Anda di halaman 1dari 18

SPESIES DAN ASAL USULNYA

A. PENGERTIAN SPESIES

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat
mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan
bervitalitas sama dengan induknya. Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam
taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang
serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi
gen) namun tidak dapat saling membuahi dengan anggota kelompok yang lain. Anggota-
anggota dalam suatu spesies jika saling berkawin dapat menghasilkan keturunan yang fertil
tanpa hambatan reproduktif. Spesies, jika disebut dalam nama ilmiah, disingkat dengan sp.
(Contoh Phalaenopsis sp. — berarti "sejenis Phalaenopsis", jika jamak disingkat dengan
spp.).

Pemahaman konsep spesies sangat mendasar untuk memahami biodiversitas, hal ini
dikarenakan spesies hampir secara umum digunakan sebagai satuan dalam mengukur
biodiversitas. Apakah itu Spesies?

Spesies atau jenis adalah satuan yang betul-betul ada, natural dan fundamental. Belum ada
kesepakatan yang relevan mengenai apa itu spesies. Perbedaan dalam mendefinisikan spesies
didasari atas perbedaan ‘interest’ serta adanya teori yang berbeda-beda dari para ilmuwan,
terutama teori mengenai asal mula biodiversitas itu sendiri. 

Salah satu aspek fundamental dari masalah ini adalah variasi. Semua organisme menunjukkan
variasi, bahkan di dalam satu populasi. Ada perbedaan yang kontinu, misal tinggi tubuh,
berat badan (berbeda-beda dan kontinu). Ada juga perbedaan yang sifatnya diskontinu
misal perbedaan laki-laki dan perempuan, ada perbedaan asal lingkungan  (missal : dari Jawa
Barat, Jawa Tengah, dll), dilihat dari bahasa, dan perbedaan genetik (misal: golongan darah). 

Variasi dapat dilihat berdasarkan musim, berurutan menurut generasi, berdasarkan ruang
(orang sunda, orang jawa). Dalam taksonomi adanya variasi ini disebut cline, demes
(dibaca:dema), race dan subspecies. 

Bagaimana kita mengklasifikasi organisme yang bervariasi dalam kelompok yang berbeda-
beda satu dengan yang lain dan bagaimana kita bisa memelihara variasi tadi. Konsep spesies
model, terbagi menjadi 2 kelompok utama :

Konsep spesies model yang lebih mengutamakan proses (proses bagaimana mereka
bervariasi).

Konsep spesies model yang lebih mengutamakan pola dari hasil proses tersebut (pola dari
variasi yang ditimbulkan proses tersebut)

Setidaknya terdapat 14 konsep awal spesies. Namun hanya 2 yang difokuskan yaitu:
Konsep awal spesies tipologi yang didasari filsafat esensial 

Konsep spesies nominalistik yang didasari filsafat nominalisme. 

Tipologinya yakni, spesies adalah kelompok makhluk atau organisme yang mengikuti
rancangan morfologi yang sama serta spesies itu bersifat statis, tidak bervariasi dan tidak
berubah. Ada kelemahan yang ditimbulkan (masalah) dari konsep inih, misal vermes (cacing-
cacingan) hanya dideskripsikan secara morfologi saja, dengan bentuk seperti ular, jalannya
melata dan meliuk-liuk. Konsep tersebut membingungkan. Sehingga konsep ini memiliki 4
postulat:

1. Individu yang sama mempunyai morfologi yang sama

2. Antar spesies dipisahkan oleh perbedaan yang tajam, sehingga membentuk suatu
diskontinuitas.

3. Keadaan seperti inih berlangsung konstan sepanjang waktu.

4. Terdapat batas yang tegas pada variasi.

Secara Nominalistik, apakah spesies itu benar-benar nyata baik dalam fungsinya maupun
dalam pemahaman orang. Nyata ituh dibagi menjadi 3 yaitu kenyataan mental, kenyataan
hayati dan kenyataan evolusioner.

Spesies juga merupakan abstraksi manusia untuk mudah mengacu pada sekelompok individu.
Spesies adalah sesuatu yang nominal. Dalam nominal timbul teori-teori baru yakni teori
evolusi dan pewarisan sifat. Hal ini mengubah konsep spesies. Darwin menyatakan bahwa
variasi adalah salah satu faktor pendorong evolusi. Sedangkan Lammarck menyatakan
terjadinyah evolusi karena use and disuse.

Teori spesies biologi dipelopori oleh Dobzhansky, Huxley dan Meyr yang merupakan ahli
zoologi. Meyr mengatakan bahwa spesies adalah kelompok interbreeding sehingga bisa
melakukan perkawinan secara alami dan hasilnya tetap fertil dan secara reproduktif terpisah
dengan spesies lain. Teori ini paling banyak mendapat tanggapan positif dari pakar biologi.
Dengan timbulnya konsep spesies biologi mendorong orang untuk belajar mengenai kriteria
reproduksi. Beberapa kesulitan disebabkan isolasi reproduktif. Isolasi reproduktif
memerlukan kriteria tipologi. Isolasi reproduktif berkembang lambat laun. Isolasi reproduktif
tidak berlaku pada reproduksi aseksual. Perbedaan genetik tidak selalu menunjukkan adanyah
Isolasi reproduktif. Konsep spesies biologi tidak berlaku pada spesies paleontologi.
Konsep spesies filoogenetik. Konsep ini didasarkan pada hubungan nenek moyang,
mempunyai kekuatan dalam menunjukkan secara jelas dimensi evolusi, dapat
menggambarkan filogeni. Kelemahan konsep spesies ini adalah tidak semua jenis dapat kita
ungkap garis keturunannya dengan jelas, hanya berdasarkan asumsi-assumsi. Tidak memiliki
hubungan dengan genetika populasi. Konsep spesies filogenetik menyebabkan kita
mengetahui spesies dalam jumlah yang banyak, dibanding dengan konsep spesies biologi. Di
dalam prakteknya konsep yang beda akan memberikan hasil yang beda.
Konsep spesies fenetik mendasarkan pada kesamaan semua sifat yang dibobot atau dinilai
sama. Taksonomi numerik, digunakan untuk menganalisis konsep spesies fenetik. Perbedaan
dalam penggunaan konsep tidak jadi masalah besar bagi orang-orang yang faham taksonomi,
kecuali jika hal tersebut ituh dijadikan dalam sebuah kasus yang kontroversial. Banyak sistem
klasifikasi yang betul-betul perfect/konsisten dalam memahami klasifikasi.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:

a.  Konsep spesies biologis

Konsep spesies biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampuan untuk saling mengawini satu sama
lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri
reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya
manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun
hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini,
( Campbell,dkk , 2003 : 45 )

b.     Konsep spesies morfologis

Konsep spesies morfologis didasarkan pada pengamatan struktur yang ada dalam tubuh yang
memungkinkan perbandingan antara berbagai jenis organisasi struktural organisme, yaitu
anatomi perbandingan. Konsep ini menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar
spesies yang sebagian besar telah dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan
kriteria morfologi. ( Campbell,dkk , 2003 : 45 )

c.      Konsep spesies pengenalan

Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah tetap dalam
suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap
dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya
pada spesies yang bereproduksi secara seksual. ( Campbell,dkk , 2003 : 45 )

d.      Konsep spesies kohesi

Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya sebagai
bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar reproduktif
seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang
menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan
silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini menekankan pada
adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen
diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.

( Campbell,dkk , 2003 : 45 )

e.       Konsep spesies ekologi

Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan apa
yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis
didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam
lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan
dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis
lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan
fisik yang khas). ( Campbell,dkk , 2003 : 45 )

f.       Kosep spesies evolusioner

Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi tetua
dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing spesies
evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu
melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh
sekumpulan tekanan selektif yang unik.

Tabel 7.1. Perbandingan Enam Konsep Spesies :

Konsep spesies Keterangan

Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan anggota


biologis suatu spesies untuk saling mengawini satu sama lain, tetapi
tidak dengan anggota spesies yang lain

Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar


morfologis spesies. Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh para
ahli taksonomi telah dikelompokkan menjadi spesies terpisah
berdasarkan kriteria morfologi

Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah mantap


pengenalan dalam suatu populasi karena individu ”mengenali” ciri-ciri
tertentu dari pasangan kawin yang sesuai

Konsep spesies Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan


kohesi spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan oleh
kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan adaptasinya

Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan


ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis

Adapun spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula berlangsung lama
hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu
spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah
dan masing-masing mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam
jangka waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang
menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika. ( Waluyo, 2005 )

Model spesiasi dalam tingkat populasi yaitu : Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation),
Spesiasi parapatrik/ Semi geografik dan Spesiasi Simpatrik ( Widodo, 2003:55 )

B. PENGARUH UTAMA DALAM SPESIASI

Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi
reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat
berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.

a. Peran Isolasi Geografi

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi
di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses
geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang
hanya dapat menempati dataran rendah; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk
beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi
penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya
dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua
populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan
caranya masing-masing
Gambar 7.1. Isolasi geografi

b. Peran Isolasi Reproduksi

Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan gene flow
antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua
populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama
sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut
berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.

Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua populasi
menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan keadaan ini belum
sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka
tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan
simpatrik (mempunyai tempat yang sama).

Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan
isolasi sesudah perkawinan.

1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)

Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi


pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Isolasi ini terdiri dari:

Isolasi Ekologi (ecological)

Isolasi Tingkah laku (Behavioral)

Isolasi Sementara (temporal)

Isolasi Mekanik (mechanical)

Isolasi Gametis (gametic)

2) Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)


Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain, maka
barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme
dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:

Kematian zigot (zygotic mortality)

Perusakan hibrid (hybrid breakdown)

Sterilitas hibrid

Model-Model Proses Spesiasi

Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik simpatrik,
spesiasi parapatrik (semigeografi), dan spesiasi simpatrik.

a. Spesiasi Alopatrik (Allopatric Speciation)

Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi. Spesies yang
beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen
antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh
kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan.
Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu,
karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik
tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang
terjadi secara gradual.

Spesiasi alopatrik terjadi ketika kelompok-kelompok dari spesies yang sama secara geografis
terisolasi untuk waktu yang lama. Bayangkan semua cara yang tanaman atau hewan dapat
diisolasi dari satu sama lain:

Munculnya pegunungan.

Pembentukan jurang.

Sungai baru atau sungai.

Berikut adalah contoh dari spesiasi allopatrik:

Darwin mengamati tiga belas spesies kutilang yang berbeda di Kepulauan Galapagos yang
telah berevolusi dari nenek moyang yang sama. Populasi finch yang berbeda hidup di pulau-
pulau yang terpisah dengan lingkungan yang berbeda. Mereka berevolusi untuk beradaptasi
terbaik dengan lingkungan-lingkungan tertentu. Kemudian, ilmuwan mampu menentukan
kutilang telah berevolusi menjadi spesies yang berbeda dengan membawa anggota dari setiap
populasi bersama-sama. Burung-burung yang tidak bisa kawin adalah spesies yang terpisah.

Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan
Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns and Hoekstra
(2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana pada tebing
selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa mil dari daerah itu
pada sisi tebing utara hidup tupai antelope berekor putih harris (Ammospermophillus
leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya. Ternyata di situ semua burung-burung dan organisme lain
dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua
jenis tupai ini.

Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman
yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu
pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku. 

Ketika Grand Canyon di Arizona terbentuk, dua populasi dari satu spesies tupai dipisahkan
oleh canyon raksasa. Setelah ribuan tahun terisolasi dari satu sama lain, populasi tupai di
dinding utara ngarai tampak dan berperilaku secara berbeda dari mereka yang di dinding
selatan (Gambar di bawah). Tupai tepi Utara memiliki ekor putih dan perut hitam. Tupai di
tepi selatan memiliki perut putih dan ekor gelap. Mereka tidak bisa kawin dengan satu sama
lain, sehingga mereka adalah spesies yang berbeda.

