Anda di halaman 1dari 271

TUGAS RESUME EVOLUSI

KONSEP SPECIES DAN MEKANISME


SPECIASI

Oleh

KELAS B PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Nama : Anita I.Sado
Kelas :B
Prodi : Pendidikan Biologi
Mata kuliah : Evolusi
I. KONSEP SPESIES
Konsep spesies menurut Biological spesies concept adalah suatu populasi
atau kelompok populasi alami yang secara seksual memiliki potensi dapat
saling kawin dan menghasilkan keturunann yang dapat hidup fertil,namun
tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain.
Menurut campbell 2003 konsep spesies biologis mendefinisikan suatu
spesies sebagai populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya
memiliki kemampuan untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup fertil jika kawin dengan spesies
lain.
1. Macam Konsep Species
1.1. Morphological Species Concept/ Typological Species Concept
Menurut konsep ini, keragaman yang diobservasi di alam merefleksikan
keberadaan sejumlah tipe yang terbatas. Individu-individu tidak berada
dalam hubungan tertentu antara satu dengan yang lainnya, semata-mata
ekspresi dari tipe yang sama. Konsep ini, yang berdasarkan filosofi dari
Plato, merupakan konsep spesies dari Linnaeus dan pengikutnya. Oleh
karena tradisi filosofi ini, konsep tipe disebut juga sebagai esensialime dan
juga disebut konsep spesies esensialis. Konsep species tipe memiliki
beberapa sinonim seperti clasical species concept, Linnaean species concept,
and morphospecies concept. Berbagai usaha yang semata-mata
mendefinikan spesies secara numerik atau matematik secara logis ekuivalen
dengan konsep ini. Derajat perbedaan morfologi adalah kriteria status
species untuk pengikut konsep spesies tipe.
Konsep ini dipertimbangkan sebagai metode yang paling sesitif dan paling
umum digunakan oleh ahli taksonomi, ahli biologi umum dan sebagainya.
Karena sebagian besar situasi yang melibatkan populasi allopatrik hanya
sedikit atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai kebebasan
reproduktif, hanya perbedaan morfologi yang membantu sebagai wakil
keturunan dari silsilah yang berbeda. Konsep ini juga menjembatani satu
keputusan yang memisahkan suatu keadaan yang melekat pada beberapa
konsep lain antara seksual dan aseksual species, selama ini perbedaan
morfologi bersifat dapat diturunkan dan mewakili terpisahnya garis
keturunan. Pernyataan yang menyatakan bahwa manusia berorientasi
species, sehingga konsep species dengan mudah dinyatakan sebagai satu
konsep yang operasional.
Konsep species tipe (esensialis) diterima oleh ahli taksonomi sampai
periode post-Linnaean. Ada empat postulat yang diterima oleh para
esensialis:
a. Spesies terdiri atas individu-individu yang mirip yang memiliki karakter
inti yang sama
b. Tia-tiap species terpisah antara satu dengan yang lainnya oleh
diskontinuitas yang tajam
c. Tiap species bersifat konstan sepajang waktu
d. Kemungkinan variasi dalam satu species sangat terbatas
Ada tiga batasan konsep sepcies menurut konsep tipe yaitu
a) Berbeda dan monotipe
b) Tidak mengalami mutasi dan terbentuk seperti adanya
c) Melakukan perkainan sesungguhnya
Permasalahan nyata terkait dengan konsep species morfologi adalah
adanya species sibling atau species kriptik atau tersimpannya/ bertahannya
morfologi plesiomorfik. Disini, tidak ada atau sedikit divergensi moefologi
terjadi dan dua atau lebih species berbeda terlihat sangat mirip. Dalam
kasus ini konsep species morfologi akan berakibat pada rendahnya dugaan
keragaman biologis. Masalah potensial lainnya adalah melekatnya
kecenderungan tingkat divergensi morfologi yang berubah-ubah. Dengan
melakukan kriteria tersebut, peneliti akan berasumsi bahwa semua sifat
morfologi, terutama yang secara tradisional dilakukan pada takson,
berevolusi pada laju divergensi yang konstatn. Hal ini asumsi yang tidak
dijustifikasi dan patahkan oleh observasi bahwa bahkan dalam satu
kelompok taksonomi divergensi morfologi sangat biasa.
Konsep species tipe ditolak secara universal karena dua alasan praktis.
Pertama, di alam seringkali ditemukan individu-individu dari species yang
sama sering memperlihatkan variasi yang sangat jelas sebagai hasil
dimorfisme seksual, perbedaan umur, polimorfisme dan bentuk variasi
individu lainnya. Meskipun sering dideskripsikan sebagai species yang
berbeda, namun setelah mereka ditemukan sebagai anggota dari breeding
population yang sama, mereka hanya dikenal sebagai derajat perbedaan
morfologi. Fena yang berbeda yang masuk ke dalam satu populasi tidak
dapat dipertimbangkan sebagai sepcies yang berbeda tidak peduli seberapa
besar perbedaan mereka secara morfologi. Kedua, ada species di alam “
sibling species” yang sangat sulit dibedakan pada semua karakter secara
morfologi merupakan konsep species biologi. Jadi derajat perbedaan tidak
dapat dipertimbangkan sebagai kriteria untuk membuat keputusan didalam
membuat ranking suatu taksa sebagai species.
Ini merupakan konsep non-dimensional yang memperlakukan species
sebagai klas, mendefinisikan mereka berdasarkan kelengkapan morfologi
esensial tertentu. Dengan demikian, konsep ini tidak mengijinkan peneliti
untuk memperlakukan species sebagai bagian dari keseluruhan sejarah yang
membentuk silsilah keturunan. Sebagai individu, definisi setiap species
akan berubah ketika karakter esensial dari satu species pada t1 akan berbeda
dari t2 melalui keturunan. Ketika konsep ini telah membantu sebagai metode
tradisional untuk mengidentifikasi species, konsep ini memeliki cacat yang
fata sebagai satu konsep primer.
1.2. Agamospecies concept (ASC)
Konsep ini memiliki sinonim Microspecies, Paraspecies, Pseudospecies,
Semispecies.
Konsep ini secara khusus merujuk pada taksa yang tidak sesuai dengan
cara repoduksi secara seksual dan biparental, sering species ini dihasilkan
dari hibridisasi antar psecies atau atar genus. Species ini dapat
menghasilkan gamet tetapi seringkali tidak terjadi fertilisasi, kecuali melalui
hibridisasi.Ghiselin merujuk species ini sebagai tumpukan daun yang jatuh
dari pohon dan menumpuk. Agamospecies mungkin bagian dari species
komplek dimana didalamnya ada species yang bereproduksi secara seksual.
Dalam kasus ini, agamospecies mungkin bersifat fakultatif atau obligat
apomiktik. Apomiktik obligat kadang dirujuk sebagai mikrospecies. Pada
kenyataannya kumpulan individu organisme dari species sering polifiletik,
dihasilkan dari beberapa persilangan antara tetua, species biseksual. Taksa
ini sering didiagnosa dengan beberapa ciri yang berhubungan baik oleh
morfologi maupun kromosom. Species ini sering memiliki kisaran geografis
terbatas. Beberapa autor hanya mengenal mereka sebagai species jika
kisaran geografis mereka paling tidak memiliki diameter 20 km.
1.3. Konsep Species Biologi
Sinonim GSC, Isolation Species Concept
Menurut Simpson (1969) konsep ini juga disebut konsep species
genetik. Akan tetapi menurut Mayr dan Ashlock (1991) dan Mayden
(1997) berbeda dengan konsep species genetic. Menurut konsep ini
species merupakan satu populasi inklusif Mendel, hal ini diintegrasikan
oleh ikantan reproduksi seksual dan asal-usul (Dobzhansky, 1970).
Sementara Menurut Mayr (1940) species adalah kelompok populasi alam
yang benar-benar atau memiliki potensi untuk melakukan perkawinan dan
terisolasi secara reproduktif dari kelompok lain. Menurut Mayr dan
Ashlock (1991) Species adalah kelompok populasi alam yang dapat
melakukan perkawinan dan terisolasi secara reproduktif dari kelompok
lain.
Species terdiri atas komunitas reproduktif yang didalamnya ada unit
ekologi dan genetik. Individu-individu dari satu species mencari dan
mengenali satu dengan yang lainnya untuk perkawinan, memelihara
komunikasi antar gen pool dan individu-individu yang menyusunnya
berinteraksi sebagai satu unit dengan species lain yang dengannya mereka
berbagi lingkungannya. Menurut Mayr (1997) setiap species biologi
adalah satu kumpulan genotipe seimbang dan harmonis serta tidak ada
pemisahan interbreeding individu, tidak masalah seberapa berbeda secara
genetik sehingga akan menorong terjadi gangguan kerharmonisan genotip
dengan segera. Sebagai hasil, ada tambahan mekanisme yang sangat
selektif, disebut mekanisme isolasi, yang akan mendorong persilangan
individu species yang sama dan menghambat perkawinan non-conspecific.
Hal ini menyediakan arti sebenarnya dari species. Species adalah alat
untuk mencegah adanya genotipe yang harmonis dan terintegrasi dengan
baik. Inti dan satu-satunya kriteria untuk realitas species adalah ide isolasi
reproduksi dari satu species dengan species lain. Species adalah gen pool
yang terlindung dan dilingdungi oleh alatnya sendiri (mekanisme isolasi)
melawan gen yang berasal dari hanyutan gen dari gen pool yang lain.
BSC secara specific tidak mencakup species uniparental meskipun
mereka ada dan beberapa memiliki keragaman tipe pseudospecies.
Konsep ini juga digambarkan sebagai definisi operasional bahwa taxa dari
kategori species dapat dibatasi dari species yang lain oleh kriteria lain
yang didefinisikan secara operasional, sebagai contoh populasi
interbreeding lawan non-interbreeding.
BSC telah memperoleh kritik yang substansial substansial terkait
dengan: 1) tidak adanya perspektif silsilah keturunan; 2) non-
dimensionalitas; 3) kesalahan kualitas operasional sebagai definisi; 4)
tidak mencakup organisme non-reproduksi seksual; 5) tidak membedakan
penggunaan kriteria isolasi reproduksi; 6) kebingunan antara mekanisme
isolasi dan efek isolasi; 7) ada ketergantungan implisit pada seleksi grup;
8) sifat relasionalnya; 9) nada teologisnya; 10) pekerjaanya sebagai konsep
tipe, tidak berbeda dari konsep morfologi.
Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
a. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang
di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa
juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis
dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah;
suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu
populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau
yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan
lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin
berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-
masing (Widodo, 2003).
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya
isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda seperti
b. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya
dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut
berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada. Mekanisme isolasi
intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan
isolasi sesudah perkawinan.
1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
a) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di
bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur
Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid
yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan
fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005)
b) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating).Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut.Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini
pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola
perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan.
Selain sekuen perilaku yang spesifik yang penuh dengan aksesoris tertentu
agar burung betina mau dikawini
2). Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui.
a) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang
sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi
keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
b) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid
yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika
keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi
tumbuhan yang cacat dan lemah

DAFTAR PUSTAKA
Claridge, M.F., H.A. Dawah, and M.R. Wilson. 1997. Species, The Units of
Biodiversity. CHAPMAN & HALL, London, UK.
Mayr, E., and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Syatematic Zoology. Second
Edition.McGRAW-HILL, INC.
Simpson, G.G. Principles of Animal Taxonomy. Columbia University Press,
New York, London
NAMA : ARLIN NUSI
NIM : 431418065
KELAS : B. PENDIDIKAN BIOLOGI
KONSEP SPESIASI DAN MEKANISME SPESIASI
a) Konsep Spesiasi

Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies


adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”.Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu
kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan
perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan
bervitalitas sama dengan induknya. Namun di sisi lain pertanyaan tentang “apa
itu spesies telah menimbulkan perdebatan berkepanjangan sementara konsep-
konsep spesies baru terus bermunculan. Riyanto dalam Mayden ( 1997) dan
Ariyanti (2003) mengatakan bahwa saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep
untuk mendefenisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami
tentang spesies. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini
dilatarbelakangi oleh dua alasan yang mendasar. Alasan pertama adanya
perbedaan pendapat tentang spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu
spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi,
tetapi juga memikat perhatian dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies adalah hasil proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya.
Diantara sekian banyak konsep tentang spesies, Sterns and Hoekstra (2003)
menyatakan bahwa Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies
biologis yang dapat diterima secara luas. Spesies menurut biological species
conncept (BSC) adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang
secara aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan
menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat menghasilkan
keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik
mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya.
Konsep ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan penggabungan perkawinan akan
memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa
waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan
konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies
ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu gene
pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan dengan
perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spesiasi merupakan proses
pembentukan spesies baru yang disebabkan oleh berbagai faktor dimana
spesies baru yang dibentuk lambat laun sifat atau prilakunya akan berbeda.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
a. Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi
terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan
simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak
dapat saling mengawini.
b. Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan
kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang
dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
c. Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi
organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat
diterapkan pada organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep
ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies
menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu
berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap
utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat
digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi. Konsep spesies
ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan
apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu
spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya
atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua
populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan
dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan
kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
d. Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki
peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu
melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan
selektif). Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies
dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
b) Mekanisme Spesiasi

Widodo dkk (2003) mengemukakan bahwa spesiasi pada tingkat populasi


terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik, spesiasi parapatrik
(semigeografi), spesiasi peripatrik dan spesiasi simpatrik.
a. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah
satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi
habitat akibat perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau
perubahan sosial seperti emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian
mengalami perbedaan genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan
selektif yang berbeda atau secara independen mereka menjalani
pergeseran genetik. Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka
telah berkembamg dan tidak lagi mampu bertukar gen. Pulau genetika,
kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-
sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam beberapa keadaan, termasuk
kepulauan dan perubahan radikal di kalangan tertentu di pulau yang
terkenal, seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir setelah melahirkan
ekspresi modern teori evolusi, setelah diamati oleh Charles Darwin.
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak
dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya
sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik
tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme
isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar
luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah selama
peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah,
Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A. ewingi yang
terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada A. pusilla pada
pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang
banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies
adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu contoh allopatric speciation
lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis) di bagian
barat Amerika Utara. Hubungan kompleks antar ras ular Thamnophis. Di
dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila, aquaticus,
dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies allopatric yang
melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-abu);
tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan
biscutatus jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan
interbreeds dengan anggota kelompok terestrial, yang dengan cara lain
memperluas sympatric dengan kelompok akuatik dan tidak melakukan
interbreed. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies
burung finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.
Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi
ekologi, serta penyebaran kedua dan penguatan. Fenomena penguatan
merupakan satu di antara sedikit mekanisme spesiasi di mana seleksi alam
mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa
burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua.
Spesiasi peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin
secara acak yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik,
populasi baru dapat berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari
populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi induk akan tetapi
masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi
c. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan
penduduk asli. Hal ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi
kecil sering mengalami kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk
memainkan peran penting dalam spesiasi peripatric contoh yang teramati
adalah isolasi reproduksi terjadi pada populasi subjek Drosophila terhadap
penduduk, varian dari nyamuk Culex pipiens yang masuk di London.
Spesiasi parapatric adalah dua zona populasi divergen yang terpisah
tetapi saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi
oleh geografi, sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk
dalam kontak atau saling terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan
dapat mengurangi heterozigot yang mengarah ke seleksi alam untuk
perilaku atau mekanisme yang mencegah perkembangbiakan antara kedua
spesies. Ekologi mengacu pada spesiasi parapatric dan peripatric dalam hal
relung ekologi. Semua berguna untuk spesies baru yang akan sukses.
Contoh yang teramati spesies burung camar disekitar Kutub Utara.
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau
parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi
pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi
dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar
yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder
sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik
untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara
acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis
dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Individu lebih
mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan individu yang
ada dalam cakupan. Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh
karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-macam
tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi. Contoh dari spesiasi
parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum odoratum.
Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik dari White
(1968, 1978 dalam Widodo, 2003:55). White mengamati belalang tanpa
sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam
konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi
kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul dalam suatu populasi dan
memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona
bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat
kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak
dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam populasi
yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak
dapat diterima secara luas.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi
ketergantungan pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama.
Namun, keberadaan spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang
masih diperebutkan. Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi
sympatric dalam kenyataan adalah spesiasi mikro-allopatric atau
heteropatric. Contoh yang diterima secara luas sebagian besar spesiasi
sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur,
yang diperkirakan karena seleksi seksual.
Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme yang
sering dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan
beberapa di sympatry. Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi
dari tanaman induknya, sehingga peningkatan jumlah kromosom tidak
dapat mengakibatkan penghentian lengkap terhadap aliran gen antara
poliploidi baru dengan diploid orang tua mereka (lihat juga spesiasi
hibrida). Poliploidi diamati di banyak spesies kedua tumbuhan dan hewan.
Bahkan, telah diusulkan bahwa semua tanaman yang ada dan sebagian
besar pada hewan, poliploid tersebut telah mengalami suatu kejadian
polyploidization dalam sejarah evolusi mereka. Namun, seringkali oleh
reproduksi partenogenesis sejak hewan poliploid sering steril, contohnya
mamalia poliploid diketahui, dan paling sering mengakibatkan kematian
perinatal.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.
Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali
pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada
tanaman. Jika bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan
dapat memperbesar isolasi reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan
triploid akibat backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi,
karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding diantara
bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi
reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi,
kecuali jika ada perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang
membawa mutasi baru). Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding
tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu
biasa terjadi. Keanekaragaman spesies yang tinggi di dalam kelompok
dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew, 1968 dalam Widodo
dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat dekat pada
umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada lokus
gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen
(gene flow) menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih
lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang
berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin. Contoh simpatrik yaitu
spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang pantai Inggris
selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang
diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika
(Spartina alternaflora). Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19.
Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi
berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya,
berkembang sebagai suatu allopoliploid. Jumlah kromosom konsisten
dengan mekanisme spesiasi ini. Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora,
2n=62, dan untuk spesies baru itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica
telah tersebar dipantai Inggris dan menyumbat muara sebagai gulma.
Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi hewan. Masing-masing
spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu, yang kawin
dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang
menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda akan
memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi
tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih
lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif
dapat menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49)..

DAFTAR PUSTAKA
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti. Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang: Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.
NAMA : ASRIANI A. HABIR
KELAS : B.PEND.BIOLOGI
NIM : 431418044
KONSEP SPECIES DAN MEKANISME SPECIASI
1. KONSEP SPECIES. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini
dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya
perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang merupakan proses
munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik
perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari
berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika,
ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah
laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep
spesies biologi.
2. Mekanisme Spesiasi - Terdapat beberapa penjelasan yang menerangkan
bagaimana isolasi reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
terjadi. Mekanisme spesiasi ini menjelaskan beberapa kasus spesiasi yang
dapat diamati di alam. Terdapat tiga model mekanisme spesiasi, yakni
allopatrik, simpatrik, dan parapatrik.
Nama : Ayun Hamunta
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418031
Tugas : Resume

KONSEP SPECIES DAN MEKANISME SPECIASI


5.1 Konsep Spesies

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies


merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam 
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.

Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua


alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.

Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis


(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:

Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.

Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah


tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh
suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.

Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan


spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.

Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka


hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu
spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi
dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang
tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika
masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya
kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).

Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan


populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok
lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah
dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi
alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi yang
membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan
selektif yang unik.

5.2 Mekanisme Spesiasi


Spesiasi Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua
atau lebihspesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium
maupunalam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari
isolasireproduksi yang diikuti percabangan genealogis. Menurut Campbell
(2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung pada bagimana
alirangen terputus di antara beberapa populasi dengan spesies yang
sudah ada sebelumnya.
1. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya
lain danpatra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi
menjadi sejumlahsubpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya
ketinggian permukaan airdi sebuah danau mungkin turun, menyebabkan
pembentukan dua atau lebih danauukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua
populasi yang terpisah.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu
populasihewan yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi
alopatrik jugadapat terjadi tanpa pembentukan ulang geologis,
misalnya ketika individu-individu mengolonisasi wilayah terpencil dan
keturunan mereka terisolasi daripopulasi induk, contohnya Pecuk tak dapat
terbang mungkin muncul dengan caraini dari spesies yang bisa terbang
dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
2. Spesiasi peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi
peripatrik ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam
suatu lingkungan yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat
mengurangi variasi genetik, hal tersebut karena tidak terjadinya
perkawinan secara acak sehingga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan baik secara genotip maupun femetik. contohnya yaitu pada
burung pekakak surge( Tanysipera sp) yang berasal dari papua
newguineie.
3. Spesiasi parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik.
Dalam spesiasi ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi
asli. Mekanisme spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan
menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi dengan
bagian populasi yang lain. pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier
ekstrinsik spesifik untuk geneflow. populasi berlanjut, namun populasi
tidak kawin secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang
ada didalamnya (tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi
yang berbeda. contohnya pada spesies tanaman rumput jenis
Athoxanthum odoratum.
4. Spesiasi Simpatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi didalam wilayah geografis yang sama
dan spesies baru yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan
relung terhadap populasi induk. Spesiasi ini dikaibatkan karena perbedaan
dari reproduksi isolasi spesies dari satu populasi awal dalam area lokal
yang sama. Spesiasi ini terjadi karena pengarug alirangen. fenomena ini
banyak terjadi mealui poliploidisasi, dimana kelopok akan manghasilkan
dua kali jumlah kromosom normal. Sehingga terbentuk tetraploid yang tak
akan terjadi inbreeding dengan keturunan yang bersifat diploid. Spesiasi
ini lebih banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan pada hewan. contoh
spesiasi simpatrik adalah bunga Oenothera lamarckiana yang merupakan
spesies dengan 14 kromosom, dan pada suatu saat muncul variasi baru
yang bersifat tetraploid degan 28 kromosom. Sehingga kedua bunga
tersebut tidak mampu intuk melakukan interbreeding karena terjadi isolasi
reproduksi. pada contoh serangga seperti Drosophila melanogaster .

DAFTAR PUSTAKA
Hassan, M.S., Ferial, E.W., Soekendarsi, E. 2014. Pengantar Biologi Evolusi.
Jakarta: Erlangga
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
NAMA : DEFRIANTO SADU
KELAS : B.PEND.BIOLOGI
NIM : 431418067

Konsep spesies dan mekanisme spesiasi

A. Konsep Spesies

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies


merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak
yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997)
dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam
memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi
atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk
saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik
mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya.
Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri
reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang
sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini. .
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara
kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme
yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida
yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya
dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang
unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
Tabel 1. Perbandingan Enam Konsep Spesies
Konsep spesies Keterangan
Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan anggota
biologis suatu spesies untuk saling mengawini satu sama lain, tetapi
tidak dengan anggota spesies yang lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar
morfologis spesies. Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh para
ahli taksonomi telah dikelompokkan menjadi spesies terpisah
berdasarkan kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah mantap
pengenalan dalam suatu populasi karena individu ”mengenali” ciri-ciri
tertentu dari pasangan kawin yang sesuai
Konsep spesies Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan spesies,
kohesi dengan masing-masing spesies ditentukan oleh kompleks
gennya yang terpadu dan kumpulan adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan
ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis

Selain itu dalam jurnal evolusi, disebutkan bahwa hanyutan genetic yang
merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Proses ini mencapai puncaknya dengan
menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme
yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies
yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen
yang terjadi secara perlahan ini

Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies


sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat
pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka
waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang
menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang
menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika.
B. Mekanisme Spesiasi
Mekanisme Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada
beberapa pendapat mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan
bahwa proses spesiasi hanya terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi
pada masa kini, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih
berlangsung hingga kini. Untuk memahami proses spesiasi, perlu diingat
bahwa keadaan muka bumi pada masa lampau tidak sama dengan saat ini.
Permukaan bumi yang semula panas menjadi dingin, daratan mulai terbentuk,
dengan demikian terdapatlah habitat baru. Terbentuknya tumbuh-tumbuhan,
hutan, padang rumput secara tidak simultan, dan terjadi di sejumlah tempat
sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang sebelumnya tidak ada.
Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa glasiasi, letusan
gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi mengalami
evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi: evolusi
makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Pada
organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan oleh
keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.
Selain itu telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari
ibu.Untuk inilah telah asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi
banyak dilakukan dengan melakukan analisis DNA mitokondria dengan
pendekatan secara molekuler. Spesiasi membahas tentang transisi
mikroevolusi ke makroevolusi. Proses mikroevolusi yang terjadi pada
populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi gen, pemeliharaan variasi
genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari kelamin, sejarah hidup
dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik. Jembatan antara
mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab terhadap
keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi merupakan
proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui
proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi Kehidupan terjadi
di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala macam perbedaan,
morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi spesies.Mereka
mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana kelompok
harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang berbeda.
Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat overlap.
Model spesiasi pada tingkat populasi
Model-model spesiasi pada tingkat populasi ada dua yaitu sebagai
berikut:
a. Spesiasi Alopatrik
(Allopatric Speciation) Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan
melalui studi variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara
geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara
spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi
oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen)
dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi
mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena
bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam
simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang
sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah
selama peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih
rendah, Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam
A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada
A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya
hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah
pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu
pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda
dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu contoh allopatric
speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis)
di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks antar ras ular
Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan
sbspesies allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka
bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan
hammondii tanpa interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan
interbreed dengan biscutatus jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga
melakukan interbreeds dengan anggota kelompok terestrial, yang dengan
cara lain memperluas sympatric dengan kelompok akuatik dan tidak
melakukan interbreed. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah
pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi
geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan
penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and
Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu
nenek moyang burung yang sama.
b. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan
spontan.Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi,
kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi
pada tanaman. Jika bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid
akan dapat memperbesar isolasi reproduktif dari tetua yang diploid.
Keturunan triploid akibat backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang
tinggi, karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding
diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada
poliploidi. Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi
reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi,
kecuali jika ada perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang
membawa mutasi baru). Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding
tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu
biasa terjadi.Keanekaragaman spesies yang tinggi di dalam kelompok
dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew, 1968 dalam Widodo
dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat dekat pada
umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada lokus
gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen
(gene flow) menjadi semakin efektif. Model-model spesiasi simpatrik
didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti ketika dua
homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang
berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche
polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’
tidak teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai
fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip
yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit.
Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat
mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk
memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan
pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB dan Bb kawin hanya pada
inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya
pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga herbivora yang
merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang,
terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin. Contoh
simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari
sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah
suatu allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima)
dan spesies Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika
terselip di pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris
pada awal abad ke-19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan
spesies lokal, dan akhirnya menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica),
yang secara morfologi berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua
spesies tetuanya, berkembang sebagai suatu allopoliploid.Jumlah
kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini. Untuk S. Maritima,
2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru itu, S.anglica,
2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan
menyumbat muara sebagai gulma.Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam
evolusi hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu
spesies tawon tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara.
Suatu perubahan genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih spesies
pohon ara yang berbeda akan memisahkan individu yang kawin dari
fenotipe yang baru ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan
mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu
polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif dapat
menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49).
c. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen
flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu
alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi
tersebut.Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat
melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena
munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik
terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi
terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai, setelah
spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi
pendiri dibanding populasi induk. d. Dua Pengaruh Utama Spesiasi 1)
Isolasi Geografis Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa
faktor awal yang mempengaruhi spesiasi adalah pemisahan geografi,
karena selama populasi dari spesies yang sama masih berhubungan secara
langsung atau tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak
akan ada pertukaran susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan
berlangsung sendiri-sendiri. Semakin lama kedua populasi tersebut akan
semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya
sendiri.Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi
akan mengalami penyimpangan, sebabnya adalah sebagai berikut: a)
Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen
permulaan yang berbeda. Jadi, jika dua populasi memiliki potensi genetik
yang berbeda sejak awal pemisahannya, sudah barang tentu akan
menempuh jalan yang berbeda. b) Mutasi terjadi secara random.
Pemisahan dalam dua sistem populasi tersebut mungkin disebabkan
adanya mutasi. c) Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka
menempati posisi pemisahan yang berbeda. d) Pergeseran susunan gen
(genetic drift). Ini berpeluang bagi terbentuknya koloni baru. 2) Isolasi
Reproduksi Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar
(ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya,
dalam rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik,
dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua populasi
itu berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya
penghambat (barier) luar yang menjadikan dua sistem populasi menjadi
sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda). Namun keadaan
ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses intrinsik yang
menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat
yang sama).
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Mitchell. 2000. Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga

Rolf. 2003. Evolution an introduction. New York:Oxford Waluyo, L. 2005.


Evolusi Organik. UMM Press.

Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.DirjenDikti. Depdiknas. Sumber: Erik


Perdana Putra &TaufikTaher. Spesiasi. 2011.

Nama : Fadilah Ilham


Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418054
5.1 Konsep Spesies
Ernes Meyr (1942) mengemukakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk saling megawini
(interbreed) di alam dan menghasilkan keturunan yang viabel (mampu bertahan
hidup) dan fertil namun tidak menghasilkan keturunan yang viabel dan fertil
dengan anggota dari kelompok lain semacam itu. Gambar berikut ini menunjukan
konsep spesies biologis.
Dengan demikian, anggota spesies biologis disatukan oleh kompabilitas
reproduktif, setidaknya secara potensial. Semua manusia misalnya, berasal dari
spesies yang sama. Seorang wanita karir di Manhatan mungkin tidak akan pernah
bertemu dengan seorang peternak sapi di Mongolia, namun jika keduanya ternyata
bertemu dan menikah, mereka bisa memiliki keturunan yang viabel dan mampu
berkembang menjadi orang dewasa yang fertil. Sebaliknya, manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies yang biologis yang berbeda walaupun keduanya mungkin
tinggal diwilayah yang sama, karena banyak faktor yang menghalangi mereka
untuk kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil.
Apa yang mempertahankan keutuhan lengkung gen dari suatu spesies,
yang menyebabkan anggota-anggota spesises tersebut lebih mirip satu sama lain
dibandingkan dengan spesises lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus
mempertimbangkan kembali mekanisme evolusioner seperti aliran gen, transfer
alal dalam populasi. Anggota suatu spesies seringkali mirip satu sama lain sebab
populasi mereka terhubung oleh aliran gen. Seperti yang mungkin anda duga,
populasi-populasi yang terletak berdekatanrelatif sering bertukar alel. Namun
bagaimana dengan populasi-populasi yang terpisah jauh? Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa aliran gen tingkat rendah terjadi diantara populasi yang
terpisah sangat jauh sekalipun. Hasil-hasil serupa telah ditemukan pada hewan
lain, juga pada berbagai fungi dan tumbuhan. Hasil-hasil semacam itu
menggambarkan bahwa aliran gen memiliki potensi untuk mempertehankan
keutuha lengkung gen suatu spesies, asalkan tidak dikalahkan oleh efek-efek
seleksi atau hanyutan keduanya dapat menyebabkan populasi memisah atau
berdivergensi).
5.2 Mekanisme Spesiasi
Spesiasi Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua
atau lebihspesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium
maupunalam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari
isolasireproduksi yang diikuti percabangan genealogis. Menurut Campbell
(2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung pada bagimana
alirangen terputus di antara beberapa populasi dengan spesies yang
sudah ada sebelumnya.
1. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya
lain danpatra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi
menjadi sejumlahsubpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya
ketinggian permukaan airdi sebuah danau mungkin turun, menyebabkan
pembentukan dua atau lebih danauukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua
populasi yang terpisah.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu
populasihewan yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi
alopatrik jugadapat terjadi tanpa pembentukan ulang geologis,
misalnya ketika individu-individu mengolonisasi wilayah terpencil dan
keturunan mereka terisolasi daripopulasi induk, contohnya Pecuk tak dapat
terbang mungkin muncul dengan caraini dari spesies yang bisa terbang
dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
2. Spesiasi peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi
peripatrik ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam
suatu lingkungan yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat
mengurangi variasi genetik, hal tersebut karena tidak terjadinya
perkawinan secara acak sehingga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan baik secara genotip maupun femetik. contohnya yaitu pada
burung pekakak surge( Tanysipera sp) yang berasal dari papua
newguineie.
3. Spesiasi parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik.
Dalam spesiasi ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi
asli. Mekanisme spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan
menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi dengan
bagian populasi yang lain. pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier
ekstrinsik spesifik untuk geneflow. populasi berlanjut, namun populasi
tidak kawin secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang
ada didalamnya (tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi
yang berbeda. contohnya pada spesies tanaman rumput jenis
Athoxanthum odoratum.
4. Spesiasi Simpatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi didalam wilayah geografis yang sama
dan spesies baru yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan
relung terhadap populasi induk. Spesiasi ini dikaibatkan karena perbedaan
dari reproduksi isolasi spesies dari satu populasi awal dalam area lokal
yang sama. Spesiasi ini terjadi karena pengarug alirangen. fenomena ini
banyak terjadi mealui poliploidisasi, dimana kelopok akan manghasilkan
dua kali jumlah kromosom normal. Sehingga terbentuk tetraploid yang tak
akan terjadi inbreeding dengan keturunan yang bersifat diploid. Spesiasi
ini lebih banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan pada hewan. contoh
spesiasi simpatrik adalah bunga Oenothera lamarckiana yang merupakan
spesies dengan 14 kromosom, dan pada suatu saat muncul variasi baru
yang bersifat tetraploid degan 28 kromosom. Sehingga kedua bunga
tersebut tidak mampu intuk melakukan interbreeding karena terjadi isolasi
reproduksi. pada contoh serangga seperti Drosophila melanogaster .

DAFTAR PUSTAKA
Hassan, M.S., Ferial, E.W., Soekendarsi, E. 2014. Pengantar Biologi Evolusi.
Jakarta: Erlangga
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
Nama : Greysti Kurniawati Thaib
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418047
5.1 Konsep Spesies
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau “penampakan”.
Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok organisme
yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan secara bebas,
dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Konsep spesies biologis adalah mendefinisikan spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampuan
untuk saling mempengaruhi satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan
yang dapat hidup dan fertil, namun tidak dapat  menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika diikat kawin dengan spesies lain dengan kata lain, suatu
spesies biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian reproduksi paling tidak
memiliki kemampuan untuk bereproduksi (Campbell,2003).
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilator belakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
5.2 Mekanisme Spesiasi
Spesiasi Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua
atau lebihspesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium
maupunalam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari
isolasireproduksi yang diikuti percabangan genealogis. Menurut Campbell
(2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung pada bagimana
alirangen terputus di antara beberapa populasi dengan spesies yang
sudah ada sebelumnya.
3. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya
lain danpatra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi
menjadi sejumlahsubpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya
ketinggian permukaan airdi sebuah danau mungkin turun, menyebabkan
pembentukan dua atau lebih danauukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua
populasi yang terpisah.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu
populasihewan yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi
alopatrik jugadapat terjadi tanpa pembentukan ulang geologis,
misalnya ketika individu-individu mengolonisasi wilayah terpencil dan
keturunan mereka terisolasi daripopulasi induk, contohnya Pecuk tak dapat
terbang mungkin muncul dengan caraini dari spesies yang bisa terbang
dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
4. Spesiasi peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi
peripatrik ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam
suatu lingkungan yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat
mengurangi variasi genetik, hal tersebut karena tidak terjadinya
perkawinan secara acak sehingga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan baik secara genotip maupun femetik. contohnya yaitu pada
burung pekakak surge( Tanysipera sp) yang berasal dari papua
newguineie.
5. Spesiasi parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik.
Dalam spesiasi ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi
asli. Mekanisme spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan
menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi dengan
bagian populasi yang lain. pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier
ekstrinsik spesifik untuk geneflow. populasi berlanjut, namun populasi
tidak kawin secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang
ada didalamnya (tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi
yang berbeda. contohnya pada spesies tanaman rumput jenis
Athoxanthum odoratum.
6. Spesiasi Simpatrik

Yaitu spesiasi yang terjadi didalam wilayah geografis yang sama


dan spesies baru yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan
relung terhadap populasi induk. Spesiasi ini dikaibatkan karena perbedaan
dari reproduksi isolasi spesies dari satu populasi awal dalam area lokal
yang sama. Spesiasi ini terjadi karena pengarug alirangen. fenomena ini
banyak terjadi mealui poliploidisasi, dimana kelopok akan manghasilkan
dua kali jumlah kromosom normal. Sehingga terbentuk tetraploid yang tak
akan terjadi inbreeding dengan keturunan yang bersifat diploid. Spesiasi
ini lebih banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan pada hewan. contoh
spesiasi simpatrik adalah bunga Oenothera lamarckiana yang merupakan
spesies dengan 14 kromosom, dan pada suatu saat muncul variasi baru
yang bersifat tetraploid degan 28 kromosom. Sehingga kedua bunga
tersebut tidak mampu intuk melakukan interbreeding karena terjadi isolasi
reproduksi. pada contoh serangga seperti Drosophila melanogaster .

Daftar Pustaka
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti.Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang:Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.

Nama : I Gede Ngurah Saputra


Nim : 431418072
Kelas : B Pendidikan Biologi
Konsep Spesies dan Mekanisme Spesiasi
1. Konsep Spesies
Menurut Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang
hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas,
dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya.
1.1 Konsep spesies Biologi
Ernes Meyr (1942) mengemukakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk saling
megawini (interbreed) di alam dan menghasilkan keturunan yang viabel
(mampu bertahan hidup) dan fertil namun tidak menghasilkan keturunan yang
viabel dan fertil dengan anggota dari kelompok lain semacam itu. Dengan
demikian, anggota spesies biologis disatukan oleh kompabilitas, reproduktif,
setidaknya secara potensial.
Keterbatasan konsep spesies Biologis
Salah satu kekuatan konsep spesies biologis adalah konsep tersebut
mengarahkan perhatian kita pada bagaimana spesiasi terjadi : melalui evolusi
dari isolasi reproduktif. Akan tetapi, konsep ini dapat diterapkan pada jumlah
spesies yang terbatas. Misalnya, tidak ada cara untuk mengevaluasi isolasi
reproduktif dari fosil. Konsep spesies biologis juga tidak berlaku pada
organisme yang selalu atau nyaris selalu bereproduksi secara aseksual,
mislanya prokariota. Lebih lanjut, dalam konsep spesies biologis, spesies
didefinisikan berdasarkan ketiadaan aliran gen. Akan tetapi, terdapat
banyak pasangan spesies yang berbeda secara morfologis dan ekologis,
namun aliran gen tetap terjadi diantara keduanya.
1.2 Konsep Spesies Morfologis
Mencirikan spesies berdasarkan bentuk tubuh dan sifat struktur
lain.Konsep spesies morfologis memiliki sejumlah keuntungan. Konsep
ini dapat diterapkan pada organisme aseksual dan seksual, dan dapat berguna
bahkan tanpa informasi tentang besarnya aliran gen. Kekurangan dari konsep
spesies ini adalah definisi ini bersandar pada kriteria yang subjektif,
penelitimungkin tidak sepakat.
1.3 Konsep spesies ekologis
Konsep ini memandang spesies berdasarkan relung ekologinya.
Keseluruhan interaksi dari anggota-anggota spesies dengan komponen tak
hidup dari lingkungannya. Misalnya dua spesies amfibi mungkin tampak
mirip, namun berbeda dalam makan dan kemampuan untuk toleransi terhadap
kondisi kering. Tidak seperti konsep spesies biologis, konsep spesies
ekologis dapat mengakomodasi spesies aseksualmaupun seksual. Konsep ini
juga menekankan peran seleksi alam disruptif ketika organisme
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda.
1.4 Konsep Spesies Fologenik
Mendefinisikan spesies sebagai kelompok terkcil dari individu-individu
yang memiliki nenek moyang yang sama, membentuk suatu cabang pada
pohon kehidupan. Para ahli biologi menelusuri sejarah filogenetik sesies
dengan cara membeandingkan karakteristiknya, misalnya morfologi atau
sekuns molekulaer, dengan spesies lain. Analisis semacam itu dapat
membedakan kelompok individu yang cukup berbeda untuk diangap sebagai
spesies terpisah. Tentu saja, kesulitan untuk menerapkan konsep spesies ini
terletak pada penemuan derajat perbedaan yang diperlukan untuk
mengindikasikan spesies yang terpisah.
1.5 Evolutionary Species Concept (ESC)
Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan dengan
kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson, 1962). Satu keturunan
dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang memelihara
identitasnya dari yang lain, dan keturunan yang memiliki kencedungan
dan nasib evolusiny sendiri (Wiley, 1978). Satu kesatuan yang tersusun
dari organisme yang memelihara identitasnya dari kesatuan lain sepanjang
waktu dan ruang, dan yang memiliki nasib evolusi dan kecenderungan
sejarahnya yang bebas (Wiley and Mayden, 1997).
ESC bukan merupakan konsep yang operasional. Akan tetapi, ini
merupakan satu konsep keturunan yang non-relasional. Jadi, kelengkapan dan
pola species dapat diinterpretasikan dengan benar terkait dengan keturunan
unik mereka. Konsep ESC mengakomodasi organisme uniparental, species
yang terbentuk melalui hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak
diperlukan adanya batasan kelengkapan tertentu untuk keberadaan species.
Akhirnya, isolasi reproduktif, dipertimbangkan sebagai turunan
kelengkapan dari status plesiomorfik kompatibilitas reproduksi, jadi
keberhasilan reproduksi benar-benar bersifat segaram.
1.6 Genetic Spesies Concept (GSC)
Konsep ini mirip dengan konsep morfologi kecuali bahwa metode yang
digunakan untuk menentukan species adalah ukuran perbedaan genetic, diduga
untuk merefleksikan isolasi reproduksi dan kebebasan evolusi. Sebagai
konsep fenetik, jarak dan kemiripan genetic digunakan untuk mengidentifikasi
species yang berbeda. Kebebasan genetic diuji menggunakan metode yang
beragamanmulai dari kromatografi, elektroforesis sampai sekuensing.
GSC secara esensi adalah pengganti, konsep operasional yang
dikembangkan dari BSC, Derajat divergensi genetik tertentu diasumsikan
dapat menjamin pengenalan species. Namun, definisi operasional ini tidak
memeiliki petunjuk bagi peneliti ketika berapa besar perbedaan dianggap
cukup untuk digunakan sebagai batasan species? Hal ini sebagian besar
karenadivergensi gen tertentu atau beberapa gen tidak mungkin dapat
digunakan untuk menduga didalam atau antar kelompok taksonomi.
Menggunakan konsep non-evolusi ini, peneliti juga disesatkan untuk percaya
bahwa tidak adanya divergensi pada suatu gen yang semata-mata tersedia
karena teknologi menghilangkan realitasdivergensi yang mungkin ada pada
setiap karakter. Dengan demikian, kenyataan species dengan morfologi yang
divergen dan dapat diturunkan mungkin secara naif dipertanyaakan jika
divegensi pada gen atau protein yang mudah diuji yang diinginkan. Ketika
konsep ini tersedia sebagai konsep tradisional untuk
mengindentifikasi species, hal ini merupakan kesalahan fatal jika ia
merupakan konsep primer. Kekurangan data secara umum, bersamaan
dengan besarnya variasi genetik yang terobservasi diantara sister species,
validitasnya dapat dipertanyakan jika semata-mata mendasarkan pada
divergensi genetik untuk memvalidasi species, dan kurangnya prespektif
filogenetik didalam menginterpretasikan variasi telah menghalangi GSC
sebagai konsep primer.
2. Spesiasi
Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua atau lebih
spesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium
maupun alam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan
dari isolasi reproduksi yang diikuti percabangan genealogis. Menurut
Campbell (2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung
pada bagimana aliran gen terputus di antara beberapa populasi dengan
spesies yang sudah ada sebelumnya
2.1. Spesiasi Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya lain dan
patra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi menjadi
sejumlah subpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya ketinggian
permukaan air di sebuah danau mungkin turun, menyebabkan pembentukan
dua atau lebih danau ukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua populasi yang
terpisah.

Gambar 1. Spesiasi Alopatrik : suatu populasi membentuk spesies baru karena


terisolasi secara geografis dari populasi.
Proses spesiasi Alopatrik
Seberapa hebatkah penghalang geografis sehingga spesiasi alopatrik dapat
terjadi? Jawabannya tergantung pada kemampuan organisme untuk berpindah
tempat. Burung dan singa gunung dapat menyebrangi sungai dan ngarai.
Penghalang semacam itu juga bukan ritangan bagi serbuk sari yang tertiup angin
dari pohon pinus atau biji-bijian tumbuhan berbunga. Sebaliknya, rodensia kecil
mungkin menganggap sungai yang lebar atau ngarai yang dalam sebagai
penghalang yang menyulitkan.
Bagitu pemisahan geografistelah berlangsung. Lengkung gen yang
terpisah dapat berdivergensi melalui berbagai mekanisme. Mutasi yang berbeda
akan muncul, seleksi alam bekerja pada organnisme-organisme yang terpisah, dan
hanyutn genenetik mengubah frekuensi alel. Isolasi reproduktif kemudian dapat
trjadi sebagai produk sampingan dari seleki dan hanyutan genetik yang
menyebabkan populasi berdivergensi secara genetis.
Lengkung gen dari poipulasi-populasi yang sangat terisolasi (misalnya di
pulau terpencil) mengalami aliran gen yang sangta sedikit sehingga sangat
mungkin mengalami spesiasi alopatrik. Misalanya, dalam waktu kurangdari dua
juta tahun, segelintir hewan dan tumbuhan dari daratan utama Amerika selatan
dan Utara yang mengolonisasi galapagos menyebabkan kemunculan semua
spesies baru yang ditemukan dikepulauan tersebut.
Bukti spesiasi Alopatrik
Salah satu bukti spesiasi alopatrik adalah data biogeografis bersamadengan
data genetik menunjukan bahwa dua kelompok katak yang ada disini, subfamili
mantellinae dan Rhacophorinae, mulai berdivergensi sekitar 88 juta tahun yang
lalu, ketika tempat yang kini menjadi pulau Madagaskar mulai memisah dari
massa daratan India. Tampaknya keduanya kedua kelompok katak memiliki nenek
moyang bersama. Hasilnya adalah pembentukan banyak spesies baru pada
masing-masing lokasi.
Nilai penting dari spesiasi alopatrik juga ditunjukan melalui fakta bahwa
wilayah yang sangat terbagi-bagi oleh berbagai penghalang geografis secara khas
memiliki lebih banyak spesies dari pada wilayah dengan sedikit penghalang..
2.2. Spesiasi Perapatrik
Merupakan spesiasi yang terjadi bila populasi-populasi kecil organisme
menjadi terisolasi pada lingkungan baru. Yang membedakan dengan
spesiasi alopatrika adalah populasi yang terisolasi jumlahnya jauh lebih kecil
dibanding populasi parental. Disini the founder effect menyebabkan spesiasi
yang cepat melalui penyimpangan genetik yang cepat dan seleksi pada kolam
gen yang kecil. Efek pendiri bisa terjadi misalnya ketika sedikit anggota
populasi tertiup badai kesebuah pulau baru. Hanyutan genetik saat
peristiwa tersebut kebetulan mengubah frekuensi alel-terjadi dalam kasus
semacam itu karena badai tidak membeda-bedakan saat memindahkan
beberapa individu (besera alel-alel meraka), bukan yang lain dari populasi
sumber.
2.3. Spesiasi parapatrik
Spesiasi ini mirip dengan spesiasi paripatrik yakni jumlah pupulasi yang
masuk ke habitat baru sangat kecil. Namun bedanya adlah tak ada pemisahan
secara fisik antara dua populasi ini. Sebaliknya, spesiasi adalah hasil
dari mekanisme evolusi yang mengurangi aliran gen antara kedua populasi.
Umumnya ini terjadi bila ada perubahan lingkungan secara drastis didalam
haitat spesies parntal. Satu contoh spesiasi ini adalah rumput Anthoxanthum
odoratumsebagai respon terhadap populasi logam di tempat tanaman ini
berada. Disini tanaman ini berevolusi sehingga memiliki resistensi terhadap
tingginya kadar logam dalam tanah. Seleksi menolak saling kawin dengan
populasi parental yang peka terhadap logam menyebabkan perubahan
gradual terhadap waktu pembungaann dari tanaman yang resisten logam,
yang pada akhirnya menghasilkan isolasi reproduksi yang sempurna.
Seleksi menolak hibris antara antara kedua populasi ini dapata menyebabkan
penguatan (reinforcemen), yakni evolusi sifat-sifat yang mempromosikan
perkawinan didalam satu spesies. Sekaligus juga peminadahan karakter, yakni
bila dua spesies semakin lama semakin tampak berbeda. Isolasi geografis di
kepulauan Galapogus menghasioakan beasan spesies baru.
2.4. Spesiasi Simpatrik
Pada spesiasi ini spsies bercabang tanpa isolasi geografis atau perubahan
habitat. Bentuk ini jarang terjadi karena aliran gen dalam jumah kecil pun
cukup mampu untuk menghilangkan perbedaan genetik antar bagian populasi
(Hassan, dkk (2014).
Spesiasi simpatrik terjadi dalam populasi hidup di area geografis yang
sama. Bagaimana penghalang reproduktif terbentuk di antara populasi-
populasi simpatrik padahal anggota-anggotanya tetap saling berhubungan?
Walaupun hubungan semacam itu membuat spesiasi simpatrik lebih jarang
terjadi dibanding spesiasi allopatrik, spesiasi simpatrik dapat terjadi jika aliran
gen berkurang akibat faktor-faktor seperti poliploidi, diferensiasi habitat dan
seleksi seksual.

