Oleh
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Nama : Anita I.Sado
Kelas :B
Prodi : Pendidikan Biologi
Mata kuliah : Evolusi
I. KONSEP SPESIES
Konsep spesies menurut Biological spesies concept adalah suatu populasi
atau kelompok populasi alami yang secara seksual memiliki potensi dapat
saling kawin dan menghasilkan keturunann yang dapat hidup fertil,namun
tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain.
Menurut campbell 2003 konsep spesies biologis mendefinisikan suatu
spesies sebagai populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya
memiliki kemampuan untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup fertil jika kawin dengan spesies
lain.
1. Macam Konsep Species
1.1. Morphological Species Concept/ Typological Species Concept
Menurut konsep ini, keragaman yang diobservasi di alam merefleksikan
keberadaan sejumlah tipe yang terbatas. Individu-individu tidak berada
dalam hubungan tertentu antara satu dengan yang lainnya, semata-mata
ekspresi dari tipe yang sama. Konsep ini, yang berdasarkan filosofi dari
Plato, merupakan konsep spesies dari Linnaeus dan pengikutnya. Oleh
karena tradisi filosofi ini, konsep tipe disebut juga sebagai esensialime dan
juga disebut konsep spesies esensialis. Konsep species tipe memiliki
beberapa sinonim seperti clasical species concept, Linnaean species concept,
and morphospecies concept. Berbagai usaha yang semata-mata
mendefinikan spesies secara numerik atau matematik secara logis ekuivalen
dengan konsep ini. Derajat perbedaan morfologi adalah kriteria status
species untuk pengikut konsep spesies tipe.
Konsep ini dipertimbangkan sebagai metode yang paling sesitif dan paling
umum digunakan oleh ahli taksonomi, ahli biologi umum dan sebagainya.
Karena sebagian besar situasi yang melibatkan populasi allopatrik hanya
sedikit atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai kebebasan
reproduktif, hanya perbedaan morfologi yang membantu sebagai wakil
keturunan dari silsilah yang berbeda. Konsep ini juga menjembatani satu
keputusan yang memisahkan suatu keadaan yang melekat pada beberapa
konsep lain antara seksual dan aseksual species, selama ini perbedaan
morfologi bersifat dapat diturunkan dan mewakili terpisahnya garis
keturunan. Pernyataan yang menyatakan bahwa manusia berorientasi
species, sehingga konsep species dengan mudah dinyatakan sebagai satu
konsep yang operasional.
Konsep species tipe (esensialis) diterima oleh ahli taksonomi sampai
periode post-Linnaean. Ada empat postulat yang diterima oleh para
esensialis:
a. Spesies terdiri atas individu-individu yang mirip yang memiliki karakter
inti yang sama
b. Tia-tiap species terpisah antara satu dengan yang lainnya oleh
diskontinuitas yang tajam
c. Tiap species bersifat konstan sepajang waktu
d. Kemungkinan variasi dalam satu species sangat terbatas
Ada tiga batasan konsep sepcies menurut konsep tipe yaitu
a) Berbeda dan monotipe
b) Tidak mengalami mutasi dan terbentuk seperti adanya
c) Melakukan perkainan sesungguhnya
Permasalahan nyata terkait dengan konsep species morfologi adalah
adanya species sibling atau species kriptik atau tersimpannya/ bertahannya
morfologi plesiomorfik. Disini, tidak ada atau sedikit divergensi moefologi
terjadi dan dua atau lebih species berbeda terlihat sangat mirip. Dalam
kasus ini konsep species morfologi akan berakibat pada rendahnya dugaan
keragaman biologis. Masalah potensial lainnya adalah melekatnya
kecenderungan tingkat divergensi morfologi yang berubah-ubah. Dengan
melakukan kriteria tersebut, peneliti akan berasumsi bahwa semua sifat
morfologi, terutama yang secara tradisional dilakukan pada takson,
berevolusi pada laju divergensi yang konstatn. Hal ini asumsi yang tidak
dijustifikasi dan patahkan oleh observasi bahwa bahkan dalam satu
kelompok taksonomi divergensi morfologi sangat biasa.
Konsep species tipe ditolak secara universal karena dua alasan praktis.
Pertama, di alam seringkali ditemukan individu-individu dari species yang
sama sering memperlihatkan variasi yang sangat jelas sebagai hasil
dimorfisme seksual, perbedaan umur, polimorfisme dan bentuk variasi
individu lainnya. Meskipun sering dideskripsikan sebagai species yang
berbeda, namun setelah mereka ditemukan sebagai anggota dari breeding
population yang sama, mereka hanya dikenal sebagai derajat perbedaan
morfologi. Fena yang berbeda yang masuk ke dalam satu populasi tidak
dapat dipertimbangkan sebagai sepcies yang berbeda tidak peduli seberapa
besar perbedaan mereka secara morfologi. Kedua, ada species di alam “
sibling species” yang sangat sulit dibedakan pada semua karakter secara
morfologi merupakan konsep species biologi. Jadi derajat perbedaan tidak
dapat dipertimbangkan sebagai kriteria untuk membuat keputusan didalam
membuat ranking suatu taksa sebagai species.
Ini merupakan konsep non-dimensional yang memperlakukan species
sebagai klas, mendefinisikan mereka berdasarkan kelengkapan morfologi
esensial tertentu. Dengan demikian, konsep ini tidak mengijinkan peneliti
untuk memperlakukan species sebagai bagian dari keseluruhan sejarah yang
membentuk silsilah keturunan. Sebagai individu, definisi setiap species
akan berubah ketika karakter esensial dari satu species pada t1 akan berbeda
dari t2 melalui keturunan. Ketika konsep ini telah membantu sebagai metode
tradisional untuk mengidentifikasi species, konsep ini memeliki cacat yang
fata sebagai satu konsep primer.
1.2. Agamospecies concept (ASC)
Konsep ini memiliki sinonim Microspecies, Paraspecies, Pseudospecies,
Semispecies.
Konsep ini secara khusus merujuk pada taksa yang tidak sesuai dengan
cara repoduksi secara seksual dan biparental, sering species ini dihasilkan
dari hibridisasi antar psecies atau atar genus. Species ini dapat
menghasilkan gamet tetapi seringkali tidak terjadi fertilisasi, kecuali melalui
hibridisasi.Ghiselin merujuk species ini sebagai tumpukan daun yang jatuh
dari pohon dan menumpuk. Agamospecies mungkin bagian dari species
komplek dimana didalamnya ada species yang bereproduksi secara seksual.
Dalam kasus ini, agamospecies mungkin bersifat fakultatif atau obligat
apomiktik. Apomiktik obligat kadang dirujuk sebagai mikrospecies. Pada
kenyataannya kumpulan individu organisme dari species sering polifiletik,
dihasilkan dari beberapa persilangan antara tetua, species biseksual. Taksa
ini sering didiagnosa dengan beberapa ciri yang berhubungan baik oleh
morfologi maupun kromosom. Species ini sering memiliki kisaran geografis
terbatas. Beberapa autor hanya mengenal mereka sebagai species jika
kisaran geografis mereka paling tidak memiliki diameter 20 km.
