Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAYANAN PRIMER DI DAERAH KEPULAUAN, EVAKUASI DAN


RUJUKAN

Oleh:

Jihan Maulani
H1A016045

Pembimbing:

dr. Ika Primayanti, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN MUATAN LOKAL DOKTER KEPULAUAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MATARAM 2020
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengidentifikasi kasus-kasus yang sering didapatkan dan mampu ditangani di


layanan primer (klinik pesisir, puskesmas)
2. Mengidentifikasi kendala penanganan kasus di layanan primer dan kasus-
kasus yang harus dirujuk (klinik pesisir, puskesmas)
3. Mengenal fasilitas dan kesiapan layanan primer di daerah pesisir pantai
(klinik pesisir, puskesmas)
4. Mengetahui prosedur rujukan dari layanan primer ke tempat rujukan.

5. Menganalisis studi laporan kasus atau artikel yang terpublikasi (kasus dari
Indonesia atau di luar negeri) tentang Pelayanan Primer di Daerah Kepulauan,
Evakulasi dan Rujukan
PELAYANAN PRIMER DI DAERAH KEPULAUAN, EVAKULASI DAN
RUJUKAN

1. Kasus-kasus yang Sering Didapatkan dan Mampu Ditangani Di Layanan


Primer (Puskesmas Nipah)
Kasus-kasus di Puskesmas Nipah sejak tahun 2019 hingga sekarang
sangatlah beragam ditemui, yaitu seperti trauma akibat hewan laut seperti
sengatan ubur-ubur, terinjak bulu babi, kasus kecelakaan lalu lintas, serta
persalinan dengan komplikasi. Terkait kasus-kasus tersebut, kecelakaan di
daerah pesisir pantai dan laut di Puskesmas Nipah seperti kasus trauma hewan
laut kurang lebih hampir sama dengan kasus kecelakaan yang ada di daerah
pesisir pantai Gili Trawangan.
Terkait kasus kecelakaan di daerah pesisir pantai dan laut yang ada di
Puskesmas Nipah, kasus trauma akibat menginjak bulu babi sering terjadi di
Puskesmas Nipah. Apabila penangannya masih bisa dilakukan, pasien tidak
dilakukan perujukan karena kondisi pasien masih baik dan membaik serta
masih dapat dilakukan penangan di Puskesmas Nipah tersebut sehingga tidak
didapatkan indikasi untuk merujuk, namun apabila pasien sampai mengalami
mual, muntah, sesak nafas, kejang hingga penurunan kesadaran, pasien harus
segera dirujuk karena kemungkinan pasien mengalami syok anafilaktik.
Apabila terdapat indikasi perujukan, maka pasien akan dirujuk ke RSUD
Kabupaten Lombok Utara sesuai prosedur administratif alur rujukan
berjenjang, namun ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan perujukan
yaitu indikasi perujukan, kondisi pasien, administratif, pendampingan serta
tempat rujukan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Selain adanya kasus trauma akibat menginjak bulu babi, kasus
sengatan ubur-ubur juga cukup banyak terjadi dipesisir pantai Nipah. Hal ini
bisa terjadi karena adanya faktor pekerjaan penduduk sekitar yang mayoritas
bekerja sebagai nelayan, penyelam tradisional maupun wisatawan, terutama
wisatawan asing yang menyelam. Sehingga kondisi pasien dengan sengatan
ubur-ubur umumnya stabil sehingga tidak perlu dirujuk oleh puskesmas
Nipah/pustu Gili Trawangan. Kasus lain yang disebabkan oleh hewan laut lain
yang pernah ditemukan di Puskesmas Nipah ialah kasus sengatan ikan lepu
batu (stonefish). Sedangkan pada kasus penyakit dekompresi tidak terlalu
banyak ditemukan di Puskesmas Nipah dan apabila terdapat pasien dengan
penyakit dekompresi langsung dirujuk ke fasilitas yang memiliki chamber
hiperbarik yaitu RSUD Kota Mataram. Selain adanya kasus trauma akibat
hewan lain, kasus-kasus lain yang dapat dijumpai di Puskesmas Nipah
tersebut terkait kesehatan ibu dan anak, kegawatdaruratan ibu hamil , diare,
otitis eksterna, otitis media akut serta penyakit tidak menular seperti DM,
penyakit menular seperti ISPA, hipertensi dan asma.

