin memiliki lebih sedikit pilihan untuk
menggunakan uang dari pada pria. Dari sudut pandang sosial, wanita merasa lebih
malu dengan mereka teman sebaya (komunitas) ketika mereka tidak dapat membayar
kembali keuangan sesuai jadwal (De Aghion dan Morduch, 2004).

Morduch (1999) meneliti tingkat pembayaran untuk Bank Grameen dari 1985
hingga 1997. Studi ini menyoroti bahwa kunci inovasi dalam Grameen Bank adalah
jadwal pembayaran mingguan, peningkatan progresif dalam ukuran pinjaman, dan
fokus pada klien wanita (Morduch, 1999). Pencairan-Pembiayaan oleh LKM Islam
didasarkan pada beberapa persyaratan. Di samping kapasitas klien untuk membayar
kembali pinjaman, produk dan layanan harus mengikuti standar tertentu yang
ditetapkan oleh cendekiawan Islam (Azmat et al., 2015; Fianto et al., 2018). Kualitas
pembiayaan untuk lembaga keuangan adalah penting. Perhatian khusus telah
diberikan pada penggunaan keuangan mikro oleh kontrak peminjaman kelompok
dengan tanggung jawab bersama, suatu mekanisme yang mengurangi masalah moral
hazard dan seleksi buruk (Morduch, 1999).

Studi ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah


menggunakan fitur sosial ekonomi klien (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan), aspek geografis (jarak dan lokasi), dan karakteristik keuangan (jenis
kontrak dan total pembiayaan). Literatur terbatas tentang pembiayaan non-performa
dalam LKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan literatur dengan
menggunakan bukti dari Indonesia negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

1.1. Motivasi untuk mempelajari LKM Islam

LKM Islam memiliki mekanisme yang berbeda dari LKM konvensional.


Produk dan layanan dari LKM Islam bebas dari bunga dan ikuti Prinsip-prinsip Islam,
yaitu, untuk tidak terlibat dalam maysir (perjudian) dan gharar (kontrak
ketidakpastian) (Chong dan Liu, 2009; Fianto dan Gan, 2017; Fianto et al., 2018;
Rahman, 2010). Untuk mengganti bunga, pada dasarnya ada dua mekanisme
pembiayaan dalam LKM Islam, Skema PLS dan non-PLS. Skema PLS adalah
perjanjian bisnis antara dua atau lebih pihak di mana semua pihak berbagi sumber
daya mereka dan pengembalian mereka didasarkan pada rasio yang disepakati
sebelumnya. Skema non-PLS menghasilkan laba melalui margin dan biaya
berdasarkan layanan yang disediakan (Abdul-Rahman et al., 2014; Akhter et al.,
2009; Dhumale dan Sapcanin, 1999).

Pada 2010, ada 1,6 miliar Muslim di dunia; nomor ini diperkirakan akan
tumbuh sekitar 2,8 miliar pada tahun 2050, setara dengan 23,2% dan 29,7%, masing-
masing, dari populasi dunia. Tabel 1 mencoba menunjukkan Negara dengan lima
populasi Muslim terbesar di dunia pada tahun 2010. Indonesia memiliki 209 juta
Muslim atau 13,1% dari populasi Muslim dunia. Sebagai negara dengan populasi
Muslim terbesar, sekitar 87,2% di Indonesia populasi adalah Muslim. India memiliki
Muslim terbanyak kedua (176 juta) diikuti oleh Pakistan (167 juta), Bangladesh (134
juta) dan Nigeria (77 juta) (Pew Research Center, 2015). Namun demikian Muslim
mewakili lebih dari 23% populasi dunia, pada 2014, mereka hanya menghasilkan
sekitar 15% dari total PDB dunia (Organisasi Is-lamic Cooperation, 2015).

Kemiskinan adalah masalah utama di negara-negara dengan mayoritas


Muslim. Berdasarkan data dari SESRIC (2015), pada 2011, sekitar 33,1% di dunia
total orang miskin tinggal di negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
mencoba. Lima negara OKI teratas dengan jumlah terbesar dalam kemiskinan adalah:
(1) Nigeria; (2) Bangladesh; (3) Indonesia; (4) Pakistan; (5) Mozambik. Nigeria
memiliki 98,6 juta penduduk miskin dengan kontribusi sekitar sepertiga (30,7%) dari
total miskin OKI. Bangladesh berada di urutan kedua dengan 18,8% (60,5 juta),
mengikuti diturunkan oleh Indonesia dengan 12,3% (39,5 juta), Pakistan dengan 7%
(22,4 juta), dan Mozambik dengan 4,2% (13,4 juta) (SESRIC, 2015).