1.3. Konsep Species Biologi
Sinonim GSC, Isolation Species Concept
Menurut Simpson (1969) konsep ini juga disebut konsep species
genetik. Akan tetapi menurut Mayr dan Ashlock (1991) dan Mayden
(1997) berbeda dengan konsep species genetic. Menurut konsep ini
species merupakan satu populasi inklusif Mendel, hal ini diintegrasikan
oleh ikantan reproduksi seksual dan asal-usul (Dobzhansky, 1970).
Sementara Menurut Mayr (1940) species adalah kelompok populasi alam
yang benar-benar atau memiliki potensi untuk melakukan perkawinan dan
terisolasi secara reproduktif dari kelompok lain. Menurut Mayr dan
Ashlock (1991) Species adalah kelompok populasi alam yang dapat
melakukan perkawinan dan terisolasi secara reproduktif dari kelompok
lain.
Species terdiri atas komunitas reproduktif yang didalamnya ada unit
ekologi dan genetik. Individu-individu dari satu species mencari dan
mengenali satu dengan yang lainnya untuk perkawinan, memelihara
komunikasi antar gen pool dan individu-individu yang menyusunnya
berinteraksi sebagai satu unit dengan species lain yang dengannya mereka
berbagi lingkungannya. Menurut Mayr (1997) setiap species biologi
adalah satu kumpulan genotipe seimbang dan harmonis serta tidak ada
pemisahan interbreeding individu, tidak masalah seberapa berbeda secara
genetik sehingga akan menorong terjadi gangguan kerharmonisan genotip
dengan segera. Sebagai hasil, ada tambahan mekanisme yang sangat
selektif, disebut mekanisme isolasi, yang akan mendorong persilangan
individu species yang sama dan menghambat perkawinan non-conspecific.
Hal ini menyediakan arti sebenarnya dari species. Species adalah alat
untuk mencegah adanya genotipe yang harmonis dan terintegrasi dengan
baik. Inti dan satu-satunya kriteria untuk realitas species adalah ide isolasi
reproduksi dari satu species dengan species lain. Species adalah gen pool
yang terlindung dan dilingdungi oleh alatnya sendiri (mekanisme isolasi)
melawan gen yang berasal dari hanyutan gen dari gen pool yang lain.
BSC secara specific tidak mencakup species uniparental meskipun
mereka ada dan beberapa memiliki keragaman tipe pseudospecies.
Konsep ini juga digambarkan sebagai definisi operasional bahwa taxa dari
kategori species dapat dibatasi dari species yang lain oleh kriteria lain
yang didefinisikan secara operasional, sebagai contoh populasi
interbreeding lawan non-interbreeding.
BSC telah memperoleh kritik yang substansial substansial terkait
dengan: 1) tidak adanya perspektif silsilah keturunan; 2) non-
dimensionalitas; 3) kesalahan kualitas operasional sebagai definisi; 4)
tidak mencakup organisme non-reproduksi seksual; 5) tidak membedakan
penggunaan kriteria isolasi reproduksi; 6) kebingunan antara mekanisme
isolasi dan efek isolasi; 7) ada ketergantungan implisit pada seleksi grup;
8) sifat relasionalnya; 9) nada teologisnya; 10) pekerjaanya sebagai konsep
tipe, tidak berbeda dari konsep morfologi.
Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
a. Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang
di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa
juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis
dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah;
suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu
populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau
yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan
lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin
berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-
masing (Widodo, 2003).
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya
isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda seperti
b. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya
dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut
berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada. Mekanisme isolasi
intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan
isolasi sesudah perkawinan.
1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
a) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di
bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur
Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid
yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan
fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005)
b) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating).Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut.Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini
pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola
perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan.
Selain sekuen perilaku yang spesifik yang penuh dengan aksesoris tertentu
agar burung betina mau dikawini
2). Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui.
a) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang
sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi
keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
b) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid
yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika
keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi
tumbuhan yang cacat dan lemah
DAFTAR PUSTAKA
Claridge, M.F., H.A. Dawah, and M.R. Wilson. 1997. Species, The Units of
Biodiversity. CHAPMAN & HALL, London, UK.
Mayr, E., and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Syatematic Zoology. Second
Edition.McGRAW-HILL, INC.
Simpson, G.G. Principles of Animal Taxonomy. Columbia University Press,
New York, London
NAMA : ARLIN NUSI
NIM : 431418065
KELAS : B. PENDIDIKAN BIOLOGI
KONSEP SPESIASI DAN MEKANISME SPESIASI
a) Konsep Spesiasi
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti. Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang: Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.
NAMA : ASRIANI A. HABIR
KELAS : B.PEND.BIOLOGI
NIM : 431418044
KONSEP SPECIES DAN MEKANISME SPECIASI
1. KONSEP SPECIES. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini
dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya
perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang merupakan proses
munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik
perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari
berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika,
ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah
laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep
spesies biologi.
2. Mekanisme Spesiasi - Terdapat beberapa penjelasan yang menerangkan
bagaimana isolasi reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
terjadi. Mekanisme spesiasi ini menjelaskan beberapa kasus spesiasi yang
dapat diamati di alam. Terdapat tiga model mekanisme spesiasi, yakni
allopatrik, simpatrik, dan parapatrik.
Nama : Ayun Hamunta
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418031
Tugas : Resume
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, M.S., Ferial, E.W., Soekendarsi, E. 2014. Pengantar Biologi Evolusi.
Jakarta: Erlangga
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
NAMA : DEFRIANTO SADU
KELAS : B.PEND.BIOLOGI
NIM : 431418067
A. Konsep Spesies
Selain itu dalam jurnal evolusi, disebutkan bahwa hanyutan genetic yang
merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Proses ini mencapai puncaknya dengan
menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme
yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies
yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen
yang terjadi secara perlahan ini
Campbell, Reece, Mitchell. 2000. Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, M.S., Ferial, E.W., Soekendarsi, E. 2014. Pengantar Biologi Evolusi.
Jakarta: Erlangga
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
Nama : Greysti Kurniawati Thaib
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418047
5.1 Konsep Spesies
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau “penampakan”.
Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok organisme
yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan secara bebas,
dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Konsep spesies biologis adalah mendefinisikan spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampuan
untuk saling mempengaruhi satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan
yang dapat hidup dan fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika diikat kawin dengan spesies lain dengan kata lain, suatu
spesies biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian reproduksi paling tidak
memiliki kemampuan untuk bereproduksi (Campbell,2003).
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilator belakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
5.2 Mekanisme Spesiasi
Spesiasi Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua
atau lebihspesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium
maupunalam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari
isolasireproduksi yang diikuti percabangan genealogis. Menurut Campbell
(2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung pada bagimana
alirangen terputus di antara beberapa populasi dengan spesies yang
sudah ada sebelumnya.
3. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya
lain danpatra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi
menjadi sejumlahsubpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya
ketinggian permukaan airdi sebuah danau mungkin turun, menyebabkan
pembentukan dua atau lebih danauukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua
populasi yang terpisah.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu
populasihewan yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi
alopatrik jugadapat terjadi tanpa pembentukan ulang geologis,
misalnya ketika individu-individu mengolonisasi wilayah terpencil dan
keturunan mereka terisolasi daripopulasi induk, contohnya Pecuk tak dapat
terbang mungkin muncul dengan caraini dari spesies yang bisa terbang
dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
4. Spesiasi peripatrik
Yaitu merupakan sub-bagian spesiasi alopatrik, dimana spesiasi
peripatrik ini terjadi dalam populasi akibat populasi kecil terisolasi dalam
suatu lingkungan yang kecil dari populsi tetuanya. Spesiasi ini dapat
mengurangi variasi genetik, hal tersebut karena tidak terjadinya
perkawinan secara acak sehingga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan baik secara genotip maupun femetik. contohnya yaitu pada
burung pekakak surge( Tanysipera sp) yang berasal dari papua
newguineie.
5. Spesiasi parapatrik
Yaitu spesiasi yang terjadi bukan karena akibat isolasi geografik.
Dalam spesiasi ini, spesies baru terbentuk secara terisolasidapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan populasi
asli. Mekanisme spesiasi ini dengan aliran gen yang sedikit akan
menghilangkan perbedaan genetik antara satu bagian populasi dengan
bagian populasi yang lain. pada jenis spesiasi ini, tak ada barrier
ekstrinsik spesifik untuk geneflow. populasi berlanjut, namun populasi
tidak kawin secara acak, individu lebiih mudah kawin dengan sesies yang
ada didalamnya (tetangga) dibandingkan dengan individu pada populasi
yang berbeda. contohnya pada spesies tanaman rumput jenis
Athoxanthum odoratum.
6. Spesiasi Simpatrik
Daftar Pustaka
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti.Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang:Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.
Daftar Rujukan
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Ernes Meyr.1942. BIRDS Collected During The Whitney South Sea Expedition..
The American Museum Of Natural History New York City
Simpson, 1962. Parental Influence Anticipatory Socialization, and Social
Mobility. Vol. 27, No. 4. DOI: 10.2307/2090033. American
Sociological Association.
Wiley.1978. The Evolutionary Species Concept Reconsidered. Volume 27 .
https://doi.org/10.2307/2412809. Systematic Biology
Nama :Iin Nurmaningsih Taliki
Kelas: B/pendidikan biologi
Nim : 431318082
KONSEP SPECIESE DAN MEKANISME SPECIASI
a. Konsep Speciasi
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell. 2000. Biologi Jilid II, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang: UMM Press.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM. Dirjen Dikti. Depdiknas.
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011. Spesiasi. Malang: Makalah. Pendidikan
Biologi PPs UM.
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow
masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat
menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa
proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau
lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-
lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi
suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa
danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan
lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan
makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya
masing-masing.
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi
geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan
karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal
yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang
berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini
memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk
koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya
isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
6. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi
tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses
instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool
mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai
tempat yang sama). Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul
yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-meting isolation/prezygotic
barrier.
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari :
a) Isolasi ekologi (ekological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada
perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat
perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada
keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang
terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat
di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan
hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda
dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi.
b) Isolasi Tingkah Laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini
pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing
dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi
penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh
burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang
penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi
perilaku sangat tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh
pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan
untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah :
1. Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar
Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan
disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah
untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah.
2. Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada
proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik
untuk tiap spesies.
3. Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa
feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon
dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu
betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu
jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon mempunyai
pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn
aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
c) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak
akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan
S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3
spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah
yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari
yang berbeda.
d) Isolasi Mekanik (mechanical)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies
yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui :
1. Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan
maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus
Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan
kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang
dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan perkembangannya dan akan
mengalami kematian.
2. Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Tugas : Evolusi
DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. 2011.Spesiasi. Malang : Pendidikan Biologi
PPS UM.
Nama : Kiki Reski Yanti
Kelas : B Pendidikan Biologi
Nim : 431418063
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. Reece, J.B & Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa : Wasmen. Jakarta : Erlangga.
Mitchell. Dan Farabee. M.J. 2000. Evolution Biologi. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo,. L. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Nama : Moh Aditya Antula
Nim : 431418077
Kelas : B Pendidikan Biologi
1. KONSEP SPESIES
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak
yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997)
dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam
memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang
sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara
kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme
yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida
yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya
dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang
unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
2. MEKANISME SPESIES
Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, perilaku kromosom selama
meiosis dan fertilisasi bertanggung jawab atas sebagian besar variasi tiap
generasi. Ada tiga mekanisme yang memberi kontribusi pada variasi genetis
yang timbul akibat reproduksi seksual, yaitu:
a) Pemilahan kromosom secara bebas/independent assortment
Pembelahan sel secara meiosis akan menghasilkan sel gamet (jantan dan
betina) yang memiliki kromosom haploid (n). Pada metafase I, pasangan
homolog kromosom, masing-masing terdiri atas satu kromosom maternal
dan satu kromosom paternal, diletakkan pada plat metafase. Karena
masing-masing pasangan kromosom homolog ditempatkan secara
independen terhadap pasangan lainnya dalam metafase I, orientasi ini
sama randomnya dengan pelemparan koin, maka pembelahan meiosis
menghasilkan pemilahan kromosom maternal dan paternal secara
independen ke dalam sel anak.
b) Pindah silang/crossing over
Suatu proses yang dinamakan pindah silang menghasilkan kromosom
individual yang menggabungkan gen-gen yang diwarisi dari kedua
orangtua kita. Bagian ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab
berikutnya.
c) Fertilisasi random;
Sifat random fertilisasi menambah variasi genetis yang ditimbulkan dari
meiosis. Bayangkan sebuah zigot yang dihasilkan dari sebuah perkawinan
antara wanita dan pria. Sel telur manusia, yang mewakili satu dari hampir
8 juta kemungkinan kombinasi kromosom, dibuahi oleh sebuah sel sperma
tunggal yang mewakili satu dari 8 juta kemungkinan yang berbeda. Jadi
tanpa mempertimbangkan pindah silang sekalipun, pasangan orangtua
manapun akan menghasilkan sebuah zigot dengan salah satu dari sekitar
64 triliun (8 juta x 8 juta) kombinasi diploid.Gen-gen yang terangkai pada
satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu dengan lainnya,
sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang disebabkan
karena adanya penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang
kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang
(crossing over Yang dimaksud dengan pindah silang adalah proses
penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan saudara (nonsister
chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang
umum terjadi pada setiap gametogenesis (peristiwa pembentukan gamet)
pada kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia.
Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan
metafaseI), yaitu ketika kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid
Nama: Multia Husa
Kelas B pendidikan Biologi
Konsep Spesies dan mekanisme spesies
1. Konsep spesies
Spesies adalah kata dalam bahasa latin yang berarti “jenis” atau
“penampakan”. Kita belajar untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan dan
hewan – antara anjing dan kucing, misalnya. Dari perbedaan penampakan
luarnya, Linnaeus, pendiri taksonomi modern menjelaskan spesies individual
berdasarkan bentuk fisiknya ; kajian mengenai struktur atau bentuk, yang
disebut morfologi, masih tetap merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk mengelompokkan spesies. Para ahli taksonomi modern juga
mempertimbangkan perbedaan dalam fungsi tubuh, biokimia, perilaku, dan
susunan genetic. Akan tetapi, penggolongan organisme menjadi berbagai
spesies yang berbeda yang didasarkan pada data komparatif hanya merupakan
bagian dari suatu upaya yang luas untuk memahami lebih baik hakekat
spesies, dan faktor faktor yang mempertahankan keunikannya di alam.