Gambar 7.2. Spesiasi alopatrik

b. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik

Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi frekuensi kawin
dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk
tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari
populasi yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus
berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha
itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih berdekatan dengan daerah
asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi
dan dua populasi akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika
kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini
akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah,
namun secara geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.

Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow.
Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin
dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang
berbeda. Artinya bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada
dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh
karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke
seberang cakupan populasi.

Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum odoratum.
Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik dari White. White mengamati
belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam
konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom–mekanisme
isolasi parsial-muncul dalam suatu populasi dan memperluas cakupan/rentangannya
membentuk suatu ever-expanding zona bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang
menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi
tidak dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam populasi yang sangat
terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak dapat diterima secara luas.

c. Spesiasi Simpatrik

Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam
lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa
adanya isolasi geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.
Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.

Spesiasi simpatrik terjadi ketika kelompok-kelompok dari spesies yang sama menghentikan
kawin karena sesuatu selain pemisahan fisik atau geografis. Perilaku dua kelompok yang
hidup di daerah yang sama adalah contoh dari pemisahan tersebut. Pemisahan dapat
disebabkan oleh musim kawin yang berbeda, misalnya. Spesiasi simpatrik lebih sulit untuk
mengidentifikasi.

Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi yang terjadi pada
tumbuhan bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid
dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara
tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu
tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian dinamai
Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies
yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglica yang berasal
dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada
hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.

Gambar 7.3. Model Spesiasi Alopatrik, Paratrik, dan Simpatrik

Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection),


seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang
berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada
serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing homozigot ingin
mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang
mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun
mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat
ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2,
perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat
dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.

Spesiasi jenis ini cukup kontroversial karena spesiasi terjadi pada habitat yg sama. Ernst
Mayr salah satu tokoh evolusi yg terkenal menolak hipotesis jenis ini. namun bukti2 empiris
telah mematahkan skeptis atas model ini. 
Gambar 7.4. Spesiasi simpatrik

Berikut adalah dua contoh dari spesiasi simpatrik:

1. Beberapa ilmuwan menduga bahwa dua kelompok Orcas (paus pembu.nuh) tinggal di
bagian yang sama dari Samudra Pasifik setengah tahun tetapi tidak kawin. Kedua kelompok
berburu mangsa berbeda, makan makanan yang berbeda, menyanyikan lagu-lagu yang
berbeda, dan memiliki interaksi sosial yang berbeda (Gambar di bawah).

2. Dua kelompok spesies finch Pulau Galapagos tinggal di ruang yang sama, tetapi masing-
masing memiliki sinyal kawin sendiri yang berbeda. Anggota masing-masing kelompok
memilih pasangan sesuai dengan struktur paruh yang berbeda dan panggilan burung.
Perbedaan perilaku kelompok terus meneurs yang dipisahkan sampai mereka membentuk
spesies yang berbeda.

C. ASAL – USUL SPESIES SUATU ORGANISM

Kehidupan dimulai sangat dini dalam sejarah Bumi, dan organism pertama itu
merupakan nenek moyang bagi keleidoskop keanekaragaman biologis yang kita lihat saat ini.
Organisme yang paling kita kenal adalah organism makroskopik dan multiseluler-terutama
tumbuhan dan hewan. Namun demikian, pada tiga perempat awal sejarah evolusi, satu-
satunya organism Bumi adalah organism mikrosopik dan uniseluler (berseltunggal).

Bumiter bentuk sekitar 4,5 miliar tahun silam, dan kemungkinan kehidupan baru
dimulai beberapa ratus juta tahun kemudian. Para saintis telah menemukan isotop karbon
yang menunjukkan adanya aktivitas metabolism organism dalam batuan yang berumur 3,8
miliar tahun di Greenland.
Seseorang dapat menebak dari stuktur sel priokariotik yang relative sederhana
(dibandingkan dengan sel eurokariotik) bahwa organisme yang paling awal ada adalah
priokariota, dan catatan fosil yang ada sekarang mendukung dugaan tersebut. Bukti-bukti
kehidupan priokariota (purba) telah ditemukan pada batuan yang disebut stromatolit (Bahasa
Yunani stroma, “tempat tidur” dan lithos “batu”). Stromatolit adalah kubah bergaris-garis
yang tersusun dari batuan sedimen yang sangat mirip dengan kerak berlapis-lapis, yang
sekarang ini terbentuk pada dasar rawa berair asin dan beberapa laguna laut hangat oleh
koloni bakteri dan siano bakteri. Lapisan itu adalah endapan yang menempel kelapisan
seperti jelli yang tersusun dari mikroba dan motil, yang secara terus menerus bermigrasi,
keluar dari satu lapisan sedimen dan kemudian membentuk sebuah lapisan baru lagi di
atasnya, sehingga menghasilkan pola pita berlapis.

Meskipun beberapa stromatolit dapat terbuat dari pengendapan mineral tanpa adanya
kehidupan, fosil yang mirip dengan priokariota berbentuk bola (sferikal) dan berfilamen telah
ditemukan pada stomatolit berumur 3,5 miliar tahun di Afrika bagian Selatan dan Australia
barat. Fosil tersebut saat ini merupakan fosil organism hidup tertua yang diketahui. Namun
demikian fosil yang terdapat di Australia Barat tampak seperti organism fotosintetik, yang
mungkin merupakan organism penghasil oksigen. Jika demikian halnya, maka mungkin
kehidupan telah berkembang jauh sebelum organism ini hidup, kemungkinan sekitar 4,0
miliar tahun silam. (Campbell, dkk, 2003: 92)

Spesiasi, penciptaan spesies baru, bisa terjadi melalui seleksi alam atau seleksi buatan.
Isolasi reproduksi diperlukan untuk spesiasi terjadi

Darimana keragaman kehidupan ini berasal? Jika Anda ke pantai, maka Anda menyadari
bahwa ada tidak hanya satu spesies kehidupan di laut. Berbagai macam kerang yang
membersihkan pantai menunjukkan bahwa ada banyak bentuk kehidupan di laut.
Keanekaragaman kehidupan ini mensyaratkan bahwa banyak spesies baru telah muncul dari
waktu ke waktu. Tapi bagaimana spesies baru terwujud?

Pembentukan spesies baru ini disebut spesiasi. Sebagian besar spesies baru berkembang
secara alami. Tetapi manusia juga secara artifisial diciptakan dari keturunan dan spesies baru
selama ribuan tahun.

Spesies baru berkembang secara alami melalui proses seleksi alam. Karena seleksi alam,
organisme dengan ciri-ciri yang lebih baik memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan
lingkungan mereka akan cenderung untuk bertahan hidup dan bereproduksi dalam jumlah
yang lebih besar. Seleksi alam menyebabkan sifat bermanfaat untuk diwariskan menjadi lebih
umum dalam suatu populasi dan sifat-sifat tidak menguntungkan menjadi kurang umum
untuk diwariskan. Misalnya, leher jerapah menguntungkan karena memungkinkan jerapah
untuk mencapai daun tinggi pohon. Seleksi alam menyebabkan sifat menguntungkan ini
menjadi lebih umum daripada leher pendek.

Seperti perubahan baru dalam urutan DNA yang terus-menerus dihasilkan dalam lukang gen
populasi, beberapa dari perubahan ini akan bermanfaat dan menghasilkan sifat-sifat yang
memungkinkan adaptasi dan kelangsungan hidup. Seleksi alam menyebabkan evolusi spesies
sebagai sifat-sifat yang menguntungkan menjadi lebih umum dalam suatu populasi.