Gambar 2. Empat mekanisme spesiasi


3. Pengaruh Utama Dalam Spesiasi
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama
hingga berjuta-juta tahun.
3.1. Per
an isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene
flowmasih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat
menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003)
bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi
dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan
gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan
berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab
masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing.
3.2. Per
an Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahangene flowantara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua
populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat
yangberbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami
proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau
gene poolmereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik
(mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu
isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini, isolasi ini terdiri dari :
 Isolasi Ekologi (ecological)
 Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
 Isolasi Sementara (temporal)
 Isolasi Mekanik (mechanical)
 Isolasi Gametis (gametic)
2) Isolasi setelah perkawinan (post – mating isolation/ postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu
untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup
dan fertil. Mekaisme ini dapat terjadi melalui :
 Kematian zigot (zygotic mortality)
 Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
 Sterilitas hibrid

Daftar Rujukan
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Ernes Meyr.1942. BIRDS Collected During The Whitney South Sea Expedition..
The American Museum Of Natural History New York City
Simpson, 1962. Parental Influence Anticipatory Socialization, and Social
Mobility. Vol. 27, No. 4. DOI: 10.2307/2090033. American
Sociological Association.
Wiley.1978. The Evolutionary Species Concept Reconsidered. Volume 27 .
https://doi.org/10.2307/2412809. Systematic Biology
Nama :Iin Nurmaningsih Taliki
Kelas: B/pendidikan biologi
Nim : 431318082
KONSEP SPECIESE DAN MEKANISME SPECIASI
a. Konsep Speciasi

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies


merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam
bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan
anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden
(1997) dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep
untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu
artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda
dalam memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep
ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies
yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka
kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan
untuk menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku
untuk organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
a) Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi
terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan
simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat
saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan
kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang
dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme
dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui
bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan
keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin
dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi
yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran
gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang
melibatkan hibridisasi. Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies
pada tempat dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan
bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh
peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam
lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat
dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-
masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam
air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
d) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan
yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).
Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan
disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
b. Mekanisme Spesiasi
Widodo dkk (2003) mengemukakan bahwa spesiasi pada tingkat populasi
terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik, spesiasi parapatrik
(semigeografi), spesiasi peripatrik dan spesiasi simpatrik.
1. Spesiasi Alopatrik (Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut
Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal
dari satu nenek moyang burung yang sama.
2. Spesiasi Parapatrik / Semi geografik
Spesiasi parapatrik merupakan proses spesiasi yang terjadi di daerah yang
bersebelahan dengan daerah populasi moyangnya. Suatu spesies sering
mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas, sehingga penyebarannya
meliputi lebih dari satu macam habitat dengan kondisi lingkungan yang
berbeda. Karena ada perbedaan habitat maka, setiap populais mengalami
seleksi alam yang berbeda.
Contoh Anthoxanthum odoratum, yang dapat mengalami spesiasi
parapatrik sebagai respon terhadap polusi logam terlokalisasi yang berasal
dari pertambangan.Pada kasus ini, tanaman berevolusi menjadi resistan
terhadap kadar logam yang tinggi dalam tanah. Seleksi keluar terhadap
kawin campur dengan populasi tetua menghasilkan perubahan pada waktu
pembungaan, menyebabkan isolasi reproduksi. Seleksi keluar terhadap
hibrid antar dua populasi dapat menyebabkan “penguatan”, yang
merupakan evolusi sifat yang mempromosikan perkawinan dalam spesies,
serta peralihan karakter, yang terjadi ketika dua spesies menjadi lebih
berbeda pada penampilannya.
3. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi peripatrik merupakan proses spesiasi yang terjadi di daerah
pinggir penyebaran spesies moyangnya. Suatu organisme memiliki kisaran
toleransi tertentu terhadap lingkungannya. Akibatnya beberapa jenis akan
menempati daerah tertentu. Lebih jauh dari daerah pusat penyebaran,
persyaratan hidupnya makin berbeda sehingga diperlukan suatu
keanekaragaman yang khusus untuk dapat hidup dan berkembang biak.
Lebih jauh dari pusat penyebaran suatu jenis, makin berbeda keadaan
lingkungan dan dengan demikian anggota spesies itu pun makin berbeda
dengan yang ada di pusat penyebaran. Di salah satu daerah di pinggir
daerah penyebaran, akan ada perbedaan lingkungan yang menyeleksi
populasi tersebut dengan ketat, sehingga komposisi keanekaragaman
genetiknya akan menjadi sangat lain. Dengan demikian, interaksi antar
populasi tersebut sangat terbatas. Dengan adanya isolasi gradual, maka
selang waktu yang lama, populasi di daerah pinggir akan menjadi spesies
tersendiri. (Syulasmi, 2007)
4. Spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru
muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik
berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model
spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar
model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies
yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina
anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina
alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga
Rhagoletis sp.

DAFTAR PUSTAKA
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti. Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang: Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.

Nama : Intan S. Dai


Nim : 431418049
Kelas : B Pendidikan Biologi
5. Konsep Spesies dan Mekanisme Spesiasi
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam
bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan
anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden
(1997) dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep
untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu
artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda
dalam memahami tentang spesies.
5.1. Konsep Spesies
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep
ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies
yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka
kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan
untuk menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku
untuk organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies. Campbell (2003)
dalam Hadi (2011) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain :
II. Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang
sama. Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis
yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini.
III. Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan
yang telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
IV. Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang
mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung
pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan
dan tautan antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi
organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan
pada organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui
bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan
hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu
spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang
mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen
diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang
melibatkan hibridisasi.
V. Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat
dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari
penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik
yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.
Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan
merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya
ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan
kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
VI. Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan
yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
5.2. Mekanisme Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan
sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah
yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan
kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami
spesiasi. Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika. Adapun
proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-
juta tahun.
5. Peran Isolasi Geografis

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow
masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat
menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa
proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau
lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-
lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi
suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa
danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan
lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan
makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya
masing-masing.
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi
geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan
karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal
yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang
berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini
memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk
koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya
isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
6. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi
tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses
instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool
mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai
tempat yang sama). Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul
yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-meting isolation/prezygotic
barrier.
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari :
a) Isolasi ekologi (ekological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada
perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat
perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada
keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang
terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat
di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan
hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda
dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi.
b) Isolasi Tingkah Laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini
pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing
dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi
penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh
burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang
penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi
perilaku sangat tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh
pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan
untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah :
1. Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar
Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan
disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah
untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah.
2. Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada
proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik
untuk tiap spesies.
3. Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa
feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon
dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu
betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu
jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon mempunyai
pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn
aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
c) Isolasi Sementara (temporal)

Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak
akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan
S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3
spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah
yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari
yang berbeda.
d) Isolasi Mekanik (mechanical)

Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan


menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua
populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang
berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya
menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili
Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan spesies
dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman
sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah
kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang
besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
e) Isolasi Gametis (gametic)

Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi dan


molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya
reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai
pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami
kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang
dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena
selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat
molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic
barrier)

Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies
yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui :
1. Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan
maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus
Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan
kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang
dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan perkembangannya dan akan
mengalami kematian.
2. Perusakan hibrid (hybrid breakdown)

Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,


keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang
fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan
hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang
cacat dan lemah.
3. Sterilitas hibrid

Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat


dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya
sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga
tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain:
mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan
kuda).
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nur Rohman. 2011. Definisi Konsep Spesies dan Spesiasi.
https://www.google.com/amp/s/nurrohmanhadi.wordpress.com/2011/08/2
8/definisi-konsep-spesies-dan-spesiasi/amp/ diakses pada tanggal 13
Oktober 2020.
Hadi, Nur Rohman. 2011. Mekanisme Spesiasi.
https://nurrohmanhadi.wordpress.com/2011/08/28.mekanisme-spesiasi/
diakses pada tanggal 13 Oktober 2020.
Nama : Irhamna Inaku
NIm : 431418080

Kelas : Pendidikan Biologi B

Tugas : Evolusi

5.1 Konsep Species


Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau “penampakan”.
Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok organisme
yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan secara
bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya.
Konsep spesies biologis adalah mendefinisikan spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampuan untuk saling mempengaruhi satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil, namun tidak dapat 
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika diikat kawin dengan
spesies lain dengan kata lain, suatu spesies biologis adalah unit populasi
terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian reproduksi paling tidak memiliki
kemampuan untuk bereproduksi (Campbell,2003).
Diantara sekian banyak konsep tentang spesies, Sterns and Hoekstra (2003)
menyatakan bahwa Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep
spesies biologis yang dapat diterima secara luas. Spesies menurut biological
species concept (BSC) adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami
yang secara aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan
menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat menghasilkan
keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik
mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya.
Konsep ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan penggabungan perkawinan akan
memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa
waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan
konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies
ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu gene
pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan dengan
perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
Tabel. 1 Konsep species dan singkatan yang telah distandarisasi
Morphological (MSC) Genotypic Cluster
Agamospecies (ASC) Definition (GCD)
Biological (BSC) Hennigian (HSC)
Cohesion (CSC) Internodal (ISC)
Cladistic (clsc) Non-dimensional (NDSC)
Composite (cpsc) Phenetic (phsc)
Ecological (ecsc) Phylogenetic (PSC)
Evolutionary Significant Polythetic (ptsc)
Unit (ESU) Recognition (RSC)
Evolutionary (ESC) Reproductive Competition(RCC)
Genealogical Concordance(GCC) Successional (SSC)
Genetic (GSC) Taxonomic (TSC)

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:


a) Konsep spesies Biologis 
b) Konsep spesies pengenalan
c) Konsep spesies kohesi
d) Konsep spesies ekologis
e) Konsep spesies evolusioner
Tabel 2. Perbandingan Enam Konsep Spesies
Konsep spesies Keterangan
Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan
biologis anggota suatu spesies untuk saling mengawini satu
sama lain, tetapi tidak dengan anggota spesies yang
lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur
morfologis antar spesies. Sebagian besar spesies yang
diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah
dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan
kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah
pengenalan mantap dalam suatu populasi karena individu
”mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin
yang sesuai
Konsep spesies Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan
kohesi spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan
oleh kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan
adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi
ekologi dan fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan
evolusioner peranan ekologis

Faktor – Faktor yang mempengaruhi pembentukan spesies (spesieasi)


1. Isolasi geografis
Gambar 1 : Isolasi geografis
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam
proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari
spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung
gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem
dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies.
2. Isolasi Reproduksi dalam (instrinsik)
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat
timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi sebelum perkawinan
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies
atau merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang
berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar
(eksternal barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus
untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat luar
tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi
tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada, mereka
dapat mengalami perubahan pada perbedaan-perbedaan genetik yang
dapat tetap memisahkan mereka.
Gambar 2: Jenis pohon Platanus occidentali
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)

Gambar 3: Isolasi tingkah laku pada hewan


Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship
(percumbuan) dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan
pada perkawinan perkawinan tersebut.
3) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim,
atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur.

Gambar 4: Isolasi sementara


4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies,
maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow.
Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi
antara dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya
perkawinan salah satu pasangannya menderita.

Gambar 5: Isolasi mekanik


5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan
kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti
spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital
organ betina karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas,
dan mengalami kematian sebelum mencapai  atau bertemu sel telur..

Gambar 6: Isolasi gametis persilangan Drosophila virilis dan


Drosophila americana
b. Isolasi setelah perkawinan
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu
untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan
fertil.Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap
stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak
mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian
pada stadia awal perkembangannya.

Gambar 7: Kematian zigot genus Rana


2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn
kawin silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat
bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin
satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan
generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul.

Gambar 8: spesies kapas yang berbeda


3) Sterilitas hybrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan
keturunan yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid
tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan
oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak dapat
menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain:
mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta
dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid
(hibrid antara zebra dan kuda).
Gambar 9: Hibrid antara kuda dan keledai
5.2 Mekanisme Speciasi
Terdapat dua cara umum spesiasi yang didasarkan pada Bagaimana aliran gen
di antara populasi diinterupsi pada cara spesiasi yang disebut dengan alopatrik
com alus” lain” dan Latin Patria “Tanah air”, Shower geografis yang secara
fisik isolasi populasi pada awalnya menghambat aliran gen titik populasi yang
terpisah oleh suatu sawar geografis dikenal sebagai populasi alopatrik dalam
cara spesiasi kedua, yang disebut dengan spesiasi simpatrik atau bersama-sama,
faktor instrinsik seperti perubahan kromosom ( pada tumbuhan) an dan
perkawinan tidak acak ( pada hewan ),  mengubah aliran gen titik populasi
simpatrik akhirnya terisolasi secara genetik meskipun daerah tinggalnya saling
tumpang tindih.
 1).:  Spesiasi Alopatrik
a) Isolasi geografis
Proses proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua
atau lebih populasi yang saling terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa
muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang
hanya dapat menempati dataran rendah ;  suatu glasier yang bergeser
secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi ;  suatu jembatan
darat seperti Genting panama,  bisa membentuk dan memisahkan
kehidupan laut pada kedua Sisinya atau suatu danau besar bisa surut
sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang
sekarang menjadi terisolasi. Jika individu-individu di daerah baru yang
terisolasi secara geografis, populasi yang membentuk koloni itu bisa
menjadi terisolasi dari populasi tertuanya. 
Seberapa  kuat Isolasi geografis yang diperlukan untuk
mempertahankan populasi alopatrik tetap terpisah satu sama lain
tergantung pada kemampuan organisme itu untuk menyebar mobilitas
hewan atau daya penyebaran spora serbuk sari dan biji-bijian tumbuhan.
b) Keadaan yang mendorong terjadinya spesiasi alopatrik 
Apabila suatu populasi menjadi alopatrik kemungkinan terjadinya
spesiasi sangat besar karena kumpulan gen yang terisolasi itu
mengakumulasikan perbedaan genetik yang disebabkan oleh adanya
mikroevolusi.  Akan tetapi koma populasi terisolasi yang berukuran kecil
lebih mungkin untuk mengalami perubahan yang cukup besar untuk
menjadi spesies baru dibandingkan dengan populasi berukuran besar.
Isolasi geografis suatu populasi kecil umumnya terjadi pada daerah
pinggiran tempat hidup populasi tertua titik populasi yang memisahkan
diri itu yang disebut sebagai isolat perifal, adalah  suatu calon yang baik
untuk terjadinya spesiasi karena tiga alasan berikut :
1) Kumpulan gen perifal mungkin berbeda dari kumpulan gen
permulaan populasi tertua. Hidup dengan perbatasan habitat, isolat
perifal mewakili sisi ekstrim setiap genotipe  yang berada di populasi
tersebut. Jika jumlah isolate perifall cukup kecil,  maka akan dapat
terdapat efek pendiri yang menghasilkan suatu kumpulan gen yang
tidak mewakili gen populasi tertuanya.
2) Sampai isolat perifal menjadi populasi yang besar,  hanyutan genetik
akan terus mengubah kumpulan game yang secara acak. Mutasi baru
atau kombinasi alel yang ada saat ini bersifat netral dalam nilai
adaptasinya bisa menjadi tetap dalam populasi semata-mata hanya
karena faktor kebetulan, sehingga menyebabkan perbedaan genotip
dan fenotip dari populasi tertua.
3) Evolusi yang disebabkan karena seleksi alam bisa mengambil arah
yang berbeda dalam isolate Rival dibandingkan dengan di dalam
populasi tertua. Karena isolator perifal menempati daerah
perbatasan, di mana lingkungannya agar berbeda, Maka isolat
perifal  mungkin akan mengalami faktor seleksi yang berbeda dari,
dan umumnya lebih keras dibandingkan dengan faktor seleksi yang
berpengaruh pada populasi tertua.
Faktor-faktor ini bisa menyebabkan isolat perifal mengikuti jalur
evolusioner yang berbeda dari garis evolusioner populasi tertua, selama
kumpulan gen itu masih terisolasi. Hal ini tidak berarti bahwa semua isolat
perifall dapat bertahan cukup lama atau berubah cukup banyak untuk menjadi
spesies baru.
c) Penyebaran radiasi (adaptif) Daerah Kepulauan 
Kepulauan adalah laboratorium hidup untuk mempelajari spesiasi
banyak spesiasi alopatrik telah terjadi di daerah rangkaian kepulauan di
mana organisme yang tersebar secara pasif dari populasi tertuanya telah
membentuk populasi baru yang berkembang dalam isolasi. Banyak
spesies asli di Kepulauan Galapagos diturunkan dari individu yang
memisahkan diri yang akhirnya mengapung terbang atau bahkan ditiup
angin melewati lautan dari daratan Amerika Selatan.

Gambar 11: pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos


Sebagai contoh bayangkan burung finch di Galapagos satu peristiwa
penyebaran saja telah menyebabkan satu pulau yang menjadi tempat
hidup populasi kecil burung finch tertua dan isolator perifal ini akan
membentuk suatu spesies baru. Kemudian beberapa individu dari spesies
pulau ini kemudian mencapai pulau-pulau tetangganya di mana isolasi
geografis memungkinkan terjadinya spesies sekali lagi. Setelah memisah
pada salah satu dari pulau-pulau yang lain suatu spesies baru dapat
kembali menempati pulau tempat asal populasinya awalnya dan hidup
bersama di sana dengan spesies tertuanya atau membentuk spesies lain
yang baru. Penyerbuan Pulau oleh banyak spesies isolat dari pulau-pulau
yang saling berdekatan akhirnya akan menyebabkan beberapa spesies
hidup bersama di masing-masing pulau pulau pulau tersebut cukup jauh
terpisah untuk memungkinkan populasi berkembang dalam isolasi, tetapi
cukup dekat untuk memungkinkan sekali terjadinya penyebaran. Evolusi
banyak spesies yang beradaptasi secara meluas dari tertua yang disebut
dengan penyebaran radiasi adaptif.
2). Spesiasi Simpatrik
 Dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan
hidup populasi tertua isolasi genetik berkembang dalam berbagai cara, 
tanpa isolasi geografis banyak spesies tumbuhan dihasilkan secara tidak
sengaja selama pembelahan sel yang mengakibatkan tambahan jumlah
kromosom yaitu kondisi muatan yang disebut dengan poliploidi.  Suatu
autopoliploidi adalah individu yang memiliki dari 2 kumpulan kromosom
dan semuanya diperoleh dari satu spesies. Sebagai contoh, kegagalan
meiosis selama produksi game dapat melipatgandakan jumlah kromosom
dari jumlah diploid 2n menjadi tetraploid 4n. Kemudian tetraploid dapat
membuahi dirinya sendiri atau kawin dengan tetraploid yang lain. Namun
demikian, muatan itu tidak akan berhasil kawin dengan tumbuhan diploid
dari populasi aslinya keturunannya yang akan menjadi triploid (3n), 
menjadi steril karena kromosomnya yang tidak berpasangan menyebabkan
meiosis yang abnormal. 
 Tipe lain dari spesies poliploid yang jauh lebih umum ditemukan
dibandingkan dengan autopoliploidi disebut dengan alopoliploid yang
merujuk pada kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrida
poliploid.suatu dihasilkan ketika dua spesies yang berbeda saling
mengawini dan menyatukan kromosomnya. Hibrida antarspesies umumnya
mandul karena kumpulan kromosom haploid dari satu spesies tidak dapat
berpasangan selama meiosis dengan kumpulan kromosom haploid dari
spesies yang lain.  Meskipun tidak subur, suatu hibrida mungkin saja lebih
kuat dan sehat dibandingkan dengan induknya dan memperbanyak dirinya
secara aseksual ( yang dapat dilakukan oleh banyak tumbuhan).
Spesiasi simpatrik bisa juga terjadi dalam evolusi hewan, meskipun
mekanisme yang berlaku berbeda dari penggandaan kromosom pada
tumbuhan. Hewan bisa terisolasi secara reproduksi di dalam daerah
geografis suatu populasi tertua jika faktor faktor genetik menyebabkan
mereka menjadi terikat pada sumber daya yang tidak digunakan oleh
populasi tertua.  Pohon ara masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh
suatu spesies tahun tertentu yang kawin dan meletakkan telurnya di dalam
pohon ara suatu perubahan genetik yang menyebabkan tahun untuk
memilih spesies pohon arah yang berbeda akan memisahkan individu yang
kawin dari fenotip yang baru dari populasi tertuanya keadaan ini akan
menghasilkan perubahan evolusioner lebih lanjut. 
Gambar : Spesiasi simpatrik melalui poliploidi pada tumbuhan (a) Autopoliploidi Suatu kesalahan selama
meiosis atau mitosis dalam Galur sel germinal reproduktif menghasilkan gamet yang jumlah kromosomnya
tidak berkurang dari jumlah kromosom dalam sel ketua pembuahan sendiri menghasilkan zigot yang
tetraploid. (b)  Alopolipoidi suatu hibrida yang dihasilkan dari 2 spesies secara normal  karena kromosom
tidak homolog dan tidak dapat berpasangan selama meiosis Namun demikian hibrida itu mampu
bereproduksi secara aseksual.  Dua mekanisme yang berbeda dapat menghasilkan spesies alopoliploid dari
hibrida semacam itu. Pada waktu tertentu selama pembelahan Idon hibrida itu,  suatu kesalahan mitosis
yang mempengaruhi jaringan reproduksi suatu individu bisa melipatgandakan jumlah kromosom. Kemudian
hibrida itu akhirnya mampu membuat gamet karena masing-masing kromosom memiliki pasangan homolog
untuk membentuk sinapsis selama meiosis penyatuan gamet dari hibrida ini bisa menghasilkan suatu spesies
baru tumbuhan yang dapat kawin silang dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tertua. Diagram
ini menggambarkan asal mula spesies alopoliploid yang lebih kompleks namun mungkin lebih umum
ditemukan titik kedua mekanisme itu menghasilkan spesies baru yang memiliki jumlah kromosom yang sama
dengan jumlah total kromosom kedua spesies tetua.. Peristiwa seperti ini selama pembelahan sel
memungkinkan munculnya suatu spesies baru tanpa isolasi geografis dari spesies tertua sama total.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A. Neil. 2003. Biologi Edisi Ke lima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011.Spesiasi. Malang : Pendidikan Biologi
PPS UM.
Nama : Kiki Reski Yanti
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418063

KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI


1. Konsep Spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasaruntuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas
dapat mengadakan perkawinan secara bebas dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. 
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar.Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Alasan kedua adalah
karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya
bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih seba!
ian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yan! dibuat ketika spesies
itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain :
a) Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies seba!ai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi
terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknyamanusia dan
simpanse tetap merupakan spesies biologis yang san!at jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak
dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler
morfologis perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali
pasangan kawinnya. ,Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri
yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap
utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari
penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan
unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam
lingkungan.Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat
dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-
masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya
kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang
khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki
peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan. Setiap peran tertentu
melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan
selektif). Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies
dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
2. Mekanisme Spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses pembentukan jenis baru. Spesiasi terjadi bila
aliran gen antara populasi yang pada mulanya ada secara efektif telah mereda
dan disebabkan oleh mekanisme isolasi (Hale et al., 1995).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell,
2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat
atau lama hingga berjuta-juta tahun :
a. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam
proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama
populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan langsung
maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai
populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat
sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan
suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan
populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; atau
suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih
kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi.
b.Peran Isolasi Reproduksi
Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan
dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua
populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
1). Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies
atau merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies
yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri
dari:
a.Isolasi Ekologi (ecological)
b.Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
c.Isolasi Sementara (temporal)
d.Isolasi Mekanik (mechanical)
e.Isolasi Gametis (gametic)
2). Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi
ovum dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah
zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang
bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
a.Kematian zigot (zygotic mortality)
b.Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
c.Sterilitas hybrid

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. Reece, J.B & Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa : Wasmen. Jakarta : Erlangga.
Mitchell. Dan Farabee. M.J. 2000. Evolution Biologi. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo,. L. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Nama : Moh Aditya Antula
Nim : 431418077
Kelas : B Pendidikan Biologi
1. KONSEP SPESIES
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak
yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997)
dalam  Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam
memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang
sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara
kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme
yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida
yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya
dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang
unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
2. MEKANISME SPESIES
Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, perilaku kromosom selama
meiosis dan fertilisasi bertanggung jawab atas sebagian besar variasi tiap
generasi. Ada tiga mekanisme yang memberi kontribusi pada variasi genetis
yang timbul akibat reproduksi seksual, yaitu:
a) Pemilahan kromosom secara bebas/independent assortment
Pembelahan sel secara meiosis akan menghasilkan sel gamet (jantan dan
betina) yang memiliki kromosom haploid (n). Pada metafase I, pasangan
homolog kromosom, masing-masing terdiri atas satu kromosom maternal
dan satu kromosom paternal, diletakkan pada plat metafase. Karena
masing-masing pasangan kromosom homolog ditempatkan secara
independen terhadap pasangan lainnya dalam metafase I, orientasi ini
sama randomnya dengan pelemparan koin, maka pembelahan meiosis
menghasilkan pemilahan kromosom maternal dan paternal secara
independen ke dalam sel anak.
b) Pindah silang/crossing over
Suatu proses yang dinamakan pindah silang menghasilkan kromosom
individual yang menggabungkan gen-gen yang diwarisi dari kedua
orangtua kita. Bagian ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab
berikutnya.
c) Fertilisasi random;
Sifat random fertilisasi menambah variasi genetis yang ditimbulkan dari
meiosis. Bayangkan sebuah zigot yang dihasilkan dari sebuah perkawinan
antara wanita dan pria. Sel telur manusia, yang mewakili satu dari hampir
8 juta kemungkinan kombinasi kromosom, dibuahi oleh sebuah sel sperma
tunggal yang mewakili satu dari 8 juta kemungkinan yang berbeda. Jadi
tanpa mempertimbangkan pindah silang sekalipun, pasangan orangtua
manapun akan menghasilkan sebuah zigot dengan salah satu dari sekitar
64 triliun (8 juta x 8 juta) kombinasi diploid.Gen-gen yang terangkai pada
satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu dengan lainnya,
sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang disebabkan
karena adanya penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang
kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang
(crossing over Yang dimaksud dengan pindah silang adalah proses
penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan saudara (nonsister
chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang
umum terjadi pada setiap gametogenesis (peristiwa pembentukan gamet)
pada kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia.
Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan
metafaseI), yaitu ketika kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid
Nama: Multia Husa
Kelas B pendidikan Biologi
Konsep Spesies dan mekanisme spesies
1. Konsep spesies
Spesies adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”. Kita belajar untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan dan
hewan – antara anjing dan kucing, misalnya. Dari perbedaan penampakan
luarnya, Linnaeus, pendiri taksonomi modern menjelaskan spesies individual
berdasarkan bentuk fisiknya ; kajian mengenai struktur atau bentuk, yang
disebut morfologi, masih tetap merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk mengelompokkan spesies. Para ahli taksonomi modern juga
mempertimbangkan perbedaan dalam fungsi tubuh, biokimia, perilaku, dan
susunan genetic. Akan tetapi, penggolongan organisme menjadi berbagai
spesies yang berbeda yang didasarkan pada data komparatif hanya merupakan
bagian dari suatu upaya yang luas untuk memahami lebih baik hakekat
spesies, dan faktor faktor yang mempertahankan keunikannya di alam.
Menurut Campbell, dkk (2005) setidaknya ada enam konsep spesies yaitu
konsep spesies biologis, konsep spesies morfologis, konsep spesies
pengenalan, konsep spesies kohesi, konsep spesies ekologis, dan konsep
spesies evolusioner.
a) Konsep spesies biologis

Menekankan isolasi reprodusktif, yaitu kemampuan anggota suatu spesies


untuk saling kawin satu sama lain tetapi tidak dengan anggota spesies
yang lain.
b) Konsep spesies morfologis

Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar spesies.


Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah
dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan kriteria morfologi.
c) Konsep spesies pengenalan
Menekankan adaptasi perkawinan yang telah mantap dalam suatu populasi
karena individu “mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin yang
sesuai.
d) Konsep spesies kohesi

Menekankan kohesii fenotip sebagai dasar penyatuan spesies, dengan


masing masing spesies ditentukan oleh kompleks gennya yang terpadu
dari kumpulan adaptasinya.
e) Konsep spesies ekologis

Menekakan peranan spesies (niche atau relung), posisi dan fungsinya


dalam lingkungan
f) Konsep spesies evolusioner

Menekankan garis keturunan evolusi dan peranan ekologis


Cara Pembentukan Spesies (Spesiasi)
Terdapat dua cara umum spesiasi yang didasarkan pada bagian
mana aliran gen diantara dua populasi diinterupsi. Pada cara spesiasi yang
disebut dengan spesiasi Alopatrik (bahasa yunani, allo, “lain”, dan latin
patria, “tanah air”), sawar geografis yang secara fisik mengisolasi populasi
pada awalnya menghambat aliran gen. populasi yang terpisah oleh sawar
geografis dikenal sebagai populasi alopatrik. Dalam cara spesies yang
kedua, yang disebut dengan spesiasi simpatrik (bahasa yunani, sym,
“bersama”, dan latin patria, “tanah air). Faktor instrinsik, seperti
perubahan kromosom (pada tumbuhan) dan perkawinan tidak acak (pada
hewan), mengubah aliran gen. populas simpatrik akhirnya terisolasi secara
genetic meskipun daerah tinggalnya saling tumpang tindih.
2. Mekanisme spesies
Spesiasi adalah suatu proses terjadinya suatu spesies baru . Dialam , terdapat
4 jenis spesiasi tergantung sejauh mana suatu populasi yang berspesiasi
terisolasi secara geografis dari satu populasi ke populasi yang lain. 4 jenis
sesiasi tersebut yaitu spesiasi alopatrik, spesiasi peripatrik, spesiasi parapatrik
dan spesiasi Simpatrik. Masing-masing mekanisme spesiasi tersebut dapat
dijelaskan sebagi berikut :
a) Spesiasi Allopatrik
Yaitu spesiasi suatu populasi yang diakibatkan karena adanya batas barrier
atau pemisahan suatu wilayah akibat aktivitas bumi, Sehingga perubahan
geografis mengakibatkan terisolasinya suatu kelompok populasi dengan
kelompok lain sehingga membentuk formasi sebuah spesies baru. Selain
itu, dapat memicu suatu populasi menjadi tak dapat melakukan inbreeding
dengan populasi lainnya karena terjadi penyimpangan (divergent) yang
mekanisme isolasi terjadi secara gradular. Contohnya : Burung Finch yang
ada di kepulauan Galapagos dengan burung Finch yang berada di Benua
Amerika bagian selatan, dimana kedua jenis tersebut berbeda fisik namun
sebenarnya merupakan satu keturunan yang sama, perubahan tersebut
diakbatkan karena terdapatnya batas area geografis yaitu lautan. Sehingga
akan mengalam spesiasi atau pembentukan spesies baru yang dipicu
karena kondisi lingkungan yang berbeda akibat adanya batas area geografi
baik yang ada pada kepulauaun Galapagos maupun yang ada di Benua
amerika bagian selatan.
b) Spesiasi Peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi peripatrik
ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam suatu
lingkungan yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat mengurangi
variasi genetik, hal tersebut karena tidak terjadinya perkawinan secara
acakm sehingga akan mengakibatkan terjadinya perubahan baik secara
genotip maupun femetik. Contohnya yaitu pada burung pekakak surga(
Tanysipera sp.) yang berasal dari Papua Newguineie.
c) Spesiasi Parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik. Dalam
spesiasi ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat membentuk
populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi asli.
Mekanisme spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan
menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi dengan
bagian populasi yang lain. Pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier ekstrinsik
spesifik untuk gene flow. Populasi berlanjut, namun populasi tidak kawin
secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang ada
didalamnya(tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi yang
berbeda. Contoh nya pada spesies tanaman rumput jenis Athoxanthum
odoratum.
d) Spesiasi Simpatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi didalam wilayah geografis yang sama dan
spesies baru yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan
relung terhadap populasi induk. Spesiasi ini dikaibatkan karena perbedaan
dari reproduksi isolasi spesies dari satu populasi awal dalam area lokal
yang sama. Spesiasi ini terjadi karena pengarug aliran gen. Fenomena ini
banyak terjadi mealui poliploidisasi, dimana kelopok akan manghasilkan
dua kali jumlah kromosom normal. Sehingga terbentuk tetraploid yang tak
akan terjadi inbreeding dengan keturunan yang bersifat diploid. Spesiasi
ini lebih banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan pada hewan. Contoh
spesiasi simpatrik adalah bunga Oenothera lamarckiana yang merupakan
spesies dengan 14 kromosom, dan pada suatu saat muncul variasi baru
yang bersifat tetraploid degan 28 kromosom. Sehingga kedua bunga
tersebut tidak mampu intuk melakukan interbreeding karena terjadi isolasi
reproduksi. Pada contoh serangga seperti Drosophila melanogaster.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Dieckmann, U., Doebeli M., Metz, J.A.J., and Tautz, D. 2004. Cambridge Studies
inAdaptive Dynamics: Adaptive Speciation. Cambridge Univesity
Press.United Kingdom.pp: 232
Hugget, Richard john. 2004. Fundamental of Biogeography.Routledge Taylor and
Francis Group.New York.pp: 156
Nama : Ni Made Nidianingsih
NIM : 431418064
Kelas : B Pendidikan Biologi
5.1 Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda.Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang
fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spe sies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep
biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan
oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual
maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara
reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut
kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya
dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah
laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah
reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan
potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang
dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi
itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,
tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi
terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke
dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna
sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-
sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau
lebih.
b. Konsepspesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat
mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya
terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk
memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa
lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi
dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru.
Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan,
dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang
sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa
glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi
mengalami evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi:
evolusi makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme.
Pada organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan
oleh keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu
telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah
asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan
melakukan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.
Spesiasi membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses
mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi
gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari
kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.
Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab
terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi
merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi.
Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala
macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi
spesies.Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana
kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang
berbeda.Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat
overlap.
5.2 Mekanisme spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses pembentukan jenis baru. Spesiasi terjadi bila
aliran gen antara populasi yang pada mulanya ada secara efektif telah mereda dan
disebabkan oleh mekanisme isolasi (Hale et al., 1995).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah selama peristiwa
pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode
glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan kean ekaragaman yang besar di
daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular
(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung
finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,
2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat
muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada
tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari
sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies
Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-
19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan
terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai
suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga
spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies
baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi
alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai,
setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri
dibanding populasi induk.

DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher.Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Nama : Niken Pratiwi Yunus
Nim : 431418037
Kelas : B Pendidikan Biologi
A. Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak
yang ferl dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997)
dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam
memahami tentang spesies
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang
sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara
kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme
yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida
yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya
dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
B. Mekanisme Speciasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan
sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah
yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan
kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami
spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat
pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang
sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka
waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang
menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang
menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika.
a). Mekanisme
1 . Proses spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru
muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik
berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model
spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar
model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom.
Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara
tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya
bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid,
spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain
spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda
terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglica yang
berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora.
Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih
lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang
berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam area
geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi suatu spesies
yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu
spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan atau
berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang bersebelahan dengan
daerah dari suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu
spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan.
Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara
gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan
keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi
dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di
atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan
perilaku. Contoh spesiasi alopatrik adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut
Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal
dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di
mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang
berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya.Ternyata di situ semua burung-burung dan
organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi
tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik,
frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu
lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat
membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler
(1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar yang
biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya
sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan
spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang
sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa
ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan.
Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha
untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang
masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini
terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi
akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika
kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda),
maka perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian,
dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya
berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk
gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak,
individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari
pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa
individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan
individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh
terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-
macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.

4. Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari
daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu
organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut
akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya,
maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang
menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang
menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut
dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
b. ) Syarat Terjadinya Spesiasi
1. Adanya perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan
massal di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau
akibat pergesaran benua, dan proses-proses lainnya menyebabkan
perubahan global yang menyebabkan timbulnya kepunahan massal di
muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong
yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi. Apabila tidak
ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu spesies untuk
mengalami proses spesiasi.
2. Adanya relung (niche) yang kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme.
Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal akan
menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan relung-
relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang. Apabila
relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang menempatinya), maka
akan ada banyak organisme yang berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba mengisi relung yang
kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung ditentukan oleh
seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
C. Faktor Utama Spesiasi
DOMESTIKASI
Pengadopsian hewan /tumbuhan dari kehidupan liar ke kehidupan sehari
hari manusia. Dalam arti yang sederhana domestikasi merupakan proses
penjinakan. Yang dilakukn terhadap hewan liar. Perbedaanya, penjinakan
lebih pad individu, sedangkan domestikasi melibatkan populasi, seperti
seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan) serta perubahan perilaku dari
suatu organisme
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies
yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene
flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem
dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003)
bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi
dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat
menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara
perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau besar bisa
surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi
yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan
gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan
berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab
masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing
(Widodo dkk, 2003).
(Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan
mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu
mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh
tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk
terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan
terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang
berbeda.
2. Isolasi Reproduksi
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi
untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu
spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara
genetis, sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika
keduanya bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai,
maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak
ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami
proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau
gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan
simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap
spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini
terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara
spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies
ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan
acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan
oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies
tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati
dan mengawini pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena
pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang
spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu
agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada
produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin
yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan
perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan.
Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada
proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang
spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon
merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon
dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu
betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak
individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon
mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan
adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu
jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya
feromon tersebut.
3) Isolasi Musim
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini
tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim
panas dan S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di
musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketiga spesies
ini berbunga pada hari yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan
menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua
populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang
berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya
menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili
Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan
spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat
pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat
diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang
memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah
yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya
reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat
sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan
mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana
telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang
hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu
untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan
fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang
sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi
keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakan kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid
yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika
keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi
tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang
nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang
steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid
antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid
(hibrid antara zebra dan kuda).

REFERENSI
Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher
Inc.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
Nama : Nirman Gani
Nim : 431418079
Kelas : B Pendidikan Biologi
5.1 Konsep sepsis
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang
fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep
biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan
oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual
maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara
reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut
kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya
dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah
laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah
reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan
potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang
dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi
itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,
tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi
terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke
dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna
sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-
sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau
lebih.
b. Konsep spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat
mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya
terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk
memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa
lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi
dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru.
Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan,
dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang
sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa
glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi
mengalami evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi:
evolusi makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme.
Pada organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan
oleh keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu
telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah
asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan
melakukan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.
Spesiasi membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses
mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi
gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari
kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.
Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab
terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi
merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi.
Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala
macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi
spesies.Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana
kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang
berbeda.Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat
overlap.
5.2 Mekanisme spesiasi
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah selama peristiwa
pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode
glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di
daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular
(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung
finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,
2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat
muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada
tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari
sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies
Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-
19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan
terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai
suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga
spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies
baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi
alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai,
setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri
dibanding populasi induk.

DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Nama : Nur Ain Lahaya
Nim : 431418030
Kelas : B Pendidikan Biologi

5.1 KONSEP SPESIES


Kata Spesies dalam bahasa latin berarti jenis atau penampilan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita membedakan berbagai jenis organisme secara
umum berdasarkan perbedaan tampilan mereka.
De Queroz 1998 mengemukakan dua alasan timbulnya beranekaragam
konsep spesies. Alasan pertama adalah perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Spesiasi memang
merupakan salah satu topik sentral dalam bidang biologi evolusi. Namun
demikian proses ini juga menarik perhatian berbagai disiplin bidang biologi
lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi
reproduksi, dan biologi tingkah laku. Oleh bermacam ahli bidang biologi itu
spesiasi dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga didapatkan
persepsi yang berbeda-beda yang akhirnya melahirkan konsep yang berbeda-
beda pula. Akibat munculnya bermacam konsep spesies ini memang dapat
menimbulkan interpretasi yang salah tentang apa yang dimaksud oleh para ahli
biologi itu ketika mereka berbicara tentang spesies dan spesiasi.
Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi
yang terus berjalan. Konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi
yang masih separo jalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat
ketika spesiesi itu benar-benar sudah sampai pada ujungnya. Konsep yang
dibuat untuk mengelompokkan padi pada tahun 60- an akan berbeda dengan
konsep yang disusun pada masa sekarang.
5.1.1 Konsep spesies Biologi
Ernes Meyr (1963) mengemukakan bahwa spesies adalah suatu
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk
saling megawini (interbreed) di alam dan menghasilkan keturunan yang
viabel (mampu bertahan hidup) dan fertil namun tidak menghasilkan
keturunan yang viabel dan fertil dengan anggota dari kelompok lain
semacam itu.
5.1.2 Konsep Spesies Morfologis
Mencirikan spesies berdasarkan bentuk tubuh dan sifat struktur
lain. Konsep spesies morfologis memiliki sejumlah keuntungan. Konsep
ini dapat diterapkan pada organisme aseksual dan seksual, dan dapat
berguna bahkan tanpa informasi tentang besarnya aliran gen. Kekurangan
dari konsep spesies ini adalah definisi ini bersandar pada kriteria yang
subjektif, peneliti mungkin tidak sepakat ciri truktural mana yang
digunakan untuk membedakan spesies.
5.1.3 Konsep Spesies Ekologis
Konsep ini memandang spesies berdasarkan relung ekologinya.
Keseluruhan interaksi dari anggota-anggota spesies dengan komponen tak
hidup dari lingkungannya. Misalnya dua spesies amfibi mungkin tampak
mirip, namun berbeda dalam makan dan kemampuan untuk toleransi
terhadap kondisi kering. Tidak seperti konsep spesies biologis, konsep
spesies ekologis dapat mengakomodasi spesies aseksualmaupun seksual.
Konsep ini juga menekankan peran seleksi alam disruptif ketika organisme
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda.
5.1.4 Konsep spesies filogenetik
Mendefinisikan spesies sebagai kelompok terkcil dari individu-
individu yang memiliki nenek moyang yang sama, membentuk suatu
cabang pada pohon kehidupan. Para ahli biologi menelusuri sejarah
filogenetik sesies dengan cara membeandingkan karakteristiknya,
misalnya morfologi atau sekuns molekulaer, dengan spesies lain. Analisis
semacam itu dapat membedakan kelompok individu yang cukup berbeda
untuk diangap sebagai spesies terpisah. Tentu saja, kesulitan untuk
menerapkan konsep spesies ini terletak pada penemuan derajat perbedaan
yang diperlukan untuk mengindikasikan spesies yang terpisah.
5.1.4 Evolutionary Species Concept (ESC)
Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan
dengan kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson, 1962). Satu
keturunan dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang
memelihara identitasnya dari yang lain, dan keturunan yang memiliki
kencedungan dan nasib evolusinya sendiri (Wiley, 1978). Satu kesatuan
yang tersusun dari organisme yang memelihara identitasnya dari kesatuan
lain sepanjang waktu dan ruang, dan yang memiliki nasib evolusi dan
kecenderungan sejarahnya yang bebas (Wiley and Mayden, 1997).
Wiley telah mengembangkan konsep ini lebih lanjut dan telah
membuktikan penerapan umum konsep ini pada sistem biologis. Tidak
seperti definisi lain yang telah dijelaskan disini, ESC sebagian besar telah
ditolak sampai baru-baru ini. Beberapa peneliti telah menjelaskan dan
mengembangkan lebih lanjut konsep ini. Mereka beralasan bahwa hanya
konsep inilah yang memiliki kapasitas untuk mengakomodasi semua tipe
keragaman biologi. Berlawanan dengan persepsi dari beberapa peneliti
(Minelli, 1993) ESC tidak mempertimbangkan species sebagai kelas atau
berfokus pada species sebagai kesatuan ekologi. ESC tidak sama dengan
EcSC. Sedangkan Simpson (1961) telah menganjurkan satu konsep
keturunan terhadap spesies dan divergensi ekologi dan evolusi.
5.1.5 Genetic Species Concept (GSC)
Konsep ini mirip dengan konsep morfologi kecuali bahwa metode
yang digunakan untuk menentukan species adalah ukuran perbedaan
genetic, diduga untuk merefleksikan isolasi reproduksi dan kebebasan
evolusi. Sebagai konsep fenetik, jarak dan kemiripan genetic digunakan
untuk mengidentifikasi species yang berbeda.
5.2 MEKANISME SPESIASI
Spesiasi adalah suatu kelompok organisme yang hidup di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas dan dapat menghasilkan keturunan
yang fertile dan bervitalitas sama dengan induknya. Spesiasi merupakan proses
pembentukan spesiasi baru yang berbeda dari spesiasi sebelumnya melalui proses
perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi.
Spesiasi merupakan proses terbentuknya spesies baru dari spesies yang
telah ada sebelumnya. Spesiasi adalah proses kreaktif yang mengarah pada
penciptaan keanekaragaman jenis. Jenis baru yang terbentuk mampu mengadakan
pertukaran gen atau melakukan perkawinan secara alami untuk menghasilkan
keturunan yang fertile.
5.2.1 Spesiasi Allopatrik
Spesiasi Allopatrik merupakan spesiasi melalui isolasi geografik,
misalnya melalui fragmentasi habitat dan migrasi. Seleksi dibawah kondisi
demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada
penampilan dan perilaku organisme, karena seleksi dan hayutan bekerja
secara bebas pada populasi yang terisolasi, pemisahan pada akhirnya akan
menghasilkan organisme yang tidak akan dapat berkawin campur
(Campbell et al,2004). Isolasi geografi populasi di Allopatrik
memungkinkan pergeseran genetic untuk menghasilkan bukti netral.
5.2.2 Spesiasi Simpatrik
Spesiasi simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi
karena tinggal atau terdapat pada daerah yang sama. Perbedaan-perbedaan
yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat membedakan dengan
mudah. Mekanismee yang terjadinya spesiasi simpatrik adalah diawali
dengan adanya suatu populasi. Selanjutnya bagian dari populasi tersebut
mengalami perbedaan genetic. Perubahan genetic tersebut maka terjadilah
isolasi reproduksi. Dalam spesiasi simpatrik, isolasi reproduksi biasanya
disebabkan oleh adaptasi diferensial dari populasi. Spesiasi simpatrik
bergantung pada adaptasi relung ekologi yang berbeda, yang menciptakan
hambatan aliran gen antara populasi dan memungkinkan keturunan
mengalami divergensi (Pitteleoud et al,2017)
5.2.3 Spesiasi Parapatrik
Spesiasi parapatrik adalah kasus spesiasi yang sangat langka yang
terjadi ketika populasi terus di distribusikan dalam area geografis tanpa
hambatan khusus untuk aliran gen. meskipun demikian, populasi tidak
berpasangan secara acak di dalam populasi, tetapi lebih kepada individu
kawin lebih sering dengan tetangga geografis terdekatnya, menghasilkan
aliran gen yang tidak merata. Hasiln spesiasi parapatrik adalah satu atau
lebih sub-populasi yang berbeda yang memiliki tumpang tindih kecil yang
terus menerus dalam rentang biogeografi mereka dan secara genotip.
5.2.4 Spesiasi Peripatrik
Spesiasi peripatrik adalah bentuk spesiasi alopatrik yang terjadi
ketika populasi yang telah menjadi terisolasi memiliki sangat sedikit
individu. Melalui proses ini , penduduk mengalami hambatan genetic.

DAFTAR PUSTAKA
Nunik Sri Ariyanti.2002. Beranekaragam Konsep Spesies: Berbeda-Beda Tetapi
Saling Melengkapi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor.Bogor
Erik Perdana Putra.,Taufik taher.2011.Spesiasi.Makalah Pendidikan.UM.Malang

Nama : Nur Intan Sapii


Nim : (431418053)
Kelas : B Pendidikan Biologi

5. Konsep Spesies dan Mekanisme Spesies


a. Konsep Spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilator belakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Tabel 1. Perbandingan Enam Konsep Spesies
Konsep spesies Keterangan
Konsep spesies biologis Menekankan isolasi reproduktif, yaitu
kemampuan anggota suatu spesies untuk
saling mengawini satu sama lain, tetapi tidak
dengan anggota spesies yang lain
Konsep spesies morfologis Menekankan perbedaan anatomi yang dapat
terukur antar spesies. Sebagian besar spesies
yang diidentifikasi oleh para ahli taksonomi
telah dikelompokkan menjadi spesies
terpisah berdasarkan kriteria morfologi
Konsep spesies pengenalan Menekankan proses adaptasi perkawinan
yang telah mantap dalam suatu populasi
karena individu ”mengenali” ciri-ciri tertentu
dari pasangan kawin yang sesuai
Konsep spesies kohesi Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar
penyatuan spesies, dengan masing-masing
spesies ditentukan oleh kompleks gennya
yang terpadu dan kumpulan adaptasinya.
Konsep spesies ekologi Menekankan peranan spesies (niche/relung),
posisi dan fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies evolusioner Menekankan pada garis keturunan evolusi
dan peranan ekologis
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula
berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama,
populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies
baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
b. Mekanisme Spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses terjadinya suatu spesies baru . Dialam , terdapat 4
jenis spesiasi tergantung sejauh mana suatu populasi yang berspesiasi terisolasi
secara geografis dari satu populasi ke populasi yang lain. 4 jenis sesiasi tersebut
yaitu spesiasi alopatrik, spesiasi peripatrik, spesiasi parapatrik dan spesiasi
Simpatrik. Masing-masing mekanisme spesiasi tersebut dapat dijelaskan sebagi
berikut :
1. Spesiasi allopatrik
Yaitu spesiasi suatu populasi yang diakibatkan karena adanya batas barrier
atau pemisahan suatu wilayah akibat aktivitas bumi, Sehingga perubahan
geografis mengakibatkan terisolasinya suatu kelompok populasi dengan kelompok
lain sehingga membentuk formasi sebuah spesies baru. Selain itu, dapat memicu
suatu populasi menjadi tak dapat melakukan inbreeding dengan populasi lainnya
karena terjadi penyimpangan (divergent) yang mekanisme isolasi terjadi secara
gradular. contohnya : burung finch yang ada di kepulauan galapagos dengan
burung finch yang berada di benua amerika bagian selatan, dimana kedua jenis
tersebut berbeda fisik namun sebenarnya merupakan satu keturunan yang sama,
perubahan tersebut diakbatkan karena terdapatnya batas area geografis yaitu
lautan. Sehingga akan mengalam spesiasi atau pembentukan spesies baru yang
dipicu karena kondisi lingkungan yang berbeda akibat adanya batas area geografi
baik yang ada pada kepulauaun )alapagos maupun yang ada di benua amerika
bagian selatan.
2. Spesiasi peripatrik
yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi peripatrik
ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam suatu lingkungan
yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat mengurangi variasi genetik,
hal tersebut karena tidak terjadinya perkawinan secara acak sehingga akan
mengakibatkan terjadinya perubahan baik secara genotip maupun femetik.
contohnya yaitu pada burung pekakak surge( Tanysipera sp) yang berasal dari
papua newguineie.
3. Spesiasi parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik. Dalam spesiasi
ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat membentuk populasi kecil yang
dicegah dari gen bertukar dengan populasi asli. Mekanisme spesiasi ini dengan
aliran gen yang sedikit akan menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian
populasi dengan bagian populasi yang lain. pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier
ekstrinsik spesifik untuk geneflow. populasi berlanjut, namun populasi tidak
kawin secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang ada
didalamnya (tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi yang berbeda.
contohnya pada spesies tanaman rumput jenis Athoxanthum odoratum.
4. Spesiasi Simpatrik
yaitu spesiasi yang terjadi didalam wilayah geografis yang sama dan spesies baru
yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan relung terhadap populasi
induk. Spesiasi ini dikaibatkan karena perbedaan dari reproduksi isolasi spesies
dari satu populasi awal dalam area lokal yang sama. Spesiasi ini terjadi karena
pengarug alirangen. fenomena ini banyak terjadi mealui poliploidisasi, dimana
kelopok akan manghasilkan dua kali jumlah kromosom normal. Sehingga
terbentuk tetraploid yang tak akan terjadi inbreeding dengan keturunan yang
bersifat diploid. Spesiasi ini lebih banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan
pada hewan. contoh spesiasi simpatrik adalah bunga Oenothera lamarckiana yang
merupakan spesies dengan 14 kromosom, dan pada suatu saat muncul variasi baru
yang bersifat tetraploid degan 28 kromosom. Sehingga kedua bunga tersebut tidak
mampu intuk melakukan interbreeding karena terjadi isolasi reproduksi. pada
contoh serangga seperti Drosophila melanogaster .

