Anda di halaman 1dari 18

HIPNOTIKA DAN SEDATIVA

SEDATIVA DAN HIPNOTIKA


• Hipnotika atau obat tidur : Zat-zat yang dalam
dosis terapi diperuntukkan meningkatkan
keinginan faali untuk tidur dan mempermudah
atau menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini
diberikan pada malam hari. Bilamana Zat-zat
ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang
lebih rendah untuk tujuan menenangkan,
maka dinamakan sedativa (obat-obat pereda).
Fungsi Sedativa dan Hipnotika
• Sedativa berfungsi: menurunkan aktivitas, ketegangan
dan menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga
merupakan efek samping dari banyak obat yang
khasiat utamanya tidak menekan SSP.
• Hipnotika berfungsi: menimbulkan rasa kantuk
(drowsiness), mempercepat tidur dan sepanjang
malam mempertahankan keadaan tidur yang
menyerupai tidur alamiah mengenai sifat-sifat EEG-
nya. Selain sifat-sifat ini, secara ideal obat tidur tidak
memiliki aktivitas-sisa pada kesokan harinya.
Kriteria hipnotik-sedativ
Kriteria pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-
faktor kinetik berikut ini:
• Lamanya bekerja obat dan berapa lama tertinggalnya di dalam tubuh
• Pengaruhnya pada kegiatan keesokan harinya.
• Kecepatan mulai bekerjanya.
• Bahaya timbulnya ketergantungan
• Efek “rebound” insomnia bila pemberian obat dihentikan dengan
mendadak.
• Pengaruhnya terhadap kualitas tidur.
• Interaksi dengan obat-obat lain.
• Toksisitas, terutama pada dosis berlebihan.

Pilihan obat tidur yg idealnya tidak ada, tetapi obat yang paling layak
digunakan adalah suatu obat dari golongan benzodiazepin.
Mekanisme kerja
Barbiturat dan benzodiaepin pada dosis terapi terutama
bekerja dengan jalan pengikatan pada reseptor tersebut.
Efeknya ialah potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh
GABA di sinaps semua saraf otak dan blokade dari pelepasan
muatan listrik .
Neurodepresi oleh benzodiazepin bersifat self-limiting, karena
tergantung pada pelepasan GABA endogen. Sebaliknya, pada
dosis lebih besar, barbiturat berdaya meniru efek inhibisi dari
GABA dan dengan demikian dapat mengakibatkan depresi SSP
kuat.
Meprobamat, senyawa alkohol, aldehida dan sedativ lainnya
tidak bekerja melalui pendudukan reseptor spesifik,
melainkan langsung terhadap membran sel.
Penggolongan hipnotik-sedativ
Hipnotik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Senyawa barbiturat: fenobarbital, butobarbital, siklobarb dll.
Penggunaannya sebagai sedativa-hipnotika kini praktis
ditinggalkan berhubung adanya zat-zat benzodiazepin yang jauh
lebih aman.
beberapa barbiturat masih digunakan untuk indikasi tertentu,
misalnya fenobarb dan mefobarb sebagai anti-epileptika dan
pentotal sebagai anestetikum.
Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk untuk siang hari
dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur,
yakni ½ - 1/6 kalinya. Misalnya fenobarbital dalam dosis 15 – 30mg
bekerja sebagai sedativum dan 100mg atau lebih sebagai obat
tidur.
Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturat dan
menyebabkan penggunaannya terdesak oleh benzodiazepin,
adalah:
1. Toleransi dan ketergantungan cepat timbul mengenai sifat
menidurkannya pada dosis berulang kali dan lebih ringan
mengenai khasiat anti-epilepsinya. Bila digunakan untuk
jangka panjang, sifat toleransinya diperkuat oleh induksi-
enzim.sehingga mempercepat penguraiannya.
2. Stadium-REM (dengan mimpi) dipersingkat, yg berefek
pasien mengalami tidur kurang nyaman.
3. Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada
keadaaan nyeri, yakni justru eksitasi dan kegelisahan.
4. Overdose barbital menimbulkan depresi sentral, dengan
penghambatan pernapasan berbahaya, koma dan
kematian.
2.Senyawa Benzodiazepin: Temazepam, nitrazepam,
flurazepam, flunitrazepam, triazolam, estazolam,
dan midazolam. Obat-obat ini pada umumnya kini
dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama karena
toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling
ringan.
Penggunaan: menimbulkan hasrat tidur bila
diberikan dalam dosis tinggi pada malam hari dan
memberikan efek sedasi dan mengurangi kecemasan
pada pemberian dlm dosis rendah pd siang hari.
Obat ini juga menimbulkan lebih sedikit interaksi
dengan obat lain, lebih ringan menekan pernapasan
dan kecenderungan penyalahgunaan lebih sedikit.
Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan tiga kelompok, yakni
1. Zat long-acting: klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam dan flurazepam.
Obat-obat ini dirombak dgn jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi
metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Kemudian
dirombak lagi menjadi oksazepam yg akhirnya dikonyugasi dan
menghasilkan glukoronida tidak aktif. Ternyata pada umumnya semua
derivat-desmetil khusus berdaya anksiolitis, walaupun pada zat induknya
khasiat sedativ-hipnotisnya yg berkuasa. Bahaya kumulasinya jg amat besar
olehnya.