ADAPTASI PADA FENOMENA EVOLUSI DALAM ILMU BIOLOGI

Adaptasi adalah setiap sifat yang dikendalikan secara genetis yang membantu suatu individu
atau kelompok spesiesnya untuk dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan
hidupnya. Adaptasi ini umumnya meliputi kombinasi sifat, struktur, fisiologi, tingkah laku,
dan cara hidup. Marilah kita bahas beberapa contoh adaptasi dalam kaitannya dengan evolusi.

Fakta-fakta menunjukkan bahwa kemampuan suatu organisme untuk dapat beradaptasi


terhadap lingkungaimya menyebabkan organisme itu dapat mempertahankan din terhadap
seleksi alam. Perubahan sifat dalam evolusi yang tidak sesuai dengan lingkungan dapat
menyebabkan suatu organisme tersisih karena adanya seleksi alam. Sebagai contoh adalah
kupu-kupu Biston betularia yang terdapat di Inggris.

Sebelum revolusi industri, populasi kupu-kupu yang berwarna cerah jauh lebih banyak
daripada populasi kupu-kupu yang berwarna gelap. Hal mi disebabkan wama cerah yang
dimiliki oleh kupu-kupu tersebut menjadi lebih adaptif daripada yang berwarna gelap.
Namun, setelah revolusi industri maka lingkungan menjadi gelap oleh jelaga sebingga kupu-
kupu berwama gelap menjadi adaptif terhadap lingkungan, sedangkan frekuensi kupu-kupu
yang berwarna cerah menjadi berkurang karena tidak adaptif lagi. Mengapa demikian?

Apabila sekelompok tumbuhan atau hewan menempati lingkungan yang barn dengan relung
(niche) yang belum dihuni maka akan terjadi perkembangan dalam banyak arah karena setiap
unit yang terisolasi akan terkena tekanan seleksinya sendiri dan timbullah adaptasi yang
herheda-beda. Proses semacam mi disebut radiasi adaptif (adaptive radiation). Radiasi adaptif
mengakibatkan adanya organisme-organisme yang secara sepintas berbeda, tetapi sehenarnya
menunjukkan persamaan. Kecenderungan seperti itu disebut sebagai evolusi divergen.
Contoh kiasik adalah burung finch yang menghuni Kepulauan Galapagos.
Gambar 7.5 Adaptasi Jerapah

Diperkirakan leluhur buning-burung finch berasal dan Amerika Selatan. Dapat diduga
beberapa burung finch terbawa badai dan menyebar ke Kepulauan Galapagos yang belum
dihuni sehingga memiliki banyak sekali relung baru. Hal tersebut inenyebabkan burung finch
menjadi terisolasi pada beberapa pulau dan mengembangkan kebiasaan makan berbeda yang
mengakibatkan keragaman pada bentuk paruh. Semua tampak sama dan menyerupai burung
finch yang ada di Amerika Selatan, tetapi seleksi alam mengubahnya. Misalnya, untuk
keperluan memecah biji, melepaskan kulit kayu, memakan serangga, dan memakan buah.

Dari kedua contoh di atas, kita melihat bahwa penbahan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap organisme yang mendiaminya sehingga organisme tersebut cenderung beradaptasi
terhadap lingkungannya masing-masing. Generasi-generasi yang berhasil beradaptasi secara
terus-menerus dalam jangka waktu lama akan menghasilkan varian-varian barn yang berbeda
dengan nenek moyangnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan suatu
organisme untuk beradaptasi terhadap Iingkunganniiya merupakan salah satu mekanisme
seleksi alam yang mengarah kepada terbentuknya spesies baru, sedangkan variasi-variasi
yang dapat diturunkan merupakan bahan baku dari proses evolusi.

Dengan mengacu kepada pemikiian evolusioner dan alasan-alasan yang telah diuraikan,
dapatlah kita ambil beberapa hal penting dan ciri-ciri proses evolusi sebagai berikut.

Evolusi adalah perubahan di dalam populasi dan bukan perubahan dalam satu atau beberapa
keturunan.

