Anda di halaman 1dari 9

Nama : Izzatul Kamila

NIM : 210820301008

Program Studi : Magister Akuntansi

Review Jurnal Financing from Islamic Microfinance Institutions:Evidence


from Indonesia

Judul Financing from Islamic Microfinance


Institutions:Evidence from Indonesia
Volume & Halaman Volume 79 & Halaman 633-645
Tahun 2019
Penulis Bayu Arie Fianto, Christopher Gan, dan
Baiding Hu
Reviewer Izzatul Kamila
Tanggal 29 Agustus 2021

I. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki faktor-faktor yang
menentukan rumah tangga pedesaan ' akses keuangan yang disediakan oleh lembaga
keuangan mikro syariah (LKM) di Indonesia.
II. Subjek Penelitian
Terdiri dari 289 LKM Islam klien dan 140 non-klien dari Jawa Timur, Indonesia.
Klien terdiri dari 111 rumah tangga pedesaan dengan skema profit and loss sharing
(PLS), 162 klien dengan skema non profit and loss sharing (non-PLS) dan 16 klien
dengan skema kedua.
III. Latar Belakang Masalah
Dalam konteks ekonomi Islam, elemen penting dari strategi semacam itu,
meskipun bukan satu-satunya, adalah penghapusan bunga. Hal ini
memerlukan reorganisasi intermediasi keuangan atas dasar ekuitas dan
pembagian keuntungan dan kerugian, sehingga membuat bagian pemodal
dalam risiko serta manfaat bisnis, tetapi tidak pada tingkat pengembalian
yang telah ditentukan sebelumnya terlepas dari hasil dari bisnis (Sufian,
2007). Untuk alasan ini, sebagian besar LKM konvensional ' produk tidak
memenuhi kebutuhan klien Muslim. Banyak Muslim lebih memilih produk
dari LKM Islam yang tidak bertentangan dengan keyakinan agama mereka
(Akhter dkk., 2009).
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kepentingan dalam
pembiayaan, LKM syariah menggunakan skema alternatif untuk
menggantikan kepentingan dalam produk mereka, seperti kontrak bagi hasil
(PLS) dan non-profit and loss sharing (non-PLS) (Dhumale dan Sapcanin). ,
1999). Kontrak PLS adalah perjanjian bisnis antara dua pihak atau lebih di
mana semua pihak berbagi sumber daya mereka dan pengembalian
didasarkan pada rasio yang telah disepakati sebelumnya. Kontrak non-PLS
dapat menghasilkan keuntungan melalui margin dan biaya berdasarkan
layanan yang diberikan (Abdul-Rahman dkk., 2014; Akhter dkk., 2009;
Dhumale dan Sapcanin, 1999).
Indonesia adalah negara berkembang dengan dunia ' Penduduk muslim
terbesar di Indonesia didominasi oleh kegiatan pertanian. Ada peluang besar
bagi LKM Islam untuk memainkan peran penting dalam mengatasi
pengentasan kemiskinan di Indonesia. Prinsip non-bunga dari LKM Islam
menarik bagi nasabah Muslim dan keyakinan Islam mereka. Namun,
beberapa studi empiris telah menyelidiki rumah tangga pedesaan ' akses
pembiayaan syariah di Indonesia. Studi ini menyelidiki faktor-faktor yang
menentukan rumah tangga pedesaan untuk mengakses pembiayaan LKM
syariah di Indonesia. Studi ini mengevaluasi rumah tangga pedesaan ' akses
ke pembiayaan PLS dan non-PLS oleh LKM Islam.
LKM Islam berbeda dari LKM konvensional dalam beberapa hal. Bunga
yang dilarang dalam pembiayaan syariah diganti dengan dua skema
pembiayaan. Skema pertama adalah PLS yang merupakan perjanjian kontrak
antara dua pihak atau lebih di mana para pihak berbagi sumber daya mereka
dalam sebuah proyek dan menghasilkan pengembalian berdasarkan rasio
yang telah disepakati sebelumnya (Abdul-Rahman dkk., 2014; Akhter dkk.,
2009; Dhumale dan Sapcanin, 1999; Fianto dan Gan, 2017; Fianto dkk.,