2. Kendala Penanganan Kasus di Layanan Primer dan Kasus-kasus yang


Harus Dirujuk
Dalam penanganan kasus di layanan primer, apabila pasien akan
dirujuk, maka pasien tersebut harus dirujuk sesuai prosedur administratif alur
rujukan berjenjang, namun ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
perujukan dengan melihat indikasi perujukan, yaitu kondisi pasien,
administratif, pendampingan serta tempat rujukan yang sudah dijelaskan
sebelumnya..
Pada kebanyakan kasus dengan kondisi pasien yang tidak bisa
ditangani di layanan primer biasanya terdapat kendala penanganan seperti
adanya keterbatasan dalam penanganan kasus berupa keterbatasan fasilitas,
obat-obatan, peralatan, dan/atau ketenagaan berupa penanganan spesialistik
atau subspesialistik serta pemeriksaan penunjang yang lebih lanjut untuk
menangani pasien. Dalam merujuk pasien, kondisi pasien adalah hal penting
yang menjadi dasar yang harus dipertimbangkan. Kasus-kasus berbahaya yang
harus dirujuk seperti kasus terkait penyakit dekompresi atau decompression
sickness. Kasus terkait penyakit dekompresi membutuhkan fasilitas yang
memiliki chamber hiperbarik dan fasilitas tersebut tidak tersedia di layanan
primer, termasuk puskesmas Nipah sehingga harus dilakukan perujukan ke
RSU Kota Matam. Selain itu, kasus yang harus dirujuk ialah kasus terkait
kecelakaan di daerah pesisir pantai dan laut yang mengalami perburukan
kondisi, seperti korban gigitan ikan lepung batu (stonefish), ubur-ubur, bulu
babi atau gigitan ular darat yang mengalami gejala sistemik seperti mual,
muntah, sesak napas, kejang hingga penurunan kesadaran yang dapat
mengancam nyawa pasien.

Salah satu kendala perujukan di Puskesmas Nipah adalah ambulans


laut milik Puskesmas Nipah yang tidak beropeasi akibat tidak adanya biaya
operasional, sehingga dalam mengevakuasi pasien dari Gili Indah (Gili
Trawangan, Gili Air dan Gili Meno) dalam wilayah kerja Puskesmas Nipah
menggunakan public boat milik warga ataupun keluarga pasien. Hal ini
berdampak pada alat transportasi perujukan yang kurang memadai.

3. Fasilitas dan Kesiapan Layanan Primer Di daerah Pesisir Pantai


(Puskesmas Nipah)
3.1 Obat-obatan

Sebagai penanganan awal pada kasus kecelakaan di pesisir pantai dan


laut tersedia beberapa obat kegawatdaruratan umum dan obat antiinflamasi
baik topikal maupun intravena, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1. Obat- Obatan di Puskesmas Nipah

Jenis Obat Sediaan


Epinefrin Injeksi 2 mL (1 mg/mL)
Dobutamin Injeksi 5 mL (50 mg/mL)
Lidocain 2% Injeksi 2 mL
Diazepam Injeksi 2mL (5 mg/mL)
Dipenhidramin Injeksi 10 mg/mL
Na. Metamizole Injeksi 2 mL (500 mg/mL)
Dexamethason Injeksi 1 mL (5 mg/mL)
Desoximethason 0.25% Salep Tube 15 gr
Hidrokortison 2.5% Krim Tube 10 mg
Gentamisin 0.1% Salep Tube 5 gr
ISDN Sublingual Tablet 5 mg
SABU (Serum Anti Bisa Ular)
VAR (Vaksin Anti Rabies)
ATS (Anti Tetanus Serum)

Gambar 1. Peralatan fasilitas dan obat-obatan di puskesmas Nipah

Selain itu, karena pada beberapa waktu sering terjadi serangan hewan laut
seperti bulu babi dan ubur-ubur, telah disediakan juga beberapa sediaan anti inflamasi
topikal dan intravena sebagai penanganan awal, yaitu:

