Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumber daya alam hayati
(tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Mardiastuti, 2011). Keanekaragaman hayati
merupakan dapat dilihat dengan adanya persamaan dan perbedaan ciri diantara makhluk hidup.
Kesamaan yang tampak pada semua makhluk hidup yaitu memiliki ciri-ciri sebagai makhluk
hidup, namun selain kesamaan tersebut, berbagai makhluk hidup juga memiliki perbedaan
(beraneka ragam) yang dapat dilihat dari ciri morfologi, anatomi, fisiologi dan ciri lain.

Keanekaragaman hayati dapat ditinjau dari tiga tingkatan. Pertama adalah tingkat gen dan
kromosom yang merupakan pembawa sifat keturunan. Bila kita perhatikan persamaan suatu
individu organisme dengan lainya, dapat kita lihat bahwa tidak ada satu individu yang
peampilannya persis sama dengan individu yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan
gen yang terkandung di dalamnya. (Mardiastuti, 1999).

Sekalipun individu-individu suatu jenis (spesies) itu memiliki kerangka dasar komponen
genetik yang sama, setiap individu memiliki komponen faktor yang berbeda-beda, bergantung
kepada penurunnya, perbedaan ini disebut keanekaragaman genetik. Keanekaragaman genetik
suatu jenis ditentukan oleh keanekaragaman susunan faktor genetik yang terkandung dalam jenis
yang bersangkutan. Jadi, masing-masing individu dalam suatu jenis mempunyai susunan faktor
genetik yang tidak sama dengan susunan genetik individu yang lain meskipun dalam jenis yang
sama, (Iryani dkk, 2014).

Selain ditentukan oleh faktor genetiknya, sifat yang terlihat dari luar pada masing-masing
individu, ditentukan pula oleh keadaan lingkungan atau perpaduan keduanya. Dua individu yang
mempunyai susunan genetik yang sama akan menunjukkan sifat luar yang sangat berbeda jika
masing-masing lingkungan hidupnya sangat berbeda. Sebaliknya, dua individu yang memiliki
susunan genetik yang berbeda boleh jadi akan menunjukkan beberapa sifat luar yang mirip bila
keduanya hidup dalam lingkungan yang sama. Walaupun masing-masing individu itu memiliki
susunan genetik yang berbeda, di dalam tingkat jenisnya akan terdapat pengelompokan yang
memungkinkan adanya kisaran kesamaan dalam taraf-taraf tertentu, membentuk lungkang (pool)
individu yang mempunyai kesamaan dalam kisaran lingkungan itu (Iryani dkk, 2014).
Keanekaragaman genetik pada hewan menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur
tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah.

Hubungan kekerabatan antara dua individu atau populasi dapat diukur berdasarkan
kesamaan sejumlah karakter (Purwantoro et al., 2005). Dalam hubungan kekerabatan, taksa
digolongkan berdasarkan keseluruhan persamaan atau ketidaksamaan yang dimiliki antar dua
taksa atau lebih (Saupe, 2005 dalam Prayekti, 2007). Maka tidak menutup kemungkinan bahwa
makhluk hidup yang masih dalam satu taksa akan mempunyai persamaan morfologi maupun
kandungan biokimianya. Hal ini membuktikan semakin dekat kekerabatan antar dua individu
maka semakin besar derajat kesamaan antar kedua individu tersebut.

Harimau (Panthera tigris) terbagi menjadi sembilan subspesies yang tersebar di Asia,
mulai dari daratan Turki hingga ke Rusia dan Indonesia. Namun saat ini hanya tersisa enam
subspesies harimau saja di dunia. Tiga subspesies harimau lainnya telah punah. Hanya spesimen
harimau Kaspia (Panthera tigris virgata) yang diawetkan di museum yang menjadi bukti
keberadaannya. Harimau Bali dan Jawa terakhir kali diketahui keberadaannya pada akhir tahun
1930-an dan 1970-an, (World Wide Fun for Nature Indonesia, 2020). Setiap subspesies harimau
dapat dibedakan berdasarkan fisik dan sikapnya di lingkungan. Dari setiap karakteristik yang
dimilikinya ini dapat diketahui subspesies hewan yang lebih primitif, dan lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA

Iryani, Krisna and Augusta, Rusna Ristasa and Ratnaningsih, Anna (2014) Konsep Dasar IPA di


SD. In: Ciri-Ciri dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mardiastuti, Ani. (2011). Keanekaragaman Hayati: Kondisi dan Permasalahannya. Bogor: IPB.

Purwantoro, A., Ambareawi, A., dan Setyaningsih, F. (2005) Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat
morfologi tanaman dan bunga. Jurnal Ilmu Pertanian. 12(1): 1-11.

Saupe, S. (2005). Phenetic Classification System. [Online]. Diakses dari: http://employees.csbsju.ed/SSAU


PE/bio308/Lecture/Classification/pheneticclass.htm. [7 Oktober 2020]

World Wide Fun for Nature Indonesia. (2020). Tiger Facts and Trivia. [Online]. Diakses dari
http://www.wwf.or.id/savesimatra [7 Oktober 2020]

Anda mungkin juga menyukai