2018). Kontrak PLS termasuk: mudarabah[3], musyarakah[4], muzara'ah[5]
dan muzakat[6]. Kontrak ini berkaitan dengan kerjasama antara
penyandang dana dan pengusaha. Menurut Chowdhry (2006), keuangan
syariah mungkin dapat memberikan mekanisme yang baik untuk
memberdayakan masyarakat miskin dan dapat mengubah modal potensial
menjadi keuntungan dengan kontrak PLS. Ini karena di bawah kontrak PLS,
seperti mudarabah dan musyarakah, setiap klien (pengusaha) tidak akan
mengalami beban bunga di awal proyek. Kedua belah pihak akan memiliki
kesepakatan tentang rasio PLS dan pengembaliannya akan didasarkan pada
hasil bisnis (Abdul-Rahman dkk., 2014). Skema kedua adalah kontrak non-
PLS, yang meliputi: murabahah[7], bai ' salam[8], ijarah wa iqtina' [9] dan
qard al hasanah[10]. Orang-orang di daerah pedesaan dapat menggunakan
murabahah untuk memperdagangkan komoditas mereka (Fianto dkk., 2018;
Wilson, 2007). murabahah Skema ini dominan dan populer dan menyumbang
lebih dari 60 persen dari total penawaran produk oleh LKM Islam
(Obaidullah, 2015). Terlebih lagi, Ijarah wa iqtina ' adalah skema sewa, yang
dapat diterapkan untuk menyewakan peralatan di daerah pedesaan. Bai '
salam adalah skema yang tepat untuk melindungi harga komoditas
sementara qard al hasanah adalah pinjaman murah hati yang dapat diberikan
kepada LKM Islam barus klien untuk memulai bisnis (Fianto dkk., 2018;
Obaidullah, 2008; Rahman dan Rahim, 2007; Wilson, 2007).
IV. Metode
A. Jenis Metode Penelitian
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi akses keuangan
rumah tangga pedesaan dari LKM syariah, penelitian ini menggunakan model
pilihan diskrit (DCM). Ide dasar DCM adalah memodelkan pilihan dari satu
set alternatif yang saling eksklusif dan kolektif lengkap (Li dkk.,2011; Kereta
Api, 2009; Umoh, 2006).
DCM didasarkan pada maksimalisasi utilitas, di mana pemilihan
alternatif oleh pengambil keputusan yang memiliki utilitas tertinggi pada saat
pilihan dibuat. Dengan kata lain, DCM menjelaskan pilihan yang dibuat oleh
pengambil keputusan di antara alternatif (Kereta, 2009).
B. Metode Pengumpulan Data
Kuesioner survei diberikan di Jawa Timur, Indonesia, dari November
2014 hingga Februari 2015. Convenience sampling digunakan karena sulitnya
memperoleh milis lengkap LKM Islam. ' klien. Tidak ada database LKM Islam
yang dapat diandalkan, dan klien mereka berasal dari pemerintah atau otoritas
keuangan Indonesia. Metode pengambilan sampel juga tepat untuk mencari
responden yang cocok untuk penelitian (Quinlan, 2011). Dengan demikian, hasil
survei tidak dapat diinterpretasikan di luar sampel. Sebanyak 429 rumah tangga
pedesaan, yang terdiri dari 289 nasabah LKM Islam dan 140 non-klien,
diwawancarai. 289 nasabah LKM syariah terdiri dari 111 nasabah dengan akad
pembiayaan PLS, 162 nasabah dengan akad pembiayaan non-PLS dan 16
nasabah menerima kedua akad pembiayaan. Sampel dipilih dari empat LKM
Islam di Jawa Timur, Indonesia. Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota;
sampel dalam penelitian ini berasal dari tiga kabupaten di Jawa Timur.
V. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan rumah
tangga pedesaan akses keuangan dari LKM Islam di Indonesia. Hasil regresi
logistik menunjukkan Usia, Usia 2, Gender dan Pendapatan mempengaruhi rumah
tangga pedesaan untuk mengakses keuangan dari LKM Islam. Usia memiliki