Menurut Campbell, dkk (2005) setidaknya ada enam konsep spesies yaitu
konsep spesies biologis, konsep spesies morfologis, konsep spesies
pengenalan, konsep spesies kohesi, konsep spesies ekologis, dan konsep
spesies evolusioner.
a) Konsep spesies biologis
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Dieckmann, U., Doebeli M., Metz, J.A.J., and Tautz, D. 2004. Cambridge Studies
inAdaptive Dynamics: Adaptive Speciation. Cambridge Univesity
Press.United Kingdom.pp: 232
Hugget, Richard john. 2004. Fundamental of Biogeography.Routledge Taylor and
Francis Group.New York.pp: 156
Nama : Ni Made Nidianingsih
NIM : 431418064
Kelas : B Pendidikan Biologi
5.1 Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda.Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang
fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spe sies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep
biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan
oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual
maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara
reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut
kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya
dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah
laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah
reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan
potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang
dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi
itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,
tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi
terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke
dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna
sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-
sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau
lebih.
b. Konsepspesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat
mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya
terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk
memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa
lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi
dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru.
Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan,
dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang
sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa
glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi
mengalami evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi:
evolusi makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme.
Pada organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan
oleh keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu
telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah
asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan
melakukan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.
Spesiasi membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses
mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi
gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari
kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.
Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab
terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi
merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi.
Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala
macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi
spesies.Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana
kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang
berbeda.Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat
overlap.
5.2 Mekanisme spesiasi
Spesiasi adalah suatu proses pembentukan jenis baru. Spesiasi terjadi bila
aliran gen antara populasi yang pada mulanya ada secara efektif telah mereda dan
disebabkan oleh mekanisme isolasi (Hale et al., 1995).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah selama peristiwa
pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode
glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan kean ekaragaman yang besar di
daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular
(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung
finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,
2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat
muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada
tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari
sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies
Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-
19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan
terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai
suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga
spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies
baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi
alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai,
setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri
dibanding populasi induk.
DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher.Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Nama : Niken Pratiwi Yunus
Nim : 431418037
Kelas : B Pendidikan Biologi
A. Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak
yang ferl dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997)
dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk
mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya
bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam
memahami tentang spesies
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi
bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat
perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi,
genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses
evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan
konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada
akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena tujuan klasifikasi
yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan
oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik,
sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang diperlukan dalam bidang
konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies
biologis adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini
didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual
meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan
jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin silang maka di
sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools).
Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang
berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut setelah
kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria
yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk
organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang
sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua
spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan
terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara
kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme
yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa
perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida
yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies
induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang mempertahankan
spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan
mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang
dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya
dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua
spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
B. Mekanisme Speciasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan
sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah
yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan
kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami
spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat
pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang
sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka
waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang
menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang
menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika.
a). Mekanisme
1 . Proses spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru
muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik
berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model
spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar
model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom.
Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara
tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya
bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid,
spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain
spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda
terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglica yang
berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora.
Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih
lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2,
dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan
keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi
reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang
berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam area
geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi suatu spesies
yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu
spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan atau
berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang bersebelahan dengan
daerah dari suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu
spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh
karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan
atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan.
Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara
gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan
keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi
dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di
atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan
perilaku. Contoh spesiasi alopatrik adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut
Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal
dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di
mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang
berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan
warna putih di bawah ekornya.Ternyata di situ semua burung-burung dan
organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi
tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik,
frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu
lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat
membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler
(1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar yang
biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya
sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan
spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang
sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa
ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan.
Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha
untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang
masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini
terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi
akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika
kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda),
maka perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian,
dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya
berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk
gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak,
individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari
pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa
individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan
individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh
terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-
macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
4. Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari
daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu
organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut
akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya,
maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang
menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang
menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut
dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
b. ) Syarat Terjadinya Spesiasi
1. Adanya perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan
massal di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau
akibat pergesaran benua, dan proses-proses lainnya menyebabkan
perubahan global yang menyebabkan timbulnya kepunahan massal di
muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong
yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi. Apabila tidak
ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu spesies untuk
mengalami proses spesiasi.
2. Adanya relung (niche) yang kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme.
Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal akan
menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan relung-
relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang. Apabila
relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang menempatinya), maka
akan ada banyak organisme yang berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba mengisi relung yang
kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung ditentukan oleh
seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
C. Faktor Utama Spesiasi
DOMESTIKASI
Pengadopsian hewan /tumbuhan dari kehidupan liar ke kehidupan sehari
hari manusia. Dalam arti yang sederhana domestikasi merupakan proses
penjinakan. Yang dilakukn terhadap hewan liar. Perbedaanya, penjinakan
lebih pad individu, sedangkan domestikasi melibatkan populasi, seperti
seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan) serta perubahan perilaku dari
suatu organisme
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies
yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene
flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem
dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003)
bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi
dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat
menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara
perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau besar bisa
surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi
yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan
gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan
berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab
masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing
(Widodo dkk, 2003).
(Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan
mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu
mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh
tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk
terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan
suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain.
Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan
terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang
berbeda.
2. Isolasi Reproduksi
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi
untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu
spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara
genetis, sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika
keduanya bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai,
maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat
faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi
pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak
ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami
proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau
gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan
simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan,
keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap
spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini
terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara
spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies
ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan
acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan
oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies
tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati
dan mengawini pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena
pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang
spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu
agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada
produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin
yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan
perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan.
Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada
proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang
spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon
merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon
dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu
betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai
molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak
individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon
mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan
adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu
jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya
feromon tersebut.
3) Isolasi Musim
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini
tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim
panas dan S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di
musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketiga spesies
ini berbunga pada hari yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan
menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua
populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang
berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya
menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili
Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan
spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat
pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat
diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang
memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah
yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya
reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat
sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan
mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana
telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang
hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu
untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan
fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam
genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang
sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi. Akan tetapi
keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakan kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid
yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika
keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi
tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang
nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang
steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid
antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid
(hibrid antara zebra dan kuda).
REFERENSI
Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher
Inc.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.
Nama : Nirman Gani
Nim : 431418079
Kelas : B Pendidikan Biologi
5.1 Konsep sepsis
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang
fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep
biologi. Spesies menurut BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan
oleh Mayr (1963) adalah suatu kelompok populasi alami yang secara aktual
maupun potensial dapat saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara
reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies menurut
kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya
dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang
bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang
alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu ″gene
pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok
lainnya.Suatu spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di
dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan
dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah
laku (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies adalah
reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan
potensial. Jika terdapat isolasi sempurna reproduksi diantara dua populasi yang
dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi
itu, maka kedua populasi dapat dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda,
tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi
terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu dapat dimasukkan ke
dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laku hanya berguna
sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-
sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau
lebih.
b. Konsep spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat
mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya
terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk
memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa
lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi
dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru.
Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan,
dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang
sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa
glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi
mengalami evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi:
evolusi makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme.
Pada organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan
oleh keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu
telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah
asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan
melakukan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.
Spesiasi membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses
mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi
gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari
kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.
Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah spesiasi, yang bertanggung jawab
terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi
merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi.
Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para ahli taksonomi memakai segala
macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi
spesies.Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana
kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang
berbeda.Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat
overlap.
5.2 Mekanisme spesiasi
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi
geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah
secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika
diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi
yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk
ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla
tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit
berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk akal adalah selama peristiwa
pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu
Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode
glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan
alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di
daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal
penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu contoh allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular
(garter snake) (Thamnophis) di bagian barat Amerika Utara.Hubungan kompleks
antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi,
hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies
allopatric yang melakukan interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-
abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa
interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus
jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga melakukan interbreeds dengan anggota
kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan
kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung
finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran
kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit
mekanisme spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra,
2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
2. Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar
antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi
reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross
mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat
bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat
muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi reproduktif
lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika ada
perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru).
Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada
golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies
yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew,
1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat
dekat pada umumnya dapat dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada
lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung
secara gradual , karena tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow)
menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus
teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-
niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan
A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak
teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan
tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating
mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku
kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada
tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur.Jika BB
dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari
sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu
allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies
Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat
kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-
19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya
menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan
terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai
suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini.
3. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow
diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang
berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga
spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies
baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi
alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai,
setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin.Meyr
menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri
dibanding populasi induk.
DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Nama : Nur Ain Lahaya
Nim : 431418030
Kelas : B Pendidikan Biologi
DAFTAR PUSTAKA
Nunik Sri Ariyanti.2002. Beranekaragam Konsep Spesies: Berbeda-Beda Tetapi
Saling Melengkapi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor.Bogor
Erik Perdana Putra.,Taufik taher.2011.Spesiasi.Makalah Pendidikan.UM.Malang
Dafta Pustaka
Campbell, Reece, Mitchell. 2003. Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
Dieckmann, U., Doebeli M., M Metz, J.A.J., and Tautz, D. 2004. Cambridge
Studies inAdaptive Dynasmics: Adaptive Speciation. Cambridge
University Press. United Kingdom.pp:232
Hugget, Richard john. 2004. Fundamental of Biogeography. Routledge Taylor
and Francis Group. New York.pp:156
Nama : Nurain saleh
Kelas/Prodi : B/Pendidikan Biologi
Nim : 431418074
Tugas : Evolusi
Stearns, S.C & Hoekstra, R.F 2003. Evolution an Introduction. New York :
Oxford University Press.
Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher
Inc.
Referensi
Campbell, N.A, J.B. Reece & L.G. Mitchell. Biology. 5th ed. Adison Wesley
Longman, Inc., California
Suryo. 2001. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
NAMA : RINNA AMELIA POLIHITO
NIM : 431418078
KELAS : B PENDIDIKAN BIOLOGI
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Mekanisme Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu.Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah.Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu
jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo,
2007).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya
isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003).
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga
berjuta-juta tahun.Mekanisme isolasi merupakan proses pembentukan individu
baru dengan batasan-batas tertentu. Faktor-faktor yang menjadi pembatas adalah
habitat yang berbeda, iklim yang berbeda, gunung yang tinggi, pematangan sel
kelamin yang tidak bersama. Mekanisme isolasi dibedakan menjadi tiga.
DAFTAR RUJUKAN
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Waluyo, Lud. 2005. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi serta Implikasi dalam
Pembelajaran. Malang : UMM Pres
Nama : Septia Yusuf
Nim : 431418057
Kelas : B. Pendidikan Biologi
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata
sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
REFERENSI
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2003. Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pudji widodo.2007. Biodiversitas Journal of Biological Diversity. DOI:
10.13057/biodiv/d080116
Waluyo Lud. Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press; 2007.h.
319 dan 330
Widodo, dkk. 2003. Evolusi (Program Semi Que-IV) Direktorat Pendidikan
Tinggi. Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.Jakarta
Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. UMM Press. Malang
Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan
dengan kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson,1962). Satu
keturunan dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang
memlihara identittasnya dari yang lain,dan keturunan yang memiliki
kecenderungan dan nasib evolusinya sendiri (Willey,1978).
ESC merupakan konsep yang operasional. Akan tetapi,ini
merupakan satu konsep ketrunuan yang non-relasional.
Jadi,kelengakapan dan pola species dapat diinterprestasikan dengan
benar terkait dengan keturunan unik mereka. Konsep ESC
mengakomodasi organisme uniparental,species yang terbentuk melalui
hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak diperlukan adanya
batasan kelengakapan tertentu untuk keberadaan species.
13. Genetic species consept (GSC)
Saat ini tidak ada konsep yang berbeda mengenai spesies yang
teridentifikasi sebagai filogenetik. Hal biasa dengan PSCs adalah satu
usaha untuk mengidentifikasi kesatuan biologis terkecil yang dapat di
diagnose dan atau monofiletik. Jadi species adalah satuan biologis dan
unit produk dari seleksi alam dan keturunan.
17. Taxonomic Species Consept (TSC)
DAFTAR PUSTAKA
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung masih dapat
terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam
beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies,
maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua
populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis, sehingga yang efektif
tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik
pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies
yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi
akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu
mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan
seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis ini
memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk
koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
1) Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar suatu ketika
mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan
meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik.
Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada,
mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-perbedaan genetik yang
dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah diantara spesies pada keadaan yang alami.
Contohnya pada pohon jenis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat
dan yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan
menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang
berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal (percumbuan) dan
perkawinan Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang
berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya
inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan
tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku
yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku
yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan
penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus
tersebut diantaranya adalah:
a. Stimulus visual:
Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus
visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung, dan insekta
menunjukkan bahwa stimulus visual dominan mempengaruhi ketertarikan
pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat yang
simpatrik mempunyai yang baik dan disertai dengan warna yang mencolok
pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan
bebek betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b. Stimulus adaptif:
Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat
komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya
perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang dikeluarkan oleh
insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk tiap
spesies.
c. Stimulus kimia/feromon:
Parris (1999) menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang
bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan
membedakan pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda
bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang
individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang
dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya
pada feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di
mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina
membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya
terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik yang sangat mirip dengan ini tidak akan saling mengawini karena kawin
pada akhir musim panas dan kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis
basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari
yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara
kedua populasi tersebut tidak terjadi (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik
ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang berbeda
sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita.
Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae,
struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-
famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam
yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda
dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya
dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum mencapai atau
bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan dan sperma segera berhenti
bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka
sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di
mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya
dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
Nama : Sri Wirdayanti Andup
NIM : (431418076)
Kelas B Pendidikan Biologi
1. Konsep Species
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam
bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan
anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden
(1997) dalam Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep
untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu
artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda
dalam memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari
proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat
berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda
dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah
sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul karena
tujuan klasifikasi yang berbeda-beda.Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara
lain:
a) Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya
memiliki kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di
alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil jika
kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh
ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam
spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda
meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu
tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi
perkawinan yang telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep
ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri
unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri
molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung
berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam
dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang
mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri.
Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar
reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa
dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual.Konsep ini juga
mengakui bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies
menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang hibrida
itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua
tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka.
Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang melibatkan
hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat
dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan
dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan
oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi
spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies
ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan
dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan
kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai
suatu urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang
secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing spesies
evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam
lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan
disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi
sympatric yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi
ketergantungan pada tanaman inang host yang berbeda di daerah sama.
Namun, keberadaan spesiasi sympatric sebagai mekanisme spesiasi yang
masih diperebutkan. Orang-orang berpendapat bahwa bukti-bukti spesiasi
sympatric dalam kenyataan adalah spesiasi mikro-allopatric atau
heteropatric. Contoh yang diterima secara luas sebagian besar spesiasi
sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur,
yang diperkirakan karena seleksi seksual.
REFERENSI
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. (2003). Biologi. Edisi Kelima,
Jakarta: Erlangga.
A. Konsep spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis”. Spesies merupakan unit dasar
untuk memahami biodiversitas. spesies adalah suatu kelompok organisme yang
hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan
dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. saat
ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan spesies yang
semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli mempunyai sikap dan
pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua
untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang
dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu
spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin
terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu
spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
B. Mekanisme spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu
jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi.
1.Peran Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies,
maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing.
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor
geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk
melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies.
Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya
bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua
populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah. Isolasi geografi dari sistem
populasi diprediksi akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi
yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi,
pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya
populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah
terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu
barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan
waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan terjadinya isolasi
reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik
yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi
sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha
untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya
tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana
populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-
perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas
daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies
tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-
perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang
alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian
timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah,
kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil.
Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak
mungkin terjadi,
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar
spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya
inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan
tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku
yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku
yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan
harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan
penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis
stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut
diantaranya adalah:
a. Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat
mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan.
Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b. Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi
sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses
terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang
spesifik untuk tiap spesies.
c. Stimulus kimia/feromon: feromon merupakan signal kimia yang bersifat
intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan
pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya.
Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang individu
jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh
individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila
melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku
perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh
individu betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai
wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau
tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak akan
saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3
spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang
sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari yang
berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat
berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara
kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow. Isolasi mekanik ditunjukkan oleh
inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang berbeda sehingga pada
saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita. Mekanisme ini
sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya
menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada
tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil
yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih
yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah
yang besar.
4) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum mencapai atau
bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D.
americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin
betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran
lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak
akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya
mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari
spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga
zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang
baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara
banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa diantaranya
hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika
hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan
generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh, spesies
kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada
saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang
sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas.
Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata
sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda)
DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Pendidikan Biologi PPs UM.
Malang
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Na Reece. J. B. & Mitchell. 2003. Biologi. Jilid 2 Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Ernes Meyr 1942. Modern Evolutionary Synthesis. Germani: United Tates.
Minelli, 1993. Biological Systematic. Chapman & Hall. London.
Simpson, 1962. Plant Systematics. Elvesiver Academic . London: Press
Publivation
Stearns And Hoekstra .2003. Evolution An Introduction. New Yord: Oxford
Widodo Dkk. 2003. Evolusi: Malang.
Nama : Titin Nur Saputri
Kelas : B, Pendidikan Biologi
Nim : 431418039
Rangkuman
KONSEP SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI
1. Konsep species
Satu keturunan yang berevolusi secara terpisah dari yang lain dan
dengan kecenderungan dan aturan evolusinya (Simpson, 1962). Satu
keturunan dari populasi yang diturunkan dari nenek moyang yang
memelihara identitasnya dari yang lain, dan keturunan yang memiliki
kencedungan dan nasib evolusinya sendiri (Wiley, 1978). Satu kesatuan
yang tersusun dari organisme yang memelihara identitasnya dari kesatuan
lain sepanjang waktu dan ruang, dan yang memiliki nasib evolusi dan
kecenderungan sejarahnya yang bebas (Wiley and Mayden, 1997). Konsep
ini awalnya diperjuangkan oleh Simpson (1951, 1962) dari ketidakpuasan
umum dengan non-dimensinalitas BSC. Wiley telah mengembangkan
konsep ini lebih lanjut dan telah membuktikan penerapan umum konsep
ini pada sistem biologis. Tidak seperti definisi lain yang telah dijelaskan
disini, ESC sebagain besar telah ditolak sampai baru-baru ini. Beberapa
peneliti telah menjelaskan dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini.
Mereka beralasan bahwa hanya konsep inilah yang memiliki kapasitas
untuk mengakomodasi semua tipe keragaman biologi. Berlawanan dengan
persepsi dari beberapa peneliti (Minelli, 1993) ESC tidak
mempertimbangkan species sebagai kelas atau berfokus padaspecies
sebagai kesatuan ekologi. ESC tidak sama dengan EcSC. Sedangkan
Simpson (1961) telah menganjurkan sau konsep keturunan terhadap
sepcies dan divergensi ekologi dan evolusi. Jadi, logika wajar dari konsep
ESC Simpson dan Wiley agak berbeda. ESC bukan merupakan konsep
yang operasional. Akan tetapi, ini merupakan satu konsep keturunan yang
non relasional. Jadi, kelengkapan dan pola species dapat diinterpretasikan
dengan benar terkait dengan keturunan unik mereka. Konsep ESC
mengakomodasi organisme uniparental, species yang terbentuk melalui
hibridisasi dan nenek moyang species. Tidak diperlukan adanya batasan
kelengkapan tertentu untuk keberadaan species. Akhirnya, isolasi
reproduktif, dipertimbangkan sebagai turunan kelengkapan dari status
plesiomorfik kompatibilitas reproduksi, jadi keberhasilan reproduksi
benar-benar bersifat segaram.
Beranekaragam definisi spesies dapat dipahami dengan dengan
memahami spesiasi sebagai proses yang sedang berjalan di alam kemudian
para ahli merekamnya pada etape-etape yang dilaluinya. Selain dua hal di
atas, bermacam konsep itu muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-
beda. Suatu konsep baru muncul sebagai alternatif dari konsep
sebelumnya. Untuk tujuan praktis seperti identifikasi yang dilakukan oleh
ahli taksonomi tumbuhan seringkali digunakan konsep spesies fenetik
sedangkan untuk memata-matai keragaman genetik yang diperlukan dalam
bidang konservasi digunakan konsep spesies biologi.
Konsep spesies yang baik dan diharapkan adalah konsep yang
dapat digunakan secara tepat dan akurat untuk menggambarkan
biodiversitas yang ada.
2. Mekanisme spesiasi
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2005. Biology 5th Edition Jilid II. Jakarta: Erlangga
Claridge, M.F., H.A. Dawah, and M.R. Wilson. 1997. Species, The Units of
Biodiversity. CHAPMAN & HALL, London, UK.
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New
York:Oxford
Mitchell. Dan Farabee. M.J. 2000. Evolution Biologi. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo,. L. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Nama : Ulvan Anwar
NIM : 431418008
Kelas : Pendidikan Biologi B
Konsep Spesies
&
Mekanisme Spesiasi
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005),
spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas,
dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang
fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam
Ariyanti (2003) saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli
mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang
spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua
alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi
yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan
hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian
dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua
adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan.
Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika
spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep
spesies muncul karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya
untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan
yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis
adalah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan
pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman
dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu
tidak dapat melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene
flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan.
Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan
reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.
Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi
antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau
kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampua untuk saling
mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi
adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan
terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies
biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia
termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di
wilayah yang sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan
oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan
perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang memungkinkan individu
untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini cenderung berfokus pada sifat
dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang
bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme
ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen
yang membuat zigot berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas
yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada organisme yang bereproduksi
secara aseksual. Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara
beberapa spesies menghasilkan keturunan hibrida yang fertil dan terkadang
hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini
menekankan pada adaptasi yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh
meskipun ada sedikit aliran gen diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan
pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana
mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau
posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua populasi hewan
yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang
berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik
(misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik
yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang unik
dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan sekumpulan
kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan demikian populasi
yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan
tekanan selektif yang unik.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula
berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama,
populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies
baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
Spesiasi adalah proses dimana spesies bercabang menjadi dua atau lebih
spesies turunan. Spesiasi sudah sering diamati pada tingkat laboratorium maupun
alam. Pada organisme yang bereproduksi seksual, spesiasi dihasilkan dari isolasi
reproduksi yang diikuti percabangan genealogis.
Menurut Campbell (2008) spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama,
bergantung pada bagimana aliran gen terputus di antara beberapa populasi dengan
spesies yang sudah ada sebelumnya.
1. Spesies Alopatrik
Allopatrik spesiation berasal dari kata Yunani allos yang artinya lain dan
patra, tanah air. Aliran gen terputs ketika suatu populasi terbagi menjadi sejumlah
subpopulasi yang terisolasi secara geografis. Misalnya ketinggian permukaan air
di sebuah danau mungkin turun, menyebabkan pembentukan dua atau lebih danau
ukuran kecil, yang kini dihuni oleh dua populasi yang terpisah. Suatu populasi
membentuk spesies baru karena terisolasi secara geografis dari populasi induknya.
Sebuah sungai juga mungkin berubah aliran dan membagi suatu populasi hewan
yang tidak dapat menyebrangi sungai tersebut. Spesiasi alopatrik juga dapat
terjadi tanpa pembentukan ulang geologis, misalnya ketika individuindividu
mengolonisasi wilayah terpencil dan keturunan mereka terisolasi dari populasi
induk, contohnya Pecuk tak dapat terbang mungkin muncul dengan cara ini dari
spesies yang bisa terbang dan bermigrasi ke kepulauan Galapogus.
Proses spesiasi alopatrik Seberapa hebatkah penghalang geografis
sehingga spesiasi alopatrik dapat terjadi? Jawabannya tergantung pada
kemampuan organisme untuk berpindah tempat. Burung dan singa gunung dapat
menyebrangi sungai dan ngarai. Penghalang semacam itu juga bukan ritangan
bagi serbuk sari yang tertiup angin dari pohon pinus atau biji-bijian tumbuhan
berbunga. Sebaliknya, rodensia kecil mungkin menganggap sungai yang lebar
atau ngarai yang dalam sebagai penghalang yang menyulitkan. A. harrisi A.
Leucur us Spesiasi alopatrik bajing antelop di ngarai Grand Canyon yang
berlawanan. Bajing antelop harris (Ammospermophillus harris) menghuni ngarai
selatan (kiri). Hanya beberapa kilometer hanya beberapa kilometer jauhnya dari
Ngarai Utara (kanan) hiduplah bajing antelop ekor putih (Ammospermophillus
leucurus) yang berkerabat denkat dengan bajing harris. Sebaliknya, burung dan
organisme lain yang dapat menyebar dengan menyeberangi ngarai secara mudah,
belum berdivergensi dan menjadi spesies yang berbeda pada kedua sisi ngrai.
Bagitu pemisahan geografistelah berlangsung. Lengkung gen yang terpisah dapat
berdivergensi melalui berbagai mekanisme. Mutasi yang berbeda akan muncul,
seleksi alam bekerja pada organnisme-organisme yang terpisah, dan hanyutn
genenetik mengubah frekuensi alel. Isolasi reproduktif kemudian dapat trjadi
sebagai produk sampingan dari seleki dan hanyutan genetik yang menyebabkan
populasi berdivergensi secara genetis. Misalnya pada bunga monyetan Mimullus
gutatus , seleksi telah menguntungkan evolusi toleransi tembaga pada populasi
yang hidup didekat pertambangan tembaga. Konsentrasi temabaga pada tanah
diwilayah tersebut dapat mencapai kadar yang mematikan bagi individu yang
nontoleran. Sewaktu anggota populasi toleran tembaga Mimullus gutatus kawin
dengan individu dari populasi lain, kesintasan kerutunanya rendah. Analisis
genetik menunjukan bahwa gen untuk toleran terhadap tembagaatau sebuah alel
yang terpaut secara genetis dengan gen toleransi terhadap tembaga menyebabkan
kesintasan dari keturunan hibrida rendah. Dengan demikian , seleksi bagi toleransi
terhadap tembaga tampaknya memiliki efek samping yang penting namun tidak
disengaja: isolasi reprodukstif parsial di antara populasi-populasi Mimullus
gutatus. Lengkung gen dari poipulasi-populasi yang sangat terisolasi (misalnya di
pulau terpencil) mengalami aliran gen yang sangta sedikit sehingga sangat
mungkin mengalami spesiasi alopatrik. Misalanya, dalam waktu kurang dari dua
juta tahun, segelintir hewan dan tumbuhan dari daratan utama Amerika selatan
dan Utara yang mengolonisasi galapagos menyebabkan kemunculan semua
spesies baru yang ditemukan dikepulauan tersebut.
Bukti Spesiasi Alopatrik Salah satu bukti spesiasi alopatrik adalah data
biogeografis bersama dengan data genetik menunjukan bahwa dua kelompok
katak yang ada disini, subfamili mantellinae dan Rhacophorinae, mulai
berdivergensi sekitar 88 juta tahun yang lalu, ketika tempat yang kini menjadi
pulau Madagaskar mulai memisah dari massa daratan India. Tampaknya keduanya
kedua kelompok katak memiliki nenek moyang bersama. Hasilnya adalah
pembentukan banyak spesies baru pada masing-masing lokasi. Subfamili katak
mentellinae dan Rhacoporinae berdivergensi sewaktu pulau yang sekarang disebut
Madagaskar memisah dari India. Peta menunjukan pergerakan Madagaskar
(merah) dan India (biru). Nilai penting dari spesiasi alopatrik juga ditunjukan
melalui fakta bahwa wilayah yang sangat terbagi-bagi oleh berbagai penghalang
geografis secara khas memiliki lebih banyak spesies dari pada wilayah dengan
sedikit penghalang.