Menurut Berhane dan Gardebroek (2011); Fianto dan Gan (2017); Fianto et
al. (2018); Littlefield et al. (2003), LKM adalah lembaga yang bertujuan untuk
mencapai inklusi keuangan, terutama dengan membantu pedesaan miskin. Selain itu,
LKM Islam secara unik berbeda dari LKM konvensional karena produk dan layanan
mereka mengikuti hukum Islam. Akhirnya, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar
dan Muslim menuntut produk dan layanan yang paralel dengan kepercayaan mereka.

Tabel 1

Negara-negara dengan lima populasi Muslim terbesar di dunia pada 2010.

Tidak Negara Share Bagi umat Islam Muslim populasi


dunia ini di dalam negeri
populasi
Muslim
1 Indonesia 13,1% 87,2% 209 juta
2 India 11,0% 14,4% 176 juta
3 Pakistan 10,5% 96,4% 167 juta
4 Bangladesh 8,4% 90,4% 134 juta

5 Nigeria 4,8% 48,8% 77 juta

Sumber: Pusat Penelitian Pew (2015).


2. Teori

Ada beberapa penelitian yang menyelidiki LKM konvensional dan Islami.


Misalnya, Saad dan Duasa (2010) menyelidiki faktor penentu kinerja ekonomi klien
yang berpartisipasi dalam Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) di Malaysia. Studi ini
meneliti latar belakang responden dari segi sosial ekonomi, pendapatan dan aset,
status pinjaman dari TUJUAN, pengeluaran, dan kesadaran serta pendapat mereka
saat menerima pembiayaan dari AIM. Studi tersebut mengungkapkan bahwa
keuangan diterima oleh AIM peserta berkorelasi dengan kinerja ekonomi mereka.
Klien dengan lebih banyak pendidikan lebih baik dalam menangani proyek atau
bisnis mereka (Saad dan Duasa, 2010).

Menurut penelitian oleh Ashraf et al., (2014), proporsi klien wanita penting
dalam memulihkan pembiayaan bermasalah oleh LKM Islam terutama dalam negara
Organisasi Konferensi Islam (OKI). Studi ini mencoba menyelidiki kinerja LKM di
negara-negara OKI dan negara-negara non-OKI berdasarkan pada beberapa aspek
seperti pengembalian pinjaman covery, kinerja keuangan, dan penjangkauan (Ashraf
et al., 2014). Nawai dan Shariff (2013) mengungkapkan bahwa pengetahuan klien
tentang agama berkorelasi dengan kinerja keuangan klien. Faktor-faktor lain seperti
jarak, pinjaman jenis, dan jadwal pembayaran, juga berkontribusi pada pembayaran
klien kualitas. Studi ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pembayaran mance dalam program-program LKM di Malaysia (Nawai dan Shariff,
2013). Sebuah pelajaran tentang faktor penentu kinerja oleh LKM Islam dan
konvensional oleh Fersi dan Boujelb ene (2016), mengungkapkan bahwa
keberlanjutan dalam LKM Islam adalah terkait dengan kinerja sosial tetapi dalam
LKM konvensional, kinerja keuangan adalah faktor yang menentukan keberlanjutan
kinerja.

Beberapa studi fokus pada dampak pembiayaan oleh LKM. Studi dari Fianto
et al. (2018) dan Ghalib et al. (2015) menyelidiki hubungan tersebut akses rumah
tangga pedesaan ke keuangan mikro dengan pengurangan kemiskinan di Indonesia
dan Pakistan, masing-masing. Kedua studi mengungkapkan LKM itu pembiayaan
yang memiliki dampak positif pada kesejahteraan rumah tangga pedesaan dan
membantu mengurangi kemiskinan. Sebuah studi oleh Fianto et al. (2018)
menyelidiki dampak dua jenis mekanisme pembiayaan oleh LKM Islam tentang
perubahan kesejahteraan rumah tangga di pedesaan. Studi ini menunjukkan bahwa
mekanisme pembiayaan PLS telah berdampak positif yang lebih besar pada
kesejahteraan rumah tangga pedesaan dibandingkan dengan mekanisme pembiayaan
non-PLS (Fianto et al., 2018).