dampak positif dan signifikan (pada tingkat 1 persen) pada rumah tangga
pedesaan ' akses keuangan dari LKM Islam. Hasilnya menunjukkan bahwa
peningkatan usia sejajar dengan peningkatan responden, kemungkinan untuk
mengakses keuangan dari LKM Islam. Faktor kedua, Usia 2, berdampak negatif
dan signifikan (pada tingkat 1 persen). Hal ini menyiratkan bahwa LKM Islam
memiliki batas usia maksimum untuk meminjamkan kepada rumah tangga
pedesaan di Indonesia.
Gender juga mempengaruhi rumah tangga pedesaan ' akses keuangan
dari LKM Islam. Hasilnya menunjukkan laki-laki memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mengakses keuangan dari LKM Islam daripada perempuan. Terakhir,
Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan (pada tingkat 10 persen) dalam
mempengaruhi rumah tangga pedesaan untuk mengakses pembiayaan dari
LKM Syariah. Hasilnya menunjukkan bahwa rumah tangga pedesaan dengan
pendapatan yang lebih besar memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mengakses keuangan dari LKM Islam. Selain itu, hasil skema pembiayaan PLS
dan non-PLS menunjukkan hasil yang serupa; Usia, Usia 2 dan Gender
mempengaruhi rumah tangga pedesaan ' akses keuangan dari LKM Islam.
Namun, Pendapatan hanya signifikan dalam skema pembiayaan PLS (pada tingkat
5 persen), yang menyiratkan bahwa pendapatan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi rumah tangga pedesaan untuk mengakses skema pembiayaan
PLS dari LKM syariah.
Hasil penelitian ini dapat ditafsirkan di luar sampel. Namun, penelitian ini
menjadi sumber informasi bagi rumah tangga pedesaan, pemerintah dan pihak
terkait lainnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga pedesaan
akses keuangan dari LKM Islam di Indonesia. Selanjutnya, evaluasi akses
pembiayaan untuk klien dengan skema pembiayaan PLS dan non-PLS
memberikan keunggulan studi ini dalam literatur keuangan Islam karena skema
pembiayaan PLS penting dan dianggap sebagai skema pembiayaan yang ideal
dalam keuangan Islam. Skema pembiayaan PLS berbeda dari pembiayaan
konvensional karena lembaga keuangan akan berbagi untung dan rugi dengan
klien mereka.
Kesimpulannya, hasil regresi logistik menunjukkan bahwa rumah tangga
pedesaan usia, jenis kelamin dan pendapatan mempengaruhi rumah tangga
pedesaan akses keuangan dari LKM Islam. Ini menyiratkan bahwa LKM Islam
mempertimbangkan usia, jenis kelamin dan pendapatan rumah tangga pedesaan
sebelum menyalurkan keuangan. Selain itu, sekitar 38,6 persen non-klien
memiliki niat untuk meminjam di masa depan dan 45,9 persen dari non-klien
berniat untuk menerapkan keuangan dari LKM Islam. Alasan utama mengapa
non-klien tidak berniat untuk meminjam dari LKM syariah di masa depan karena
mereka tidak memahami skema pembiayaan/pinjaman lembaga (70,6 persen).
Hasil ini menyiratkan bahwa jika pemerintah berencana untuk
meningkatkan akses keuangan, terutama untuk rumah tangga pedesaan, mereka
harus meminimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga pedesaan
untuk tidak mengakses keuangan mikro syariah. Dengan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi rumah tangga pedesaan akses ke keuangan dari perspektif
LKM Islam, pemerintah dapat merancang program keuangan mikro khusus untuk
disesuaikan dengan kebutuhan agama klien. Selain itu, pemerintah dan LKM
syariah harus mempromosikan produk dan layanan keuangan syariah, terutama
skema pembiayaan PLS dan non-PLS.

LKM syariah memiliki keunggulan dibandingkan bank konvensional karena


operasinya paralel dengan hukum Islam, bebas dari bunga dan semua produk dan
layanannya aman. Syariah kepatuhan. Pemerintah harus fokus pada pengembangan
lingkungan bisnis yang berkembang di sekitar prinsip-prinsip LKM Islam, misalnya,
pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendirikan LKM Islam di daerah
pedesaan. Insentif dapat berupa uang (misalnya hibah) atau non-moneter (misalnya
prosedur sederhana). Insentif ini berpotensi mempengaruhi klien, misalnya, hibah
dapat menyebabkan rendahnya margin LKM Islam Pembiayaan dan prosedur yang
sederhana dapat meningkatkan akses ke LKM Islam. Selain itu, pemerintah dapat
menyelenggarakan expo atau acara khusus untuk mempromosikan skema
pembiayaan MF Syariah di pedesaan. Akhirnya, karena Indonesia adalah negara yang
beragam (terdiri dari 300 suku), pemerintah dapat mengembangkan LKM Islam
khusus yang memenuhi karakteristik (misalnya pekerjaan, pendidikan dan budaya)
masyarakat di pedesaan. LKM Islam yang spesifik akan membuat lebih banyak
orang memiliki akses ke LKM Islam. Akses keuangan harus dibarengi dengan
program edukasi tentang produk dan layanan keuangan syariah. Edukasi dan
sosialisasi keuangan syariah meningkatkan rumah tangga pedesaan ' minat untuk
mengajukan permohonan pembiayaan dari LKM Islam.

VI. Review/Komentar
Secara konten keseluruhan jurnal ini terlihat sangat baik dalam hal
mendeskripsikan apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. Hal ini karena
penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode secara kuantitatif
yakni dengan kuisioner. Narasi yang disampaikan berdasarkan dengan kebutuhan
penelitian, namun akan lebih baik lagi jika ditambahkan poin masalah atau pertanyaan
penelitian. Hal ini tentunya akan membantu peneliti untuk mempermudah dalam hal
mengkategorikan atau mengklasifikasikan tujuan penelitiannya.
VII. Abstrak Jurnal
Tujuan - Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelidiki faktor-faktor yang
menentukan rumah tangga pedesaan akses keuangan yang disediakan oleh
lembaga keuangan mikro syariah (LKM) di Indonesia.
Desain/metodologi/pendekatan - Kumpulan data panel dua tahun dengan regresi
logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor- faktor penentu akses keuangan
oleh rumah tangga pedesaan. Sampel penelitian terdiri dari 289 LKM Islam klien
dan 140 non-klien dari Jawa Timur, Indonesia. Klien terdiri dari 111 rumah
tangga pedesaan dengan skema profit and loss sharing (PLS), 162 klien dengan
skema non profit and loss sharing (non-PLS) dan 16 klien dengan skema kedua.
Temuan - Hasil empiris menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin dan pendapatan
mempengaruhi rumah tangga pedesaan untuk mengakses keuangan yang
disediakan oleh LKM Islam. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan usia dan
pendapatan meningkatkan responden ' kemungkinan untuk mengakses keuangan.
Selanjutnya, responden laki-laki lebih cenderung mengakses keuangan dari LKM
Islam daripada perempuan. Keterbatasan/implikasi penelitian - Analisis empiris
terbatas pada data yang diperoleh dari provinsi Jawa Timur di Indonesia, dan
provinsi lain mungkin menunjukkan hasil yang berbeda. Namun, studi ini adalah
salah satu dari sedikit studi yang menyelidiki akses keuangan dari LKM syariah
berdasarkan skema PLS dan non-PLS. Orisinalitas/nilai - Kebaruan penelitian ini
terletak pada aksesibilitas pembiayaan yang unik antara skema PLS dan non-PLS
di LKM Islam. Studi ini akan menjadi tambahan penting untuk literatur yang
muncul tentang keuangan mikro Islam.
VIII. Referensi
Abdul Rahman, R. dan Dekan, F. (2013), “ Tantangan dan Solusi Keuangan
Mikro Syariah ”, Humanomik, Jil. 29 No. 4, hal. 293-306.
Abdul-Rahman, A., Latif, RA, Muda, R. dan Abdullah, MA (2014), “
Kegagalan dan potensi untung-rugi kontrak berbagi: perspektif teori
Kelembagaan, Ekonomi (NIE) Baru ”, Jurnal Keuangan Cekungan Pasifik, Jil. 28
No. 2014, hlm. 136-151.
Aichbichler, E. (2009), Perbankan Islam di Jerman dan Swiss, uniwien, Wien.
Akhter, W., Akhtar, N. dan Jaffri, SKA (2009), “ Keuangan mikro Islam dan
pengentasan kemiskinan: kasus pakistan ”, CBRC ke-2, Lahore.’
Ben-Akiva, ME dan Lerman, SR (1985), Analisis Pilihan Diskrit: Teori dan
Aplikasi untuk Perjalanan Tuntutan, Jil. 9, Kantor Bisnis Pers MIT, Cambridge,
Boston, MA.
Chapra, MU (2006), “ Sifat Riba dalam Islam ”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Islam, Jil. 2 No. 1, hlm. 7-25.
Chong, BS dan Liu, M.-H. (2009), “ Perbankan Islam: bebas bunga atau
berbasis bunga? ”, Cekungan Pasifik Jurnal Keuangan, Jil. 17 No.1, hal.125-144.
Chowdhry, S. (2006), “ Menciptakan model keuangan mikro Islam-dimensi yang
hilang ”, Tersedia di:www.sa-dhan.net (diakses 18 Maret 2018).
Dhumale, R. dan Sapcanin, A. (1999), “ Penerapan prinsip-prinsip perbankan
Islam untuk keuangan mikro ”, catatan teknis, Sebuah studi oleh Biro Regional
untuk Negara-negara Arab, UNDP, bekerja sama dengan Kawasan Timur Tengah
dan Afrika Utara, Bank Dunia, New York, NY.
El-Komi, M. dan Croson, R. (2013), “ Eksperimen dalam keuangan mikro
Islam ”, Jurnal Perilaku Ekonomi & Organisasi, Jil. 95 No. 2013, hlm. 252-269,
tersedia di: http://dx.doi.org/10.1016/j.jebo.2012.08.009
Essien, UA dan Arene, CJ (2014), “ Analisis akses ke pasar kredit dan kinerja
perusahaan berbasis pertanian skala kecil di Wilayah Delta Niger di Nigeria ”,
Jurnal Internasional Ekonomi Pangan dan Pertanian, Jil. 2 No.3, hal.105-120.
Fianto, BA dan Gan, C. (2017), “ keuangan mikro syariah di Indonesia ”,
dalam Gan, C. dan Nartea, BV (Eds), keuangan mikro di Asia, World Scientific,
Singapura, hlm. 227-270.
Fianto, BA, Gan, C., Hu, B. dan Roudaki, J. (2018), “ Pembiayaan ekuitas dan
pembiayaan berbasis utang: bukti dari lembaga keuangan mikro syariah di
Indonesia ”, Jurnal Keuangan Cekungan Pasifik, Jil. 52 No. 2018, hlm. 163-172.
Gao, X. (2011), Aksesibilitas Pinjaman Perumahan Mempengaruhi
Kepemilikan Rumah di Perkotaan China: Studi Kasus Nanjing, Universitas
Lincoln, Lincoln.
Hassan, MK dan Lewis, MK (2004), “ Pembiayaan Islam: sebuah pengantar ”,
di dalam S EVIC, . ( Ed.), munawar Iqbal Islamic Banking in Practice 10 Said M.
Elfakhani, Yusuf M. Sidani dan Omar A. Fahel Penilaian Kinerja Reksa Dana
Syariah 39 Obiyathulla Ismath Bacha Pelestarian Nilai Melalui Manajemen Risiko
Proposal Sesuai Syariah untuk Risiko Ekuitas, Pusat Eropa untuk Perdamaian dan
Pengembangan Universitas untuk Perdamaian, Didirikan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Beograd, hal. 1.
Khoi, PD, Gan, C., Nartea, GV dan Cohen, DA (2013), “ Kredit pedesaan
formal dan informal di Delta Sungai Mekong Vietnam: interaksi dan aksesibilitas
”, Jurnal Ekonomi Asia, Jil. 26 No. 2013, hlm. 1-13.
Li, X. (2010), Analisis Empiris Kredit Mikro pada Rumah Tangga Pedesaan
China, Universitas Lincoln, Lincoln, Christchurch.
Li, X., Gan, C. dan Hu, B. (2011), “ Aksesibilitas ke kredit mikro oleh rumah
tangga pedesaan Cina ”, Jurnal Ekonomi Asia, Jil. 22 No.3, hal.235-246, doi:
10.1016/j.asieco.2011.01.004.
Obaidullah, M. (2008), Pengantar Keuangan Mikro Islam, IBF Net Limited,
Jeddah.
Obaidullah, M. (2015), “ Meningkatkan ketahanan pangan dengan keuangan
mikro Islam: wawasan dari beberapa baru-baru ini percobaan ”, Tinjauan
Keuangan Pertanian, Jil. 75 No.2, hal.142-168.
Okurut, FN (2006), Akses ke Kredit oleh Orang Miskin di Afrika Selatan:
Bukti dari Data Survei Rumah Tangga 1995 dan 2000, Universitas Stellenbosch,
Stellenbosch.
Paldi, C. (2014), “ Memahami Riba dan Gharar dalam Keuangan Islam ”,
Jurnal Perbankan Syariah dan Keuangan, Jil. 2 No. 1, hal. 249-259.
Phan, DK (2012), Analisis Empiris Aksesibilitas dan Dampak Kredit Mikro:
Kredit Pedesaan Pasar di Delta Sungai Mekong, Universitas Lincoln Vietnam,
Lincoln.
Quinlan, C. (2011), Metode Penelitian Bisnis, Cengage Belajar EMEA,
Hampshire.
Rahman, ARA (2010), “ Keuangan mikro Islam: alternatif etis untuk
pengentasan kemiskinan ”, Humanomik, Jil. 26 No. 4, hal. 284-295.
Rahman, ARA dan Rahim, A. (2007), “ Keuangan mikro Islam: komponen
yang hilang dalam Islam perbankan ”, Buletin Kyoto Studi Wilayah Islam, Jil. 1
No.2, hal.38-53.
Seibel, HD dan Dwi Agung, W. (2006), “ keuangan mikro syariah di
Indonesia ”, Kertas Kerja, Development Research Center, CECAD Excellent in
Aging Research, Cluster of Excellence Cluster di University of Cologne, Cologne.
Sufian, F. (2007), “ Efisiensi industri perbankan syariah: analisis non-
parametrik dengan variabel input non-diskresi ”, Studi Ekonomi Islam, Jil. 14 No
1-2, hlm. 53-78.
Kereta Api, KE (2009), Metode Pilihan Diskrit dengan Simulasi, Cambridge
University Press, Cambridge.
Umoh, GS (2006), “ Investigasi empiris akses ke kredit mikro dalam ekonomi
berkembang: bukti dari Nigeria ”, jurnal Bisnis Afrika, Jil. 7 No 1-2, hlm. 89-117.
Vaessen, J. (2001), “ Aksesibilitas kredit pedesaan di Nikaragua Utara:
pentingnya jaringan informasi dan rekomendasi ”, Tabungan dan Pengembangan,
Jil. 25 No.1, hlm. 5-32.
Wilson, R. (2007), “ Membuat bantuan pembangunan Jurnal Ekonomi
Internasional, Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai