Anda di halaman 1dari 34

Metode Farmakologi

SEDATIVE HIPNOTIK & PSIKOTROPIKA


NURHASANAH

SEDATIF -HIPNOTIK
Sedatif adalah obat tidur yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat sisem saraf pusat. Efek terbesar dari obat-obat sedasi adalah hipnotik yaitu kehilangan kesadaran.

Untuk obat-obat tertentu kenaikan dosis dapat menyebabkan kenaikan efek menjadi hipnotik. Hipnotika merupakan obat penekan SSP yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.

Hipnotik sedatif relatif tidak selektif mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk atau tenang, menidurkan hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati bergantung pada dosis. ( Ganiswara, 1995

Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan kejang, serta insomnia.

Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3kelompok, yakni: 1. Benzodiazepin 2. Barbiturat 3. Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin.

BENZODIAZEPINE
Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologisekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulaspinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepine banyak digunakan dalam praktik klinik. Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu : 1. rendahnya tingkat toleransi obat, 2. potensi penyalahgunaan yang rendah,

3. margin dosis aman yang lebar, 4. rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom dihati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring anestesi.

1. Struktur Kimia Struktur Kimia Benzodiazepin Benzodiazepine disusun sebuah ring benzene bergabung menjadi sebuah diazepine ring yang berisi tujuh molekul.

2. Farmakodinamik Efek benzodiazepin hampir semua me rupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi / ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Mekanisme Kerja Efek farmakologi benzodiazepin merupakan akibat asam gamma amino butirat(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak.

Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi danrelaksasi otot skeletal.

3. Farmakokinetik Adsorpsi: Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat (klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam). .

Distribusi : Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma (albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga 99% (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar pada CSS (Cairan serebro spinal) sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of distribution) benzodiazepin besar.

Pada pemberian IV atau per oral, ambilan benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya sangat cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah (seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI.

Metabolisme : Benzodiazepin banyak dimetabolisme oleh enzim-enzim dalam kelompok sitokrom P450, a.l. eritromisin, klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar, metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan konjugasi.

Metabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding parent drug. Misalnya diazepam (waktu paruh 20-80 jam) setelah dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200 jam.

Eksresi : Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal. 4. Efek samping Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping antara lain kepala ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disartria, amnesia anterogard.

Interaksi dengan etanol (alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat. Efek samping lain yang lebih umum: lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual/muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan inkontinensia. Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan.

Untuk menghindari efek tersebut disarankan pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala putus obat berupa insomnia dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba, dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk, tremor, anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian penggunaan obat sebaiknya secara bertahap.

Berikut obat-obat yang termasuk ke dalam golongan benzodiazepin : 1. Klordiazepoksid 2. Klorazepat 3. Diazepam 4. Flurazepam 5. Lorazepam 6. Oksazepam 7. Temazepam 8. Triazlam

Barbirat selama beberapa waktu telah digunakan sebagai hipnotik dan sedatif. namun sekarang mulai jarang digunakan karena tergeser oleh golongan benzodiazepin yang relatif lebih aman. 1. STRUKTUR KIMIA Secara kimia barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat merupakan hasil kondensasi antara urea dengan asam malonat.

BARBITURAT

2. FARMAKODINAMIK Efek utama obat golongan barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkatan depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnotis, berbagai tingkat ansietas, koma sampai dengan kematian. Beberapa efek barbital : - Efek hipnotika barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20- 60 menit pada dosis hipnotis, tidurnya menyerupai tidur fidiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu.

Efek antiansietas barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek anestetikumum diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan oksibarbital setelah pemberian iv. Efek antikonvulsi yang selektif terutama diberikan oleh Barbiturat yang mengandung substitusi 5-fenil, misalnya : fenobarbital dan mefobarbital.

3. FARMAKOKINETIK Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar.

Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital

Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30 %) pada manusia. Faktor yang mempengaruhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat.

Berikut obat-obat yang termasuk ke dalam golongan barbiturat : Amobarbital, aprobarbital, barbital, heksobarbital, butabarbital, pentobarbital,fenobarbital, sekobarbital. 3. Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin. Contohnya : Kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon, meprobamat, paraldehid.

PSIKOTROPIKA
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang bersifat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Jenis Psikotropika
Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat, contoh: LSD, MDMA dan mascalin. 2. Psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan seperti amfetamin. 3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedatif, seperti barbiturat. Efek ketergantungannyasedang. 4. . Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan, seperti diazepam, nitrazepam.

Golongan Psikotropika Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan digolongkan menjadi4 golongan, yaitu: 1. Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat, contoh : Broloamfetamine, Cathinone , DMT, Etrytamine, MDMA (methylene-dioxy phenethylamine), MMDA, Methcathinone.

2. Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh : Amphetamine, Dexamphetamine, Levamphetamine, Methamphetamine, Methaqualone, Zipeprol 3. Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif. Contoh : Amobarbital, Butalbital, Flunitrazepam, Pentobarbital

4.Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan. Contoh : Allobarbital, Alprazolam, Aminorex Barbital, Bromazepam, Chlordiazepoxide, Clobazam, Clonazepam, Diazepam, dll.

Berdasarkan penggunaan klinik psikotropik dibagi menjadi 4 golongan : 1. Antipsikosis (mujor tranquilizer, neuroleptik) 2. Antiansietas (Antineurosis, minor tranquilizer) 3. Antidepresin 4. Psikotogenik (Psikotomimetik, psikodisleptik, halusinogenik)

Anda mungkin juga menyukai