diakibatkan oleh perbedaan kecocokan fenotipe yang dimiliki organisme tersebut dengan
lingkungan. Ini adalah mekanisme kunci evolusi, perubahan karakteristik yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Charles Darwin adalah orang yang mempopulerkan istilah "seleksi alam" serta
membandingkannya dengan seleksi buatan, yang menurutnya disengaja, sedangkan seleksi alam
tidak.[1]
Variasi ada dalam semua populasi organisme. Hal ini terjadi karena mutasi acak yang muncul
dalam genom organisme individu, sehingga keturunan mereka dapat mewarisi mutasi tersebut.
Sepanjang kehidupan suatu individu, genom yang dimiliknya akan berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga menyebabkan variasi sifat. Lingkungan genom mencakup zat kimiawi disel,
sel lain, individu lain, populasi, spesies, serta lingkungan abiotik. Lingkungan ini akan menentukan
mana perubahan genom yang akan menguntungkan dan mana yang merugikan. Karena individu
dengan varian sifat yang menguntungkan terhadap lingkungannya cenderung bertahan dan
bereproduksi lebih banyak daripada individu dengan varian lain yang kurang menguntungkan, maka
populasi untuk varian sifat tersebut berkembang. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
reproduksi termasuk seleksi seksual (sekarang sering dimasukkan dalam seleksi alam) dan seleksi
fekunditas.[2]
Seleksi alam bekerja berdasarkan fenotipe, ciri-ciri organisme yang sebenarnya berinteraksi dengan
lingkungan, tetapi genetik (dapat diwariskan) dari setiap fenotipe yang mengkodekan fenotipe
tersebut dan genetik individu tersebutlah yang mengalami keuntungan reproduktif sehingga gen
suatu sifat dapat menjadilebih umum dalam suatu populasi. Seiring waktu, proses ini dapat
menghasilkan populasi yang berspesialisasi untuk relung ekologis tertentu (evolusi mikro) dan pada
akhirnya dapat menghasilkan spesiasi (munculnya spesies baru, evolusi makro) .Dengan kata lain,
seleksi alam adalah proses kunci dalam evolusi suatu populasi.[3]
Seleksi alam adalah landasan biologi modern. Konsep tersebut diterbitkan oleh Darwin dan Alfred
Russel Wallace dalam sebuah presentasi makalah bersama pada tahun 1858, dielaborasi dalam
buku berpengaruh Darwin tahun 1859 Tentang Asal Usul Spesies dengan Cara Seleksi Alam ,atau
Pelestarian Ras Favorit dalam Perjuangan untuk Kehidupan . Dia menggambarkan seleksi alam
dengan menggunakan analogi dengan seleksi buatan, sebuah proses dimana hewan dan tumbuhan
dengan sifat-sifat yang diinginkan oleh manusia secara sistematis dikembangbiakkan. Konsep
seleksi alam awalnya berkembang tanpa adanya teori hereditas yang valid; pada saat tulisan
Darwin, sains belum mengembangkan teori genetika modern. PenyatuanTeori Evolusi
Darwin dengan penemuan-penemuan berikutnya dalam genetika klasik membentuk sintesis modern
pada pertengahan abad ke-20.[4] Setelah itu, genetika molekuler ditambahkan sehingga membentuk
bidang baru, yaitu biologi perkembangan evolusioner, yang menjelaskan evolusi pada tingkat
molekuler. Meskipun genotipe perlahan-lahan dapat berubah lewat pergeseran genetik secara acak,
seleksi alam tetap menjadi penjelasan utama untuk evolusi adaptif.
Jadi apa yang membantah bahwa berbagai bagian (tubuh) hanya terbentuk secara tidak disengaja
di alam ini? Jika gigi misalnya tumbuh karena kebutuhan, maka yang depan tajam, disesuaikan
untuk mengoyak, dan penggiling rata dapat digunakan untuk mengunyah makanan; (maka menurut
teori insidentil) bentuk tersebut tidak dibuat untuk fungsinya tersebut, tetapi bentuk itu adalah hasil
dari kejadian insidentil. Lalu cara yang sama digunakan untuk menjelaskan bagian lain di mana
tampaknya ada adaptasi untuk mencapai tujuan. Di mana pun, oleh karena itu, semua hal bersama-
sama (yaitu semua bagian dari satu kesatuan) terjadi seolah-olah mereka dibuat demi sesuatu, lalu
perubahanan bentuk tersebut dipertahankan, dibentuk oleh spontanitas internal, dan apa pun hal-hal
tidak terbentuk dengan demikian (secara insidentil), maka binasa, dan selalu binasa.
Tetapi Aristoteles menolak kemungkinan ini di paragraf berikutnya, menjelaskan bahwa dia
berbicara tentang perkembangan hewan sebagai embrio dengan frase "baik selalu atau biasanya
muncul", bukan asal-usul spesies:
... Namun tidak mungkin ini adalah pendapat yang benar. Untuk gigi dan semua hal alami lainnya,
baik biasanya maupun selalu, muncul dengan cara tertentu; Tidak satu pun dari bentuk tersebut
merupakan hasil kebetulan atau spontanitas belaka. Kami tidak percaya adanya kebetulan ketika
terjadi hujan di musim dingin, tetapi jika terjadi hujan di musim panas, kami baru percaya; tidak juga
panas pada hari-hari anjing (hari yang paling panas di musim panas -red), tetapi kami percaya itu
kebetulan jika kami memilikinya di musim dingin. Jika kemudian, disepakati bahwa segala
sesuatunya adalah hasil kebetulan atau diciptakan untuk suatu tujuan, dan dibuktikan bahwa segala
sesuatunya bukan merupakan hasil kebetulan atau spontanitas, maka harus ada tujuan; dan bahwa
hal-hal seperti itu semua ditujukan untuk alam, bahkan para pendukung teori yang ada sebelum kita
akan setuju. Oleh karena itu, semua karakteristik untuk tujuan hadir dalam hal-hal yang menjadi dan
dibuat secara alami.
Perjuangan untuk bertahan hidup kemudian dijelaskan oleh penulis Islam ic Al-Jahiz pada abad ke-
9.[11]
Argumen klasik diperkenalkan kembali pada abad ke-18 oleh Pierre Louis Maupertuis [12] dan peneliti
lainnya, termasuk kakek Darwin, Erasmus Darwin .
Hingga awal abad ke-19, pandangan umum dimasyarakat Barat masih menganggap bahwa
perbedaan antar individu suatu spesies merupakan penyimpangan dari kreasonisme. Akan tetapi,
teori uniformitarianisme dalam geologi mengemukakan gagasan bahwa gaya sederhana yang lemah
dapat bertindak terus menerus dalam jangka waktu yang lama untuk menghasilkan perubahan
besar pada permukaan Bumi. Teori ini membuat masyarakat sadar akan waktu yang sangat panjang
dariwaktu geologi. Akhirnya, mereka mulai menerima ide bahwa perubahan kecil yang hampir tak
terlihat namun secara konsisten terjadi dan diwariskan dalam generasi-generasi berikutnya dapat
menghasilkan perbedaan antar spesies.[13]
Ahli zoologi awal abad ke-19 Jean-Baptiste Lamarck mengjuka ide pewarisan karakteristik yang
diperoleh sebagai mekanisme untuk perubahan evolusioner. Lamarck menyatakan bahwa adaptasi
organisme terhadap lingkungan akan menyebabkan adanya karakteristik baru yang akan diwariskan
ke generasi selanjutnya. Sehingga pada akhirnya pewarisan karakteristik ini
menyebabkan transmutasi spesies. Teori ini merupakan pengaruh utama terhadap sifat
antagonisme dari ahli biologi Soviet Trofim Lysenko terhadap teori genetika hingga pertengahan
abad ke-20.[14]
Bagian dari karya Thomas Malthus, tabel pertumbuhan penduduk di Inggris 1780–1810, dari
karyanya Esai tentang Prinsip Kependudukan edisi ke-6, 1826
Ide-ide Darwin terinspirasi oleh pengamatan yang dia lakukan padapelayaran kedua
HMS Beagle (1831-1836) dan karya seorang ekonom politik, Pendeta Thomas Robert Malthus,
yang dalam An Essay on the Principle of Population (1798), mencatat bahwa populasi (jika tidak
diseleksi) akanmeningkat secara eksponensial, sedangkan suplai makanan hanya tumbuh secara
linier; oleh karena itu, akan terjadi keterbatasan sumber daya yang pada akhirnya akan mengarah
pada "persaingan untuk bertahan hidup". Ketika Darwin membaca Malthus pada tahun 1838, ia
sudah siap dengan karyanya sebagai seorang naturalis untuk mendukung teori "persaingan untuk
bertahan hidup" di alam. Terpikir olehnya bahwa dengan bertambahnya populasi sedangkan sumber
daya semakin sedikit, maka "variasi yang menguntungkan akan cenderung dipertahankan dan
variasi yang tidak menguntungkan akan dimusnahkan. Hasilnya adalah pembentukan spesies
baru." [16] Darwin menulis:
Jika selama waktu yang sangat lama dan dengan kondisi yang berbeda-beda pula, organisme
menjadi berbeda pada setiap tingkatannya. Jika ada, perjuangan untuk bertahan hidup karena
adanya suatu kekuatan tingkat tinggi, apakah itu peningkatan spesies, atau musim, tahun, atau
suatu waktu, dan hal ini tidak bisa dibantah; Maka, karena adanya hubungan yang kompleks antar
spesies, akan ada keberagaman karakteristik baik itu strukturnya maupun kebiasannya yang akan
menguntungkan mereka. Saya rasa akan menjadi sebuah fakta yang mengejutkan apabila ada
variasi yang tidak berguna terhadap suatu makhluk hidup, sama seperti anehnya perbedaan
karakteristik jika tidak berguna bagi manusia. Tapi jika variasi yang dapat bermanfaat bagi setiap
makhluk hidup benar-benar muncul, dapat dipastikan bahwa individu tersebut akan memiliki karakter
yang memiliki peluang sangat tinggi untuk dapat bertahan dalam perjuangan untuk bertahan hidup;
dan menggunakan prinsip pewarisan, mereka akan menghasilkan anak-anak yang memiliki
karakteristik yang sama. Prinsip bertahan ini, saya sebut, singkatnya, Seleksi Alam.
Charles Darwin mencatat bahwa pigeon fanciers telah menciptakan berbagai jenis merpati,
seperti Tumblers (1, 12), Fantails (13), dan Pouters (14) oleh pembiakan selektif.
Darwin menganalogikan seleksi alam dengan bagaimana petani hanya memilih tanaman atau ternak
yang bagus untuk diternakkan, Prosees yang disebutnya sebagai "seleksi buatan". Darwin pada
manuskrip awalnya mengacu pada "Alam" yang akan melakukan seleksi. Pada saat itu, mekanisme
evolusi lain seperti evolusi melalui penyimpangan genetik belum dirumuskan secara eksplisit.
Darwin pun percaya bahwa seleksi kemungkinan hanya sebagian dari proses evolusi: "Saya yakin
bahwa Seleksi Alam telah menjadi alat modifikasi utama tetapi tidak eksklusif.."[18] Di dalam surat
Kepada Charles Lyell pada September 1860, Darwin menyesali penggunaan istilah "Seleksi Alam",
ia sebenarnya lebih memilih istilah "Pelestarian Alam".
Bagi Darwin dan orang-orang sezamannya, seleksi alam pada dasarnya identik dengan evolusi
melalui seleksi alam. Setelah publikasi On the Origin of Species,[18] orang berpendidikan secara
umum menerima bahwa evolusi memang terjadi dalam beberapa bentuk. Namun, seleksi alam
sebagai salah satu mekanisme evolusi tetaplah kontroversial. Sebagian menganggap seleksi alam
terlalu lemah untuk menjelaskan banyaknya karakteristik yang diamati dari organisme hidup.
Sebagian lain, bahkan pendukung evolusi, menolak keras evolusi yang "tidak terarah" dan non-
progresif, tanggapan ini telah dicirikan sebagai satu-satunya penghalang paling signifikan untuk
penerimaan gagasan seleksi alam. Namun, beberapa para pemikir dengan antusias mengikuti
seleksi alam; setelah membaca Darwin, Herbert Spencer memperkenalkan frasa keberlangsungan
makhluk hidup yang paling fit, yang menjadi ringkasan populer dari teori tersebut.[19] Edisi kelima
dari On the Origin of Species yang diterbitkan pada tahun 1869 memasukkan frase Spencer
sebagai alternatif frasa dari seleksi alam, dengan kredit yang diberikan: "Tetapi istilah yang
digunakan oleh Mr. Herbert Spencer, yaitu keberlangsungan makhluk hidup yang paling fit, lebih
akurat dan terkadang sama nyamannya." Walaupun frasa tersebut masih sering digunakan oleh
non-ahli biologi, ahli biologi modern menghindarinya karena bersifat redundansi jika "fittest" artinya
"unggul secara fungsional" dan cenderung diterapkan pada individu alih-alih keseluruhan rata-rata
atas populasi.[20]
Ernst Mayr mengakui pentingnya isolasi reproduksi untuk spesiasi dalam karyanya Systematics and
the Origin of Species (1942). W. D. Hamilton menyusun seleksi kerabat pada tahun 1964.[25] Sintesis
ini memperkuat seleksi alam sebagai dasar teori evolusi, yang masih bertahan hingga saat ini.
Sintesis kedua berkembang pada akhir abad ke-20 dengan kemajuan dalam genetika molekuler,
sehingga menciptakan bidang baru, biologi perkembangan evolusioner ("evo-devo"), yang berupaya
menjelaskan evolusi morfologi dalam konteks regulasi gen yang mengontrol perkembangan embrio
pada tingkat molekuler. Seleksi alam pada sintesis ini dipahami bekerja pada perkembangan
embrionik untuk mengubah morfologi tubuh orang dewasa.[26]
Ngengat berbintik ada dalam warna terang dan gelap di Inggris Raya, tetapi selama revolusi industri,
banyak pohon tempat ngengat beristirahat menjadi hitam oleh jelaga, yang menyebabkan ngengat
berwarna gelap memiliki keuntungan dalam bersembunyi dari predator. Hal ini memberikan peluang
yang lebih baik bagi ngengat berwarna gelap untuk bertahan hidup dan menghasilkan keturunan
berwarna gelap. Hanya dalam waktu lima puluh tahun sejak ngengat hitam pertama ditangkap,
hampir semua ngengat di industri Manchester berwarna gelap. Keseimbangan ini pada akhrinya
dibalik oleh efek Clean Air Act 1956, dan ngengat hitam menjadi langka lagi. Kejadian ini
menunjukkan pengaruh seleksi alam pada evolusi ngengat berbintik.[31]
Di sisi lain, "peningkatan kebugaran" dapat terjadi dalam lingkungan di mana "keberlangsungan
makhluk hidup yang paling fit" juga berperan. Richard Lenski memberikan contoh adaptasi dalam
lingkungan kompetitif, yaitu terjadinya "peningkatan kebugaran" selama "keberlangsungan makhluk
hidup yang paling fit". Kemungkinan terjadinya mutasi yang menguntungkan pada beberapa anggota
garis keturunan diperlambat oleh adanya persaingan. Varian yang merupakan kandidat untuk mutasi
yang menguntungkan dalam lingkungan daya dukung yang terbatas ini harus terlebih dahulu
mengungguli varian yang "kurang cocok" untuk mengakumulasi jumlah replikasi yang diperlukan
agar ada kemungkinan yang wajar dari terjadinya mutasi yang menguntungkan itu.[36]
Persaingan[sunting | sunting sumber]
Dalam biologi, persaingan adalah interaksi antar organisme di mana kebugaran suatu individu
menurun karena adanya kehadiran individu lain. Ini mungkin disebabkan karena keduanya
mengandalkan sumber daya terbatas yang sama seperti makanan, air, atauwilayah.[37] Persaingan
dapat berupa dalam atau antar spesies, dan dapat langsung atau tidak langsung.[38] Persaingan ini
dapat diilustrasikan dalam model logistik dari dinamika populasi:[39]
di mana r adalahtingkat pertumbuhan dari populasi (N), dan K adalah daya dukung dari
lingkungan lokalnya.
Seleksi dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara berbeda, seperti menurut pengaruhnya
terhadap suatu sifat, keanekaragaman genetik, tahap siklus hidup tempatnya bertindak, unit
seleksi, atau sumber daya yang diperebutkan.
Beberapa mutasi terjadi pada regulator gen menyebabkan efek besar pada fenotipe individu
karena mereka mengatur fungsi banyak gen lainnya. Kebanyakan, tapi tidak semua, mutasi
pada gen pengatur menghasilkan embrio yang tidak dapat hidup. Beberapa mutasi regulasi
yang tidak mematikan terjadi pada gen HOX pada manusia, yang dapat mengakibatkan tulang
rusuk serviks [49] atau polidaktili, peningkatan jumlah jari tangan atau kaki.[50] Ketika mutasi seperti
itu menghasilkan kebugaran yang lebih tinggi, seleksi alam menyukai fenotipe ini dan sifat
tersebut akan menyebar dalam populasi.
Beberapa sifat diatur oleh hanya satu gen, tetapi sebagian besar sifat dipengaruhi oleh interaksi
banyak gen. Variasi salah satu dari banyak gen yang berkontribusi pada suatu sifat mungkin
hanya memiliki pengaruh kecil pada fenotipe; Namun secara bersama-sama, gen ini dapat
menghasilkan perbedaan fenotipik.[53]
Beberapa bentuk seleksi penyeimbang tidak menghasilkan fiksasi, tetapi mempertahankan alel
pada frekuensi menengah dalam suatu populasi. Hal ini dapat terjadi pada
spesies diploid (dengan pasangan kromosom) ketika individu heterozigot (dengan hanya satu
salinan alel) memiliki adaptasi yang lebih tinggi daripada individu homozigot (dengan dua
salinan). Ini disebut keunggulan heterozigot. Contoh paling terkenal adalah resistensi terhadap
malaria pada manusia heterozigot untuk anemia sel sabit. Pemeliharaan variasi alel juga dapat
terjadi melalui seleksi disruptif, yang mendukung genotipe yang berangkat dari rata-rata di
kedua arah (yaitu, kebalikan dari keunggulan heterozigot), dan dapat menghasilkan distribusi
bimodal dari nilai sifat. Seleksi penyeimbang dapat terjadi melalui seleksi yang bergantung pada
frekuensi, di mana kesesuaian satu fenotipe tertentu bergantung pada distribusi fenotipe lain
dalam populasi. Prinsip teori permainan telah diterapkan untuk memahami distribusi kesesuaian
dalam situasi ini, terutama dalam studi pemilihan kerabat dan evolusi altruisme timbal balik.[56]
Dalam kata-kata filsuf Daniel Dennett, "Ide berbahaya Darwin" tentang evolusi melalui seleksi
alam adalah "asam universal", yang tidak dapat disimpan terbatas pada wadah apa pun, karena
akan segera bocor, dan menyebar ke lingkungan yang semakin luas. Jadi, dalam dekade
terakhir, konsep seleksi alam telah menyebar dari biologi evolusioner ke disiplin ilmu lain,
termasuk komputasi evolusioner, Darwinisme kuantum, ekonomi evolusioner, epistemologi
evolusioner, psikologi evolusioner, dan seleksi alam kosmologis. Penerapan tak terbatas ini
disebut Darwinisme universal.[58]
Baru-baru ini, pekerjaan di antara para antropolog dan psikolog telah mengarah pada
pengembangan sosiobiologi dan kemudian psikologi evolusioner, bidang yang mencoba
menjelaskan fitur psikologi manusia dalam hal adaptasi dengan lingkungan leluhur. Contoh
paling menonjol dari psikologi evolusioner, terutama yang dikembangkan dalam karya
awal Noam Chomsky dan kemudian oleh Steven Pinker, adalah hipotesis bahwa otak manusia
telah beradaptasi dengan memperoleh aturan gramatikal dari bahasa.[64] Aspek lain dari perilaku
manusia dan struktur sosial, dari norma budaya tertentu seperti penghindaran inses hingga pola
yang lebih luas seperti peran gender, telah dihipotesiskan memiliki asal yang serupa dengan
adaptasi ke lingkungan awal tempat manusia modern berevolusi.
Dengan analogi tindakan seleksi alam pada gen, konsep — "unit transmisi budaya", atau
persamaan budaya dari gen yang menjalani seleksi dan rekombinasi — telah muncul, pertama
kali dijelaskan dalam bentuk ini oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 [65] dan kemudian
dikembangkan oleh filsuf seperti Daniel Dennett sebagai penjelasan untuk aktivitas budaya yang
kompleks, termasuk kognisi manusia.[66]