Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA

“KONSEP SPESIES DAN SPESIASI”

Tugas Paper

Disusun Oleh:

Risa Rismaniar Ruhyaman

150320180504

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN PROTEKSI TANAMAN
JATINANGOR
2019
KONSEP SPESIES

1. Sejarah Istilah "Spesies"


a) John Ray (1627–1705)
Dalam karya utamanya Historia Plantarum (Ray, 1686), menyatakan bahwa
“Keberagaman apapun yang terjadi pada individu atau spesies, jika mereka
muncul dari benih tanaman yang sama, mereka adalah keberagaman yang tidak
disengaja dan bukan sebagai pembeda spesies secara permanen; satu spesies
tidak pernah muncul dari benih yang lain atau sebaliknya”. Maka dari itu, Roy
berusaha mendefinisikan spesies sebagai kelompok tanaman yang benar-benar
berkembang biak dalam batas keberagamannya.
b) Linnaeus (1707–1778)
Dalam karyanya Spesies Plantarum (Linnaeus, 1753), yang sebagian besar
mengenai struktur bunga dan karakter seksual, Linnaeus mendeskripsikan
secara singkat dan sistematis sekitar 5.900 spesies tanaman yang diketahui
manusia saat itu. Linnaeus menggunakan sistem seksual atau "sistem alami"
untuk mendefinisikan spesies.
c) De Candolle (1778-1841)
Melalui bukunya Théorie Élémentaire de la Botanique (De Candole, 1813)
mendefinisikan bahwa “Spesies adalah kumpulan dari semua individu yang
mirip satu sama lain, yang dapat diproduksi secara alami oleh individu yang
subur, dan yang mereproduksi diri mereka sendiri dari generasi ke generasi,
muncul dari satu individu".
d) Charles Darwin (1809–1882)
Darwin mendefinisikan spesies sebagai unit dasar evolusi. Pernyataan tersebut
memulai era baru dari definisi spesies. Darwin menekankan fakta bahwa
spesies dapat diproduksi dengan cepat jika kondisinya sesuai, dan tanpa kondisi
yang sesuai tersebut, spesies kemungkinan akan tetap ada dan tidak berubah
untuk waktu yang lama. Semua teori dan penelitian Darwin dilakukan sebelum
berdirinya ilmu genetika. Di pertengahan abad ke-20, tepatnya di tahun 1920-
an, ilmu baru lahir. Ilmu genetika yang fokus pada ekspresi sifat-sifat populasi
dan cara-caranya dapat dipertahankan atau diubah, telah memberikan
kontribusi kuat dalam memahami evolusi spesies. Sejak itu, banyak konsep
spesies modern dikembangkan.

2. Jenis-jenis Konsep Spesies


Mayden (1997), telah mengevaluasi sekurang-kurangnya 22 konsep spesies yang
berbeda. Evaluasi ini menghasilkan satu konsep yang memiliki dasar teori yang kuat
yaitu konsep spesies evolusi. Beberapa konsep spesies menurut Mayeden (1997),
diantaranya:
1. Agamospecies (ASC) 14. Morphological (MSC)
2. Biological (BSC) 15. Non-dimensional (NDSC)
3. Cohesion (CSC) 16. Phenetic (PhSC)
4. Cladistic (CISC) 17. Phylogenetic (PSC)
5. Composite (CpSC) - Diagnosable Version (PSC1)
6. Ecological (EcSC) - Monophyly Version (PSCz)
7. Evolutionary Significant Unit (ESU) -Diagnosable and Monophyly
8. Evolutionary (ESC) Version (PSC3)
9. Genealogical Concordance (GCC) 18. Polythetic (PtSC)
10. Genetic (GSC) 19. 19. Recognition (RSC)
11. Genotypic Cluster Definition (GCD) 20. Reproductive Competition (RCC)
12. Hennigian (HSC) 21. 21. Successional (SSC)
13. Internodal (ISC) 22. Taxonomic (TSC)

Berdasarkan teori Mayden (1997) sebelumnya, dan dengan lebih banyak studi, ahli
taksonomi mengusulkan pendekatan konsep spesies yang berbeda berdasarkan sains
modern. Untuk mendekati klasifikasi yang memuaskan dan dapat diterima, hubungan
antar individu harus dipertimbangkan. Hubungan-hubungan ini bisa bersifat fenetik
atau filogenetik.
Istilah fenetik diterapkan pada sistem klasifikasi yang mengandalkan kesamaan
antara sifat-sifat organisme. Morfologi, sitologi, fitokimia, anatomi, embriologi
dijadikan sebagai sumber data fenetik. Di sisi lain, hubungan yang menggambarkan
jalur keturunan (bagaimana karakter organisme muncul dalam evolusi tanpa
mempedulikannya keadaan saat ini) disebut filogenetik (Heywood, 1976).

Menurut Hull (1997) konsep spesies yang ideal harus memenuhi tiga kriteria, yaitu
dapat berlaku secara umum, mudah diaplikasikan, dan mempunyai dasar teori yang
kuat. Adapun beberapa konsep spesies di bawah ini, yang mendekati ketiga kriteria
tersebut, meskipun masih memiliki kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

1) Biological Species Concept (BSC)


a. Definisi
Spesies merupakan kelompok populasi alami yang berpotensi melakukan
perkawinan silang secara reproduktif dengan kelompok lain yang sejenis
(Mayr, 1942). Dengan demikian, kelompok tanaman terkait yang berbeda pada
tingkat spesies biologis, tidak dapat kawin silang ketika tumbuh di area yang
sama di alam.
b. Kelebihan:
Teori ini bersifat sederhana, mudah dipahami dan dapat diaplikasikan, karena
cukup banyak organisme yang dapat melakukan perkawinan silang secara
reproduktif.
c. Kekurangan:
- Tidak dapat diterapkan pada organisme aseksual
- Tidak praktis dalam hal populasi allopatrik (terisolasi secara geografis)
(Cronquist, 1978; Stace, 1989).
2) Morphological Species Concept (MSC)
a. Definisi:
Konsep spesies morfologis menyatakan bahwa "suatu spesies sebagai sebuah
komunitas, atau sejumlah komunitas terkait, yang karakter morfologisnya
berbeda menurut pendapat seorang ahli sistematika yang kompeten (Regan,
1926).
b. Kelebihan:
- Konsep ini dapat diterapkan pada organisme seksual dan aseksual
- Berguna untuk konsep spesies dalam catatan fosil.
- Mudah diaplikasikan dan berlaku secara umum.
c. Kekurangan:
- Terkadang karakteristik morfologis bersifat subyektif dan hanya
bergantung pada pendapat 'pakar' untuk sifat-sifat utama.
- Dalam beberapa kasus, spesiesnya simpatrik (secara morfologis tidak dapat
dibedakan), tetapi jelas merupakan garis keturunan yang berbeda.

3) Ecological Species Concept (ESC)


a. Definisi:
- Spesies adalah garis keturunan (atau rangkaian garis keturunan yang terkait
erat) yang menempati zona adaptif, yang sedikit berbeda dan berevolusi
secara terpisah dari garis keturunan lain dalam jangkauannya (Van Valen,
1976).
- Spesies adalah sejumlah populasi terkait yang anggotanya lebih banyak
bersaing dengan jenisnya sendiri daripada dengan anggota spesies lain
(Colinvaux, 1986).
b. Kelebihan:
Konsep ini mudah dipahami, dengan pemikiran bahwa ketika terdapat dua
organisme yang mirip satu sama lain, kebutuhan mereka lebih cenderung
tumpang tindih, oleh karena itu, mereka diharuskan untuk bersaing secara
ekologi, dan akibatnya semakin besar kemungkinan mereka berasal dari spesies
yang sama.
c. Kekurangan:
- Konsep ini menegaskan bahwa sejarah kehidupan untuk anggota spesies
individu adalah sama, yang secara praktis tidak selalu benar.
- Tidak adanya kepastian pada titik mana individu akan menghentikan proses
pemisahan dan berkembang menjadi spesies baru.

4) Evolutionary Species Concept (ESC)


a. Definisi:
Konsep spesies evolusi adalah garis keturunan tunggal dari populasi
organisme yang mempertahankan identitasnya dari garis keturunan lain
[dalam ruang dan waktu] dan yang memiliki kecenderungan evolusi (Wiley,
1981).
b. Kelebihan:
Dapat menyertakan organisme aseksual dan spesies punah yang tidak dapat
diterapkan oleh konsep spesies biologis.
c. Kekurangan:
Kekurangan dalam konsep evolusi ini yaitu ketika adanya kesenjangan dalam
catatan fosil, yang dapat membatasi antar spesies, terutama yang mengalami
evolusi ukuran atau bentuk secara umum.

5) Phenetic Species Concept (PhSC)


a. Definisi:
Berdasarkan gagasan bahwa konsep spesies tidak harus terikat pada teori yang
tepat, Ridley (1993) menyatakan definisi bahwa "Spesies adalah sekelompok
organisme yang terlihat mirip satu sama lain, dan berbeda dari kelompok
lainnya". Konsep ini akan mengklarifikasi tingkat kemiripan fenetik tertentu,
dan kesamaan akan diukur dengan statistik spesifik fenetik.
b. Kelebihan:
Secara praktis, konsep fenetik mengukur karakter sebanyak mungkin, pada
organisme yang sebanyak mungkin pula, dan kemudian mengidentifikasi gugus
fenetik dengan statistik yang banyak variasinya. Unit terkecil dalam kelompok
ini memiliki kesamaan yang cukup untuk disebut spesies.
c. Kekurangan:
Teori konsep spesies fenetik dapat ditentang atas dasar itu, pada tingkat tertentu
ada kemiripan antara dua benda di alam. Selain itu, anggota dari spesies yang
sama, dapat sangat berbeda (terutama dalam spesies polytypic), dan individu
dari berbagai spesies mungkin terlihat lebih terkait satu sama lain daripada
anggota spesies yang sama. Oleh karena itu, untuk mencapai klasifikasi yang
lebih baik berdasarkan kesamaan fenetik, beberapa prinsip harus turut
dikombinasikan (Stace, 1989).

6) Phylogenetic Species Concept (PSC)


a. Definsi
Konsep ini mendefinisikan spesies sebagai kelompok organisme yang berbagi
leluhur atau nenek moyang yang sama. Spesies adalah individu yang
menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi dalam banyak sifat unik, yang
berarti termasuk dalam kelompok monofiletik berdasarkan fenotip pembedanya.
b. Kelebihan:
- Konsep ini mengintegrasikan konsep berdasarkan karakter yang
menekankan adanya sifat/ciri nyata pada organisme, dengan konsep
berbasis sejarah yang menekankan tingkat keterkaitan dengan organisme
yang sebelumnya.
- Dibandingkan dengan BCS, konsep ini berlaku untuk populasi seksual dan
allopatrik.
c. Kekurangan
Konsep ini memiliki permasalahan, yaitu sulit untuk menelusuri kembali jalur
evolusi sebelumnya, dan jika demikian, hampir tidak mungkin untuk merancang
metode pola percabangan dengan menggunakan urutan linier tunggal, yang
sangat penting dalam sistematika flora dan fauna.

 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa konsep spesies yang telah dipaparkan, masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangannya dan tidak bisa diterapkan secara universal.
Maka dari itu, penentuan konsep yang ideal tidak hanya berpatokan berdasarkan 1
(satu) jenis konsep spesies saja, melainkan harus dikombinasikan dengan konsep
spesies lain.
SPESIASI

1. Definisi dan Faktor Spesiasi


Spesiasi adalah proses pembentukan spesies baru dan terjadi ketika kelompok
dalam suatu spesies terisolasi secara reproduktif dan terdapat hal yang menyimpang.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya spesiasi diantaranya isolasi reproduksi,
mutasi, hibridisasi, dan domestikasi.

2. Faktor Isolasi Reproduksi


Isolasi reproduksi terjadi apabila terdapat dua spesies yang tidak bisa kawin atau
tidak dapat menghasilkan keturunan hidup dan fertil. Faktor yang menyebabkan
terjadinya isolasi reproduksi atau tidak terjadinya reproduksi adalah sebagai berikut:
a) Hambatan Prazigotik (Prezygotic Barrier), merupakan hambatan yang terjadi
sebelum adanya perkawinan atau hambatan pembuahan sel telur.
 Contoh dari mekanisme hambatan prazigotik diantaranya isolasi habitat,
isolasi perilaku, isolasi temporal, isolasi mekanik dan isolasi gametik.
Beberapa spesies lalat buah dalam genus Rhagoletis dapat menjadi contoh
dari mekanisme isolasi secara habitat dan perilaku. Spesies yang berbeda
terisolasi secara reproduktif, karena setiap spesies bertelur pada spesies
inang yang berbeda. Serangga dewasa kembali untuk bertelur pada inang
dimana mereka berasal. Beberapa spesies lalat buah dalam genus
Drosophila terisolasi secara reproduktif karena ketidakcocokan alat
reproduksi (Huelsenbeck, 2009).
b) Hambatan Pascazigotik (Postzygotic barrier), merupakan hambatan yang
terjadi setelah terbentuknya zigot, yaitu penurunan daya hidup atau
terganggunya perkembangan zigot menjadi organisme dewasa yang fertil.
 Perbedaan dalam jumlah kromosom atau susunan gen pada kromosom
biasanya menghasilkan isolasi pascazigotik karena kromosom mungkin
tidak berpasangan secara normal selama mitosis atau meiosis.
3. Cara Spesiasi
Pengelompokan spesies tidak selalu berdasarkan isolasi reproduktif. Beberapa
pendekatan digunakan dalam menentukan spesies, misalnya berdasarkan morfologi,
adaptasi perkawinan maupun konsep-konsep sesuai dengan cabang ilmu tertentu.
Adapun cara umum spesiasi yang dikelompokkan berdasarkan geografis dari hambatan
reproduksi, diantaranya:
a) Spesiasi Alopatrik
 Definisi:
Spesiasi Alopatrik merupakan pembentukan spesies baru karena secara
geografis dipisahkan oleh penghalang fisik, seperti fitur topografi, air (atau
tanah), atau habitat yang tidak menguntungkan. Penghalang fisik
mengurangi aliran gen yang cukup untuk mencegah pertukaran gen antara
populasi.
 Jenis Hambatan Geografik
Peristiwa-peristiwa geologi, seperti terbentuknya gunung atau bukit dan
pergeseran glasier, atau peristiwa yang dapat memisahkan organisme secara
bertahap. Besarnya pengaruh hambatan geografik tergantung pada
kemampuan mobilitas organisme tersebut, sehingga memungkinkan
terjadinya perkawinan atau tidak.
 Bukti Spesiasi Alopatrik
Kemunculan Tanah Genting (sebuah daratan kecil yang menghubungkan
dua daratan dan dibatasi oleh dua perairan) Panama di Pliocene, yang
membagi banyak organisme laut ke dalam populasi Pasifik dan Karibia,
beberapa di antaranya telah menyimpang menjadi spesies yang berbeda. Di
antara tujuh pasangan spesies udang galah, hanya sekitar 1 persen
perkawinan interspesifik di laboratorium yang menghasilkan keturunan
layak (Knowlton et al, 1993).
 Mekanisme Spesiasi Alopatrik
Mekanisme terjadinya spesiasi alopatrik yaitu melalui adanya
penyimpangan genetika, seleksi alam, dan kombinasi antara keduanya.
 Skema Proses Spesiasi Alopatrik

Penghalang (Barrier)

Penghalang (barrier) dihilangkan atau spesies baru


tersebar di atasnya, membangun kembali simpatrik
b) Spesiasi Peripatrik
 Definisi
Spesiasi Peripatrik merupakan spesiasi yang terjadi jika sebagian kecil dari
suatu populasi terisolasi secara geografis dari populasi utama, sehingga
secara bertahap menjadi populasi yang secara genetik berbeda dari populasi
utama. Spesiasi peripatrik mirip dengan alopatrik karena barrier utamanya
adalah faktor geografis, yang membedakan adalah proporsinya.
 Bukti Spesiasi Peripatrik
Agustí Galiana (1993) mengamati populasi Drosophila pseudoobscura
secara laboratorium melalui fase pertumbuhan populasi secara berulang dan
beberapa penyempitan jalur, kemudian menguji populasi untuk isolasi
seksual satu sama lain. Hampir setengah populasi eksperimental, terutama
yang melewati penyempitan jalur, menunjukkan beberapa bukti isolasi
seksual.
 Skema Proses Spesiasi Peripatrik

Penyimpangan koloni
yang terlokalisasi

Perluasan jangkauan membangun kembali


simpatrik
c) Spesiasi Parapatrik
 Definisi
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi jika sebagian kecil
populasi mengalami kondisi lingkungan yang berbeda dengan populasi
utama, tetapi masih berada dalam lokasi yang sama. Spesiasi ini mirip
dengan peripatrik, hanya yang membedakan parapatrik tidak memiliki
geographic barrier.
 Bukti Spesiasi Parapatrik
Bukti spesiasi parapatrik terdapat pada ikan stickleback (Gasterosteus
aculeatus) di empat danau, masing-masing dengan aliran keluar, di Pulau
Vancouver di Kanada barat (Roesti et al. 2012). Meskipun tidak ada
hambatan eksternal untuk perpindahan antara sub-populasi danau dan aliran,
sub-populasi berbeda secara adaptif dalam beberapa fitur morfologis. (Studi
populasi ikan stickleback lain menunjukkan bahwa bentuk morfologis yang
berbeda sering terisolasi secara seksual sampai taraf tertentu).
 Skema Proses Spesiasi Parapatrik

Seleksi divergen, bahkan pada


ketidaksinambungan
lingkungan yang sempit, dapat
melawan aliran gen dan
menghasilkan isolasi
reproduksi.

Perluasan jangkauan menyebabkan spesiasi


simpatrik
d) Spesiasi Simpatrik
 Definisi
Spesiasi Simpatrik merupakan spesiasi yang terjadi jika dalam suatu
populasi terjadi isolasi reproduksi atau isolasi genetik, karena terjadinya
perubahan struktur dan jumlah kromosom, sehingga akan menghasilkan dua
populasi yang berbeda secara genetika dalam suatu lokasi (tidak melalui
geographic barrier).
 Bukti Spesiasi Simpatrik
- Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan
autopoliploidi terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana), yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14
kromosom. Suatu saat muncul jenis baru yang tidak biasa diantara
tumbuhan itu, yang bersifat tetraploid dengan 28 kromosom dan tidak
mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian
dinamai Oenothera gigas.
- Rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora merupakan contoh lain dari
spesiasi simpatrik dengan mekanisme alopoliploid.
- Pada hewan, spesiasi simpatrik dapat terjadi karena perbedaan dalam
habitat atau preferensi makanan. Pergeseran inang yang
dikombinasikan dengan kesesuaian habitat yang ekstrem, dapat
menyebabkan spesiasi yang cepat, seperti yang terjadi pada tawon ara.
Hal tersebut sudah dibahas oleh Dr. Feldman. Setiap spesies tanaman
ara memiliki spesies tawonnya sendiri. Spesies baru dalam genus
Rhagoletis telah berevolusi ketika spesies inang baru sudah mendiami
suatu daerah baru.
 Skema Proses Spesiasi Simpatrik

Perbedaan genetika menghasilkan isolasri


reproduktif
Daftar Pustaka

Aldhebiani, A. Y. 2017. Species Concept and Speciation. Saudi Journal of Biological


Sciences. (2017), http://dx.doi.org/10.1016/j. sjbs.2017.04.013.

Coyne J.A. and H.A. Orr. 2004. Chapter 18: Speciation. pp. 483-512. Sinauer
Associates, Inc. : Sunderland, MA.

Henuhili, Victoria. 2008. Fenetika dan Evolusi. [Online] Tersedia:


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ir-victoria-henuhili-
msi/genetika-dan-evolusi.pdf (Diakses pada 16 Maret 2019)

Huelsenback, John P. Evolution Spring 09. [Online] Tersedia:


http://ib.berkeley.edu/courses/bio1b/evolutionspring09/pdfs/huelsenbeck10not
es.pdf (Diakses pada 16 Maret 2019)

Mayden, R.L. 1997. A Hierarchy of Species Concepts: The Denouement in the Saga
of the Species Problem. Pp 381 – 424. in Claridge, M.F., H.A. Dawah and M.R.
Wilson. (eds.) Species: the Units of Biodiversity. Chapman H Hall. London.

Anda mungkin juga menyukai