Pilihan obat tidur yg idealnya tidak ada, tetapi obat yang paling layak
digunakan adalah suatu obat dari golongan benzodiazepin.
Mekanisme kerja
Barbiturat dan benzodiaepin pada dosis terapi terutama
bekerja dengan jalan pengikatan pada reseptor tersebut.
Efeknya ialah potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh
GABA di sinaps semua saraf otak dan blokade dari pelepasan
muatan listrik .
Neurodepresi oleh benzodiazepin bersifat self-limiting, karena
tergantung pada pelepasan GABA endogen. Sebaliknya, pada
dosis lebih besar, barbiturat berdaya meniru efek inhibisi dari
GABA dan dengan demikian dapat mengakibatkan depresi SSP
kuat.
Meprobamat, senyawa alkohol, aldehida dan sedativ lainnya
tidak bekerja melalui pendudukan reseptor spesifik,
melainkan langsung terhadap membran sel.
Penggolongan hipnotik-sedativ
Hipnotik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Senyawa barbiturat: fenobarbital, butobarbital, siklobarb dll.
Penggunaannya sebagai sedativa-hipnotika kini praktis
ditinggalkan berhubung adanya zat-zat benzodiazepin yang jauh
lebih aman.
beberapa barbiturat masih digunakan untuk indikasi tertentu,
misalnya fenobarb dan mefobarb sebagai anti-epileptika dan
pentotal sebagai anestetikum.
Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk untuk siang hari
dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur,
yakni ½ - 1/6 kalinya. Misalnya fenobarbital dalam dosis 15 – 30mg
bekerja sebagai sedativum dan 100mg atau lebih sebagai obat
tidur.
Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturat dan
menyebabkan penggunaannya terdesak oleh benzodiazepin,
adalah:
1. Toleransi dan ketergantungan cepat timbul mengenai sifat
menidurkannya pada dosis berulang kali dan lebih ringan
mengenai khasiat anti-epilepsinya. Bila digunakan untuk
jangka panjang, sifat toleransinya diperkuat oleh induksi-
enzim.sehingga mempercepat penguraiannya.
2. Stadium-REM (dengan mimpi) dipersingkat, yg berefek
pasien mengalami tidur kurang nyaman.
3. Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada
keadaaan nyeri, yakni justru eksitasi dan kegelisahan.
4. Overdose barbital menimbulkan depresi sentral, dengan
penghambatan pernapasan berbahaya, koma dan
kematian.
2.Senyawa Benzodiazepin: Temazepam, nitrazepam,
flurazepam, flunitrazepam, triazolam, estazolam,
dan midazolam. Obat-obat ini pada umumnya kini
dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama karena
toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling
ringan.
Penggunaan: menimbulkan hasrat tidur bila
diberikan dalam dosis tinggi pada malam hari dan
memberikan efek sedasi dan mengurangi kecemasan
pada pemberian dlm dosis rendah pd siang hari.
Obat ini juga menimbulkan lebih sedikit interaksi
dengan obat lain, lebih ringan menekan pernapasan
dan kecenderungan penyalahgunaan lebih sedikit.
Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan tiga kelompok, yakni
1. Zat long-acting: klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam dan flurazepam.
Obat-obat ini dirombak dgn jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi
metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Kemudian
dirombak lagi menjadi oksazepam yg akhirnya dikonyugasi dan
menghasilkan glukoronida tidak aktif. Ternyata pada umumnya semua
derivat-desmetil khusus berdaya anksiolitis, walaupun pada zat induknya
khasiat sedativ-hipnotisnya yg berkuasa. Bahaya kumulasinya jg amat besar
olehnya.
3. lain-lain: morfin
juga berkhasiat hipnotis kuat, tetapi terlalu berbahaya untuk digunakan sebagai obat
tidur, begitu pula alkohol.
4.obat-obat obsolet:
senyawa brom K/Na/NH4Br serta turunan-turunan urea karbomal dan bromisoval. Obat-
obat ini hanya berkhasiat hipnotis lemah dan dahulu hanya digunakan sebagai obat
pereda. Bahaya kumulasi dan toksisitasnya besar sehingga tidak dipergunakan lagi pada
terapi modern.