Dalam evolusi terdapat faktor stabilitas yang artinya sebagian dan ciri-cirinya tetap atau tidak
berubah, Peristiwa evolusi memerlukan penyirnpangan genetik sehingga ada perubahan
dalam evolusi. Perubahan evolusi tidak mencakup semua sifat yang ada. Evolusi merupakan
perubahan selektif dengan faktor lingkingan yang rnengarahkan seleksi ini.

Ilmuan mempelajari evolusi dalam dua tingkatan populasi. Evolusi mikro terdiri dari
perubahan genetik kecil yang terjadi dalam beberapa generasi. Evolusi makro adalah pola
perubahan yang lebih luas dalam ribuan generasi sehingga terbentuk spesies baru. Kedua
tingkatan evolusi ini menyebabkan populasi dan spesies berubah seiring waktu.

Perubahan evolusi memiliki dua model. Gradualisme adalah model perubahan yang terjadi
lambat dengan laju yang tetap. Keseimbangan dipercepat (punctuated equilibrium)
merupakan perubahan cepat dalam tempo singkat yang menginterupsi perubahan kecil
yangterjadi dalam waktu yang lama. Evolusi kehidupan di planet ini terjadi baik secara
gradual maupun dipertepat.

Ilmuan mempelajari evolusi dalam dua tingkatan populasi. Evolusi mikro terdiri dari
perubahan genetik kecil yang terjadi dalam beberapa generasi. Evolusi makro adalah pola
perubahan yang lebih luas dalam ribuan generasi sehingga terbentuk spesies baru. Kedua
tingkatan evolusi ini menyebabkan populasi dan spesies berubah seiring waktu.

Perubahan evolusi memiliki dua model. Gradualisme adalah model perubahan yang terjadi
lambat dengan laju yang tetap. Keseimbangan dipertepat (punctuated equilibrium)
merupakan perubahan cepat dalam tempo singkat yang menginterupsi perubahan kecil
yangterjadi dalam waktu yang lama. Evolusi kehidupan di planet ini terjadi baik secara
gradual maupun dipertepat.

Perubahan evolusi mikro menyebabkan alel-alel dalam sebuah populasi menjadi lebih umum
atau lebih sedikit seiring waktu. Empat gaya evolusi mikro adalah seleksi alam, mutasi, aliran
gen dan apungan genetik.

Seleksi alam mengadaptasi mahluk hidup pada lingkungan mereka lewat menyingkirkan
sejumlah sifat sementara mendukung sifat lainnya. Seleksi alam berdasarkan pada empat
prinsip utama:

1. Semua spesies menghasilkan lebih banyak keturunan daripada yang dapat didukung

oleh lingkungan, membatasi sumberdaya.

2. Semua populasi beraneka ragam secara internal; tidak ada dua individual yang

mutlak sama.

3. Lebih banyak individu yang ada daripada yang dapat bertahan hidup. Mereka

berjuang memperebutkan sumberdaya – mereka yang memiliki manfaat yang

diwariskan berhasil bertahan hidup.

4. Individu menurunkan manfaat ini ke keturunannya.


Belalang kerdil adalah contoh yang bagus untuk proses seleksi alam. Belalang ini hidup di
padang rumput yang hijau. Sifat warna atau gen mereka memiliki dua alel: hijau dan hitam.
Karena belalang kerdil dengan alel hijau menyatu dengan lingkungannya dan tersembunyi
dari burung predator, burung lebih sering memakan belalang hitam. Dengan demikian,
belalang hijau bertahan hidup dan menghasilkan banyak keturunan daripada belalang hitam.
Namun hijau tidak selalu menjadi alel terbaik: saat terjadi kebakaran padang rumput,
belalang hitam memiliki keunggulan dan frekuensi alel hitam menjadi lebih umum.