3. Metode

Kami mengumpulkan data spesifik untuk 90 klien dengan pembayaran


pembiayaan yang baik- dan untuk 50 klien dengan status pembayaran pembiayaan
yang buruk (kategori default 2, 3, dan 4). Berdasarkan peraturan Kementerian
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah Republik Indonesia Indonesia No.
35.3 / Per / M.KUKM / X / 2007, kolektibilitas keuangan untuk LKM konvensional
dan Islam dibagi menjadi empat kategori. Itu kategori pembiayaan adalah: (1) kinerja
yang baik; (2) kinerjanya buruk; (3) dalam pengawasan (hampir default); dan (4)
mangkir. Semua data adalah dikumpulkan dari database LKM Islam terpilih di
Indonesia di akhir 2018. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga kelompok: sosial ekonomi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan), geografis (jarak dan lokasi), karakteristik keuangan (jenis kontrak dan
total pembiayaan). Tabel 2 mendefinisikan variabel yang digunakan dalam model
empiris. Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling. Tujuan sampling, juga
disebut judgment sampling, adalah pilihan yang disengaja dari suatu informan karena
kualitas yang dimiliki informan. Itu adalah teknik acak yang tidak membutuhkan teori
yang mendasari atau jumlah yang ditetapkan ber informan. Dalam teknik ini, peneliti
memutuskan apa yang perlu dikenal dan ditetapkan untuk menemukan orang-orang
yang dapat dan mau memberikan informasi berdasarkan pengetahuan atau
pengalaman (Lewis dan Shep-pard, 2006).

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan


bermasalah di LKM Islam, kami menggunakan model pilihan diskrit (DCM) yang
memodelkan pilihan dari serangkaian opsi yang saling eksklusif dan secara kolektif
(Li et al., 2011; Train, 2009; Umoh, 2006). Model logit untuk memperkirakan
kemungkinan memiliki non-kinerja dan klien adalah sebagai berikut:

Pn(Yn =1)=Pr(U1n > U0n)= Pr(Zn > 0)= 1/1+ e_βXn


Di mana Yn sama dengan 1 jika klien memiliki status pembayaran yang buruk dan 0
sebaliknya; dan Pn adalah estimasi probabilitas klien memiliki non- melakukan
status. Model logit digunakan karena mirip dengan rumus probabilitas pilihan (Train,
2009). Model logit juga nyaman digunakan dan probabilitas (mis., status tidak
berperforma) adalah didistribusikan secara logis (Ben-Akiva dan Lerman, 1985; Li,
2010).

Tabel 2

Variabel yang digunakan dalam model logit.


Tabel 3

Profil klien dalam sampel.

Tabel 4

Perkiraan logit untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah.


Tabel 5

Korelasi berpasangan dari variabel independen untuk regresi logistik.


Tabel 6

Perkiraan probit untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah.

4. Hasil & diskusi

4.1. Sosial ekonomi

Tabel 2 merangkum karakteristik umum klien. Hasil menunjukkan bahwa


klien yang berperforma buruk dan berkinerja kebanyakan ada di 36–55 kategori usia
(masing-masing 84,0% dan 83,3%). KLIEN Non-berkinerjautamanya laki-laki
(60,0%); klien berkinerja didominasi oleh perempuan (81,1%). Dalam hal tingkat
pendidikan, kedua kelompok didominasi oleh klien dengan tingkat pendidikan
menengah ke atas (90% di non berkinerja dan 88,9% berkinerja). Ini berarti besar
respondents telah menyelesaikan sekolah menengah atas atau lebih tinggi. Sebagian
besar responden di kedua kelompok bekerja di sektor informal dan bukan formal
(lihat Tabel 3).
4.2. Lokasi geografis

Kedua kelompok, yang tidak berprestasi dan berprestasi, dibahas oleh


kelompok yang tinggal dekat dengan LKM Islam (masing-masing 78% dan 77,8%).
Sebagian besar responden yang tidak bekerja di kabupaten (56%) Kunjungan oleh
klien yang tinggal di kota (60%) (lihat Tabel 3).