Dafta Pustaka
Campbell, Reece, Mitchell. 2003. Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
Dieckmann, U., Doebeli M., M Metz, J.A.J., and Tautz, D. 2004. Cambridge
Studies inAdaptive Dynasmics: Adaptive Speciation. Cambridge
University Press. United Kingdom.pp:232
Hugget, Richard john. 2004. Fundamental of Biogeography. Routledge Taylor
and Francis Group. New York.pp:156
Nama : Nurain saleh
Kelas/Prodi : B/Pendidikan Biologi
Nim : 431418074
Tugas : Evolusi

5. Konsep Spesies dan Mekanisme Spesiasi


5.1 Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”.
Spesies merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut
Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup
bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan
dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies
antara lain:
a) Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit
populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi.
Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis
yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama
karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan
yang telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu
spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan
kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang
dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang
mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri.
Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar reproduktif
seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen yang membuat
zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang
spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang
bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan
hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan
salah satu spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi
yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit
aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap
kasus yang melibatkan hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari
penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh
peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya
dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak
identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda
jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi,
dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki
peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu
melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan
selektif). Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies
dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang
unik.
5.2 Mekanisme Spesiasi
1 . Proses spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies
baru muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik
berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model
spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar
model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom.
Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara
tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya
bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid,
spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain
spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda
terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglica yang
berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora.
Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih
lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang
berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam area
geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi suatu spesies
yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu
spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan atau
berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang bersebelahan dengan
daerah dari suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu
spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
2. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan.
Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara
gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang
banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies
adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku. Contoh spesiasi alopatrik adalah
pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns and Hoekstra
(2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang
sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di
mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang
berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya.Ternyata di situ semua burung-burung dan
organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi
tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
3. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau
parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi
pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi
dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar
yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder
sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya
variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah
yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu
tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang
berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus
berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan
hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain
yang masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru
ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua
populasi akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan
barunya. Jika kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies
yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid.
Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara
geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik
untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara
acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis
dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya
bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada
dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini,
penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam
populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan
populasi.
4. Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir
dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya.
Suatu organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis
tersebut akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat
penyebarannya, maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan
demikian spesies yang menempati daerah tersebut akan semakin berbeda
dengan spesies yang menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara
populasi tersebut dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. 2003. Biologi Edisi Keloma Jilid
2. Jakarta: Erlangga

Stearns, S.C & Hoekstra, R.F 2003. Evolution an Introduction. New York :
Oxford University Press.

Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher
Inc.

Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. UMM Press. Malang

Widodo, dkk. 2003. Evolusi (Program Semi Que-IV) Direktorat Pendidikan


Tinggi. Proyek PeningkatanManajemen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional : Jakarta
Nama : Rahmatia Karuana
NIM : 431418009
Kelas : B Pendidikan Biologi
Tugas : Evolusi (Resume 5)

Konsep Spesiasi dan Mekanisme Spesiasi


A. Konsep Spesiasi
Ernes Meyr (1942) mengemukakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk saling megawini
(interbreed) di alam dan menghasilkan keturunan yang viabel (mampu bertahan
hidup) dan fertil namun tidak menghasilkan keturunan yang viabel dan fertile
dengan anggota dari kelompok lain semacam itu.

1. Konsep spesies Biologis 

Konsep spesiasi Biologis Merupakan unit populasi terbesar dimana


pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari
populasi lain dan semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan
simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat
saling mengawini.

Keragaman dalam suatu spesies.


Meskipun penampilan kita tampak
berbeda-beda, semua manusia
tergolong kedalam suatu spesies
biologis (Homo sapiens), yang
didefinisikan menurut kapasitas kita
untuk saling mengawini.
2. Konsep Spesies Morfologis
Konsep ini Mencirikan spesies berdasarkan bentuk tubuh dan sifat struktur
lain. Konsep spesies morfologis memiliki sejumlah keuntungan. Konsep
ini dapat diterapkan pada organisme aseksual dan seksual, dan dapat
berguna bahkan tanpa informasi tentang besarnya aliran gen.
3. Konsep Spesies Ekologis
Konsep ini memandang spesies berdasarkan relung ekologinya.
Keseluruhan interaksi dari anggota-anggota spesies dengan komponen tak
hidup dari lingkungannya. Misalnya dua spesies amfibi mungkin tampak
mirip, namun berbeda dalam makan dan kemampuan untuk toleransi
terhadap kondisi kering. Tidak seperti konsep spesies biologis, konsep
spesies ekologis dapat mengakomodasi spesies aseksual maupun seksual.
Konsep ini juga menekankan peran seleksi alam disruptif ketika organisme
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda.
4. Konsep spesies filogenetik
Mendefinisikan spesies sebagai kelompok terkecil dari individu-individu
yang memiliki nenek moyang yang sama, membentuk suatu cabang pada
pohon kehidupan. Para ahli biologi menelusuri sejarah filogenetik sesies
dengan cara membeandingkan karakteristiknya, misalnya morfologi atau
sekuns molekulaer, dengan spesies lain. Analisis semacam itu dapat
membedakan kelompok individu yang cukup berbeda untuk diangap
sebagai spesies terpisah. Tentu saja, kesulitan untuk menerapkan konsep
spesies ini terletak pada penemuan derajat perbedaan yang diperlukan
untuk mengindikasikan spesies yang terpisah.
5. Evolutionary Species Concept (ESC)
Konsep ini awalnya diperjuangkan oleh Simpson (1951, 1962) dari
ketidakpuasan umum dengan non-dimensinalitas BSC. Wiley telah
mengembangkan konsep ini lebih lanjut dan telah membuktikan penerapan
umum konsep ini pada sistem biologis. Tidak seperti definisi lain yang
telah dijelaskan disini, ESC sebagian besar telah ditolak sampai baru-baru
ini. Beberapa peneliti telah menjelaskan dan mengembangkan lebih lanjut
konsep ini. Mereka beralasan bahwa hanya konsep inilah yang memiliki
kapasitas untuk mengakomodasi semua tipe keragaman biologi.
Berlawanan dengan persepsi dari beberapa peneliti (Minelli, 1993) ESC
tidak mempertimbangkan species sebagai kelas atau berfokus pada species
sebagai kesatuan ekologi. ESC tidak sama dengan EcSC.
Sedangkan Simpson (1961) telah menganjurkan sau konsep keturunan
terhadap sepcies dan divergensi ekologi dan evolusi. Jadi, logika wajar
dari konsep ESC Simpson dan Wiley agak berbeda. ESC bukan
merupakan konsep yang operasional. Akan tetapi, ini merupakan satu
konsep keturunan yang non-relasional. Jadi, kelengkapan dan pola species
dapat diinterpretasikan dengan benar terkait dengan keturunan unik
mereka. Konsep ESC mengakomodasi organisme uniparental, species
yang terbentuk melalui hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak
diperlukan adanya batasan kelengkapan tertentu untuk keberadaan species.
6. Genetic Species Concept (GSC)
Konsep ini mirip dengan konsep morfologi kecuali bahwa metode yang
digunakan untuk menentukan species adalah ukuran perbedaan genetic,
diduga untuk merefleksikan isolasi reproduksi dan kebebasan evolusi.
Sebagai konsep fenetik, jarak dan kemiripan genetic digunakan untuk
mengidentifikasi species yang berbeda. Kebebasan genetic diuji
menggunakan metode yang beragaman mulai dari kromatografi,
elektroforesis sampai sekuensing.
B. Mekanisme Spesiasi
1. Isolasi geografi
a. Spesiasi simpatrik ialah suatu pembentukkan spesies baru pada daerah
geografi yang sama dengan spesies lain yang sekerabat.
b. Spesiasi tidak simpatrik ialah suatu pembentukkan spesies baru pada
daerah geografi yang berbeda dengan spesies lain yang sekerabat.
Proses ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu spesiasi alopatrik,
parapatrik, dan peripatrik.
2. Isolasi reproduksi Terjadi karena perbedaan dalam keberhasilan
terjadinya pembuahan atau pra kawin dan keberhasilan suatu perkawinan
atau pascakawin.

Referensi
Campbell, N.A, J.B. Reece & L.G. Mitchell. Biology. 5th ed. Adison Wesley
Longman, Inc., California
Suryo. 2001. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
NAMA : RINNA AMELIA POLIHITO
NIM : 431418078
KELAS : B PENDIDIKAN BIOLOGI

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies


merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam 
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.

Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua


alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.

Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis


(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:

Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.

Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah


tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh
suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.

Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan


spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.

Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka


hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu
spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi
dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang
tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika
masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya
kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).

Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan


populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok
lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah
dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi
alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi yang
membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan
selektif yang unik.

Tabel 1. Perbandingan Enam Konsep Spesies

Konsep spesies Keterangan


Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan
biologis anggota suatu spesies untuk saling mengawini satu
sama lain, tetapi tidak dengan anggota spesies yang
lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur
morfologis antar spesies. Sebagian besar spesies yang
diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah
dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan
kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah
pengenalan mantap dalam suatu populasi karena individu
”mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin
yang sesuai
Konsep spesies kohesi Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan
spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan oleh
kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan
adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan
ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis

Mekanisme Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu.Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah.Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu
jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo,
2007).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya
isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga
berjuta-juta tahun.Mekanisme isolasi merupakan proses pembentukan individu
baru dengan batasan-batas tertentu. Faktor-faktor yang menjadi pembatas adalah
habitat yang berbeda, iklim yang berbeda, gunung yang tinggi, pematangan sel
kelamin yang tidak bersama. Mekanisme isolasi dibedakan menjadi tiga.

c.  Mekanisme yang mencegah terbentuknya hibrida.

Penyebab tidak terbentuknya hibrida antara lain tidak dimungkinkannya


adanya pembuahan karena sel sperma tidak dapat mencapai sel telur. Dalam
hal ini harus dilakukan pembuahan dengan inseminasi buatan. Peristiwa ini
dapat Anda temui pada tanaman tembakau. Kegagalan terbentuknya hibrid
juga disebabkan karena embrio yang tidak dapat tumbuh, misalnya pada Rana
pipiens.

Mekanisme yang mencegah terjadinya perkawinan.

Faktor-faktor yang menyebabkan gagal mengadakan perkawinan antara


lain seperti berikut.

a) pada spesies mengakibatkan dua spesies terpisah sehingga tidak dapat


saling melakukan perkawinan Populasi terpisah secara fisik, misalnya
dipisahkan gunung, laut, padang pasir, dan lain-lain. Individu yang
spesiesnya sama apabila terpisah habitatnya dan memiliki lingkungan yang
berbeda maka akan menghalangi terjadinya perkawinan secara alamiah.
b) Mengalami iklim yang berbeda. Apabila pematangan sel kelamin dari dua
individu tidak bersamaan maka hal ini menyebabkan gagal kawin secara
alami. Misalnya pada tumbuhan Pinus radiata yang berbunga setiap bulan
Februari dan Pinus muricata yang berbunga pada bulan April.
c) Perbedaan perilaku.Perbedaan perilaku pada spesies mengakibatkan dua
spesies terpisah sehingga tidak dapat saling melakukan perkawinan.

 Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi


geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.

a) Peran Isolasi Geografi


Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies
yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene
flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem
dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003)
bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi
dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa
membagi suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai
terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang
menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh
geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka
populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo, 2003).
b) Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak
ada. Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.

NAMA : SAID BUTUNGALE


NIM : 431418048
KELAS : B/ PENDIDIKAN BIOLOGI
5.1 Konsep species
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep
biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan
oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual
maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara
reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut
kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya
dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah
laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah
reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan
potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang
dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi
itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,
tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi
terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke
dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna
sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-
sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau
lebih.
5.2 Mekanisme speciasi
Speciasi adalah suatu proses pembentukan jenis baru. Spesiasi terjadi bila
aliran gen antara populasi yang pada mulanya ada secara efektif telah mereda dan
disebabkan oleh mekanisme isolasi (Hale et al., 1995).
5.2.1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah selama peristiwa
pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode
glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan kean ekaragaman yang besar di
daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular
(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung
finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,
2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
5.2.2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat
muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada
tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan ,mating/kawin. Contoh
simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang
pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu allopoliploid
yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika
(Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat kapal dan
tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19.Tumbuhan
pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya menghasilkan
spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan terisolasi
secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai suatu
allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
5.2.3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga
spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies
baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi
alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai,
setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri
dibanding populasi induk.

DAFTAR RUJUKAN
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Waluyo, Lud. 2005. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi serta Implikasi dalam
Pembelajaran. Malang : UMM Pres
Nama : Septia Yusuf
Nim : 431418057
Kelas : B. Pendidikan Biologi

RESUME KONSEP SPESIES DA MEKANISME SPESIASI


5.1 Konsep Spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam 
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.

Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis


(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:


a) Konsep spesies Biologis 
Konsep Spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan
spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi
terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan
simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat
saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan
Konsep Spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan
kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang
dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme
dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui
bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan
keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin
dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi
yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran
gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang
melibatkan hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.
Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan
merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya
ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar
dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas
dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan
yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).
Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan
disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
Tabel 1. Perbandingan Enam Konsep Spesies
Konsep spesies Keterangan
Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan anggota
biologis suatu spesies untuk saling mengawini satu sama lain, tetapi
tidak dengan anggota spesies yang lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar
morfologis spesies. Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh
para ahli taksonomi telah dikelompokkan menjadi spesies
terpisah berdasarkan kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah
pengenalan mantap dalam suatu populasi karena individu ”mengenali”
ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin yang sesuai
Konsep spesies Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan
kohesi spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan oleh
kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan
ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis

5.3. Mekanisme Spesiasi


Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka
evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses
perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan
tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi pada
populasi jenis tertentu.Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung
pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah.Daerah yang luas cenderung
meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis
yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan
menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi
menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo, 2007).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun
proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta
tahun.
1. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies,
maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi
geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan karena
kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang
berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda,
serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang
untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
2. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis).Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik.Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua
populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan
keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik yang
menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene poolmereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
3. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1. Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap
spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini
terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara
spesies pada keadaan yang alami.Contohnya pada pohon jenis Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil.Kedua spesies ini
terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2. Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating).Tingkah laku juga berperan pada perkawinan
acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan
oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut.Contohnya pada hewan jantan spesies
tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati
dan mengawini pasangannya.Kegagalan perkawinan terjadi karena
pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang
spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu
agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada
produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin
yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan
perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok
ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual
dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya.
Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat yang simpatrik
mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan warna
yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk
memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah
(Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah
pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-
suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia
banyak yang spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon
merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan
feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik
pada individu betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau
sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu
betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila
melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku
perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh
individu betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai
wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3. Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini
tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim
panas dan S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di
musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies
ini berbunga pada hari yang berbeda.
4. Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka
diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow(Waluyo, 2005).
Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara
dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah
satu pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada
Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi
terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada
tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki
bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil.Berbeda dengan
tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya
dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5. Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya
reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat
sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan
mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana
telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang
hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga
zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang
baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara
banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa diantaranya
hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika
hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan
generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh, spesies
kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada
saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.

3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata
sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).

REFERENSI
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pudji widodo.2007. Biodiversitas Journal of Biological Diversity. DOI:
10.13057/biodiv/d080116
Waluyo Lud. Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press; 2007.h.
319 dan 330
Widodo, dkk. 2003. Evolusi (Program Semi Que-IV) Direktorat Pendidikan
Tinggi. Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.Jakarta
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. UMM Press. Malang

Nama : Sitria Saripi


Nim : 431418061
Kelas B Pendidikan Biologi
5. Konsep Species dan Mekanisme Speciasi
5.1 Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”.Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan
secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama
dengan induknya. Namun di sisi lain pertanyaan tentang “apa itu spesies telah
menimbulkan perdebatan berkepanjangan sementara konsep-konsep spesies baru
terus bermunculan. Riyanto dalam Mayden ( 1997) dan Ariyanti (2003)
mengatakan bahwa saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefenisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa
para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan yang mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga memikat perhatian
dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies adalah hasil proses evolusi yang terus berjalan. Artinya
bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
              Diantara sekian banyak konsep tentang spesies, Sterns and Hoekstra
(2003) menyatakan bahwa Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep
spesies biologis yang dapat diterima secara luas. Spesies menurut biological
species conncept (BSC) adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang
secara aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding)  dan
menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana terjadi aliran gen.
Ketidakmampuan penggabungan perkawinan akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi
telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang
menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies.
              Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu  gene
pool. Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan dengan
perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
              Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spesiasi merupakan
proses  pembentukan spesies baru yang disebabkan oleh berbagai faktor dimana
spesies baru yang dibentuk lambat laun sifat atau prilakunya akan berbeda.
5.2 Mekanisme Spesiasi
a.   Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah satunya
populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat akibat
perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan sosial seperti
emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan genotipik dan
fenotipik mereka mengalami tekanan selektif yang berbeda atau  secara
independen mereka menjalani pergeseran genetik. Ketika populasi kembali ke
dalam kontak, mereka telah berkembamg dan tidak lagi mampu bertukar gen.
Pulau genetika, kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan
sifat-sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam beberapa keadaan, termasuk
kepulauan dan perubahan radikal di kalangan tertentu di pulau yang terkenal,
seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir setelah melahirkan ekspresi modern
teori evolusi, setelah diamati oleh Charles Darwin.
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik
merupakan mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza
pusilla tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang
sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah selama
peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza
menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A. ewingi yang terisolasi oleh
suatu periode glacial, mungkin telah ada A. pusilla pada pulau itu. Contoh bukti
perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman
yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem
sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen
yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu
contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake)
(Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara. Hubungan kompleks antar ras
ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed. Contoh spesiasi alopatrik
lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi
geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan penguatan. Fenomena
penguatan merupakan satu di antara sedikit mekanisme spesiasi di mana seleksi
alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa
burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
b.  Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang  terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat
mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat
mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik
secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah
dari populasi induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya
evolusi.
c.   Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk asli.
Hal ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi kecil sering
mengalami kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk memainkan peran
penting dalam spesiasi peripatric contoh yang teramati adalah  isolasi reproduksi
terjadi pada populasi subjek Drosophila terhadap penduduk, varian dari
nyamuk Culex pipiens yang masuk di London.
Spesiasi parapatric adalah dua zona populasi divergen yang terpisah tetapi
saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi oleh geografi,
sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk dalam kontak atau
saling terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan dapat mengurangi
heterozigot yang mengarah ke seleksi alam untuk perilaku atau mekanisme yang
mencegah perkembangbiakan antara kedua spesies. Ekologi mengacu pada
spesiasi parapatric dan peripatric dalam hal relung ekologi. Semua berguna untuk
spesies baru yang akan sukses. Contoh yang teramati spesies burung camar
disekitar Kutub Utara.
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik,
frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang
berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada
spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo dkk
(2003) berargumen bahwa zona bastar yang biasanya menandai untuk dapat
terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui
perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik
untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak,
individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada
individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Individu lebih mungkin untuk
kawin dengan tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan. Di
dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di
dalam populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan
populasi. Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput
jenis Anthoxanthum odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model
spesiasi stasipatrik dari White (1968, 1978 dalam Widodo, 2003:55). White
mengamati belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas
berbeda dalam konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu
aberasi kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul dalam suatu populasi dan
memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona bastar.
Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk
mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat meningkatkan frekuensi
kecuali oleh genetic drift di dalam populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi
akhirya model spasipatrik tidak dapat diterima secara luas.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi sympatric
yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan pada
tanaman inang host yang berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan spesiasi
sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang masih diperebutkan. Orang-orang
berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi sympatric dalam kenyataan adalah 
spesiasi mikro-allopatric atau heteropatric. Contoh yang diterima secara luas
sebagian besar spesiasi sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di
Afrika Timur, yang diperkirakan karena seleksi seksual.
Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme yang
sering dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan beberapa di
sympatry. Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi dari tanaman
induknya, sehingga peningkatan jumlah kromosom tidak dapat mengakibatkan
penghentian lengkap terhadap aliran gen antara poliploidi baru dengan  diploid
orang tua mereka (lihat juga spesiasi hibrida). Poliploidi diamati di banyak spesies
kedua tumbuhan dan hewan. Bahkan, telah diusulkan bahwa semua tanaman yang
ada dan sebagian besar pada hewan, poliploid tersebut  telah mengalami suatu
kejadian polyploidization dalam sejarah evolusi mereka. Namun, seringkali oleh
reproduksi partenogenesis sejak hewan poliploid sering steril, contohnya mamalia
poliploid diketahui, dan paling sering mengakibatkan kematian perinatal.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid
akibat backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet
membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan
tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada poliploidi. Mutasi tunggal atau
perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif lengkap di dalam satu
tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi. Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik. Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative
mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi
perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika
BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin. Contoh
simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang
pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah
suatu allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan
spesies Amerika (Spartina alternaflora). Benih dari spesies Amerika terselip di
pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19.
Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda
dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai
suatu allopoliploid. Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru
itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan
menyumbat muara sebagai gulma. Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi
hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon
tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan
genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih spesies pohon ara yang berbeda
akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang baru ini dari populasi
tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu
polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif dapat menghasilkan
spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49).