Contoh lain seleksi alam yang lebih sering digunakan adalah ngengat berbintik yang memiliki
alel putih dan hitam. Ngengat berbintik hidup di kulit kayu berwarna putih karena lumut.
Karena ngengat putih lebih menyatu dengan lingkungan, maka ngengat hitam lebih sering
dimakan oleh elang. Ngengat putih memiliki banyak keturunan karena lebih bertahan hidup.
Namun ketika terjadi polusi udara yang membunuh lumut, kulit kayu menjadi berubah hitam.
Kali ini, ngengat putih lebih mudah dilihat oleh elang dan mereka pun dimangsa lebih sering.
Ngengat hitam beruntung dan berkembang biak lebih banyak.

Gambar 7.6. Adaptasi Belalang kerdil

Mutasi adalah kemunculan alel baru secara spontan dan acak (kebetulan) yang
merubah DNA mahluk individual. Sebagai satu-satunya sumber variasi baru, mutasi adalah
gaya evolusi yang kuat. Tanpa mutasi, hanya mungkin menjadikan satu sifat lebih umum atau
lebih sedikit. Mutasi hitam memungkinkan ngengat hitam atau belalang hitam bertahan hidup
dalam lingkungan berbeda setelah mereka kehilangan lumut atau rumput kamuflasenya.
Aliran gen, atau migrasi, terjadi saat dua populasi berbagi alel. Campuran antara orang
Belanda dan orang Jawa setelah orang Belanda bermigrasi ke Jawa adalah sebuah contoh
aliran gen. Populasi campuran yang dihasilkan memiliki kombinasi alel yang baru.

Kadang evolusi terjadi karena peristiwa kebetulan dan tipe perubahan ini disebut apungan
genetik. Bila sebuah letusan gunung berapi kebetulan menghabisi semua orang dengan darah
golongan A, maka alel tipe A akan lenyap dalam populasi tersebut hingga mutasi atau aliran
gen mengembalikannya.

Apungan genetik memiliki dua kasus khusus: efek pendiri dan penyempitan leher botol. Efek
pendiri terjadi ketika sebuah populasi kecil membangun koloni baru dan kawin dengan
sesamanya; alel yang ada dalam jumlah kecil dalam populasi induk meningkat pada populasi
baru. Sindrom Ellis van Creveld yang langka memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi (1
dalam 14) di penduduk Amish di Lancaster County daripada dalam populasi induknya (1
dalam 400) karena efek ini.

Penyempitan leher botol terjadi saat sejumlah besar individu mati dan populasi harus
membangun kembali dirinya dari basis genetik yang jauh lebih kecil dari sebelumnya;
populasi yang baru akan menunjukkan sedikit sekali variasi genetik. Harimau Siberia, yang
jumlahnya menurun karena perburuan, menghadapi kepunahan karena alasan ini.

Kesimpulan Teori Darwin Tentang Seleksi Alam

Di masa Darwin sendiri, ada tujuh teori evolusi yang bersaing: teori Lamarck,
Darwin, Haeckel, Neo-Lamarckian, T.H. Huxley, De Vries dan T.H. Morgan. Teori evolusi
Darwin dicirikan dengan lima premis : kesamaan leluhur, gradualisme, spesiasi populasional,
seleksi alam dan evolusi.

Tabel 7.2 Perbandingan bebera teori evolusi

Teori Kesamaan Gradualisme Spesiasi Seleksi Alam


Leluhur Populasional

Lamarck Tidak Ya Tidak Tidak

Darwin Ya Ya Ya Ya

Haeckel Ya Ya ? Sebagian

Neo- Ya Ya Ya Tidak
Lamarckian

T.H. Huxley Ya Tidak Tidak Tidak

De Vries Ya Tidak Tidak Tidak

T.H. Morgan Ya Tidak Tidak Tidak Penting

Sumber : Mayr, 2001


SOAL-SOAL LATIHAN

1. Jelaskan konsep spesies menurut Campbell (2003) !

2. Sebutkan prinsip utama seleksi alam!

3. Apa yang menyebabkan suatu organisme tersisih karena adanya seleksi alam bila kita
kaitkan dengan evolusi?

4. Apa yang dimaksud dengan spesiasi simpatrik ? Beri contoh!

5. Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model. Sebutkan dan jelaskan secara
ringkas

Anda mungkin juga menyukai