1. Na. Metamizole Ampul 2 ml (500 mg/ ml)


2. Dexamethasone Ampul 1 ml (5 mg/ ml)
3. Salep Desoximethasone 0.25% Tube 15 gr
4. Krim Hidrokortison 2,5 % Tube 10 gr
5. Salep Gentamisin 0.1% Tube 5 gr

Untuk penanganan kecelakaan di laut, terdapat obat-obatan yang telah


disediakan untuk mengobati luka-luka, yaitu:

1. Infus NaCl 0,9%

2. Povidone iodine
3. Alkohol 70%
4. Lidocain 2% injeksi 2 mL (anestesi lokal)
5. Asam cuka (asam asetat)
6. ATS (Anti Tetanus Serum)

3.2 Peralatan

Adapun alat-alat untuk pemeriksaan tanda vital, penanganan resusitasi,


penanganan luka, yang tersedia di Puskesmas Nipah, antara lain sebagai
berikut:

Tabel 2. Peralatan di Puskesmas Nipah

Alat Jumlah

Stetoskop 2 buah

Tensimeter (aneroid dan 2 buah


digital)
Termometer (digital) 3 buah

Pulse Oximetry 1 buah

Alat bagging 1 buah (dengan masing-masing


1 masker untuk dewasa dan 1
masker untuk anak)
Tabung oksigen besar 2 buah

Tiang infus 2 buah

Handscoon Non steril: 2 kotak (ukuran


medium) dan steril: 1 kotak
(ukuran 7.5)
Plester Beberapa bungkus dan rol

Pisau scalpel 1 kotak

Alat hecting 2 paket (disediakan benang


non absorbable dan jarum
ukuran 5.0 dan 6.0)
Kursi roda 1 buah

Branker pasien 3 buah


Alat EKG 1 buah
Nasal kanul
Infus NaCl 0.9%
Spuit ukuran 1 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 60 cc
Alkohol
Hidrogen Peroksida (H2O2)
Povidon Iodine
Kasa
Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, Hb, RDT,
malaria

3.3 Alat Transportasi Darat

Puskesmas Nipah memiliki trasnportasi darat yaitu mobil ambulans


serjumlah 2 unit. Satu unit mobil ambulans merupakan mobil ambulans puskesmas
yang digunakan untuk kegiatan operasional puskesmas, sedangkan satu unit mobil
ambulans lainnya merupakan mobil ambulans desa yang digunakan untuk kegiatan
pelayanan ke 2 desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Nipah yaitu
desa Malaka serta desa Gili Indah (Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno). Saat
ini kondisi 2 unit mobil ambulans tersebut dalam keadaan baik dan dapat
digunakan.

Gambar 2. Ambulans Puskesmas Nipah

3.3.1 Alat Transportasi Laut

Alat transportasi khusus laut yang dimiliki oleh Puskesmas Nipah


adalah ambulans laut (boat) yang berjumlah 2 unit. Satu unit ambulans laut
merupakan pengadaan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
sedangkan satu unit ambulans lainnya merupakan pengadaan dari Kabupaten
Lombok Utara untuk Puskesmas Nipah. Namun dikarenakan biaya
operasional sampai saat ini belum dipergunakan, untuk sementara digunakan
kapal boat biasa yang dibantu dari pihak pelabuhan dan masyarakat setempat.
Kapal boat ini digunakan untuk membawa pasien apabila ada pasien yang
akan dirujuk ke RSUD Tanjung atau yang terdapat di Mataram melalui
bangsal Pemenang dari Puskesmas Pembantu Gili Indah. Kedua ambulans laut
saat ini berada di Teluk nare.
Gambar 3: Water Sea Ambulances