Nama : Sri Nur Ainun A. Mohu


Nim : 431418029
Kelas B Pendidikan Biologi
Konsep Species dan Mekanisme Spesies
f) Konsep sepesis
7. Morphological species concept/typological spesies concept

Menurut konsep ini,keragaman yang diobservasi di alam


merefleksikan keberadaan sejumlah tipe yang terbatas. Individu-
individu tidak berada dalam hubungan tertentu antara satu dengan
yang lainnya,semata-mata ekspresi dari tipe yang sma.
Konsep ini dipertimbangkan sebagai metode yang paling sensitive
dan paling umum digunakan oleh ahli taksonomi,ahli biologi umum
dan sebagainya.
Konsep species tipe ditolak secara universal Karena dua alasan
praktis. Pertama,di alam seringkali ditemukan individu-indvidu dari
species yang sama sering memperlihatkan variasi yang sangat jelas
sebagai hasil dimorfisme seksual,perbedaan umur,polimorfisme dan
bentuk variasi individu lainnya. Kedua, ada species di alam “Sibling
species” yang sangat sulit dibedakan pada semua karakter secara
morfologi merupakan konsep biologi.
8. Agamospecies concept (ASC)
Konsep ini memiliki sinonim
Microspecies,Paraspecies,Pseudospecies,SemispeciesKonsep ini secara
khusu merujuk pada taksa yang tidak sesuai dengan cara reproduksi
secara seksual dan biparental,sering species ini dihasilkan dari
hibridisasi antar psecies atau antar genus. Species ini dapat
menghasilkan gamet tetapi sering kali tidak terjadi fertilisasi,kecuali
melalui Hibridasi.
9. Konsep species Biologi

Menurut Simpson (1969) konsep ini juga disebut konsep species


genetik. Akan tetapi menurut Mayr dan Ashlock (1991) dan Mayden
(1997) berbeda dengan konsep species genetik. Menurut konsep ini
species merupakan satu populasi inklusif Mendel,hal ini diintegrasikan
oleh ikatan reproduksi seksual da nasal usul (Dobzhansky,1970).
Menurut Mayr (1997) setiap species biologi adalah satu kumpulan
genotype seimbang dan harmonis serta tidak ada pemisahan
interbreeding individu,tidak masalah seberapa berbeda secara genetik
sehingga akan mendorong terjadi gangguan keharmonisan genotip
dengan segera.
BSC secara spesifik tidak mencakup spesies uniparental meskipun
mereka ada dan beberapa memiliki keragaman tipe pseudospecies.
Konsep ini juga digambarkan sebbagai definisi operasional bahwa taxa
dari kategori species dapat dibatasi dari species yang lain oleh kriteria
lain yang didefinisikan secara operasional,sebagai contoh populasi
interbreeding lawan non-interbreeding.
10. Cladistics Species Concept (CSIC)

Kumpulan organisme antara dua kejadian spesiasi,antara satu


proses spesiasi atau diturunkan dari satu spesiasi. Konsep species
dimana species diperlakukan sebagai individu bukan kelompok.
Sebagai subteori,diskusi konsep ini tergabung dengan BSC dan EcSc
untuk menyediakan teori lebih lengkap dalam memahami species.
Species adalah satu keturunan dan spesiasi mengahsilkan dua atau satu
keturunan.
Dalam beberapa hal konsep ini dapat membantu sebagai konsep
utama untuk keragaman biologis. Ini merupakan konsep silsilah
keturunan,yang memperlakukan species sebagai individu.
11. Ecological species concept (EcSC)

Spesies adalah satu keturunan yang menempati sone adeftif yang


minimal berbeda dariketurunan lain dalam lingkungannya dan
berevolusi secara terpisah dari semua keturunan lain di luar
lingkungannya. Konsep ini menggambarkan species sebagai unit
ekologi yang membentuk keturunan sepanjang waktu dalam satu
lingkungan kopetitif. Ini merupakan satu definisi operasional dimana
perbedaan ekologi akan membntuk species berbeda dan berevolusi
secara terpisah. Konsep ini bersifat toleran baik untuk biseksual
maupun uniseksual species. Species yang berevolusi melalu hibridisasi
dan species yang melakukan pertukaran gen,sepanjang perbedaan
ekologi terpelihara pada keturunan.
12. Evolutionary species concept (ESC)

Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan
dengan kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson,1962). Satu
keturunan dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang
memlihara identittasnya dari yang lain,dan keturunan yang memiliki
kecenderungan dan nasib evolusinya sendiri (Willey,1978).
ESC merupakan konsep yang operasional. Akan tetapi,ini
merupakan satu konsep ketrunuan yang non-relasional.
Jadi,kelengakapan dan pola species dapat diinterprestasikan dengan
benar terkait dengan keturunan unik mereka. Konsep ESC
mengakomodasi organisme uniparental,species yang terbentuk melalui
hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak diperlukan adanya
batasan kelengakapan tertentu untuk keberadaan species.
13. Genetic species consept (GSC)

Konsep in mirip dengan konsep morfologi kecuali bahwa metode


yang digunakan untuk menentukan species adalah ukuran perbedaan
genetic,diduga untuk merefleksikan isolasi reproduksi dan kebebasan
evolusi. Sebagai konsep fenetik,jarak dan kemiripan genetic digunakan
untuk mengidentifikasi species yang berbeda. Kebebasan genetik diuji
menggunakan metode yang beragam mulai dari
kromatografi,elektroforesis sampai sekuensing.
14. Hennigian Species Concept (HSC)

Konsep ini berasal dari catatan awal Henning mengenai species.


Konsep ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh Willamnn dan Meier
dan Willman. Tetapi,yang lebih penting,versi yang diusulkan oleh
pengarang terakhirnya hanya menggabungkan beberapa dari
pandangan species dari henning.
Konsep Hennigian ditolak ketika segala sesuatu karakteristik yang
berpartisipasi dalam spesiasi untuk beberapa alasan yang sama dari
BSC ditolak. Konsep HSC tidak harus dilakukan untuk pertanyaan
sistematik tidak juga untuk iso biodiversitas. Jadi HSC dicirikan
sebagai satu konsep dimensional yang dapat digunakan untuk
pertanyaan allopatric atau alokronik dan tidak seperti BSC,konsep ini
mengahrgai pentingnya perbandingan antara sister taksa.
15. Phonetic species concept (PhSC)

Merupakan konsep species non-dimensional dan konsep yang


operasionalnya terbatas yang mungkin disamakan dengan beberapa
konsep,dimana semua kesamaan (kemiripan) merupakan kriteria utama
untuk keberadaan species.
16. Phylogenetic species concept (PSC)

Saat ini tidak ada konsep yang berbeda mengenai spesies yang
teridentifikasi sebagai filogenetik. Hal biasa dengan PSCs adalah satu
usaha untuk mengidentifikasi kesatuan biologis terkecil yang dapat di
diagnose dan atau monofiletik. Jadi species adalah satuan biologis dan
unit produk dari seleksi alam dan keturunan.
17. Taxonomic Species Consept (TSC)

Konsep ini mungkin digunakan oleh sebagian besar ahli taksonomi


pratis sebagai batasan kerja untuk mengumpulkan individu organisme
kedalam taksa yang berbeda. Konsep ini terutama berdasarkan pada
kelengkapan morfologi didalam menentukan species karena banyak
karakter lain secara tradisional tidak mudah diamati bagi ahli
taksonomi.
g) Mekanisme Spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses terjadinya suatu spesies baru. Di
alam,terdapat 4 jenis spesiasi tergantung sejauh mana suatu populasi yang
berspesiasi terisoloasi secara geografis dari satu populasi ke populasi yang
lain. 4 jenis spesiasi tersebut yaitu spesiasi alopatrik,spesiasi
peripatrik,spesiasi parapatrik dan spesiasi simpatrik. Masing-masing
mekanisme spesiasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Spesiasi Allopatrik
Yaitu spesiasi suatu populasi yang diakibatkan karena adanya batas barrier
atau pemisahan suatu wilayah akibat bumi,sehingga perubahan geografis
mengakibatkan terisolasinya suatu kelompok populasi dengan kelompok
lain sehingga membentuk formasi sebuah spesies baru. Selain itu,dapat
memicu suatu populasi menjadi tak dapat melakukan inbreeding dengan
populasi lainnya karena terjadi penyimpangan (divergent) yang
mekanisme isolasi terjadi secara gradular.
Contohnya : Burung Finch yang ada di kepulauan Galapagos dengan
burung Finch yang berada di Benua Amerika bagian selatan,dimana kedua
jenis tersebut berbeda fisik namun sebenarnya merupakan satu keturunan
yang sama,perubahan tersebut diakibatkan karena terdapatnya batas area
geografis yaitu lautan. Sehingga akan mengalami spesiasi atau
pembentukan spesies baru yang dipicu karena kondisi lingkungan yang
berbeda akibat adanya batas area geografi baik yang ada pada kepualauan
Galapagos maupun ada di Benua Amerika bagian slatan.
2. Spesiasi Peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik,dimana spesiasi peripatrik
ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam suatu
lingkungan yang kecil dari populasi tetuanya. Spesiasi ini dapat
mengurangi variasi genetik,hal tersebut karena tidak terjadinya
perkawinan secara acak sehingga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan baik secara genotip maupun femetik. Contoh yaitu pada burung
pekakak surga yang berasal dari Papua Newguineie.
3. Spesiasi Parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena isolasi geografik. Dalam spesiasi
ini,spesiasi baru terbentuk secara terisolasi dapat membentuk populasi
kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi asli. Mekanisme
spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan menghilangkan perbedaan
genetik antara satu bagian populasi dengan bagian populasi yang lain.
Pada jenis spesiasi ini,tak ada barrier ekstrinsik spesifik untuk gene flow.
Populasi berlanjut,namun populasi tidak kawin secara acak,individu lebih
mudah kawin dengan spesies yang ada didalamnya dibandingkan dengan
individu pada populasi yang berbeda. Contohnya pada spesies tanaman
rumput jenis Athoxanthum odoratum.
4. Spesiasi Simpatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi di dalam wilayah geografis yang sama dan
spesies baru yang saling tumpang tindih dan tidak terjadi pemisahan
relung terhadap populasi induk. Spesiasi ini diakibatkan karena perbedaan
dari reproduksi isolasi spesies dari satu gen. fenomena ini banyak terjadi
melalui poliploidasi,dimana kelopok akan menghasilkan dua kali jumlah
kromosom normal. Sehingga terbentuk tetraploid yang tak akan terjadi
inbreeding dengan keturunan yang bersifat diploid. Spesiasi ini lebh
banyak terjadi pada tumbuhan dibandingkan pada hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Claridge,M.F. H,A,Dawah and M.R. Wilson. 1997. Species the units of


Biodiversity. Chapman dan Hall,London,UKK.

Dieckman,U.Doebeli M,Metz,J.A.J,and Tautz D. 2004. Cambridge studies in


adaptive dynamic adaptive spectiation. Cambridge Univesity press.
United Kongdom.pp.232

Mayr,E and P.D. Ashlock.1991. Principles of syatematic Zoology. Second edition.


McGRAW-HLL,INC
Nama : Sriwahyuni
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418040
Tugas : Resume Evolusi
KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI
1. KONSEP SPESIASI
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau kelompok
populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling mengawini
satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil
jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit
populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis
dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke
dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse tetap
merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah
yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
a. Konsep spesies Biologis menekankan pada adaptasi perkawinan
yang telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu
spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang
memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler
morfologis perilaku yang memungkinkan individu untuk
mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus
pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas
hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
b. Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang
mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri.
Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar
reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga
mengakui bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies
menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida
itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua
tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan
hibridisasi.
c. Konsep spesies ekologis  mendefinisikan spesies pada tempat
dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari
penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh
peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya
dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak
identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis
lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan
keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
d. Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang
secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing spesies
evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam
lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan
seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian
populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
2. Mekanisme Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu
jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo,
2007).

Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya


isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga
berjuta-juta tahun.

1. Peran Isolasi Geografi

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung masih dapat
terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam
beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies,
maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan  dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua
populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis, sehingga  yang efektif
tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik
pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies
yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi
akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu
mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan
seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis ini
memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk
koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.

2. Peran Isolasi Reproduksi


Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan  antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik
(geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam
rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi
instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau
mencegah  jika kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas
pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik
yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau mereka tetap terpisah
meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha
untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:

1) Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar suatu ketika
mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan
meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik.
Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada,
mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-perbedaan genetik yang
dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah diantara spesies pada keadaan yang alami.
Contohnya pada pohon jenis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat
dan yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan
menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang
berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal  (percumbuan) dan
perkawinan Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang
berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya
inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan
tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku
yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku
yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini.  Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan
penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus
tersebut diantaranya adalah:
a. Stimulus visual:
Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus
visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung, dan insekta
menunjukkan bahwa stimulus visual dominan mempengaruhi ketertarikan
pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat yang
simpatrik mempunyai yang baik dan disertai dengan warna yang mencolok
pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan
bebek betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b. Stimulus adaptif:
Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat
komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya
perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang dikeluarkan oleh
insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk tiap
spesies.
c. Stimulus kimia/feromon:
Parris (1999) menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang
bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan
membedakan pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda
bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang
individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang
dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya
pada feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di
mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina
membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya 
terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik yang sangat mirip dengan ini tidak akan saling mengawini karena kawin
pada akhir musim panas dan kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis
basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari
yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat 
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara
kedua populasi tersebut tidak terjadi  (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang berbeda
sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita.
Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae,
struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-
famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam
yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda
dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya
dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum mencapai  atau
bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan dan sperma segera berhenti
bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka
sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di
mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya
dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
Nama : Sri Wirdayanti Andup
NIM : (431418076)
Kelas B Pendidikan Biologi
1. Konsep Species
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam
bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan
anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden
(1997) dalam  Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep
untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu
artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda
dalam memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara
lain:
a) Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya
memiliki kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di
alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika
kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh
ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam
spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu
tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi
perkawinan yang telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep
ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri
unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri
molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung
berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam
dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang
mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri.
Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar
reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual.Konsep ini juga
mengakui bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies
menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida
itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua
tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan
hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat
dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan
dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan
oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi
spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies
ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan
dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan
kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang
secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing spesies
evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam
lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan
disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.

Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep


biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang
dikemukakan oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang
secara aktual maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan
kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya.
Kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan
untuk menghasilkan keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra,
2003).Sedangkan spesies menurut kategori taksonomi didasarkan atas
perbedaan ciri morfologi atau penampilannya dengan kriteria persamaan ciri
dengan anggota lainnya dalam spesies yang bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies
dipisahkan dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi
dan tingkah laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep
spesies adalah reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow
secara nyata dan potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara
dua populasi yang dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow
diantara kedua populasi itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam
dua spesies yang berbeda, tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika
secara morfologi berbeda tetapi terdapat gene flow yang efektif, maka kedua
populasi itu dapat dimasukkan ke dalam satu spesies yangsama.
2. Mekanisme Spesiasi
a.      Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah
satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi
habitat akibat perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau
perubahan sosial seperti emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian
mengalami perbedaan genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan
selektif yang berbeda atau  secara independen mereka menjalani
pergeseran genetik. Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka
telah berkembamg dan tidak lagi mampu bertukar gen. Pulau genetika,
kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-
sifat yang tidak biasa, telah diamati dalam beberapa keadaan, termasuk
kepulauan dan perubahan radikal di kalangan tertentu di pulau yang
terkenal, seperti Komodo dan Galapagos, yang terakhir setelah melahirkan
ekspresi modern teori evolusi, setelah diamati oleh Charles Darwin.
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak
dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya
sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik
tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme
isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar
luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah selama
peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah,
Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A. ewingi yang
terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada A. pusilla pada
pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang
banyak terisolasi dengan sistem sungai.
 Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang
kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu
contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter
snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara. Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas,
couchi, hydrophila, aquaticus,  dan  atratus membentuk suatu
sekuens/urutan sbspesies allopatric yang melakukan interbreed dimana jika
mereka bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama
dengan hammondii tanpa interbreeding. Lebih dari
itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus jika mereka
bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed. Contoh spesiasi
alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan
Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch
termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan. Fenomena penguatan merupakan satu di antara
sedikit mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran
(Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa burung finch
berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
b.      Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang  terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua.
Spesiasi peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin
secara acak yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik,
populasi baru dapat berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari
populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi induk akan tetapi
masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi.
c.       Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan
penduduk asli. Hal ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi
kecil sering mengalami kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk
memainkan peran penting dalam spesiasi peripatric contoh yang teramati
adalah  isolasi reproduksi terjadi pada populasi
subjek Drosophila terhadap penduduk, varian dari nyamuk Culex
pipiens yang masuk di London.
Spesiasi parapatric adalah dua zona populasi divergen yang terpisah
tetapi saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi
oleh geografi, sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk
dalam kontak atau saling terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan
dapat mengurangi heterozigot yang mengarah ke seleksi alam untuk
perilaku atau mekanisme yang mencegah perkembangbiakan antara kedua
spesies. Ekologi mengacu pada spesiasi parapatric dan peripatric dalam hal
relung ekologi. Semua berguna untuk spesies baru yang akan sukses.
Contoh yang teramati spesies burung camar disekitar Kutub Utara.
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau
parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi
pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi
dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar
yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder
sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik
untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara
acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis
dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Individu lebih
mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan individu yang
ada dalam cakupan. Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh
karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-macam
tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi. Contoh dari spesiasi
parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum
odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik
dari White (1968, 1978 dalam Widodo, 2003). White mengamati belalang
tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda
dalam konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi
kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul dalam suatu populasi dan
memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona
bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat
kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak
dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam populasi
yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak
dapat diterima secara luas.

d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi
ketergantungan pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama.
Namun, keberadaan spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang
masih diperebutkan. Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi
sympatric dalam kenyataan adalah  spesiasi mikro-allopatric atau
heteropatric. Contoh yang diterima secara luas sebagian besar spesiasi
sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur,
yang diperkirakan karena seleksi seksual.

REFERENSI

Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. (2003). Biologi. Edisi Kelima,
Jakarta: Erlangga.

Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New


York:Oxford

Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.DirjenDikti. Depdiknas.


Nama : Sriwita suleman
Nim :431418050
Kelas :B Pendidikan Biologi

A. Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis”. Spesies merupakan unit dasar
untuk memahami biodiversitas. spesies adalah suatu kelompok organisme yang
hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan
dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. saat
ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan spesies yang
semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan
pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
B. Mekanisme spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu
jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi.
1.Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies,
maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing.
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah. Isolasi geografi dari sistem
populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi
yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi,
pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya
populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
 Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik
yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha
untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya
tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana
populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-
perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang
alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian
timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah,
kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil.
Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak
mungkin terjadi,
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar
spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya
inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan
tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku
yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku
yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan
penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis
stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut
diantaranya adalah:
a. Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan.
Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b. Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi
sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses
terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang
spesifik untuk tiap spesies.
c. Stimulus kimia/feromon: feromon merupakan signal kimia yang bersifat
intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan
pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya.
Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang individu
jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh
individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila
melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku
perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh
individu betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai
wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak akan
saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3
spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang
sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari yang
berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara
kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow. Isolasi mekanik ditunjukkan oleh
inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang berbeda sehingga pada
saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita. Mekanisme ini
sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya
menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada
tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil
yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih
yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah
yang besar.
4) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum mencapai atau
bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D.
americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin
betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran
lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak
akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya
mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari
spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga
zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang
baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara
banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa diantaranya
hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika
hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan
generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh, spesies
kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada
saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata
sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda)

DAFTAR PUSTAKA

Campbel. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Pendidikan Biologi PPs UM.
Malang

Mitchell. 2000.Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga Farabee.M.J.


2000.Evolution
NAMA : TIKA RAJAK
NIM : 431418056
KELAS : B PENDIDIKAN BIOLOGI
RESUME : EVOLUSI

KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI


1. Konsep Spesies
Spesies adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”. Kita belajar untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan dan
hewan antara anjing dan kucing, misalnya. Dari perbedaan penampakan luarnya,
Linnaeus, pendiri taksonomi modern menjelaskan spesies individual berdasarkan
bentuk fisiknya ; kajian mengenai struktur atau bentuk, yang disebut morfologi,
masih tetap merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
mengelompokkan spesies. Para ahli taksonomi modern juga mempertimbangkan
perbedaan dalam fungsi tubuh, biokimia, perilaku, dan susunan genetic. Akan
tetapi, penggolongan organisme menjadi berbagai spesies yang berbeda yang
didasarkan pada data komparatif hanya merupakan bagian dari suatu upaya yang
luas untuk memahami lebih baik hakekat spesies, dan faktor faktor yang
mempertahankan keunikannya di alam.
Menurut Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang
hidup bersama di alam bebas dapat mengadakan perkawinan secara bebas dan
dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. 
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar.Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Alasan kedua adalah
karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya
bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih seba!
ian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yan! dibuat ketika spesies
itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Menurut Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara
lain :
a) Konsep spesies Biologis
Konsep ini mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk
saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan
yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata
lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri
kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies
biologis yang sama. Sebaliknyamanusia dan simpanse tetap merupakan
spesies biologis yang san!at jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies morfologis
Spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah
tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. ,Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam
dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi
spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
d) Konsep spesies ekologis
spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka
hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya
atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua
populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan
keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner
Konsep ini mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi
tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok
lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan
terpisah dalam lingkungan. Setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian
populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh
sekumpulan tekanan selektif yang unik.
2. Mekanisme Spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses pembentukan jenis baru. Spesiasi terjadi bila
aliran gen antara populasi yang pada mulanya ada secara efektif telah mereda dan
disebabkan oleh mekanisme isolasi (Hale et al., 1995).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell,
2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau
lama hingga berjuta-juta tahun :
1. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies
yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene
flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat
menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa
proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih
terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-
lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang
lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi.
2. Isolasi Reproduksi
Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan
dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut
berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
1. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1. Isolasi Ekologi (ecological)
2. Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
3. Isolasi Sementara (temporal)
4. Isolasi Mekanik (mechanical)
5. Isolasi Gametis (gametic)
2. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1. Kematian zigot (zygotic mortality)
2. Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
3. Sterilitas hybrid
Referensi
Campbell, N.A. Reece, J.B & Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa : Wasmen. Jakarta : Erlangga.
Mitchell. Dan Farabee. M.J. 2000. Evolution Biologi. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo,. L. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Nama : Tiska Rasyid
Nim : 431418060
Kelas : B Pendidikan Biologi
Konsep Spesies Dan Mekanisme Spesiasi
5.1 Konsep Spesies
1. Konsep Spesies Biologi
Ernes Meyr (1942) mengemukakan bahwa spesies adalah suatu
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk saling
megawini (interbreed) di alam dan menghasilkan keturunan yang viabel
(mampu bertahan hidup) dan fertil namun tidak menghasilkan keturunan yang
viabel dan fertil dengan anggota dari kelompok lain semacam itu. Gambar
berikut ini menunjukan konsep spesies biologis.

Keragaman dalam suatu spesies.


Meskipun penampilan kita tampak berbeda-
beda, semua manusia tergolong kedalam
suatu spesies biologis (Homo sapiens), yang
didefinisikan menurut kapasitas kita untuk
saling mengawini.