2. Zat short-acting: oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam,


loprazolam, dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa menghasilkan
metabolit aktif yg memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan sbg obat
tidur krn tidak berkumulasi bila digunakan berulang kali. Dan jarang
menimbulkan efek sisa. Sebaliknya resiko yg lebih besar adalah rebound-
insomnia serta lebih cepat menimbulkan gejala abstinensi.
3. Zat ultra-short acting: triazolam, midazolam, dan
estazolam. Risiko akan efek abstinensi dan
rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-obat
ini, sehingga sebaiknya jangan digunakan lebih
lama dari 2 minggu. Lagi pula triazolam dan
midazolam lebih condong menimbulkan amnesia
anterograde.
Triazolam juga dihubungkan dgn reaksi paradoksal
dan psikis yang hebat.
Antagonis-benzodiazepin
Pada tahun 1987 dipasarkan flumazenil (anexate), yg
berkhasiat meniadakan efek sentral dari
benzodiazepin dengan jalan mendesaknya secara
bersaingan dari reseptor di otak. Obat ini juga
bersifat antagonis terhadap daya kerja obat-obat
lain yang menstimulasi transmisi impuls GABA-erg
via reseptor benzodiazepin, misalnya zopiclon.
Flumazenil juga digunakan pada intoksikasi oleh
benzodiazepin dan untuk mempersingkat efek
benzodiazepin setelah pembedahan selesai.
Efek samping golongan benzodiazepin
Efek samping yang sering terjadi yaitu:
• Rasa kantuk, ataxia, letih-lesu, dan reaksi psikis
• Pusing2, nyeri kepala, mulut kering, rasa pahit di mulut, gangguan
lambung-usus dan penglihatan berganda karena otot mengendur.
Adakalanya berat badan bertambah, juga hilangnya libido.

Efek samping penting lainnya berupa:


• Hangover
• Amnesia anterogade : obat long-acting seperti diazepam dan
flunitrazepam lebih sering menimbulkan efek ini daripada derivatnya
dgn kerja singkat, kecuali triazolam, midazolam dan lorazepam, yg juga
dapat mengakibatkannya.
• Gejala paradoksal: kadang kala timbul pada nitrazepam dan flurazepam.
• Toleransi dan ketergantungan: pada umumnya
benzodiazepin kurang menimbulkan induksi-enzim,
meskipun demikian toleransi untuk efek hipnotis
sudah timbul stelah 1-2minggu. Toleransi untuk efek
anksiolitisnya mungkin baru terjadi setelah
beberapa bulan dan bersifat lebih ringan.

• Sindrom abstinensi: ada beberapa indikasi bahwa


gejala abstinensi bersifat lebih hebat pada
triazolam, midazolam, lorazepam dan
flunitrazepam.
Pilihan hipnotikum
Pilihan utamanya : zat short-acting yg resorpsi dan mulai
kerjanya pesat antara 20 menit dan 1jam, yaitu
estazolam, triazolam dan temazepam. Obat medium-
acting nitrazepam, flurazepam, lorazepam dan
lormetazepam dapat digunakan untuk waktu singkat,
maksimal 2 minggu.

Obat memperpanjang tidur: guna memperpanjang dan


memperdalam masa tidur, tersedia oksazepam dan
lorazepam. Obat-obat ini lebih lambat resorpsinya dan
hanya cocol utk memperpanjang masa tidur, tidak untuk
mempercepatnya.
Penggunaan Sebagai obat tidur: anak-anak dan lansia adakalanya
sangat peka terhadap dosis rendah sekali, sehingga diberikan
dlm dosis serendah mungkin dan hendaknya max 2 mingggu.
Bila digunakan sebagai tranquillizer, sebaiknya 1 atau 2x sehari
dan max 1-2 bulan lamanya.
Penghentian: mengurangi dosisnya sedikit demi sedikit selama 1-
2minggu, sebagai tranquillizer max 8 minggu . Setelah masa-
masa tersebut, sebaiknya pengobatan dilanjutkan secara
selang-seling bila masih diperlukan.
Kontra-indikasi: benzodiazepin tidak boleh diberikan pada pasien
lemah otot. Walaupun praktis tidak mendepresi pernapasan,
pasien asma, bronchitis dan sebagainya, hendaknya
menggunakan obat ini dengan hati2. efek hang-over disebabkan
oleh pembentukan metabolit dgn kerja panjang, sedangkan
penggunaan yg berulang dapat menimbulkan efek kumulatif.
Penggolongan hipnotik-sedativ

3. lain-lain: morfin
juga berkhasiat hipnotis kuat, tetapi terlalu berbahaya untuk digunakan sebagai obat
tidur, begitu pula alkohol.

4.obat-obat obsolet:
senyawa brom K/Na/NH4Br serta turunan-turunan urea karbomal dan bromisoval. Obat-
obat ini hanya berkhasiat hipnotis lemah dan dahulu hanya digunakan sebagai obat
pereda. Bahaya kumulasi dan toksisitasnya besar sehingga tidak dipergunakan lagi pada
terapi modern.

*meprobamat: tranquillizer pertama (1955) yg dahulu sering digunakan. Efek sampingnya


banyak dan sering terjadi percobaan bunuh diri dan intoksikasi , kini obat ini tidak
dianjurkan lagi bagi pasien baru.
*opipramol: senyawa trisiklis, tetapi tidak menghambat reuptake serotonin. Opipramol
berdaya hipnotis dan anksiolitis lemah yg mulai kerja lambat, sehingga dianjurkan sebagai
obat tambahan pd keadaan ketegangan dgn perasaan takut. Berhubung ratio efektivitas
dan efek sampingnya relatif buruk, kini penggunaanya sudah mulai berkembang.
Link youtube hip sedative
• https://youtu.be/-Zw0A69DSYs
• https://youtu.be/PTy1mQf4P1c
• GABA (Gamma Amino Butiric Acid)Merupakan neurotransmitter inhibitor,
artinya akan menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf.GABA akan
membuka gerbang ion chlorine yang bermuatan negative sehingga serabut
saraf akan bermuatan sangat negative. Dengan begitu impuls sulit untuk
dihantarkan melalui serabut saraf (Anonim, 2009).
• Reseptor GABA terdapat dalam tiga tipe, yaitu reseptor GABAA, GABAB,GABAC.
Reseptor GABAA dan GABAC  merupakan keluarga reseptor ionotropik,
sedangkan GABAB adalah reseptor metabotropik (terkairt engan protein G ) .
Reseptor GABAA dan GABAC  masing- masing terkait dengan kanal Cl–, dan
memperantai penghambatan sinaptik yang cepat. Namun walaupun sama –
sama ionotropik, Reseptor GABAA dan GABAC berbeda secara biokimia,
farmakologi, fisiologi. Reseptor GABAA secara selektif dapat dibolak – balik
oleh alkaloid bicuculin dan dimodulasi oleh obat golongan benzodiazepin,
barbiturat, dan steroid , Sedangkan Reseptor GABAc tidak ( Ikawati,2008).
• GABAA (gaba-aminobutyric acid) merupakan neurotransmitter
inhibitor utama di system saraf pusat mamalia dan terdapat pada hampir
40% saraf. GABA bekerja pada reseptornya yaitu reseptor
GABA( Ikawati,2008).

Anda mungkin juga menyukai