4.3. Karakteristik keuangan

Klien dengan kontrak PLS yang tidak bekerja (84%), Sementara klien dengan
kontrak non-PLS terdiri dari dua pertiga dari pembentuk (66,7%). Klien yang tidak
berperforma menerima 3-8 mill IDR (32,0%) Diambil oleh klien yang menerima 8-18
mill IDR (22%), klien yang menerima 18–30 mill IDR (20%), klien menerima lebih
dari 30 mill IDR (16%), dan klien menerima kurang dari 3 mill IDR (10%).
Menerima klien antara 3 - 8 mill IDR (37,8%), Diterima oleh klien yang menerima
lebih sedikit dari 3 mill IDR (20,7%), klien menerima 8-18 mill IDR (18,6%), klien
menerima antara 18 - 30 mill IDR (14,3%), dan terakhir menerima lebih dari 30 mill
IDR (8,6%) (lihat Tabel 3).

4.4. Regresi logistik pembiayaan bermasalah

Hasil dari regresi logistik disajikan pada Tabel 4. Di secara umum, model
logit berhasil memprediksi bahwa 80% dari klien paling mungkin jatuh dalam
kelompok yang tidak bekerja karena yang diidentifikasi faktor. Tabel 4 menunjukkan
faktor-faktor yang mempengaruhi non-kinerja klien dengan LKM Islam.
Kemungkinan hasil uji rasio, suatu uji chi-square. tistic, adalah 56,90, signifikan pada
level 1% dengan 8 derajat kebebasan, yang berarti kita menolak hipotesis nol
sehingga model logit dapat digunakan untuk menjelaskan kemungkinan tidak adanya
kinerja nasabah LKM Syariah.

Penelitian ini juga menguji antar korelasi variabel (lihat Tabel 5). Hasilnya
menunjukkan bahwa Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Jenis Kontrak memiliki
pengaruh signifikan terhadap non-kinerja klien (lihat Tabel 4). Tanda negatif
signifikan Umur itu menunjukkan bahwa klien yang lebih tua memiliki a probabilitas
lebih tinggi untuk tidak berkinerja daripada klien yang lebih muda. Mungkin
Argumen untuk ini adalah bahwa klien yang lebih muda memiliki produktivitas yang
lebih besar daripada klien yang lebih tua. Alasan lain yang mungkin adalah klien
yang lebih tua lebih dekat dengannya pensiun dan menyajikan berbagai risiko, seperti
masalah kesehatan, lebih dari klien yang lebih muda.

Hasilnya menunjukkan bahwa Gender adalah positif dan signifikan, yang


melibatkan menyatakan bahwa klien pria memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
tidak berprestasi dari wanita. Hasil ini mendukung bukti dari Grameen Bank bahwa
klien wanita lebih baik dalam mengelola pinjaman / keuangan daripada pria. Terlepas
dari kenyataan bahwa, dalam budaya Indonesia, laki-laki lebih dominan daripada
wanita, penelitian ini menunjukkan, seperti dalam literatur, lebih banyak pria
daripada wanita non-pemain.

Jenis pekerjaan negatif dan signifikan, itu menunjukka klien yang bekerja di
sektor formal cenderung lebih banyak jatuh ke kategori kinerja daripada klien yang
bekerja di sektor informal, yaitu hasil yang menarik. Ini menyiratkan bahwa bekerja
di sektor formal tidak selalu seaman mereka yang bekerja di sektor informal dengan
non-tetap penghasilan atau gaji. Alasan yang mungkin untuk hasilnya adalah karena
sebagian besar respondents dalam survei ini bekerja sebagai pengusaha kecil yang
mungkin memiliki lebih banyak pendapatan daripada mereka yang menerima gaji
tetap. Alasan lain adalah bahwa, dengan keterampilan kewirausahaan, klien tersebut
cenderung memiliki manajemen uang yang baik. keterampilan pengadukan.

Jenis hasil kontrak negatif dan signifikan, yang menunjukkan non-kinerja. Uji
rasio kemungkinan, statistik Chi-square, adalah 57,14 (signifikan pada tingkat 1%, 8
derajat kebebasan), yang berarti menolak hipotesis nol. Model probit dapat digunakan
untuk menjelaskan masalah kemampuan non-kinerja oleh klien LKM Islam. Probit
regresi menghasilkan hasil yang sama dengan regresi logistik; empat dari delapan
variabel secara signifikan mempengaruhi non-kinerja: Usia, Jenis Kelamin, Jenis
pekerjaan, dan Jenis kontrak (lihat Tabel 6).

