Anda di halaman 1dari 2

D.

TUJUAN
1. Pembentukan Majelis Pertimbangan Etika Bidan
a. Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan
penerima pelayanan
b. Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalahpahaman dengan
pasien atas pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan
dari pihak pasien
2. Keberadaan Majelis Pertimbangan Etika Bidan
a. Meningkatkan Citra IBI dalam meningkatkan Mutu Pelayanan yang diberikan
b. Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
kode etik bidan Indonesia
c. Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan
E. LINGKUP MAJELIS ETIKA KEBIDANAN
Meliputi :
1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan bidan
(Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010/tahun 2010)
2. Melakukan survey lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan praktik,
termasuk penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai
dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,
juga batas-batas kewenangan bidan
3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum kesehatan, khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik bidan
F. PERORGANISASIAN MAJELIS ETIK KEBIDANAN
1. Majelis etik kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri, otonom dan non
structural
2. Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat provinsi dan pusat
3. Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu kota Negara dan majelis etik
kebidanan provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi
4. Majelis etik kebidanan pusat dan provinsi dibantu oleh sekertaris
5. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang
6. Masa bakti anggota majelis etik kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya, jika
berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku, maka anggota
tersebut dapat dipilih kembali
7. Anggota majelis etik kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh menteri kesehatan
8. Susunan organisasi majelis etik kebidanan terdiri dari :
a. Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan dibidang hokum
b. Sekertaris merangkap anggota
c. Anggota majelis etik bidan
Sumber :

Ristica, Octa Dwienda dan Widya Juliarti. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish Publisher. (Google book diakses pada tanggal 4 November
2020 pukul pada link https://books.google.co.id/books?
id=4WvkCAAAQBAJ&pg=PA185&dq=peran+dan+fungsi+majelis+pertimbangan+etika+profes
i+bidan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwikvKTt8-
jsAhWKcn0KHddjDSEQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=peran%20dan%20fungsi
%20majelis%20pertimbangan%20etika%20profesi%20bidan&f=false)

Anda mungkin juga menyukai