Disususn oleh :
Fitri Dwi P (1912041)
Sri Widya (1912042)
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................4
2.1 Teori Kontogency dan Teori Situasional................................................4
2.1.1 Teori Kontigency menurut Path-Goal Robert House..............................4
2.1.2 Teori Kontigency Kepemimpinan menurut Vroom-Yetten....................5
2.1.3 Teori Kontigency (Teori Situasional) Kepemimpinan menurut Fiedler. 6
BAB III..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3. Pimpinan partisipatif (paarticipativ leaders)
Gaya ini mendorong karyawan untuk berpartisipasi di dalam
menentukan tugas-tugas dan menyelesaikan persoalan. Gaya ini cocok
jika tugas-tugas begitu kompleks dan saling berhubungan sehingga
memerlukan kerjasamayang tinggi diantara karyawan. Gaya ini juga
cocok kalau karyawan mempunyai keahlian dan pengetahuan,mereka
puas karena mempunyai kekuasaan dan pengawasan sendiri.
4. Pimpinan yang oerientasi pada prestasi (Achievement-orriented
leadership)
Gaya ini sebagai kelanjutan dari kepemimpinan
partisipatif yang menekankan pada penentuan tujuan. Dibawah
pendekatan ini pimpinan memimpin karyawan dengan menetapkan
tugas-tugas yang menantang dengan mengharapkan mereka mencapai
tugas-tugas ini. Sepanjang karyawan ingin mencapai tujuannya,
mereka bebas memimpin tugas mereka. Pendekatan ini cocok untuk
individu yang ingin mencapai prestasi yang tinggi.
3
menejer harus melibatkan bawahan dalam memecahkan masalah tertentu.
Model ini mengemukakan lima gaya kepemimpinan yang melukiskan
suatu kepemimpinan berkelanjutan (continum) dari pendekatan otoriter ke
pendekatan konsultatif dan kemudian ke pendekatan partisipatif.
Maksutnya dari pendekatan otoriter, seorang menejer mangambil
keputusan sendiri atau memecahkan persoalan sendiri dengan
menggunakan informasi yang ada pada saat itu dan seorang menejer
sebelum ngambil keputusannya atau memecahkan persoalannya, ia
meminta informasi yang akurat dari bawahannya. Dalam meminta
informasi itu, menejer mungkin memberi tahu mengapa meminta
informasi itu. Kemudian ke pendekatan konsultatif seorang menejer
mengemukakan masalah yang dihadapi kepada bawahan yang relefan
secara perseorangan bukan secara kelompok, untuk memberi gagasan dan
saran-saran. Setelah itu menejer mengambil keputusan yang bisa atau tidak
bisa mencerminkan pengaruh bawahan. Seorang menejer mengemukakan
masalah kepada bawahannya dalam kapasitasnya sebagai kelompok dan
mereka mengajukan gagasan, saran. Kemudian menejer mengambil
keputusan yang bisa atau tidak bisa mencerminkan pengaruh bawahan.
Dan kemudian pendekatan yang sepenuhnya partisipatif, seorang
menejer mengemukakan masalah kepada bawahan sebagai kelompok,
selaku mitra kerja untuk bersama-sama menghasilkan dan menilai
alternatif guna mencoba membuat persetujuan/konsensus tentang suatu
pemecahan. Menejer tidak berupaya mempengaruhi kelompok untuk
mengambil cara dalam pemecahan masalah. Menejer menerima dan
melaksanakan pemecahan apa saja yang mendapat dukungan dari seluruh
kelompok.
2.1.3 Teori Kontigency (Teori Situasional) Kepemimpinan menurut Fiedler
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori
situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang
tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat
bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya
4
pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.
Model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang
lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel
situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin
(Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut
sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa
kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung
pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian
situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut
Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga
faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-
member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi
(position power).
Gaya Kepemimpinan Fiedler :
1. Kepemimpinan berorientasi-tugas
2. Kepemimpinan berorientasi-hubungan
Faktor-faktor situasional
1. Hubungan pemimpin dan anggota
2. Struktur tugas
3. Position power
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai
sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan
kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas
menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas
tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan
dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan
nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga
5
menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan
otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan
penurunan pangkat (demotions)
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peranan seorang pemimpin didalam organisasi sangat menentukan
karena dia merupakan motor penggeraknya organisasi untuk mencapai
sasaran . Di dalam menjalankan perannya itu tidaklah setiap pemimpin itu
efektif di dalam menjalankan tugasnya, hal ini mungkin karena dia tidak
mempunyai bakat atau tidak terdidik khusus untuk menjadi pemimpin.
7
DAFTAR PUSTAKA