4. Prosedur rujukan dari layanan primer ke tempat rujukan

4.1 Hal-hal yang Dipertimbangkan dalam Merujuk Pasien

Sama halnya dengan perujukan pasien secara umum, beberapa


hal perlu dipertimbangkan dalam merujuk pasien mencakup indikasi
perujukan, kondisi pasien, administratif, pendampingan, dan tempat
rujukan. Indikasi perujukan adalah hal pertama yang harus
dipertimbangkan saat akan merujuk pasien. Namun, beberapa pasien
yang bukan peserta jaminan kesehatan, terutama pasien
berkewarganegaraan asing (WNA), seringkali tidak mengikuti alur
sistem rujukan berjenjang dikarenakan ingin dirawat di RS tertentu.
Kondisi pasien adalah hal penting yang harus dipertimbangkan
dalam merujuk pasien. Kondisi pasien yang dirujuk harus sudah dalam
keadaan stabil dan sudah mendapatkan penanganan awal serta harus
diperhatikan bahwa proses perujukan tidak akan memperberat kondisi
pasien. Pada saat melakukan perujukan pasien, perlengkapan
administratif harus dipersiapkan dengan baik, jika pasien memiliki
asuransi kesehatan semua dokumen yang terkait asuransi kesehatan
tersebut harus dipersiapkan, kemudian surat rujukan serta hasil
pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan di Puskesmas Nipah
harus disertakan. Pada saat akan melakukan perujukan, terlebih dahulu
dilakukan informed concent kepada pasien dan keluarga mengenai
tempat, indikasi perujukan serta tindakan apa yang akan dilakukan di
tempat rujukan.
Saat melakukan perujukan pasien harus didampingi oleh tenaga
kesehatan, baik perawat atau dokter kemudian serta didampingi oleh
keluarga pasien. Tempat rujukan juga menjadi hal yang harus
dipertimbangan saat akan merujuk pasien, hal tersebut terkait jarak dan
kondisi geografis menuju tempat rujukan, fasilitas, peralatan dan
ketenagaan di tempat rujukan tersedia atau tidak sehingga sebelum
merujuk harus dilakukan komunikasi kepada tempat rujukan mengenai
kondisi pasien, indikasi perujukan serta penanganan awal apa yang telah
dilakukan dan memastikan fasilitas, peralatan dan ketenagaan di tempat
rujukan tersedia.

4.2 Alur Rujukan

RSUP NTB

Gambar 2.
Alur Rujukan RSUD KOTA
MATARAM
RSUD KLU RS HARAPAN KELUARGA

PUSKESMAS
NIPAH
Keterangan Gambar
: Alur pasien BPJS Kesehatan

: Alur pasien Non BPJS Kesehatan (baik WNI maupun WNA)


4.3 Aspek Administratif dalam Merujuk Pasien
1. Aspek administrasi: Dokumen asuransi kesehatan (BPJS, KIS, asuransi
lainnya), surat rujukan terdiri dari dua rangkap (atu untuk dibawa ke
tempat rujukan, satu lagi sebagai arsip Puskesmas Nipah), hasil
pemeriksaan penunjang yang dilakukan di Puskesmas Nipah
2. Persiapan merujuk : Melakukan tatalaksana awal pada pasien dan
mencatat pada rekam medis, apabila setalah dilakukan tindakan
terdapat indikasi rujuk, maka pihak Puskesmas Nipah akan memberikan
informasi atau informed consent (persetujuan/penolakan rujukan)
kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien, alasan dirujuk,
resiko bila tidak dirujuk, teknik evakuasi serta estimasi biaya.
3. Meminta persetujuan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai
kondisi pasien saat ini, indikasi perujukan, tujuan tempat perujukan
serta tindakan lanjutan apa yang akan dilakukan di tempat rujukan.
4. Setelah mendapatkan persetujuan pasien dan/atau keluarga, pihak
Puskesmas Nipah menghubungi tempat rujukan untuk
menginformasikan identitas pasien yang akan dirujuk, diagnosa
pasien, kondisi pasien saat ini, tindakan apa yang telah dilakukan di
Puskesmas Nipah serta tujuan untuk dilakukan perujukan. Selain itu
pihak Puskesmas Nipah memastikan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan di tempat rujukan tersedia.
5. Apabila fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan di tempat rujukan
tersedia, maka akan dilakukan pencatatan pada buku register rujukan
yang ada di Puskesmas Nipah.
6. Mempersiapkan seluruh dokumen untuk tindakan perujukan yaitu
dokumen asuransi kesehatan, surat rujukan yang terdiri dari dua
rangkap (satu untuk dibawa ke tempat rujukan, satu lagi sebagai arsip
Puskesmas Nipah) serta hasil pemeriksaan penunjang apa yang sudah
dilakukan di Puskesmas Nipah harus disertakan.
7. Sebelum dilakukan perujukan, kondisi pasien dalam keadaan stabil.
8. Mempersiapkan tenaga kesehatan yang akan mendampingi saat
proses perujukan baik dokter maupun perawat serta mempersiapkan
keluarga yang akan mendampingi pasien saat proses perujukan.
9. Menghubungi rumah sakit tujuan rujukan untuk memberitahukan
kondisi pasien dan apa saja kebutuhan tindakan pasien, serta
memastikan ketersediaan sarana dan prasarana, alat transportasi (mobil
ambulans) serta pengemudinya, memastikan mobil ambulans dalam
keadaan baik, dan tenaga kesehatan yang berkompeten.

10. Perujukan pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah urusan


administrasi pasien diselesaikan
TELAAH JURNAL
BAB 1
PENDAHULUAN
Identitas Artikel :

a) Judul : Perancangan Mula Klinik Apung Untuk Pelayanan Kesehatan


Masyarakat Lintas Hinterland Batam

b) Penulis : Nauval A Prasetyo & Sapto Wiranto Satoto

c) Nama Jurnal : Jurnal Integrasi

d) Vol/No : 10/1

e) ISBN/ISNN : 2548-9828

f) Penerbit :-

g) Tahun Terbit : 2018


BAB II
TELAAH JURNAL

Sarana dan Prasarana Penunjang Rujukan dan Evakuasi Medis

1. Klinik Apung

Karakteristik Deskripsi
Pemanfaatan Sarana pendukung pelayanan masyarakat dikawasan hinterland
Batam yang berkaitan dengan kebutuhan daya mesin penggerak
dan penilaian ketegaran fisik ketika mengalami gaya luar sesuai
dengan batasan kriteria gelombang dan karakteristik perairan di
wilayah operasional klinik apung, mengangkut pasien dari pulau
ke Rumah Sakit di Mainland Batam

Kelebihan
Fasilitas yang dimiliki dimana klinik merupakan representasi
klinik di darat yang diimplementasikan dalam bentuk kapal.
Kekurangan Pada saat beoperasi, ada sedikit kendala pada kapal pada saat
mengalami gerakan yang disebabkan kapal itu sendiri
(maneuverability) maupun dari faktor luar (seakeeping). Faktor
luar misalnya berupa cuaca buruk yang mengakibatkan
terjadinya gelombang besar yang membahayakan keselamatan
kapal apabila kapal tidak mampu merespon gelombang tersebut.
Untuk itulah kapal harus memiliki performa seakeeping yang
memenuhi batasan kriteria

2. Klinik Apung
Karakteristik Deskripsi
Pemanfaatan Transfer pasien dengan kondisi geografis yang terisolasi dari
rumah sakit besar, akses jalan sulit misalnya dari satu pulau ke
kepulauan lainnya melewati lautan sehingga menggunakan
klinik apung untuk menampung pasien.

Berfungsi sebagai :

1. Mobilisasi (mengantar pasien dari pulau ke Rumah Sakit di


Mainland Batam)
2. Kegiatan sosial (sunat, cek mata, cek kesehatan umum, 3T, dll)
3. P3K
4. Fungsi SAR

Target Pulau 1. Pulau kubung, Pulau selat Desa, Kec. Nongsa

2. Kawasan hinterland Batam

Spesifikasi 1. Operasional: terjadwal/insidensial


Umum Kapal 2. Spesifikasi :
- Jumlah tenaga medis: 2 orang
- Jumlah pasien yang bisa ditampung: 2 orang
- Standar mobil ambulance
- Kebutuhan kecepatan/mesin: bisa digunakan untuk emergency
- Peralatan medis: bed, lemari, oksigen (standar mobil ambulance)
Kelebihan Terdapat fasilitas untuk rujukan dari pulau-pulau di kawasan
Hinterland Batam dan pulau kubung ke Rumah Sakit di
Mainland Batam. Lebih singkatnya waktu untuk segera
mendapatkan pengobatan dan penanganan yang perlu
dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya yang
kemungkinan mengalami deteriorisasi selama dalam perjalanan.
Dapat mengurangi angka kesakitan dan angka kematian.
Kekurangan Karena klinik apung menggunakan perairan laut, sehingga
kekurangannya terjadi pada saat kondisi cuaca saat beroperasi
yang bisa dilihat dari terjadinya gelombang besar yang
membahayakan keselamatan kapal apabila kapal tidak mampu
merespon gelombang tersebut. Untuk itulah kapal harus memiliki
performa seakeeping yang memenuhi batasan kriteria
Gambar 4. Sketsa Awal Klinik Apung dan Rencana Umum Klinik Apung
Kendala Upaya Rujukan/Evakuasi Medis di Daerah Kepulauan

Terdapat kendala yang ditemui saat merujuk pasien menggunakan klinik


apung, yakni terkait dengan keadaan cuaca yang buruk yang mengakibatkan
terjadinya gelombang besar yang membahayakan keselamatan kapal dan pasien
apabila kapal tidak mampu merespon gelombang tersebut. Sebelum merujuk pasien
ke pusat rujukan, perlu dipastikan bahwa pasien dalam keadaan yang stabil untuk
dipindahkan. Untuk itu perlu dilakukan follow up terhadap pasien terlebih dahulu.
Sebaliknya, jika pasien yang akan dirujuk berada dalam keadaan tidak stabil maka
proses perujukan pasien berpeluang untuk ditolak tim transfer karena selama merujuk
pasien menggunakan klinik apung (kapal) yang dikhawatirkan akan menambah
ketidakstabilan pasien dalam proses perjalanan sehingga pasien menjadi tanggung
jawab tim transfer.

Peran Komunitas/Pemerintah Daerah/Pusat dalam Meningkatkan Mutu


Rujukan/Evakuasi Medis

Sejak awal dirancang, pelayanan klinik apung bekerja sama dengan Pusat P2M
Polibatam yang telah mendukung terlaksananya klnik apung di Hinterland Batam.
Pelaksanaan sistem rujukan di daerah ini merupakan kewajiban yang dimiliki oleh
setiap rumah sakit. Pada umumnya, sarana transportasi yang banyak digunakan untuk
merujuk pasien adalah ambulans darat. Namun, karena lokasi di Batam memiliki
kepulauan kecil di perairan laut luas, sehingga direncanakan untuk membuat klinik
apung di daerah setempat dan tidak menutup kemungkinan untuk digunakannya sarana
transportasi lainnya. Melihat kondisi geografis suatu wilayah, sulitnya akses masyarakat
terutama di daerah kepulauan atau daerah terpencil, hingga perlunya untuk segera
merujuk pasien dengan kondisi tertentu,Khusus pada klinik apung ini, pengantaran
pasien rujukan dari kawasan Hinterland Batam dan Pulau Kubung, Pulau selat Desa,
Kecamatan Nongsa akan dirujuk ke Rumah Sakit di Mainland Batam.
BAB IV
PENUTUP

Secara garis besar, sarana yang banyak digunakan untuk merujuk pasien
adalah ambulans darat. Namun, pada kondisi geografis tertentu seperti pada daerah
kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas, sehingga penggunaan ambulans darat
tidak dapat dioperasikan pada situasi seperti ini, maka dari itu perancangan klinik
apung merupakan salah satu strategi yang tepat untuk melakukan perujukan dari satu
pulau ke pulau lain demi mendapatkan penanganan dan pengobatan lebih lanjut
sehingga dapat digunakan untuk membantu mengurangi waktu tempuh perjalanan
pasien ke rumah sakit pusat rujukan. Hal ini terutama diperlukan pada pasien dengan
kondisi kritis yang memerlukan terapi definitif segera dengan harapan mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, A., Wijaya, C,N., Adi, D., 2018. Laporan Kerja Kunjungan Lapangan
Puskesmas /Klinik Daerah Pesisir. Mataram: Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram.

Lindriati, N, L, P., Purwaningsih, N,W,D., Putri, N,H., 2019. Laporan Kerja


Kunjungan Lapangan Puskesmas Nipah. Mataram: Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram.

Prasetyo, N,A & Satoto, S,W., 2018. Perancangan Mula Klinik Apung Untuk
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Lintas Hinterland Batam Jurnal Integral
[online] 10(1), pp.7–13. Available at:
< https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JI/article/view/645>.

Anda mungkin juga menyukai