2. Spesiasi Peripatrik
Merupakan spesiasi yang terjadi bila populasi-populasi kecil organisme
menjadi terisolasi pada lingkungan baru. Yang membedakan dengan spesiasi
alopatrika adalah populasi yang terisolasi jumlahnya jauh lebih kecil dibanding
populasi parental. Disini the founder effect menyebabkan spesiasi yang cepat
melalui penyimpangan genetik yang cepat dan seleksi pada kolam gen yang kecil.
Efek pendiri bisa terjadi misalnya ketika sedikit anggota populasi tertiup badai
kesebuah pulau baru. Hanyutan genetik saat peristiwa tersebut kebetulan
mengubah frekuensi alel-terjadi dalam kasus semacam itu karena badai tidak
membeda-bedakan saat memindahkan beberapa individu (besera alel-alel
meraka), bukan yang lain dari populasi sumber.
3. Spesiasi Parapatrik
Spesiasi ini mirip dengan spesiasi paripatrik yakni jumlah pupulasi yang
masuk ke habitat baru sangat kecil. Namun bedanya adlah tak ada pemisahan
secara fisik antara dua populasi ini. Sebaliknya, spesiasi adalah hasil dari
mekanisme evolusi yang mengurangi aliran gen antara kedua populasi. Umumnya
ini terjadi bila ada perubahan lingkungan secara drastis didalam haitat spesies
parntal. Satu contoh spesiasi ini adalah rumput Anthoxanthum odoratum sebagai
respon terhadap populasi logam di tempat tanaman ini berada. Disini tanaman ini
berevolusi sehingga memiliki resistensi terhadap tingginya kadar logam dalam
tanah. Seleksi menolak saling kawin dengan populasi parental yang peka terhadap
lo9gam menyebabkan perubahan gradual terhadap waktu pembungaann dari
tanaman yang resisten logam, yang pada akhirnya menghasilkan isolasi
reproduksi yang sempurna. Seleksi menolak hibris antara antara kedua populasi
ini dapata menyebabkan penguatan (reinforcemen), yakni evolusi sifat-sifat yang
mempromosikan perkawinan didalam satu spesies. Sekaligus juga peminadahan
karakter, yakni bila dua spesies semakin lama semakin tampak berbeda. Isolasi
geografis di kepulauan Galapogus menghasioakan beasan spesies baru.
4. Spesiasi Simpatrik
Pada spesiasi ini spsies bercabang tanpa isolasi geografis atau perubahan
habitat. Bentuk ini jarang terjadi karena aliran gen dalam jumah kecil pun cukup
mampu untuk menghilangkan perbedaan genetik antar bagian populasi (Hassan,
dkk (2014). Spesiasi simpatrik terjadi dalam populasi hidup di area geografis yang
sama. Bagaimana penghalang reproduktif terbentuk di antara populasi-populasi
simpatrik padahal anggota-anggotanya tetap saling berhubungan? Walaupun
hubungan semacam itu membuat spesiasi simpatrik lebih jarang terjadi dibanding
spesiasi allopatrik, spesiasi simpatrik dapat terjadi jika aliran gen berkurang akibat
faktor-faktor seperti poliploidi, diferensiasi habitat dan seleksi seksual.
Pengaruh Utama dalam Spesiasi Spesiasi atau terbentuknya spesies baru
dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan
genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara
cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun. a. Peran Isolasi Geografi Mayoritas
para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi,
meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam
beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan
memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah;
atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih
kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula
kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya
dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing b. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahangene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua
populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan
kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda)
dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik
yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
1. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier) Isolasi
sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
- Isolasi Ekologi (ecological)
- Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
- Isolasi Sementara (temporal)
- Isolasi Mekanik (mechanical)
- Isolasi Gametis (gametic)
2. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier) Hal ini
terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain,
maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi
organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi
melalui:
- Kematian zigot (zygotic mortality)
- Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
- Sterilitas hybrid
DAFTAR PUSTAKA
Erik Perdana Putra & Taufik Taher. Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi
PPs UM. Malang
Resume
Referensi
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2005. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Waluyo, Lud. 2005. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi serta Implikasi dalam
Pembelajaran. Malang : UMM Press
Nama : Yuslia
Nim : 431418011
Kelas : B Pendidikan Biologi
A. KONSEP SPESIES
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo
(2005), spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di
alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat
menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh
dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang
spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena
spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah
memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya seperti
morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil
dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang
dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan
berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar
sudah sampai pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul
karena tujuan klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti misalnya untuk tujuan
identifikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi tumbuhan seringkali
digunakan konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman
genetikyang diperlukan dalam bidang konservasi digunakan konsep spesies
biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis
(Biological Species Concept/BSC) yang dapat diterima secara luas. Spesies
menurut BSC adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang
secara aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan
menghasilkan keturunan yang dapat hidup fertil, namun tidak dapat
menghasilkan keturunan yang fertil jika kawin dengan spesies lain. Dengan
kata lain, suatu spesies biologis adalah unit populasi terbesar di mana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi
kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu
reproduksi seksual meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui
rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu tidak dapat
melakukan kawin silang maka di sana tidak terjadi aliran gen (gene flow) di
dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding
(perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan
bersama pada beberapa waktu berikut setelah kondisi telah mengalami
perubahan. Jadi berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan
keberhasilan reproduksi seksual adalah kemampuan untuk menghasilkan
keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme
aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
a) Konsep spesies Biologis mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan
keturunan yang dapat hidup dan fertil jika kawin dengan spesies lain.
Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari
populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh
ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies
biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan
spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
b) Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang
telah tetap dalam suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies
didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan
keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis perilaku yang
memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam
dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c) Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan
spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies,
mekanisme ini meliputi sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan
antara kumpulan gen yang membuat zigot berkembang menjadi organisme
dewasa dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini dapat diterapkan pada
organisme yang bereproduksi secara aseksual. Konsep ini juga mengakui
bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan
hibrida yang fertil dan terkadang hibrida itu berhasil kawin dengan salah satu
spesies induknya. Konsep ini menekankan pada adaptasi yang
mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit aliran gen
diantara mereka. Konsep ini dapat digunakan pada setiap kasus yang
melibatkan hibridisasi.
d) Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka
hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka.
Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya
atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan. Contohnya dua
populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan merupakan dua spesies
ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam jenis
lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan
kimia, biologi, dan fisik yang khas).
e) Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu
urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari
kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner memiliki peranan yang
unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran tertentu melibatkan
sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif). Dengan
demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan
oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.
Referensi
Campbell, Reece, Mitchell. 2000.Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New York:Oxford
Waluyo, L. 2005. EvolusiOrganik. UMM Press.Malang.
Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.Dirjen Dikti.
Erik Perdana Putra & TaufikTaher. Spesiasi. 2011. Pendidikan Biologi
PPsUM.Malang