Kemiripan diatara spesiesspesies


berbeda. Sturnella magna (kiri)
dan Sturnella neglecta (kanan)
memiliki bentuk tubuh dan warna
bulu yang serupa. Meskipun
demikian, keduanya adalah adalah
spesies biologis yang berbeda
karena kicauan dan perilaku yang cukup berbeda untuk menghalangi mereka
saling mengawini seandainya bertemu di alam.
Dengan demikian, anggota spesies biologis disatukan oleh kompabilitas
reproduktif, setidaknya secara potensial. Semua manusia misalnya, berasal dari
spesies yang sama. Seorang wanita karir di Manhatan mungkin tidak akan
pernah bertemu dengan seorang peternak sapi di Mongolia, namun jika
keduanya ternyata bertemu dan menikah, mereka bisa memiliki keturunan
yang viabel dan mampu berkembang menjadi orang dewasa yang fertil.
Sebaliknya, manusia dan simpanse tetap merupakan spesies yang biologis yang
berbeda walaupun keduanya mungkin tinggal diwilayah yang sama, karena
banyak faktor yang menghalangi mereka untuk kawin dan menghasilkan
keturunan yang fertil.
Apa yang mempertahankan keutuhan lengkung gen dari suatu spesies, yang
menyebabkan anggota-anggota spesises tersebut lebih mirip satu sama lain
dibandingkan dengan spesises lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus
mempertimbangkan kembali mekanisme evolusioner seperti aliran gen, transfer
alal dalam populasi. Anggota suatu spesies seringkali mirip satu sama lain
sebab populasi mereka terhubung oleh aliran gen. Seperti yang mungkin anda
duga, populasi-populasi yang terletak berdekatanrelatif sering bertukar alel.
Namun bagaimana dengan populasi-populasi yang terpisah jauh? Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa aliran gen tingkat rendah terjadi diantara
populasi yang terpisah sangat jauh sekalipun. Hasil-hasil serupa telah
ditemukan pada hewan lain, juga pada berbagai fungi dan tumbuhan. Hasil-
hasil semacam itu menggambarkan bahwa aliran gen memiliki potensi untuk
mempertehankan keutuha lengkung gen suatu spesies, asalkan tidak dikalahkan
oleh efek-efek seleksi atau hanyutan keduanya dapat menyebabkan populasi
memisah atau berdivergensi).
1. Keterbatasan Konsep Spesies Biologis
Salah satu kekuatan konsep spesies biologis adalah konsep tersebut
mengarahkan perhatian kita pada bagaimana spesiasi terjadi : melalui
evolusi dari isolasi reproduktif. Akan tetapi, konsep ini dapat diterapkan
pada jumlah spesies yang terbatas. Misalnya, tidak ada cara un tuk
mengevaluasi isolasi reproduktif dari fosil. Konsep spesies biologis juga
tidak berlaku pada organisme yang selalu atau nyaris selalu bereproduksi
secara aseksual, mislanya prokariota. Lebih lanjut, dalam konsep spesies
biologis, spesies didefinisikan berdasarkan ketiadaan aliran gen. Akan
tetapi, terdapat banyak pasangan spesies yang berbeda secara morfologis
dan ekologis, namun aliran gen tetap terjadi diantara keduanya.
2. Konsep Spesies Morfologis
Mencirikan spesies berdasarkan bentuk tubuh dan sifat struktur lain.
Konsep spesies morfologis memiliki sejumlah keuntungan. Konsep ini
dapat diterapkan pada organisme aseksual dan seksual, dan dapat berguna
bahkan tanpa informasi tentang besarnya aliran gen. Kekurangan dari
konsep spesies ini adalah definisi ini bersandar pada kriteria yang subjektif,
penelitimungkin tidak sepakat ciri truktural mana yang digunakan untuk
membedakan spesies..
3. Konsep Spesies Ekologis
Konsep ini memandang spesies berdasarkan relung ekologinya.
Keseluruhan interaksi dari anggota-anggota spesies dengan komponen tak
hidup dari lingkungannya. Misalnya dua spesies amfibi mungkin tampak
mirip, namun berbeda dalam makan dan kemampuan untuk toleransi
terhadap kondisi kering. Tidak seperti konsep spesies biologis, konsep
spesies ekologis dapat mengakomodasi spesies aseksualmaupun seksual.
Konsep ini juga menekankan peran seleksi alam disruptif ketika organisme
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda.
4. Konsep spesies filogenetik
Mendefinisikan spesies sebagai kelompok terkcil dari individu-individu
yang memiliki nenek moyang yang sama, membentuk suatu cabang pada
pohon kehidupan. Para ahli biologi menelusuri sejarah filogenetik sesies
dengan cara membeandingkan karakteristiknya, misalnya morfologi atau
sekuns molekulaer, dengan spesies lain. Analisis semacam itu dapat
membedakan kelompok individu yang cukup berbeda untuk diangap
sebagai spesies terpisah. Tentu saja, kesulitan untuk menerapkan konsep
spesies ini terletak pada penemuan derajat perbedaan yang diperlukan
untuk mengindikasikan spesies yang terpisah.
5. Evolutionary Species Concept (ESC)
Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan dengan
kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson, 1962). Satu keturunan
dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang memelihara
identitasnya dari yang lain, dan keturunan yang memiliki kencedungan dan
nasib evolusinya sendiri (Wiley, 1978). Satu kesatuan yang tersusun dari
organisme yang memelihara identitasnya dari kesatuan lain sepanjang
waktu dan ruang, dan yang memiliki nasib evolusi dan kecenderungan
sejarahnya yang bebas (Wiley and Mayden, 1997).
Konsep ini awalnya diperjuangkan oleh Simpson (1951, 1962) dari
ketidakpuasan umum dengan non-dimensinalitas BSC. Wiley telah
mengembangkan konsep ini lebih lanjut dan telah membuktikan penerapan
umum konsep ini pada sistem biologis. Tidak seperti definisi lain yang
telah dijelaskan disini, ESC sebagian besar telah ditolak sampai baru-baru
ini. Beberapa peneliti telah menjelaskan dan mengembangkan lebih lanjut
konsep ini. Mereka beralasan bahwa hanya konsep inilah yang memiliki
kapasitas untuk mengakomodasi semua tipe keragaman biologi.
Berlawanan dengan persepsi dari beberapa peneliti (Minelli, 1993) ESC
tidak mempertimbangkan species sebagai kelas atau berfokus pada species
sebagai kesatuan ekologi. ESC tidak sama dengan EcSC. Sedangkan
Simpson (1961) telah menganjurkan sau konsep keturunan terhadap sepcies
dan divergensi ekologi dan evolusi. Jadi, logika wajar dari konsep ESC
Simpson dan Wiley agak berbeda.
ESC bukan merupakan konsep yang operasional. Akan tetapi, ini
merupakan satu konsep keturunan yang non-relasional. Jadi, kelengkapan
dan pola species dapat diinterpretasikan dengan benar terkait dengan
keturunan unik mereka. Konsep ESC mengakomodasi organisme
uniparental, species yang terbentuk melalui hibridisasi dan nenek moyang
species. Tidak diperlukan adanya batasan kelengkapan tertentu untuk
keberadaan species. Akhirnya, isolasi reproduktif, dipertimbangkan
sebagai turunan kelengkapan dari status plesiomorfik kompatibilitas
reproduksi, jadi keberhasilan reproduksi benar-benar
bersifat segaram.
6. Genetic Species Concept (GSC)
Konsep ini mirip dengan konsep morfologi kecuali bahwa metode yang
digunakan untuk menentukan species adalah ukuran perbedaan genetic,
diduga untuk merefleksikan isolasi reproduksi dan kebebasan evolusi.
Sebagai konsep fenetik, jarak dan kemiripan genetic digunakan untuk
mengidentifikasi species yang berbeda. Kebebasan genetic diuji
menggunakan metode yang beragaman mulai dari kromatografi,
elektroforesis sampai sekuensing.
Ketika nampaknya bersifat operasional, satu masalah mendasar dari
GSC adalah bahwa untuk sebagian besar keragaman tidak ada informasi
genetic yang tersedia. Karena divergensi pada setiap gen tertentu tidak
memiliki laju yang sama (seragam), mungkin sekali tidak pernah ada
standar jarak untuk species. Konsep ini bertahan pada asumsi bahwa pada
setiap kejadian spesiasi disana akan ada perubahan tertentu pada setiap
gene. Jika peneliti menguji 200 gen dan mereka semuanya identik diantara
dua species, mereka akan mempertimbangkan mereka sebagai species yang
sama. Namun, gen berikutnya dapat memperlihatkan perubahan yang
sangat besar diantara dua sister species sebagai hasil kejadian spesiasi. Jika
hanya satu gen dari 200 gene monoalel mengalami divergensi akan
menghasilkan jarak genetik yang dapat disepelekan. Pada satu skala linier,
divergensi tersebut akan menjadi sepele untuk perbandingan species
dimana lima dari 20 gene bersifat divergen. Disini, pada contoh heuristik
ini kedua pasangan species berada sebagai species yang bebas secara
evolusi dan secara genetik.
GSC secara esensi adalah pengganti, konsep operasional yang
dikembangkan dari BSC, Derajat divergensi genetik tertentu diasumsikan
dapat menjamin pengenalan species. Namun, definisi operasional ini tidak
memeiliki petunjuk bagi peneliti ketika berapa besar perbedaan dianggap
cukup untuk digunakan sebagai batasan species? Hal ini sebagian besar
karena divergensi gen tertentu atau beberapa gen tidak mungkin dapat
digunakan untuk menduga didalam atau antar kelompok taksonomi.
Menggunakan konsep non-evolusi ini, peneliti juga disesatkan untuk
percaya bahwa tidak adanya divergensi pada suatu gen yang semata-mata
tersedia karena teknologi menghilangkan realitas divergensi yang mungkin
ada pada setiap karakter. Dengan demikian, kenyataan species dengan
morfologi yang divergen dan dapat diturunkan mungkin secara naif
dipertanyaakan jika divegensi pada gen atau protein yang mudah diuji yang
diinginkan. Ketika konsep ini tersedia sebagai konsep tradisional untuk
mengindentifikasi species, hal ini merupakan kesalahan fatal jika ia
merupakan konsep primer. Kekurangan data secara umum, bersamaan
dengan besarnya variasi genetik yang terobservasi diantara sister species,
validitasnya dapat dipertanyakan jika semata-mata mendasarkan pada
divergensi genetik untuk memvalidasi species, dan kurangnya prespektif
filogenetik didalam menginterpretasikan variasi telah menghalangi GSC
sebagai konsep primer.
5.2 Mekanisme Spesiasi
Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua atau lebih spesies
turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium maupun alam.
Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari isolasi
reproduksi yang diikuti percabangan
Mekanisme Spesiasi
1 . Proses spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru
muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang
dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model spesiasi simpatrik
meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model spesiasi
simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi spontan dan
spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi
yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang
merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat
muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan bersifat
tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak
mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian
dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid yaitu
kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina maritima
dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya
serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu
multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip
AA dan AA teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA
tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing homozigot ingin mempunyai
fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip
yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit.
Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat
mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih
inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan
kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2,
perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/
isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies
yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
A. Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam area
geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi suatu spesies yang
paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu spesiasi
alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan atau berlainan dari satu
spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya), spesiasi parapatri
(spesiasi terjadi di daerah yang bersebelahan dengan daerah dari suatu spesies
yang paling dekat hubungan kekerabatannya), spesiasi peripatri (spesiasi yang
terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh
kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi
yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat
melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya
sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam
simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik
merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan
yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu
spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam
hal penampilan, ekologi dan perilaku. Contoh spesiasi alopatrik
adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos
yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns and
Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di
mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang
berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya.Ternyata di situ semua burung-burung dan
organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini,
tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau
parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi
pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi
dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar
yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder
sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama.
Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada
isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan.
Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk
beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya, dan
usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih
berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi
seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi akan
berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian
mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka
perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua
populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya
berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk
gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak,
individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada
individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa individu
lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan individu
yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi
oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-macam
tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
4. Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari
daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu
organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut akan
menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya, maka
lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang
menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang
menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut
dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Na Reece. J. B. & Mitchell. 2003. Biologi. Jilid 2 Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Ernes Meyr 1942. Modern Evolutionary Synthesis. Germani: United Tates.
Minelli, 1993. Biological Systematic. Chapman & Hall. London.
Simpson, 1962. Plant Systematics. Elvesiver Academic . London: Press
Publivation
Stearns And Hoekstra .2003. Evolution An Introduction. New Yord: Oxford
Widodo Dkk. 2003. Evolusi: Malang.
Nama : Titin Nur Saputri
Kelas : B, Pendidikan Biologi
Nim : 431418039
Rangkuman
KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI
1. Konsep species

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”.


Spesies merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut
Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup
bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan
dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya. Menurut Mayden (1997) dalam  Ariyanti (2003) saat ini ada
sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan spesies yang
semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli mempunyai
sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.

Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies


sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat,
dapat pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi
terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu
lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-
masing mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru.
Dalam jangka waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-
masing berkembang menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi
mengadakan perkawinan yang menghasilkan keturunan fertil.
Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
Konsep spesies Keterangan
Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan
biologis anggota suatu spesies untuk saling mengawini satu sama
lain, tetapi tidak dengan anggota spesies yang lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar
morfologis spesies. Sebagian besar spesies yang diidentifikasi oleh
para ahli taksonomi telah dikelompokkan menjadi spesies
terpisah berdasarkan kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah
pengenalan mantap dalam suatu populasi karena individu
”mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin yang
sesuai
Konsep spesies Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan
kohesi spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan oleh
kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan
ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis

Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi


oleh dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman
tentang spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru.
Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi
juga telah memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya
seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi
reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies
merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa
konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih
sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam
konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.
Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli
taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam
bidang konservasi digunakan konsep spesies biologi.

Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan
dengan kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson, 1962). Satu
keturunan dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang
memelihara identitasnya dari yang lain, dan keturunan yang memiliki
kencedungan dan nasib evolusinya sendiri (Wiley, 1978). Satu kesatuan
yang tersusun dari organisme yang memelihara identitasnya dari kesatuan
lain sepanjang waktu dan ruang, dan yang memiliki nasib evolusi dan
kecenderungan sejarahnya yang bebas (Wiley and Mayden, 1997). Konsep
ini awalnya diperjuangkan oleh Simpson (1951, 1962) dari ketidakpuasan
umum dengan non-dimensinalitas BSC. Wiley telah mengembangkan
konsep ini lebih lanjut dan telah membuktikan penerapan umum konsep
ini pada sistem biologis. Tidak seperti definisi lain yang telah dijelaskan
disini, ESC sebagain besar telah ditolak sampai baru-baru ini. Beberapa
peneliti telah menjelaskan dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini.
Mereka beralasan bahwa hanya konsep inilah yang memiliki kapasitas
untuk mengakomodasi semua tipe keragaman biologi. Berlawanan dengan
persepsi dari beberapa peneliti (Minelli, 1993) ESC tidak
mempertimbangkan species sebagai kelas atau berfokus padaspecies
sebagai kesatuan ekologi. ESC tidak sama dengan EcSC. Sedangkan
Simpson (1961) telah menganjurkan sau konsep keturunan terhadap
sepcies dan divergensi ekologi dan evolusi. Jadi, logika wajar dari konsep
ESC Simpson dan Wiley agak berbeda. ESC bukan merupakan konsep
yang operasional. Akan tetapi, ini merupakan satu konsep keturunan yang
non relasional. Jadi, kelengkapan dan pola species dapat diinterpretasikan
dengan benar terkait dengan keturunan unik mereka. Konsep ESC
mengakomodasi organisme uniparental, species yang terbentuk melalui
hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak diperlukan adanya batasan
kelengkapan tertentu untuk keberadaan species. Akhirnya, isolasi
reproduktif, dipertimbangkan sebagai turunan kelengkapan dari status
plesiomorfik kompatibilitas reproduksi, jadi keberhasilan reproduksi
benar-benar bersifat segaram.
Beranekaragam definisi spesies dapat dipahami dengan dengan
memahami spesiasi sebagai proses yang sedang berjalan di alam kemudian
para ahli merekamnya pada etape-etape yang dilaluinya. Selain dua hal di
atas, bermacam konsep itu muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-
beda. Suatu konsep baru muncul sebagai alternatif dari konsep
sebelumnya. Untuk tujuan praktis seperti identifikasi yang dilakukan oleh
ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik
sedangkan untuk memata-matai keragaman genetik yang diperlukan dalam
bidang konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Konsep spesies yang baik dan diharapkan adalah konsep yang
dapat digunakan secara tepat dan akurat untuk menggambarkan
biodiversitas yang ada.

Gambar 1 menunjukkan susunan hirarki konsep spesies primer dan


sekunder. Konsep spesies evolusi yang memiliki dasar teori kuat tetapi tidak
operasional bertindak sebagai konsep spesies primer. Konsep spesies lain yang
lebih operasional membentuk hirarki di bawah konsep spesies primer dengan
susunan berdasarkan toleransi ataupun persyaratan-persyaratan berhubungan
dengan cara reproduksi, pertukaran gen, monophyly, dan diagnosability. Karena
beberapa konsep menunjukkan versi gabungan dari konsep yang lain maka konsep
itu ditempatkan beberapa kali pada hirarki tersebut.

2. Mekanisme spesiasi

1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)


Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi
variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
selama peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih
rendah, Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam
A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada
A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya
hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah
pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu
pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda
dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.
2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan
spontan.Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi,
kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi
pada tanaman. Jika bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid
akan dapat memperbesar isolasi reproduktif dari tetua yang diploid.
Keturunan triploid akibat backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang
tinggi, karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding
diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada
poliploidi.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih
lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik.Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur.Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif.Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang
berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa
gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat
suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada
populasi tersebut.Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut
tidak dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk,
2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah
terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik.
Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya
terhalang sungai, setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak
bisa lagi saling kawin.Meyr menyebutkan seleksi parapatrik menuntut
adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.

Mekanisme yang mencegah terbentuknya hibrida.

Penyebab tidak terbentuknya hibrida antara lain tidak dimungkinkannya


adanya pembuahan karena sel sperma tidak dapat mencapai sel telur. Dalam
hal ini harus dilakukan pembuahan dengan inseminasi buatan. Peristiwa ini
dapat Anda temui pada tanaman tembakau. Kegagalan terbentuknya hibrid
juga disebabkan karena embrio yang tidak dapat tumbuh, misalnya pada Rana
pipiens.

Mekanisme yang mencegah terjadinya perkawinan.

Faktor-faktor yang menyebabkan gagal mengadakan perkawinan antara


lain seperti berikut.

1. pada spesies mengakibatkan dua spesies terpisah sehingga tidak dapat


saling melakukan perkawinan Populasi terpisah secara fisik, misalnya
dipisahkan gunung, laut, padang pasir, dan lain-lain. Individu yang
spesiesnya sama apabila terpisah habitatnya dan memiliki lingkungan yang
berbeda maka akan menghalangi terjadinya perkawinan secara alamiah.
2. Mengalami iklim yang berbeda. Apabila pematangan sel kelamin dari dua
individu tidak bersamaan maka hal ini menyebabkan gagal kawin secara
alami. Misalnya pada tumbuhan Pinus radiata yang berbunga setiap bulan
Februari dan Pinus muricata yang berbunga pada bulan April.
3. Perbedaan perilaku.Perbedaan perilaku pada spesies mengakibatkan dua
spesies terpisah sehingga tidak dapat saling melakukan perkawinan.

 Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya


isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.

a. Peran Isolasi Geografi

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam


proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari
spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di
dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga
menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan
suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.

Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan


memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa
membagi suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai
terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang
menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh
geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka
populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo, 2003).

b. Peran Isolasi Reproduksi

Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena


adanya pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan
akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak
ada. Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Claridge, M.F., H.A. Dawah, and M.R. Wilson. 1997. Species, The Units of
Biodiversity. CHAPMAN & HALL, London, UK.
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Mitchell. Dan Farabee. M.J. 2000. Evolution Biologi. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo,. L. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Nama : Ulvan Anwar
NIM : 431418008
Kelas : Pendidikan Biologi B
Konsep Spesies
&
Mekanisme Spesiasi
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula
berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama,
populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies
baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua atau lebih
spesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium maupun
alam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari isolasi
reproduksi yang diikuti percabangan genealogis.
Menurut Campbell (2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama,
bergantung pada bagimana aliran gen terputus di antara beberapa populasi dengan
spesies yang sudah ada sebelumnya.
1. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya lain dan
patra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi menjadi sejumlah
subpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya ketinggian permukaan air
di sebuah danau mungkin turun, menyebabkan pembentukan dua atau lebih danau
ukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua populasi yang terpisah. Suatu populasi
membentuk spesies baru karena terisolasi secara geografis dari populasi induknya.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu populasi hewan
yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi alopatrik juga dapat
terjadi tanpa pembentukan ulang geologis, misalnya ketika individuindividu
mengolonisasi wilayah terpencil dan keturunan mereka terisolasi dari populasi
induk, contohnya Pecuk tak dapat terbang mungkin muncul dengan cara ini dari
spesies yang bisa terbang dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
Proses spesiasi alopatrik Seberapa hebatkah penghalang geografis
sehingga spesiasi alopatrik dapat terjadi? Jawabannya tergantung pada
kemampuan organisme untuk berpindah tempat. Burung dan singa gunung dapat
menyebrangi sungai dan ngarai. Penghalang semacam itu juga bukan ritangan
bagi serbuk sari yang tertiup angin dari pohon pinus atau biji-bijian tumbuhan
berbunga. Sebaliknya, rodensia kecil mungkin menganggap sungai yang lebar
atau ngarai yang dalam sebagai penghalang yang menyulitkan. A. harrisi A.
Leucur us Spesiasi alopatrik bajing antelop di ngarai Grand Canyon yang
berlawanan. Bajing antelop harris (Ammospermophillus harris) menghuni ngarai
selatan (kiri). Hanya beberapa kilometer hanya beberapa kilometer jauhnya dari
Ngarai Utara (kanan) hiduplah bajing antelop ekor putih (Ammospermophillus
leucurus) yang berkerabat denkat dengan bajing harris. Sebaliknya, burung dan
organisme lain yang dapat menyebar dengan menyeberangi ngarai secara mudah,
belum berdivergensi dan menjadi spesies yang berbeda pada kedua sisi ngrai.
Bagitu pemisahan geografistelah berlangsung. Lengkung gen yang terpisah dapat
berdivergensi melalui berbagai mekanisme. Mutasi yang berbeda akan muncul,
seleksi alam bekerja pada organnisme-organisme yang terpisah, dan hanyutn
genenetik mengubah frekuensi alel. Isolasi reproduktif kemudian dapat trjadi
sebagai produk sampingan dari seleki dan hanyutan genetik yang menyebabkan
populasi berdivergensi secara genetis. Misalnya pada bunga monyetan Mimullus
gutatus , seleksi telah menguntungkan evolusi toleransi tembaga pada populasi
yang hidup didekat pertambangan tembaga. Konsentrasi temabaga pada tanah
diwilayah tersebut dapat mencapai kadar yang mematikan bagi individu yang
nontoleran. Sewaktu anggota populasi toleran tembaga Mimullus gutatus kawin
dengan individu dari populasi lain, kesintasan kerutunanya rendah. Analisis
genetik menunjukan bahwa gen untuk toleran terhadap tembagaatau sebuah alel
yang terpaut secara genetis dengan gen toleransi terhadap tembaga menyebabkan
kesintasan dari keturunan hibrida rendah. Dengan demikian , seleksi bagi toleransi
terhadap tembaga tampaknya memiliki efek samping yang penting namun tidak
disengaja: isolasi reprodukstif parsial di antara populasi-populasi Mimullus
gutatus. Lengkung gen dari poipulasi-populasi yang sangat terisolasi (misalnya di
pulau terpencil) mengalami aliran gen yang sangta sedikit sehingga sangat
mungkin mengalami spesiasi alopatrik. Misalanya, dalam waktu kurang dari dua
juta tahun, segelintir hewan dan tumbuhan dari daratan utama Amerika selatan
dan Utara yang mengolonisasi galapagos menyebabkan kemunculan semua
spesies baru yang ditemukan dikepulauan tersebut.
Bukti Spesiasi Alopatrik Salah satu bukti spesiasi alopatrik adalah data
biogeografis bersama dengan data genetik menunjukan bahwa dua kelompok
katak yang ada disini, subfamili mantellinae dan Rhacophorinae, mulai
berdivergensi sekitar 88 juta tahun yang lalu, ketika tempat yang kini menjadi
pulau Madagaskar mulai memisah dari massa daratan India. Tampaknya keduanya
kedua kelompok katak memiliki nenek moyang bersama. Hasilnya adalah
pembentukan banyak spesies baru pada masing-masing lokasi. Subfamili katak
mentellinae dan Rhacoporinae berdivergensi sewaktu pulau yang sekarang disebut
Madagaskar memisah dari India. Peta menunjukan pergerakan Madagaskar
(merah) dan India (biru). Nilai penting dari spesiasi alopatrik juga ditunjukan
melalui fakta bahwa wilayah yang sangat terbagi-bagi oleh berbagai penghalang
geografis secara khas memiliki lebih banyak spesies dari pada wilayah dengan
sedikit penghalang.
2. Spesiasi Peripatrik
Merupakan spesiasi yang terjadi bila populasi-populasi kecil organisme
menjadi terisolasi pada lingkungan baru. Yang membedakan dengan spesiasi
alopatrika adalah populasi yang terisolasi jumlahnya jauh lebih kecil dibanding
populasi parental. Disini the founder effect menyebabkan spesiasi yang cepat
melalui penyimpangan genetik yang cepat dan seleksi pada kolam gen yang kecil.
Efek pendiri bisa terjadi misalnya ketika sedikit anggota populasi tertiup badai
kesebuah pulau baru. Hanyutan genetik saat peristiwa tersebut kebetulan
mengubah frekuensi alel-terjadi dalam kasus semacam itu karena badai tidak
membeda-bedakan saat memindahkan beberapa individu (besera alel-alel
meraka), bukan yang lain dari populasi sumber.
3. Spesiasi Parapatrik
Spesiasi ini mirip dengan spesiasi paripatrik yakni jumlah pupulasi yang
masuk ke habitat baru sangat kecil. Namun bedanya adlah tak ada pemisahan
secara fisik antara dua populasi ini. Sebaliknya, spesiasi adalah hasil dari
mekanisme evolusi yang mengurangi aliran gen antara kedua populasi. Umumnya
ini terjadi bila ada perubahan lingkungan secara drastis didalam haitat spesies
parntal. Satu contoh spesiasi ini adalah rumput Anthoxanthum odoratum sebagai
respon terhadap populasi logam di tempat tanaman ini berada. Disini tanaman ini
berevolusi sehingga memiliki resistensi terhadap tingginya kadar logam dalam
tanah. Seleksi menolak saling kawin dengan populasi parental yang peka terhadap
lo9gam menyebabkan perubahan gradual terhadap waktu pembungaann dari
tanaman yang resisten logam, yang pada akhirnya menghasilkan isolasi
reproduksi yang sempurna. Seleksi menolak hibris antara antara kedua populasi
ini dapata menyebabkan penguatan (reinforcemen), yakni evolusi sifat-sifat yang
mempromosikan perkawinan didalam satu spesies. Sekaligus juga peminadahan
karakter, yakni bila dua spesies semakin lama semakin tampak berbeda. Isolasi
geografis di kepulauan Galapogus menghasioakan beasan spesies baru.
4. Spesiasi Simpatrik
Pada spesiasi ini spsies bercabang tanpa isolasi geografis atau perubahan
habitat. Bentuk ini jarang terjadi karena aliran gen dalam jumah kecil pun cukup
mampu untuk menghilangkan perbedaan genetik antar bagian populasi (Hassan,
dkk (2014). Spesiasi simpatrik terjadi dalam populasi hidup di area geografis yang
sama. Bagaimana penghalang reproduktif terbentuk di antara populasi-populasi
simpatrik padahal anggota-anggotanya tetap saling berhubungan? Walaupun
hubungan semacam itu membuat spesiasi simpatrik lebih jarang terjadi dibanding
spesiasi allopatrik, spesiasi simpatrik dapat terjadi jika aliran gen berkurang akibat
faktor-faktor seperti poliploidi, diferensiasi habitat dan seleksi seksual.
Pengaruh Utama dalam Spesiasi Spesiasi atau terbentuknya spesies baru
dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara
cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun. a. Peran Isolasi Geografi Mayoritas
para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi,
meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam
beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah;
atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih
kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula
kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya
dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing b. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahangene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik
yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
1. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier) Isolasi
sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
- Isolasi Ekologi (ecological)
- Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
- Isolasi Sementara (temporal)
- Isolasi Mekanik (mechanical)
- Isolasi Gametis (gametic)
2. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier) Hal ini
terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain,
maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi
organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi
melalui:
- Kematian zigot (zygotic mortality)
- Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
- Sterilitas hybrid

DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Resume

Nama : Windy Oktaviani


NIM : 431418081
Kelas/Prodi : B/Pendidikan Biologi
Mata Kuliah : Evolusi

KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI


5.1 KONSEP SPESIASI
Spesies adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau penampakan”.
Kita belajar untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan dan hewan – antara
anjing dan kucing, misalnya. Dari perbedaan penampakan luarnya, Linnaeus,
pendiri taksonomi modern menjelaskan spesies individual berdasarkan bentuk
fisiknya; kajian mengenai struktur atau bentuk, yang disebut morfologi, masih
tetap merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengelompokkan
spesies. Para ahli taksonomi modern juga mempertimbangkan perbedaan dalam
fungsi tubuh, biokimia, perilaku, dan susunan genetic. Akan tetapi, penggolongan
organisme menjadi berbagai spesies yang berbeda yang didasarkan pada data
komparatif hanya merupakan bagian dari suatu upaya yang luas untuk memahami
lebih baik hakekat spesies, dan faktor faktor yang mempertahankan keunikannya
di alam. Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan
secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama
dengan induknya.
Menurut Campbell, dkk (2005) setidaknya ada enam konsep spesies yaitu
konsep spesies biologis, konsep spesies morfologis, konsep spesies pengenalan,
konsep spesies kohesi, konsep spesies ekologis, dan konsep spesies evolusioner.
1. Konsep spesies biologis
Menekankan isolasi reprodusktif, yaitu kemampuan anggota suatu spesies
untuk saling kawin satu sama lain tetapi tidak dengan anggota spesies yang
lain.
2. Konsep spesies morfologis
Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur antar spesies. Sebagian
besar spesies yang diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah
dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan kriteria morfologi.
3. Konsep spesies pengenalan
Menekankan adaptasi perkawinan yang telah mantap dalam suatu populasi
karena individu “mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin yang
sesuai.
4. Konsep spesies kohesi
Menekankan kohesii fenotip sebagai dasar penyatuan spesies, dengan
masing masing spesies ditentukan oleh kompleks gennya yang terpadu dari
kumpulan adaptasinya.
5. Konsep spesies ekologis
Menekakan peranan spesies (niche atau relung), posisi dan fungsinya dalam
lingkungan6.
6. Konsep spesies evolusioneri
Menekankan garis keturunan evolusi dan peranan ekologis.

5.2 Mekanisme Spesiasi


a. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah
satunya populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat
akibat perubahan geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan
sosial seperti emigrasi. Populasi yang terisolasi kemudian mengalami
perbedaan genotipik dan fenotipik mereka mengalami tekanan selektif yang
berbeda atau secara independen mereka menjalani pergeseran genetik.
Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka telah berkembamg dan
tidak lagi mampu bertukar gen. Pulau genetika, kecenderungan kecil, kolam
genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-sifat yang tidak biasa, telah
diamati dalam beberapa keadaan, termasuk kepulauan dan perubahan radikal
di kalangan tertentu di pulau yang terkenal, seperti Komodo dan Galapagos,
yang terakhir setelah melahirkan ekspresi modern teori evolusi, setelah
diamati oleh Charles Darwin.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak
dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya
sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik
tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme
isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas
di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit berbeda yaitu
A. ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah selama peristiwa pleistocene
glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A. ewingi yang terisolasi oleh suatu
periode glacial, mungkin telah ada A. pusilla pada pulau itu.
b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme
terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi
peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak
yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru
dapat berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya.
Populasi baru berpisah dari populasi induk akan tetapi masih berada di area
mengarah ke terbentuknya evolusi.
c. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk
asli.
Spesiasi ini dihasilkan dari evolusi mekanisme yang mengurangi aliran
genetika antara dua populasi. Secara umum, ini terjadi ketika terdapat
perubahan drastis pada lingkungan habitat tetua spesies. Salah satu
contohnya adalah rumput Anthoxanthum odoratum, yang dapat mengalami
spesiasi parapatrik sebagai respon terhadap polusi logam terlokalisasi yang
berasal dari pertambangan. Pada kasus ini tanaman berevolusi menjadi
resistans terhadap kadar logam yant tinggi dalam tanah. Seleksi keluar
terhadap kawin campur dengan populasi tetua menghasilkan perubahan pada
waktu pembungaan, menyebabkan isolasi reproduksi. Seleksi keluar
terhadap hibrid antar dua populasi dapat menyebabkan “penguatan”, yang
merupakan evolusi sifat yang memperkenalkan perkawinan dalam spesies,
serta pealihan yang terjadi ketika dua spesies menjadi berbeda pada
penampilannya.
d. Spesiasi Simpatri
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi
ketergantungan pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama.
Namun, keberadaan spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang
masih diperebutkan. Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi
sympatric dalam kenyataan adalah spesiasi mikro-allopatric atau
heteropatric. Contoh yang diterima secara luas sebagian besar spesiasi
sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur,
yang diperkirakan karena seleksi seksual.

Referensi
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2005. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga

Waluyo, Lud. 2005. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi serta Implikasi dalam
Pembelajaran. Malang : UMM Press

Nama : Yuslia
Nim : 431418011
Kelas : B Pendidikan Biologi
A. KONSEP SPESIES
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di
alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat
menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh
dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil
dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang
dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan
berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar
sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul
karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang
secara aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat
menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain, suatu spesies biologis adalah unit populasi terbesar di mana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi
kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu
reproduksi seksual meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui
rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu tidak dapat
melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di
dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami
perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme
aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
a) Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain.
Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari
populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh
ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies
biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan
spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam
dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme
dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui
bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan
hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu
spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang
mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen
diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang
melibatkan hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka
hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya
atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua
populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies
ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis
lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang
unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.

Tabel 1. Perbandingan Enam Konsep Spesies

Konsep spesies Keterangan


Konsep spesies Menekankan isolasi reproduktif, yaitu kemampuan
biologis anggota suatu spesies untuk saling mengawini satu
sama lain, tetapi tidak dengan anggota spesies yang
lain
Konsep spesies Menekankan perbedaan anatomi yang dapat terukur
morfologis antar spesies. Sebagian besar spesies yang
diidentifikasi oleh para ahli taksonomi telah
dikelompokkan menjadi spesies terpisah berdasarkan
kriteria morfologi
Konsep spesies Menekankan proses adaptasi perkawinan yang telah
pengenalan mantap dalam suatu populasi karena individu
”mengenali” ciri-ciri tertentu dari pasangan kawin
yang sesuai
Konsep spesies kohesi Menekankan kohesi fenotipe sebagai dasar penyatuan
spesies, dengan masing-masing spesies ditentukan oleh
kompleks gennya yang terpadu dan kumpulan
adaptasinya
Konsep spesies Menekankan peranan spesies (niche/relung), posisi dan
ekologi fungsinya dalam lingkungan.
Konsep spesies Menekankan pada garis keturunan evolusi dan peranan
evolusioner ekologis
Selain itu dalam Wikipedia, disebutkan bahwa hanyutan genetic yang
merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Proses ini mencapai puncaknya dengan
menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme
yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang
kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang
terjadi secara perlahan ini

Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies


sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula
berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama,
populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies
baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
1. SPECIES DAN SPESIASI
a. Konsep Spesies Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau
“penampakan”. Spesies merupakan unit dasar untuk memahami
biodiversitas. Menurut Waluyo (2005), spesies adalah suatu kelompok
organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan
perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan
bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu
artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-
beda dalam memahami tentang spesies. Munculnya keanekaragaman
konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar. Alasan
pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang
merupakan proses munculnya suatu spesies baru, karena spesies
merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa
konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih
sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat
ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Dengan kata lain, suatu spesies biologis adalah unit populasi
terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi
secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan
keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua
kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene
pools). Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan
memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan bersama pada
beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku
untuk organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies. Campbell (2003)
mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain: Konsep
spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi
atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain.
Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar
dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik
dari populasi lain semacamnya.Contohnya dua populasi hewan yang
tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan
spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia,
biologi, dan fisik yang khas).
Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang
dikemukakan oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami
yang secara aktual maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding)
dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok yang
lainnya. Kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual
adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil (Stearns
and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut kategori taksonomi
didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya dengan
kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan. Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan
populasi yang alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki
bersama suatu ″gene pool″ umum.
b. Konsepspesiasi Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru.
Ada beberapa pendapat mengenai proses spesiasi. Ada pendapat
menyatakan bahwa proses spesiasi hanya terjadi pada masa lampau dan
tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan pendapat lain menyatakan
bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini.
c. Model spesiasi pada tingkat populasi Model- model spesiasi pada
tingkat populasi ada dua yaitu sebagai berikut:
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation) Terjadinya spesiasi
alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi
gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas di benua
Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit berbeda
yaitu A. Ewingi. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah
pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang
dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung finch termasuk dalam
isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan
penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran
(Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa burung
finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
2. Spesiasi Simpatrik Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi
gradual dan spontan. Isolasi reproduktif antar spesies yang
berkerabat dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan
adanya perbedaan bukan pada lokus gen tunggal, tetapi pada
banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung secara gradual ,
karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif. Model-model spesiasi simpatrik
didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti
ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi
dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu
multiple-niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1
dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik.Masing-
masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika
dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip
dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit.
Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B
yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong
serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut
dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang perbedaan dalam pemilihan
inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif.Banyak dari serangga herbivora yang merupakan
spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang,
terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang
berasal dari sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an.
Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang diturunkan dari
spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina
alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad
ke-19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies
lokal, dan akhirnya menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica),
yang secara morfologi berbeda dan terisolasi secara reproduktif
dari kedua spesies tetuanya, Suatu polimorfismeseimang bersama
dengan perkawinan asortatif dapat menghasilkan spesies simpatrik
(Campbell et all, 2000:49).
3. SpesiasiParapatrik Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang
dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi
tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya
isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga spesies-spesies
dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi
karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran
genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi
menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang
sungai, setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi
saling kawin.Meyr menyebutkan seleksi parapatrik menuntut
adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.
d. Dua Pengaruh Utama Spesiasi
a. Isolasi Geografis Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat
bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi adalah
pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih berhubungan secara langsung atau tidak, gen flow
masih dapat terjadi. Semakin lama kedua populasi tersebut
akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan
caranya sendiri.Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari
sistem populasi akan mengalami penyimpangan, sebabnya
adalah sebagai berikut:
 Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai
frekuensi gen permulaan yang berbeda. Jadi, jika dua
populasi memiliki potensi genetik yang berbeda sejak
awal pemisahannya, sudah barang tentu akan menempuh
jalan yang berbeda.
 Mutasi terjadi secara random. Pemisahan dalam dua
sistem populasi tersebut mungkin disebabkan adanya
mutasi.
 Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka
menempati posisi pemisahan yang berbeda.
 Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi
terbentuknya koloni baru.
b. Isolasi Reproduksi, Selanjutnya, dalam rentang waktu yang lama
akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang
dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah bercampurnya
dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua populasi itu
berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan
adanya penghambat (barier) luar yang menjadikan dua sistem
populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat
yang berbeda). Namun keadaan ini belum sempurna sampai
populasi ini mengalami proses intrinsik yang menjaga supaya
mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah
meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai
tempat yang sama).

MORPHOLOGICAL SPECIES CONCEPT/ TYPOLOGICAL


SPECIES CONCEPT
Menurut konsep ini, keragaman yang diobservasi di alam merefleksikan
keberadaan sejumlah tipe yang terbatas. Individu-individu tidak berada dalam
hubungan tertentu antara satu dengan yang lainnya, semata-mata ekspresi dari tipe
yang sama. Konsep species tipe memiliki beberapa sinonim seperti clasical
species concept, Linnaean species concept, and morphospecies concept. Berbagai
usaha yang semata-mata mendefinikan spesies secara numerik atau matematik
secara logis ekuivalen dengan konsep ini.
Konsep ini juga menjembatanisatu keputusan yang memisahkan suatu
keadaan yang melekat pada beberapa konsep lain antara seksual dan aseksual
species, selama ini perbedaan morfologi bersifat dapat diturunkan dan mewakili
terpisahnya garis keturunan. Pernyataan yang menyatakan bahwa manusia
berorientasi species, sehingga konsep species dengan mudah dinyatakan sebagai
satukonsep yang operasional.
Konsep species tipe (esensialis) diterima oleh ahli taksonomi sampai
periode post-Linnaean. Ada empat postulat yang diterima oleh para esensialis :
a) Spesies terdiri atas individu-individu yang mirip yang memiliki karakter
inti yang sama
b) Tia-tiap species terpisah antara satu dengan yang lainnya oleh
diskontinuitas yang tajam
c) Tiap species bersifat konstan sepajang waktu
d) Kemungkinan variasi dalam satu species sangat terbatas
Ada tiga batasan konsep sepcies menurut konsep tipe yaitu
 Berbeda dan monotipe
 Tidak mengalami mutasi dan terbentuk seperti adanya
 Melakukan perkainan sesungguhnya
B. MEKANISME TERBENTUKNYA SPESIES BARU

Teori Darwin mengenai evolusi sebagian besar memberi penekanan


pada seleksi alam dan adaptasi populasi secara bertahap terhadap
lingkungannya. Proses ini disebut mikroevolusi. Jika mikroevolusi benar-
benar terjadi maka bumi akan dihuni oleh makhluk hidup yang sangat
adaptif dibandingkan makhluk hidup sebelumnya. Spesiasi – asal-usul
spesies baru – berada pada pusat dari evolusi. Pada saat spesiasi terjadi
maka keanekaragaman hayati meningkat.
Makroevolusi menyebabkan perubahan biologis secara dramatis dan hal
ini dimulai dengan munculnya spesies baru. Jika ada dua varietas dari suatu
spesies mendiami dua habitat yang sangat berbeda tanpadapat melakukan
perkawinan antar keduanya, dan selanjutnya mengalami perubahan
morfologi, anatomi, dan tingkah laku, maka akhirnya dapat membentuk satu
spesies baru
1. Penghalang reproduktif (reproductive barriers) mempertahankan
terpisahnyaspesies
Suatu penghalang reproduktif adalah karakter-karakter dari makhluk
hidup yang menghalangi populasi saling kawin meskipunmempunyai
habitat yang tumpah tindih. Ada dua macam penghalang reproduktif
yaitu:
2. Penghalang prezigotik; mencegah perkawinan atau fertilisasi antar
spesies.
a) isolasi musim (temporal) Spesies pinus Pinus radiata dan P.
muricata hidup di area yang sama di Kalifornia Tengah. Kedua
spesies ini tidak dapat saling kawin karena P. radiata melepaskan
serbuk sari pada bulan Februari, sedangkan P. muricata pada bulan
April. Sigung dari bagian Timur dan sigung dari bagian Barat
padang rumput di Amerika, mempunyai musim kawin yang
berbeda, sehingga tidak dapat saling kawin.
b) Isolasi habitat, Dua spesies yang berkerabat dekat, seperti ular
garter di Amerika Utara bagian Barat yang hidup di darat dan air,
tidak mungkin saling kawin.
c) Isolasi tingkahlaku, Tidak ada ketertarikan seksual di antara jantan
dan betina pada spesies yang berbeda. Sinyal khusus yang
mengawali terjadinya perkawinan merupakan hal unik di
dalam satu spesies. Biasanya hewan jantan memberi tanda atau
sinyal tertentu dalam bentuk tingkah laku, seperti mengeluarkan
suara, melakukan ritual, tarian atau mengekskresikan zat kimia.
Contohnya burung bower jantan akan menghiasi sarangnya dengan
ranting berwarna biru, menari dan berkicau untuk menarik perhatian
betina. Setelah proses ritual selesai, maka akan terjadi perkawinan.
d) Isolasi mekanik, Perkawinan tidak dapat terjadi akibat organ
seksual eksternal yang tidak cocok satu sama lain. Organ kopulasi
pada banyak insekta jantan hanya sesuai untuk betina dari spesies
yang sama. Banyak spesies tumbuhan mempunyai struktur bunga
yang beradaptasi dengan polinator tertentu (insekta/hewan lain
missal burung). tanaman sage hitam memiliki bunga kecil,
penyerbukan dilakukan oleh lebah kecil. Sage putih memiliki
struktur bunga yang besar sehingga penyerbukan hanya dapat
dilakukan oleh lebah besar
e) .isolasi gametik, Jantan dan betina dari spesies yang berbeda dapat
melakukan perkawinan, tetapi pembuahan yang terjadi tidak akan
menghasilkan zigot. Hal ini berlaku pada pembuahan internal
maupun eksternal; pada banyak mamalia sperma tidak dapat
bertahan hidup di dalam saluran reproduksi betina spesies lain;
jantan dan betina bulu babi mengeluarkan sperma dan telur di laut.
Fertilisasi dapat berlangsung jika molekul pada permukaan sperma
dan telur dapat bersatu.
3. Penghalang poszigotik; mencegah perkembangan makhluk hidup.
Ada tiga macam penghalang poszigotik:
1) Ketidakmampuan hibrid untuk berkembang (hybrid
inviability)
Misal katak dari genus Rana yang hidup di habitat sama dapat
saling kawin tetapi hibrid tidak dapat berkembang sempurna atau
menjadi individu yang lemah.
2) Sterilitas hibrid (hybridsterility) Hibrid yang dihasilkan dari
perkawinan dua spesies berbeda, bersifat steril, oleh karena itu
hibrid ini tidak dapat mewariskan sifat tetuanya; misalnya hibrid
(Gambar 12.6j; disebut bagal) antara kuda dan keledai
3) Kegagalan rantai pewarisan pada hibrid (hybrid breakdown)
Generasi hibrid pertama fertil dan mampu berkembang, tetapi jika
hibrid ini saling kawin maka atau hibrid kawin dengan tetua maka
hibrid keturunannya bersifat steril.
2. Isolasi geografik dapat menyebabkan spesiasi (pembentukan
spesies baru)
Kunci asal-usul spesies adalah pemisahan populasi satu dengan yang
lainnya, dalam hal ini pemisahan gene pool. Perubahan frekuensi
alel yang disebabkan oleh seleksi alam, hanyutan gen (genetic drift),
dan mutasi tidak dipengaruhi oleh aliran gen (gen flow) dari populasi
lain. Pada pembentukan spesies baru, penghalang aliran gen antar
populasi yang utama yaitu penghalang geografis (geographic
barrier). Spesiasi semacam ini disebut spesiasi alopatrik (allopatric
speciation), populasi yang terbentuk disebut populasi alopatrik.
Proses geologi dapat menyebabkan populasi terfragmentasi menjadi
satu atau lebih populasi yang terisolasi. Isolasi geografik memberi
peluang terjadinya spesiasi tetapi belum tentu terjadi spesies baru.
Spesies baru terjadi jika adanya penghalang reproduksi antara
populasi terisolasi dengan populasi induk. Tidak semua spesies
terbentuk sebagai akibat dari isolasi geografik. Pada spesiasi
simpatrik (sympatric speciation), isolasi reproduksi terjadi dan
spesies baru terjadi tanpa pembatas geografik.
3. Pembentukan species baru
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika
(Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara
cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun
4. Empat mekanisme spesiasi.
 Speciasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih
spesies.

 Speciasi telah terpantau berkali-kali pada kondisi laboratorium yang


terkontrol maupun di alam bebas.

 Pada organisme yang berkembang biak secara seksual, spesiasi


dihasilkan oleh isolasi reproduksi yang diikuti dengan divergensi
genealogis.

 Terdapat empat mekanisme spesiasi. Yang paling umum terjadi pada


hewan adalah, Speciasi Allopatrik, Speciasi Peripatrik, Speciasi
Parapatrik, Speciasi Sympatrik
Speciasi Allopatrik : Speciasi yang terjadi pada populasi yang awalnya
terisolasi secara geografis, Barier geografis ini memungkinkan populasi
terpengaruh oleh faktor lingkungan sperti makanan dll. Maka terjadi
fragmentasi habitat atau migrasi. Seleksi di bawah kondisi demikian
dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada penampilan dan
perilaku organisme.Karena seleksi dan hanyutan bekerja secara bebas
pada populasi, dalam waktu yang lama maka akan terjadi variasi yang
mutasinya semakin besar menyebabkan terjadinya isolasi intrinsik yang
akan mengarah ke isolasi reproduksi sehingga akan menghalangi
percampuran gen Pemisahan pada akhirnya akan menghasilkan
organisme yang tidak akan dapat berkawin campur maka terbentuklah
speciasi Contoh Xylocopa nobilis ( kumbang kayu) di Menado
Speciasi Peripatrik, Speciasi yang terjadi ketika sebagaian kecil
populasi organisme menjadi terisolasi dalam sebuah lingkungan yang
baru.Ini berbeda dengan spesiasi alopatrik dalam hal ukuran populasi
yang lebih kecil dari populasi tetua. Dalam hal ini, adalah hilangnya
variasi genetik yang terjadi ketika suatu populasi baru didirikan oleh
sejumlah individu yang sangat kecil. Akibat dari hilangnya variasi
genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara genotipe ataupun
fenotif dari populasi asalnya. Dalam kasus ekstrem ini menyebabkan
speciasi yang nantinya mengarah ke terbentuknya evolusi Hilangnya
variasi genetik ini, menyebabkan spesiasi cepat Karena melalui
hanyutan genetika yang cepat dan seleksi terhadap gen yang kecil
segeralah terjadi speciasi
Speciasi Parapatrik, Speciasi ini mirip dengan spesiasi peripatrik
dalam hal ukuran populasi kecil yang masuk ke habitat yang
baru,Namun berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik
antara dua populasi. Spesiasi ini dihasilkan dari evolusi mekanisme
yang mengurangi aliran genetika antara dua populasi. Secara umum, ini
terjadi ketika terdapat perubahan drastis pada lingkungan habitat tetua
spesies. Salah satu contohnya adalah rumput Anthoxanthum odoratum ,
yang dapat mengalami spesiasi parapatrik sebagai respon terhadap
polusi logam terlokalisasi yang berasal dari pertambangan. Pada kasus
ini, tanaman berevolusi menjadi resistan terhadap kadar logam yang
tinggi dalam tanah. Seleksi keluar terhadap kawin campur dengan
populasi tetua menghasilkan perubahan pada waktu pembungaan,
menyebabkan isolasi reproduksi.Seleksi keluar terhadap hibrid antar
dua populasi dapat menyebabkan "penguatan", yang merupakan evolusi
sifat yang mempromosikan perkawinan dalam spesies,serta peralihan
karakter yang terjadi ketika dua spesies menjadi lebih berbeda pada
penampilannya.
Speciasi Simpatrik, Mekanisme spesiasi adalah spesies yang bebrbeda
menghuni tempat yang sama berdivergen tanpa adanya isolasi geografis
atau perubahan pada habitat. Mekanisme ini cukup langka karena hanya
dengan aliran gen yang sedikit akan meng hilangkan perbedaan
genetika antara satu bagian populasi dengan bagian populasi lainnya.
Secara umum, spesiasi simpatrik pada hewan memerlukan evolusi
perbedaan genetika dan terjadinya perkawinan acak Contoh bebek
dengan Mentok yang berada pada habitat yang sama
Dampak dari mekanisme ini akan membawa isolasi reproduksi Salah
satu jenis spesiasi simpatrik melibatkan perkawinan silang dua spesies
yang berkerabat, menghasilkan spesies hibrid. Hal ini tidaklah umum
terjadi pada hewan karena hewan hibrid bisanya mandul. Sebaliknya,
perkawinan silang umumnya terjadi pada tanaman, karena tanaman
sering menggandakan jumlah kromosomnya, membentuk poliploid Ini
membuat kromosom dari tiap spesies tetua membentuk pasangan yang
sepadan selama meiosis. Salah satu contoh Speciaisi dengan mekanisme
simpatrik adalah kketika tanaman Arabidopsis thaliana dan Arabidopsis
arenosa dari Perkawinan menghasilkan spesies baru Arabidopsis
suecica.Hal ini terjadi sekitar 20.000 tahun yang lalu, dan proses
spesiasi ini telah diulang dalam laboratorium, mengijinkan kajian
mekanisme genetika yang terlibat dalam proses ini. Isolasi geografis
burung Finch di Kepulauan Galapagos menghasilkan lebih dari satu
lusin spesies baru hal ini merupalan petunjuk bahwa variasi yang
mengarah ke speciasi terjadi disini

Referensi
Campbell, Reece, Mitchell. 2000.Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New York:Oxford
Waluyo, L. 2005. EvolusiOrganik. UMM Press.Malang.
Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.Dirjen Dikti.
Erik Perdana Putra & TaufikTaher. Spesiasi. 2011. Pendidikan Biologi
PPsUM.Malang

Anda mungkin juga menyukai