Anda di halaman 1dari 7

Barbiturat

Barbiturat pertama kali diperkenalkan sebagai suatu sedative pada awal tahun 1900an.
Lebih dari 2000 barbiturat telah dikembangkan, tetapi kini hanya 12 barbiturat yang dipasarkan.
Barbiturat diklasifikasikan kedalam masa kerja:
a. panjang, termasuk kedalam golongan ini adalah fenobarbital, mefobarbital, dan metarbital,
yang dipakai untuk mengendalikan kejang pada epilepsy;
b. sedang, termasuk ke dalam golongan ini adalah amobarbital, aprobarbital, dan butarbital,
yang berguna untuk mempertahankan tidur dalam jangka waktu panjang;
c. singkat, termasuk ke dalam golongan ini adalah sekobarbital dan pentobarbital , yang dipakai
untuk menimbulkan tidur bagi mereka yang sulit jatuh tertidur;
d. sangat singkat, yaitu: natrium thiopental, biasanya dipakai untuk anestesi umum.
Barbiturat harus dibatasi penggunaannya hanya untuk jangka waktu pendek (2 minggu
atau kurang) karena banyak efek sampingnya. Pentobarbital meningkatkan kerja enzim hati
sehingga menyebabkan peningkatan metabolisme dan penurunan efek obat, seperti antikoagulan,
glukokortikoid, antidepresan trisiklik dan kuinidin. Pentobarbital dapat menimbulkan
hepatotoksisitas jika dipakai bersama asetaminofen dalam dosis tinggi. Efek samping Efek
samping umum barbiturate adalah: letih, mengantuk, hang-over, pusing, mual, muntah serta
diare. Reaksi yang merugikan adalah: depresi pernapasan, ketergantungan obat, dan toleransi.

Obat-obat Sedative-Hipnotik Bentuk paling ringan dari penekanan SSP adalah sedasi, di mana
penekanan SSP tertentu dalam dosis yang lebih rendah dapat menghilangkan respons fisik dan
mental, tetapi tidak memengaruhi kesadaran. Sedativ terutama dipakai pada siang hari. Dengan
meningkatkan dosis dapat menimbulkan efek hipnotik bukan hypnosis, tetapi suatu bentuk alami
dari tidur. Jika diberikan dalam dosis yang lebih tinggi obat sedative-hipnotik mungkin akan
mencapai anestesi.
Sebuah contoh adalah barbiturate dengan masa kerja sangat singkat yang dipakai untuk
menimbulkan anestesi adalah natrium thiopental (Pentothal). Sedatif pertama kali diresepkan
untuk mengurangi ketegangan dan ansietas (kecemasan). Barbiturat mula-mula dipakai untuk
efek antiansietasnya, sampai pada awal 1960-an ketika pertama kali muncul benzodiazepine.
Karena ada banyak efek samping dari barbiturate dan potensinya untuk terjadi ketergantungan
fisik dan mental, maka barbiturate kini lebih jarang diresepkan. Demikian pula pemakaian kronik
dari setiap sedative-hipnotik harus dihindari. Ada hipnotik dengan masa kerja singkat dan
hipnotik dengan masa kerja sedang. Hipnotik masa kerja singkat berguna karena memungkinkan
klien untuk bangun pada pagi hari tanpa mengalami efek samping sulit untuk bangun tidur.
Hipnotik masa kerja sedang berguna untuk mempertahankan tidur, tetapi setelah memakai obat
ini klien mungkin mengalami rasa mengantuk yang tersisa (hangover) pada pagi hari. Ini
merupakan efek yang tidak diinginkan jika klien masih aktif dan membutuhkan kesiagaan
mental. Hipnotik yang ideal akan menimbulkan tidur alami dan tidak menyebabkan hangover
atau efek yang tidak diinginkan. Tabel 4.2.1 memuat efek samping yang sering dan reaksi yang
merugikan pada pemakaian dan penyalahgunaan sedative-hipnotik. Kategori sedative-hipnotik
diantaranya mencakup barbiturate, benzodiazepine, serta piperidindion.

Tabel 4.2.1 Efek samping yang sering dan reaksi yang merugikan pada sedatif-hipnotik

Barbiturat
Fenobarbital, suatu barbiturate dengan masa kerja panjang, sampai kini masih diresepkan untuk
mengobati serangan kejang grand-mal dan episode akut dari serangan kejang akibat status
epileptikus (serangan kejang epilepsy yang berturut-turut dengan cepat), meningitis, reaksi toksik
dan eklampsia. Dibandingkan dengan fenitoin kemungkinan efek teratogenik (kategori
kehamilan D) dan efek samping dari fenobarbital lebih ringan. Masalah-masalah yang berkaitan
dengan fenobarbital adalah sifatnya yang menyebabkan sedasi umum dan toleransi klien
terhadap obat. Penghentian fenobarbital harus bertahap untuk menghindari kekambuhan
serangan kejang.
Mekanisme : terjadinya kejang epilepsi dan kerja obat antiepilepsi (OAE) Konvulsi terjadi akibat
naiknya keterangsangan neuron karena:
a. pengaruh pada pompa Na+-K+ akibat defisiensi energi (hipoglikemia, hipoksia, inhibitor
enzim);
b. turunnya potensial membran akibat gangguan elektrolit;
c. depolarisasi membran sel akibat: naiknya neurotransmitter eksitasi atau turunnya
neurotransmiter inhibisi atau gagalnya sinaps inhibitorik;
d. kerusakan mekanik: trauma kepala, luka lahir, tumor serebri, vaskular tidak normal;
e. infeksi SSP: meningitis, ensefalitis-herpes;
f. gejala putus obat: alkohol, antipsikotik, anti-depresi, anti-epilepsi;
g. idiopatik (tidak diketahui sebabnya): tinggi pada anak-anak.