Efek marginal rata-rata dari variabel dalam model probit menunjukkan bahwa:
efek marginal dari Umur adalah 1,1%, yaitu, klien yang lebih tua meningkatkan
probabilitas default sebesar 1,1%; laki-laki memiliki probabilitas 16,6% lebih tinggi
tidak berprestasi dibandingkan wanita; klien yang bekerja di sektor formal memiliki a
16,6% risiko lebih tinggi terhadap non-kinerja daripada klien di sektor informal; dan
klien dengan pembiayaan PLS memiliki probabilitas sekitar 38% lebih tinggi default
dari klien dengan pembiayaan non-PLS (lihat Tabel 6). Hasil dari model probit
sedikit berbeda dari model logit. Namun demikian model probit mengkonfirmasi
bahwa hasil dari estimasi logit valid.
5. Kesimpulan

Studi ini mengambil pandangan pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam


melakukan pembiayaan di LKM syariah. Dari sudut pandang pembiayaan,
Pembiayaan PLS berbeda dari pembiayaan konvensional yang melibatkan terest
dalam transaksi. Pembiayaan PLS oleh LKM Islam mendorong kolaborasi antara
lembaga keuangan dan kliennya dengan berbagi keuntungan dan kerugian dari bisnis.
Kontribusi utama dari penelitian ini adalah kami mengidentifikasi variabel yang
memprediksi probabilitas non-kinerja dalam pembiayaan oleh LKM Islam. Untuk
yang terbaik dari pengetahuan kami, tidak ada analisis lain dari faktor-faktor yang
memprediksi kinerja non-pembiayaan oleh LKM Islam. Kinerja non-pembiayaan
adalah salah satu indikator kinerja lembaga keuangan yang mempengaruhi
keberlanjutan kelembagaan.

Hasil empiris dari regresi logistik menunjukkan bahwa klien usia, jenis
kelamin, pekerjaan dan jenis kontrak mempengaruhi klien yang bukan kinerja dalam
LKM Islam. Ini menyiratkan bahwa LKM Islam harus pertimbangkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan dan jenis kontrak sebelum pencairan membiayai untuk klien.
Anehnya, dalam penelitian ini, fitur utama islami keuangan, pembiayaan PLS, adalah
variabel yang memberikan kontribusi besar bagi kinerja klien. Ini mendukung fakta
bahwa pembiayaan non-PLS adalah lebih populer daripada pembiayaan PLS. Hasil
ini juga menegaskan bahwa PLS pembiayaan lebih berisiko daripada pembiayaan
non-PLS.

Hasil ini menyiratkan bahwa jika pemerintah berencana untuk


mempertahankan keberlanjutan LKM Islam melalui pengurangan menilai non-
kinerja, harus meminimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi non-kinerja nasabah
LKM Syariah. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi klien non-
kinerja, pemerintah dapat merancang mikro-spesifik program keuangan untuk
mengakomodasi faktor-faktor yang mempengaruhi. LKM Islam memiliki keunggulan
dibandingkan lembaga keuangan lain karena mereka operasi sejajar dengan hukum
Islam, yaitu, bebas dari bunga, dan LKM adalah sebagian besar berada di daerah
pedesaan.
Deklarasi

Pernyataan kontribusi penulis

Bayu Arie Fianto: Menyusun dan merancang eksperimen; Melakukan eksperimen;


Menganalisis dan menafsirkan data; Menulis kertas.

Hayu Maulida: Menyusun dan merancang eksperimen; Menganalisa dan menafsirkan


data; Pereaksi, bahan, alat analisis yang dikontribusikan atau data; Menulis kertas.

Nisful Laila: Melakukan eksperimen; Reagen yang dikontribusi, terial, alat analisis
atau data; Menulis kertas.

Pernyataan pendanaan

Karya ini didukung oleh Universitats Airlangga di bawah Skema Kelompok


Penelitian, 2019.

Pernyataan minat bersaing

Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Informasi tambahan

Tidak ada informasi tambahan untuk makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai