Anda di halaman 1dari 8

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy

Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok Ranggon


(Technical aspects evaluation of dairy cow maintenance towards good dairy farming
practices on pondok ranggon small holder dairy farm)

Anneke Anggraeni1 and Elmy Mariana2


1
Research Institute for Animal Production, Bogor
2
Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University

ABSTRAK Peningkatan produktivitas ternak dapat pemuliaan dan reproduksi, pakan, manajemen
dicapai melalui perbaikan genetik, pakan, pemeliharaan, perkandangan, peralatan dan
manajemen dan modifikasi lingkungan. Penelitian kesehatan ternak. Hasil evaluasi aspek teknis yang
ini bertujuan untuk mengevaluasi aspek teknis dibandingkan dengan nilai rata-rata pelaksanaan
pemeliharaan sapi perah berdasarkan panduan GDFP di stasiun percontohan pemeliharaan sapi
Good Dairy Farming Practices (GDFP) pada perah Pondok Ranggon menunjukkan bahwa
manajemen pemeliharaan semi intensif di pelaksanaan aspek teknis pemeliharaan sapi perah
peternakan sapi perah rakyat Pondok Ranggon, pada peternakan rakyat Pondok Ranggon termasuk
Jakarta Timur. Aspek teknis pemeliharaan sapi dalam kategori cukup baik. Nilai rata-rata tertinggi
perah yang dievaluasi meliputi aspek pemuliaan dan pelaksana GDFP adalah pada aspek manajemen
reproduksi, pakan, manajemen pemeliharaan, pemeliharaan, sementara aspek terendah adalah
perkandangan, peralatan dan kesehatan ternak. untuk kesehatan ternak. Kesimpulannya adalah
Metode yang digunakan adalah survei, observasi pelaksanaan aspek teknis pemeliharaan sapi perah
dan pengukuran langsung. Data dianalisis secara berdasarkan standar GDFP pada peternakan rakyat
deskriptif dan disajikan Pondok Ranggon harus ditingkatkan.
dalam bentuk frekuensi tabulasi untuk
menggambarkan setiap karakteristik aspek
Kata kunci: Aspek teknis, pemeliharaan, sapi perah

ABSTRACT Increasing livestock productivity can describe any characteristics of breeding decision,
be achieved through genetic improvement, feeding, technical skills, daily management and health
management and environmental modification. This services. Evaluation on the considered technical
study was aimed to evaluate various technical aspects, compared to average values of Good Dairy
aspects in raising dairy cattle under semi intensive Farming Practices (GDFP) showed that PR small
management at small dairy farmers in Pondok dairy farmers in this study were categorized quite
Ranggon (PR), Jakarta. Some technical aspects well. The highest average value of GDFP was for
evaluated provided breeding, reproduction, feeding, breeding and reproduction aspects, while the lowest
management and health services. The methods used one was for health services. It was concluded that
were by survey, observation and direct PR small dairy farmers should be brought up for
measurement. Data were analyzed descriptively better management improvement.
then completed by tabulation frequencies to
Keywords: Technical aspects, dairy cow, GDFP
2016 Agripet : Vol (16) No. 2 : 90-
96
1
PENDAHULUAN
Permintaan susu nasional yang terus adalah dari usaha sapi perah, dengan demikian
meningkat setiap tahun perlu diimbangi dengan dalam acuan peningkatan produksi susu
peningkatan produksi susu nasional. Sebagian nasional, populasi maupun skala usaha sapi
besar susu yang diproduksi di dalam negeri perah harus lebih ditingkatkan. Selama ini
usaha sapi perah masih terkonsentrasi pada
Corresponding author: elmy_mariana2002@yahoo.com
daerah-daerah berdataran tinggi, seperti
DOI : https://doi.org/10.17969/agripet.v16i2.5162 Pangalengan, Lembang, Baturaden, Batu,
Pujon dan Nongkojajar. Namun demikian tidak

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


90
berarti usaha sapi perah tidak mempunyai Timur. Data pembanding diperoleh dari stasiun
peluang untuk berkembang di daerah-daerah pengembangan sapi perah intensif yang
dataran rendah. Salah satu sentra produksi susu dikelola oleh UPTD Sapi Perah, Dinas
di dataran rendah adalah di daerah Pondok Kelautan, Kehutanan, Pertanian dan Ketahanan
Ranggon Jakarta Timur. Kawasan Pondok Pangan Provinsi DKI Jakarta. Lokasi
Ranggon merupakan kawasan relokasi penelitian berada pada ketinggian antara 90
peternakan sapi perah yang memiliki sampai 200 meter dpl dan termasuk dalam
ketinggian sekitar 90 sampai 200 meter dpl. kategori dataran rendah.
Peluang untuk pengembangan usaha sapi
perah di daerah dataran rendah dapat dilakukan Bahan
apabila berbagai kendala yang menghambatnya Sampel yang diambil adalah 12 orang
dapat ditanggulangi. Salah satu kendala yang peternak di wilayah kelurahan Pondok
menonjol dalam pengembangan usaha sapi Ranggon yang memiliki sapi perah lebih dari
perah di daerah dataran rendah adalah faktor 20 ekor. Data yang diperoleh meliputi data
suhu udara yang relatif panas dan berdampak primer dan sekunder. Data primer diperoleh
negatif terhadap kemampuan produksi sapi dari hasil wawancara yang berpacu pada
perah (Esmay dan Dixon, 1986; Phillip, 2001). lembar kuesioner dan evaluasi penerapan
Untuk mengatasi penurunan produksi susu GDFP, sedangkan data sekunder diperoleh dari
yang diakibatkan oleh pengaruh cekaman laporan peternak, instansi terkait, studi literatur
panas, dilakukan penyesuaian berbagai faktor dan hasil penelitian yang relevan dengan
lingkungan seperti modifikasi iklim mikro dan masalah penelitian.
perbaikan pakan serta manajemen
pemeliharaan yang kondusif. Aspek Prosedur
manajemen pemeliharaan memegang peranan Penelitian ini menggunakan metode
terpenting dalam meningkatkan produktivitas survey, dengan cara wawancara langsung
ternak (Costa et al., 2013). kepada peternak sapi perah melalui panduan
Produksi sapi perah di kawasan Pondok kuesioner sebagai alat pengumpulan data
Ranggon secara umum sangat rendah (5 primer. Isi kuesioner meliputi keterampilan
sampai 10 liter/hari). Rendahnya produksi aspek teknis peternak dalam mengelola usaha
ternak dipengaruhi oleh kemampuan aspek ternak sapi perah yang terdiri atas
teknis pemeliharaan yang belum optimal, perkembangbiakan dan reproduksi,
ketersediaan hijauan makanan ternak yang pengelolaan, manajemen pakan dan air minum,
rendah dan lahan yang terbatas. Penelitian kandang dan peralatan serta kesehatan ternak.
untuk mempelajari aspek teknis pemeliharaan Penilaian aspek teknis berdasarkan pada
sapi perah di daerah Pondok Ranggon sesuai pedoman pelaksanaan GDFP menurut
dengan prinsip pelaksanaan GDFP perlu Ditjennak (1983) yang dimodifikasi.
dilakukan untuk mengetahui kondisi Klasifikasi performa peternak secara
peternakan yang sebenarnya. Data yang umum dilihat dari skor performa responden.
dihasilkan diharapkan dapat memberikan Data penelitian dianalisis secara deskriptif
informasi dan menjadi bahan pertimbangan dengan tabulasi frekuensi untuk
dalam perbaikan tatalaksana pemeliharaan sapi mendeskripsikan aspek teknis pengelolaan
perah sehingga terjadi peningkatan produksi ternak perah secara kualitatif maupun
dan kualitas susu di daerah tersebut. kuantitatif. Penilaian pembanding adalah
pelaksanaan manajemen pengelolaan sapi
perah di UPTD sapi perah Pondok Ranggon
MATERI DAN METODE yang merupakan kandang percontohan untuk
Waktu dan Tempat Penelitian pemeliharaan sapi perah di kawasan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Capaian manajemen pemeliharaan sapi
Juni sampai Juli 2015 di peternakan sapi perah perah pada masing-masing aspek GDFP dinilai
rakyat kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy...(Ir. Anneke Anggraeni, M.Si., Ph.D.dan Dr. Elmy Mariana, S.Pt., M.Si)
91
dengan memberikan poin 4, 3, 2, 1, dan 0 di pembibitan dan reproduksi, manajemen pakan
setiap alternatif jawaban (Tabel 1). dan air minum, pengelolaan, kandang dan
peralatan, serta kesehatan ternak (FAO, 2004).
Tabel 1. Nilai Konversi Performa Peternak Hasil pengamatan terkait pengetahuan dan
Nilai rataan Nilai Mutu Keterangan keterampilan peternak untuk kelima aspek
GDFP
0.00 – 0.50 E Sangat buruk
teknis di wilayah Pondok Ranggon disajikan
0.51 – 1.00 D Buruk pada Tabel 2.
1.01 – 2.00 C Kurang Baik Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai aspek
2.01 – 3.00 B Cukup teknis pemeliharaan sapi perah berdasarkan
3.01 – 4.00 A Baik
standar GDFP di wilayah Pondok Ranggon
sebesar 2,28 atau termasuk dalam kategori
cukup. Berbeda dengan penerapan GDFP pada
aspek pemeliharaan sapi perah di UPTD
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Sapi Perah Pondok Ranggon
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah yang mencapai 3,50 yang termasuk dalam
Pencapaian keberhasilan peternakan sapi kategori baik. Penerapan aspek pemeliharaan
perah dapat dilihat dari pengetahuan dan yang tertinggi pada peternakan rakyat Pondok
keterampilan teknis beternak sapi perah dari Ranggon adalah pada aspek pembibitan dan
para peternak. Pengetahuan terhadap aspek reproduksi (3,14), sedangkan yang terendah
teknis beternak sapi perah meliputi lima aspek adalah pada aspek kesehatan ternak (1,17).
sesuai dengan standar penilaian GDFP yaitu

Tabel 2. Perbandingan Rekapitulasi Nilai Performa Peternakan Sapi Perah Hasil Kajian GDFP di Wilayah Pondok Ranggon
Apek Peternakan Rakyat UPTD PSP Pondok Ranggon
% Pelaksanaan GDFP Nilai GDFP Kategori penerapan % Nilai GDFP Kategori penerapan
GDFP Pelaksanaan GDFP GDFP
Pembibitan dan 78,57 3,14 Baik 89,29 3,57 Baik
Reproduksi
Manajemen Pakan dan 60,71 2,43 Cukup 82,14 3,29 Baik
air
Pengelolaan 66,67 2,67 Cukup 91,67 3,67 Baik
Kandang dan Peralatan 50,00 2,00 Kurang baik 91,67 3,67 Baik
Kesehatan ternak 29,17 1,17 Kurang baik 83,33 3,33 Baik
Rataan 57,02 2,28 Cukup 87,62 3,50 Baik

Pembibitan dan Reproduksi Tabel 3. Hasil Penilaian GDFP Aspek Pembibitan


Hasil kajian GDFP terhadap aspek Dan Reproduksi
pembibitan dan reproduksi dapat dilihat pada Peternakan Rakyat UPTD PSP Pondok
Ranggon
Tabel 3. Rataan aspek manajemen pembibitan No
Faktor
Penentu Nilai Kategori Nilai Kategori
dan reproduksi secara umum termasuk dalam GDFP
penerapan
GDFP
penerapan
GDFP GDFP
kategori baik. Peternak telah memiliki Bangsa sapi Kurang
pengetahuan mengenai tanda-tanda berahi yang 1 yang
dipelihara
2,15
baik
3,5 Baik

memadai. Seluruh peternak menggunakan jasa 2 Cara seleksi 3,75 Baik 4 Baik
IB dari koperasi dalam pelaksanaan 3 Cara kawin 3,15 Cukup 4 Baik
4 Pengetahuan 3,82 Baik 4 Baik
perkawinan sapi perah. Meskipun sebagian birahi
peternak memelihara sapi pejantan tetapi 5 Umur beranak
Dikawinkan
3 Cukup 3 Cukup

mereka lebih senang memanfaatkan teknologi 6 setelah 3,18 Cukup 3 Cukup


IB untuk perkawinan ternaknya. Hal ini 7
beranak
Calving 2,93 Cukup 3,5 Baik
disebabkan karena dengan IB peternak interval
mendapatkan jaminan semen dari pejantan Rataan 3,14 Baik 3,57 Baik

berkualitas unggul dan memiliki keleluasaan


untuk memilih bangsa ternak yang diinginkan Sub aspek bangsa sapi yang dipelihara
(Tolehere, 1993). memiliki nilai paling rendah (2,15), hal ini
disebabkan karena dengan adanya teknologi IB
yang memungkinkan peternak secara bebas

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


92
untuk memilih semen dari jenis bangsa sapi kawasan Pondok sepenuhnya mengandalkan
selain FH. Sebagian peternak memilih keberadaan rumput alam yang tumbuh di
melakukan IB dengan semen dari sapi Simental sekitar kawasan Pondok Ranggon sehingga
dan Limosin dengan harapan untuk secara kualitas dan kuantitas kebutuhan hijauan
mendapatkan pedet dengan ukuran badan yang makanan ternak untuk sapi perah di kawasan
lebih perah besar. Sebagian besar peternak Pondok Ranggon tidak terpenuhi. Sapi perah
memelihara sapi perah dengan tujuan dual laktasi di kawasan Pondok Ranggon memiliki
purpose, hal ini dapat dilihat dari perbandingan rerata berat badan 359 ± 43,2 kg, sedangkan
ternak jantan dan betina yang memiliki rataan pemberian hijauan makanan ternak di
perbandingan yang sama. kawasan tersebut sekitar 20 kg/ekor. Jumlah
tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
Manajemen Pakan dan Air Minum kebutuhan pakan sapi perah laktasi yang
Ternak sapi perah umumnya diberi seharusnya mencapai ±10% dari bobot badan
pakan berupa hijauan dan konsentrat. Hasil atau 34 kg/ekor (Sudono, 1999; Sudono et al.,
pengamatan pada aspek pakan dan air minum 2003).
(Tabel 4) menunjukkan bahwa aspek
pemberian pakan dan minum belum memenuhi Pengelolaan
kategori nilai 4 (nilai harapan) pelaksanaan Tabel 5 menampilkan sub aspek
Good Dairy Farming Practices. Jumlah manajemen pengelolaan dan pemeliharaan sapi
pemberian konsentrat menjadi faktor penentu perah. Capaian penerapan GDFP aspek
yang memiliki nilai terendah. pengelolaan secara umum termasuk dalam
kategori cukup. Berdasarkan hasil penilaian
Tabel 4. Hasil Penilaian GDFP Aspek Pakan GDFP, sub aspek yang telah dinilai baik yaitu
Peternakan UPTD PSP Pondok
Rakyat Ranggon kegiatan membersihkan sapi, membersihkan
No Faktor Penentu Nilai Kategori Nilai Kategori kandang, penanganan pasca panen dan
penerapan penerapan
GDFP
GDFP
GDFP
GDFP pengeringan sapi laktasi.
1 Cara Baik 4 Baik
pemberian 3,67
HMT* Tabel 5. Hasil Penilaian GDFP Aspek Manajemen
2 Jumlah Kuang 3 Cukup
Pemberian 1,33 baik
Pengelolaan
HMT Peternakan Rakyat UPTD PSP Pondok
3 Frekuensi Cukup 4 Baik Ranggon
Faktor
pemberian 2,18 No Kategori Kategori
Penentu Nilai Nilai
HMT penerapan penerapan
GDFP GDFP
4 Cara Cukup 3 Cukup GDFP GDFP
pemberian 2,83 1 Membersihk 3,45 Baik 4 Baik
Konsentrat an sapi
5 Jumlah Kurang 3 Cukup 2 Cara 3,55 Baik 4 Baik
Pemberian 1,27 baik membersihk
Konsentrat an sapi
6 Frekuensi Cukup 3 Cukup 3 Membersihk 3,82 Baik 4 Baik
pemberian 2,75 an kandang
Konsentrat 4 Cara 2,82 Cukup 3 Cukup
7 Air minum 2,46 Cukup 3 Cukup pemerahan
5 Penanganan 2,91 Cukup 3,5 Baik
Rataan 2,43 Cukup 3,29 Baik
pasca panen
Keterangan: * Hijauan Makanan Ternak 6 Pemeliharaa 1,17 Kurang 4 Baik
n pedet dan baik
dara
Pemberian konsentrat tidak rutin 7 Pengeringan 3,94 Baik 4 Baik
sapi laktasi
dilakukan sebagian besar peternak dengan 8 Pencatatan 1,25 Kurang 3 Cukup
alasan penghematan biaya pakan. Capaian usaha baik
9 Manajemen 1,16 Kurang 3,5 Baik
masing-masing sub aspek makanan ternak kotoran baik
beberapa masih belum sesuai harapan. Sub Rataan 2,67 Cukup 3,67 Baik

aspek yang kurang penerapannya adalah


jumlah pemberian pakan baik hijauan maupun Peternak secara umum sudah
konsentrat. Hal ini disebabkan karena memperhatikan sanitasi untuk menjaga kualitas
ketersediaan hijauan makanan ternak di susu karena berhubungan dengan kualitas dan
kuantitas susu yang dihasilkan. Penanganan

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy...(Ir. Anneke Anggraeni, M.Si., Ph.D.dan Dr. Elmy Mariana, S.Pt., M.Si)
93
pasca panen yang dilakukan oleh sebagian nilai kurang baik adalah konstruksi kandang,
besar peternak sudah benar dan baik. Setelah drainase kandang dan tempat penampungan
dilakukan pemerahan, susu dimasukkan ke kotoran.
dalam milkcan yang telah disterilkan, Tabel 6. Hasil Penilaian GDFP Aspek Kandang dan Peralatan
kemudian langsung disetor ke pos Peternakan Rakyat UPTD PSP Pondok
penampungan untuk dilakukan uji berat jenis, Faktor Ranggon
No
kadar air, dan kadar lemak guna menentukan Penentu Nilai Kategori Nilai Kategori
penerapan penerapan
harga susu. Susu selanjutnya dimasukkan ke GDFP
GDFP
GDFP
GDFP
dalam cooling unit untuk menghambat 1 Tata letak 2,15 Cukup 4 Baik
kandang
pertumbuhan mikroba. 2 Konstruksi 1,48 Kurang 3,5 Baik
Sub aspek yang kurang penerapannya 3
kandang
Drainase 1,87
baik
Kurang 4 Baik
yaitu pemeliharaan pedet dan dara, pencatatan kandang baik
usaha dan manajemen kotoran. Pedet dan dara 4 Tempat
kotoran
1,15 Kurang
baik
3,5 Baik

dipelihara tidak terpisah dengan Sapi laktasi 5 Peralatan 2,85 Cukup 3,5 Baik
kandang
dan sapi bunting. Sebagian peternak 6 Peralatan 2,5 Cukup 3,5 Baik
beranggapan bahwa pedet dan dara tidak susu
Rataan 2,00 Kurang 3,67 Baik
menghasilkan keuntungan tetapi hanya baik
mengeluarkan biaya tinggi untuk
pemeliharaannya sehingga tidak semua Kandang dibangun berdekatan atau
peternak memelihara pedet dan dara. Aspek bersatu dengan rumah tinggal, ukuran kandang
pencatatan atau recording memiliki nilai yang tidak memenuhi kebutuhan mobilitas ternak,
rendah, hal ini disebabkan karena skala usaha drainase terlalu sempit dan tidak tersedianya
yang umumnya tidak terlalu besar sehingga unit penanganan limbah. Sebagian besar
peternak beranggapan tidak diperlukan peternak langsung mengalirkan limbahnya
pencatatan. Hanya sebagian kecil dari peternak baik padat maupun cair ke saluran utama yang
yang melakukan pencatatan, itupun hanya menuju tempat penampungan limbah umum.
terbatas pada pencatatan produksi susu yang Secara umum rendahnya aspek kondisi
terkait dengan besarnya pemasukan dari lingkungan tersebut disebabkan karena luas
koperasi dan tanggal IB yang bermanfaat untuk lahan yang terbatas di kawasan Pondok
memperkirakan tanggal kelahiran ternak. Ranggon.
Pentingnya pencatatan usaha bertujuan agar
usaha yang dijalankan dapat terkontrol,
terevaluasi dan diketahui perkembangannya Kesehatan Ternak
(Hertanto et. al., 2012). Pencatatan yang tertib Kesehatan ternak merupakan aspek yang
dan teratur dapat membantu dalam menilai sangat penting dalam keberhasilan budidaya
berhasil tidaknya usaha peternakan sapi perah. sapi perah karena ternak mampu berproduksi
Peningkatan sub aspek ini harus dilakukan agar dengan optimal jika dalam kondisi sehat
pengembangan peternakan sapi perah di (Mekonnen et al., 2006). Aspek kesehatan
kawasan tersebut dapat dilakukan. Semakin hewan terdiri atas 3 komponen utama yaitu
baik pencatatan usaha yang dilakukan para pengetahuan mengenai penyakit, pencegahan
peternak, akan semakin mudah pula dalam penyakit dan pengobatan penyakit. Hasil
penilaian aspek kesehatan ternak berdasarkan
mengidentifikasi permasalahan pada
prinsip GDFP (Tabel 7) menunjukkan bahwa
peternakannya sehingga dapat menemukan
pelaksanaan aspek kesehatan ternak pada
solusi yang sesuai (Muriithi et al., 2014).
peternakan rakyat Pondok Ranggon secara
Kandang dan Peralatan keseluruhan masih sangat kurang (1,17). Sub
aspek pencegahan penyakit termasuk dalam
Hasil kaji GDFP terhadap kandang dan
kriteria buruk (0,50). Hal ini sejalan dengan
peralatan dapat dilihat pada Tabel 6. Rataan
aspek kandang dan peralatan memiliki capaian hasil evaluasi aspek teknis peternakan sapi
nilai kategori cukup. Sub aspek yang memiliki perah rakyat di kabupaten Karo Sumatera
Utara yang dilakukan Simamora et al. (2015)

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


94
yang mendapatkan hasil terendah pada aspek kesehatan hewan, pencatatan, manajemen
kesehatan ternak khususnya sub aspek pemeliharaan pedet dan dara serta pengelolaan
pencegahan penyakit. Rendahnya aspek ini limbah ternak.
disebabkan karena peternak melalui kelompok
menolak setiap bentuk program vaksinasi dari DAFTAR PUSTAKA
dinas terkait dan interfensi petugas kesehatan
dalam pengendalian penyakit dan pengobatan Costa, C.H.J., Hotzel, J.M., Longo, C., Balcao,
ternak. Hanya sebagian kecil peternak yang F. L., 2013. A survey of management
mau menerima program vaksinasi dan itupun practices that influence production and
terbatas pada ternak dengan status tidak welfare of dairy cattle on family farms in
produktif. southern Brazil. J Dairy Sci. 96(1):307–
317.
Tabel 7. Hasil penilaian GDFP aspek kesehatan Esmay, M.L., Dixon J.E., 1986. Environmental
ternak Control for Agricultural Buildings. AVI
Peternakan Rakyat UPTD PSP Pondok
Ranggon Publishing Company Inc, Connecticut.
Faktor
No Kategori Kategori
Penentu Nilai Nilai
GDFP
penerapan
GDFP
penerapan (FAO) Food and Agriculture Organization,
GDFP GDFP
1 Pengetahuan 1,25 Kurang 3 Cukup
2004. Guide to good dairy farming
penyakit baik practice. International Dairy Federation
2 Pencegahan 0,50 Buruk 3 Cukup
penyakit
Food and Agriculture Organization Of
(vaksinasi) The United Nations, Rome.
3 Pengobatan 1,75 Kurang 4 Baik
penyakit baik Hertanto, S.B., Widiati, R., Adiarto, 2012.
Rataan 1,17 Kurang 3,33 Baik
baik Analisis ekonomi peternakan sapi perah
rakyat dan strategi pengembangannya di
Pelaksanaan biosecurity di lingkungan dataran rendah. Buletin Peternakan
peternakan masih rendah, meskipun bangunan 36(2): 129-140.
kandang telah dilengkapi dengan pagar tetapi Mekonnen, M.H., Asmamaw, K., Courreau,
karena posisinya bersatu dengan perumahan J.F., 2006. Husbandry practices and
atau dalam jarak yang sangat dekat (kurang health in smallholder dairy farms near
dari 8 meter) sehingga pembatasan kontak Addis Ababa, Ethiopia. Prev Vet Med.
antara ternak dengan aspek di luar kandang 74(2):99-107.
sulit dilakukan. Kesadaran peternak untuk
melakukan upaya pencegahan penyakit melalui Muriithi, K.M., Huka, S.G., Njati, C.I., 2014.
kegiatan menjaga kebersihan kandang, Factors influencing growth of dairy
memberikan obat cacing secara berkala, dan farming business in amentia south
pemberian vitamin juga perlu ditingkatkan. district of mere county, Kenya. IOSR
Journal of Business and Management
16(4): 21-31.
KESIMPULAN
Phillip, J.C.J., 2001. Principles of Cattle
Hasil evaluasi teknis berdasarkan nilai Production. CABI Publishing,
rataan pelaksanaan Good Dairy Farming Wallingford.
Practices (GDFP) pada peternakan sapi perah
rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon termasuk Simamora, T ., Fuah, A. M., Atabany, A . dan
kategori cukup baik (2,28). Nilai rata rata Burhanuddin, 2015. Evaluasi Aspek
GDFP tertinggi berada pada aspek pembibitan Teknis Peternakan Sapi Perah Rakyat di
dan reproduksi sebesar 3,14 (kategori baik). Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal
Nilai terendah berada pada aspek kesehatan Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
ternak sebesar 1,17 (kategori kurang baik). Peternakan 3 (1).
Peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan
Pondok Ranggon perlu melakukan perbaikan
tata laksana pemeliharaan terutama pada aspek

Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy...(Ir. Anneke Anggraeni, M.Si., Ph.D.dan Dr. Elmy Mariana, S.Pt., M.Si)
95
Sudono, A., 1999. Ilmu Produksi Ternak Toelihere, M.R., 1993. Inseminasi Buatan pada
Perah. Bogor. Fakultas Peternakan, Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa.
Institut Pertanian Bogor.
Sudono, A., Rosdiana, R.F.,. Setiawan, B.S.,
2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Agripet Vol 16, No. 2, Oktober 2016


96

Anda mungkin juga menyukai