Berdasarkan penyebab konvulsi tersebut di atas maka mekanisme kerja obat antikonvulsi beserta
contoh obatnya adalah:
a. Inhibisi kanal Na+ pada sel akson: Fenitoin, karbamazepin, valproat, danfelbamat.
b. Inhibisi kanal Ca++ tipe T pada neuron talamus (pace-maker): Etosuksimid, valproate,
danklonazepam.
c. Peningkatan inhibisi GABA melalui 1) langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl-:
Benzodiazepin, barbiturate. 2) menghambat degradasi GABA (reuptake danmetabolisme):
Vigabatrin, Valproat, gabapentin.
d. Penurunan eksitasi glutamat melalui 1) blok reseptor NMDA (N-Metil-D-Aspartat):
Felbamat, valproate. 2) hambat pelepasan glutamate: Fenitoin, lamotrigin, fenobarbital.
Mekanisme kerja antikonvulsi

Tempat kerja antiepileptik pada sinaps GABA

Benzodiazepin Tiga benzodiazepin yang mempunyai efek antikonvulsi adalah


klonazepam, klorazepat, dan diazepam. Klonazepam efektif untuk mengendalikan serangan
kejang petit-mal (absence), tetapi toleransi dapat terjadi 6 bulan setelah dimulainya terapi obat,
dan akibatnya dosis klonazepam harus disesuaikan. Klorazepat sering kali diberikan sebagai
terapi tambahan untuk mengobati serangan kejang parsial. Diazepam terutama diresepkan untuk
mengobati status epileptikus akut dan harus diberikan intravena untuk mencapai respons yang
diinginkan. Obat ini mempunyai efek jangka singkat; sehingga antikonvulsi lain, seperti fenitoin
atau fenobarbital, perlu diberikan selama atau segera sesudah diazepam.

Benzodiazepine
Tiga benzodiazepine yang dipasarkan sebagai hipnotik adalah flurazepam, temazepam, dan
triazolam menyebabkan kecemasan bertambah dan insomnia pada beberapa klien, kemudian
lorazepam dapat dipakai untuk mengurangi rasa cemas. Triazolam adalah hipnotik dengan masa
kerja singkat, waktu paruh 2-5 jam, tidak menghasilkan metabolit aktif. Benzodiazepin dapat
menekan tahap 4 dari tidur NREM yang mengakibatkan timbulnya mimpi yang jelas dan mimpi
buruk, tetapi obat ini tidak memengaruhi tidur REM. Benzodiazepin efektif pemakaiannya dalam
mengatasi gangguan tidur selama beberapa minggu, lebih lama dari sedative-hipnotik lainnya.
Flurazepam, temazepam, triazolam, dan lorazepam dipakai untuk mengobati insomnia dengan
memulai dan mempertahankan tidur, mula kerja cepat dan masa kerja dapat sedang atau panjang.
Alkohol dan narkotik yang dipakai bersama-sama benzodiazepine dapat menimbulkan respons
aditif dari depresi SSP. Simetidin menurunkan metabolisme flurazepam sehingga meningkatkan
kerjanya. Barbiturat menurunkan efektivitas dari flurazepam dengan meningkatkan metabolisme
benzodiazepine.
Efek samping. Efek samping umum benzodiazepin adalah mengantuk, hang-over, sakit
kepala, mual, muntah, serta diare. Reaksi yang merugikan adalah ketergantungan psikologis dan
fisik, dan toleransi.
Benzodiazepin Tiga benzodiazepin yang mempunyai efek antikonvulsi adalah
klonazepam, klorazepat, dan diazepam. Klonazepam efektif untuk mengendalikan serangan
kejang petit-mal (absence), tetapi toleransi dapat terjadi 6 bulan setelah dimulainya terapi obat,
dan akibatnya dosis klonazepam harus disesuaikan. Klorazepat sering kali diberikan sebagai
terapi tambahan untuk mengobati serangan kejang parsial. Diazepam terutama diresepkan untuk
mengobati status epileptikus akut dan harus diberikan intravena untuk mencapai respons yang
diinginkan. Obat ini mempunyai efek jangka singkat; sehingga antikonvulsi lain, seperti fenitoin
atau fenobarbital, perlu diberikan selama atau segera sesudah diazepam.

Anda mungkin juga menyukai