Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 4
Biologi C 2019
2020
Dasar Teori
Sistem transpor telah terjadi mulai dan hewan bersel satu, caranya dengan difusi dan
gerakan protoplasma. Pada hewan tertentu misalnya Porifera dan Coelenterata, air di sekitar
tubuhnya membantu transportasi bahan makanan dan oksigen. Air bergerak karena ada
gerakan flagella pada rongga tubuhnya. Pada Coelenterata dan cacing pipih saluran
gastrovaskuler membantu transpotasi bahan makanan yang telah dicerna ke seluruh tubuh.
Makin besar ukuran hewan, pengangkutan berbagai bahan pada tubuh hewan itu tidak
mungkin hanya dengan cara difusi saja tapi dibantu oleh sistem transpor berupa sistem
peredaran darah dengan jantung sebagai penggerak aliran darah.
Darah adalah cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental daripada air, dan
karenanya cenderung mengalir lamban daripada air. Darah sedikit lebih berat daripada air,
di dalam tubuh suhunya dipertahankan pada 38 °C, mempunyai Ph antara 7,35-7,45,
isotonik pada 0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Darah terdiri dari 55%
plasma dan 45% bentuk elemen. Plasma terdiri dan 91,5 % air, dan 8,5% zat terlarut. Zat
terlarut utama adalah protein, nutrien, hormon, gas pernapasan, elektrolit dan limbah.
Bentuk elemen dalam darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Sistem penggolongan darah ABO dan Rh ditentukan secara genetik dan didasarkan
pada respon antigen-antibodi. Pada sistem ABO, aglutinogen A dan B menentukan
penggolongan darah. Plasma berisi aglutinin a dan b yang bereaksi dengan aglutinogen
yang merupakan benda asing bagi seseorang. Pada sistem Rh, individu mempunyai
aglutinogen Rh, yang dinyatakan sebagai Rh+ dan yang tidak mempunyai dinyatakan
sebagai Rh-.
Tekanan darah sangat penting untuk kelancaran aliran darah dan untuk proses
pertukaran zat atau proses filtrasi ginjal. Tekanan darah 120/80 mengandung arti tekanan
sistole 120 mmHg dan diastole 80 mmHg. Sistol ialah waktu jantung berkontraksi untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh dan paru-paru (sistole ventrikuler) atau atrium
berkontraksi (sistem aurikular). Sedangkan jika jantung berelaksasi (mengembang) untuk
menarik darah masuk ke jantung disebut diastole. Tekanan 120/80 adalah tekanan pada
sistole dan diastole ventrikel. Pada arteri tekanan darah pada diastole tetap tinggi
dikarenakan elastisitas dari arteri itu sendiri, adanya resistensi dari pembuluh kapiler dan
juga kekentalan darah.
1. Tujuan
Mempelajari aliran darah pada selaput renang katak sawah dan ekor kecebong
2. Alat dan Bahan
a. Katak dan kecebong yang masih hidup
b. Mikroskop (monokuler/binokuler)
c. Kapas
d. Larutan Fisiologis (Ringer’s atau Na Cl)
e. Larutan urethane 0.25%
f. Petridish
g. Papan dari kayu
h. Gelas Piala
3. Cara Keria
a. Melihat aliran darah pada ekor kecebong :
1). Masukkan beberapa ekor kecebong ke dalam gelas piala yang berisi lair.
Ambilah seekor kecebong bungkus bagian badanya dengan kapas basah
2). Pindahkan seekor kecebong yang sudah dibungkus ke atas objek gelas.
3). Amati dengan mikroskop pembuluh-pembuluh darah pada ekor kecebong
yang tampak transparan.dan tentukan macam pembuluh darah berdasarkan
alirang darahnya dan berdasarkan strukturnya /letaknya dengaqn foto atau
gambar
4). Perhatikan jalan darah dalam pembuluh darah tersebut, manakah yang lebih
cepat, konstan dan berubah-ubah?
b. Melihat aliran darah pada selaput renang katak:
a. Suntikkan larutan urethan 0,25 % ke dalam kantung-kantung lymph yang
terdapat pada bagian ventral tubuh katak (dosis 0,1 ml/7 gram bobot badan).
b. Setelah terbius terlentangkan katak tersebut di atas papan berlubang.
c. Rentangkan selaput renang pada jari belakang di atas lubang. Jangan
menggunakan penjepit atau jarum pada kaki tersebut untuk mencegah
terganggunya aliran darah. Gunakan benang untuk mengikat cakar dari masing
jari-jari katak tersebut sedemikian rupa sehingga selaput renang betul-betul
terentang kemudian ikatkan pada jarum yang ditancapkan pada papan kayu yang
ada.
d. Basahilah selaput renang tersebut dengan larutan fisiologis.
e. Amati jalannya aliran darah di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah.
f. Kemudian basahilah selaput renang tadi dengan larutan fisiologis yang
dipanaskan (30oC), perhatikan kecepatan aliran pada pembuluh darah tersebut,
bandingkan dengan pengamatan sebelumnya.
g. Gambarkan sebagian rangkaian pembuluh darah yang diamati. Berdasarkan
gambar tersebut, tunjukkan mana yang dimaksud dengan arteriol, kapiler, dan
venule.(buat Video)
1. Tujuan
Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih dengan menggunakan
hemocytometer.
2. Alat dan Bahan
a. Satu set haemocytometer,( slide improved Nebaeur, kaca penutup, pipet
pengencer/toma sel darah merah, dan pipet pengecer/toma sel darah putih.
(cermati video)
b. Mikroskop
c. Blood lancet
d. Larutan Hayem (1 g NaCl, 0,5 Na2SO4, ),5 HgCl2, 200 ml akuades)
e. Larutan Turk (1 ml gentian violet, 3 ml asam asetat glasial, 100 ml akuades)
f. Alkhohol 70%
g. Akuades
h. Kertas lensa
i. Pipet
3. Cara Kerja
Semua alat yang akan digunakan dalam keadaan kering dan bersih. Jangan
menggunakan alat pembersih (lap) yang kasar agar tidak merusak/menggores
“counting camber”, gunakan kertas lensa.
a. Untuk menghitung sel darah merah gunakan pipet pengencer dengan skala 101 dan
mempunyai inti gelas berwarna merah.
b. Ulasilah ujung jari anda dengan alkhohol 70% tusuk dengan blood lancet yang telah
disterilkan.
c. Biarkan darah mengalir dengan bebas tanpa memijit ujung jari tersebut.
d. Isaplah darah yang keluar dengan pipet pengencer hingga skala 0,5 atau 1,0.
Kemudian bersihkan ujung pipet tersebut dengan kertas saring. Hindari adanya udara
di antara darah di dalam pipet sewaktu menghisap. Bila hal ini terjadi, darah dengan
segera harus dikeluarkan kembali dan penghisapan darah harus diulangi.
e. Bila penghisapan darah berlangsung dengan baik, dengan segera hisaplah pengencer
Hayem hingga skala 101, tepat!
f. Peganglah pipet pada kedua ujungnya dengan telunjuk dan ibu jari, kocoklah dengan
hati-hati selama 2 menit.
g. Setelah 2 menit, buanglah 5 tetes pertama larutan darah tadi, lalu letakkan ujung pipet
di antara gelas objek dan gelas penutup haemocytometer, hingga larutan darah
mengalir dengan bebas diantaranya.
h. Cegah agar larutan darah tidak mengisi parit-parit sekeliling counting camber.
i. Diamkan selama 1-2 menit supaya sel darahnya mengendap. Amati dengan
mikroskop untuk menghitungnya.
j. Gunakan rumus sebagai berikut untuk menghitung jumlah sel darah merah dalam
setiap mm3. Jumlahkan sel darah merah = ne x p x 50 ne = jumlah eritrosit dalam 5
kotak p = besarnya pengenceran
2. Menghitung sel darah putih
Untuk menghitung jumlah sel darah putih dipakai pipet pengecer yang mempunyai
skala 11, dan mempunyai inti gelas berwarna putih. Larutan yang dipakai adalah larutan
turk. Prosedur pelaksanaan sama seperti penghitungan terhadap sel darah merah hanya
pengenceran dilakukan sampai skala 11. Rumus yang dipakai untuk mengitung jumlah sel
darah putih adalah setiap mm3 : Jumlah leukosit : nl x p x 2,5 (nl = jumlah leukosit dalam 4
kotak dan p = besarnya pengeceran)
HASIL PENGAMATAN
A. Tujuan
Mempelajari alliran darah pada selaput renang katak sawah.dan ekor
kecebong.
B. Hasil Pengamatan
Gambarlah hasil pengamatan secara skematik berikut keterangannya.
1. Peredaran darah pada ekor kecebong . Tentukan arteri ,vena,arteriol,venol dan kapiler
(Wafiq)
4 1 4 5 3 2 4 3
0 3 3 2 0 2 2 2
0 4 3 2 3 1 1 1
4 3 3 4 1 3 3 3
4 0 3 2 1 2 3 0
4 1 2 2 3 2 2 3
Dik: nl = 147
p = 11 : 0,5 = 22
Dit: Jumlah sel darah putih?
Jawab: Jumlah sel darah putih = nl x p x 2,5
Jumlah sel darah putih = 147 x 20 x 2,5
Jumlah sel darah putih = 8.085/mm3
Jumlah sel darah merah 8.085/mm3, maka praktikan memiliki jumlah sel darah
normal (4500-10000 sel per mm darah) (Frita)
A. Pertanyaan
1. Berdasarkan perkiraan anda Adakah perbedaan jumlah sel darah merah atau pun
jumlah sel darah putih dan masing- masing praktikan jika diperiksa? Jika ada
mengapa demikian? Kemukakan faktor yang memungkinkan adanya perbedaan
tersebut!
Jawab: iya ada, karena tekanan darahnya berbeda beda sehingga berbeda. Faktor
usia, keadaan tubuhnya, pola hidupnya dan tekanan darahnya. (R.M.Mukti)
Jumlah sel darah merah rata-rata pada pria yaitu 5-6 juta sel per mikroliter darah,
sedangkan pada wanita berkisar antara 4-5 juta sel per mikroliter darah. Jumlah sel
darah putih rata-rata antara 4500-10000 sel per mikroliter darah.
Pembentukan sel darah merah dapat dibangun oleh kadar hormon eritroprotein pada
ginjal. Apabila kadar eritroprotein tinggi, sumsum akan membentuk eritrosit atau sel
darah merah baru. Kadar oksigen juga mempengaruhi produksi darah merah, orang
yang hidup di dataran tinggi akan memiliki jumlah darah merah yang lebih banyak
karena oksigen di dataran tinggi lebih sedikit.
Jumlah leukosit dapat diperoleh oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi
atau sepsis hebat, infeksi virus, keracunan kimiawi dan postkemoterapi, atau
penggunaan obat antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik,
dan beberapa antibiotik. (Annisa)