Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DAN SHARING JOURNAL TENTANG ANAK JALANAN

KEPERAWATAN JIWA II

Disusun Oleh :

AGINA AMALIA PUTRI 175070201111025


DIAN FEBIOLA CHRISTIAN 175070200111027
HANNA BELINDA SAVITRI 175070200111009
IHSANUL FIKRI 175070201111009

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Tujuan.................................................................................................................6
1.3 Manfaat...............................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Jiwa pada Anak Jalanan.............................................7
2.1.1 Definisi Anak Jalanan..................................................................................7
2.1.2 Karakteristik Anak Jalanan..........................................................................7
2.1.3 Faktor Penyebab Anak Jalanan.................................................................10
2.1.4 Permasalahan Anak Jalanan......................................................................10
2.2 Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak Jalanan.................................................11
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................11
2.2.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................12
2.2.3 Rencana Keperawatan...............................................................................12
2.2.4 Intervensi dan Implementasi......................................................................13
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
SHARING JOURNAL....................................................................................................20

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan
rahmat-Nya yang diberikan sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik. Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi kewajiban tugas konsep, asuhan
keperawatan dan sharing jurnal mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami menghaturkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang sudah ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini, dalam bentuk ide maupun tenaga mereka. Pada akhirnya, saran dan kritik pembaca
makalah ini yang bertujuan untuk kebaikan makalah ini kedepannya, sangat kami terima
dan kami hargai.

Malang, 18 April 2020

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak jalanan merupakan masalah sosial yang menjadi fenomena menarik dalam
kehidupan bermasyarakat. Kita bisa menjumpai anak-anak yang sebagian besar
hidupnya berada di jalanan pada berbagai titik pusat keramaian di kota besar, seperti
di pasar, terminal, stasiun, traffic light, pusat pertokoan, dan sebagainya. Kehidupan
jalanan mereka terutama berhubungan dengan kegiatan ekonomi, antara lain
mengamen, mengemis, mengasong, kuli, loper koran, pembersih mobil, dan
sebagainya. Meskipun ada pula sekumpulan anak yang hanya berkeliaran atau
berkumpul tanpa tujuan di jalanan (Suyanto, 2010).
Data jumlah anak jalanan di Indonesia telah mencapai 36.000 anak pada tahun
1997, meningkat pada tahun 2010 menjadi 232.894 anak (kemsos.go.id, 2010), dan
tahun 2016 tercatat 1,4 juta anak (republika.co.id, 2016). Di Jakarta dalam tiga
tahun terakhir dari tahun 2009 terdapat 3.724 orang, tahun 2010 meningkat menjadi
5.650 orang, dan pada tahun 2011 juga terjadi peningkatan sebanyak 7.315 orang,
pada umumnya mereka bekerja sebagai pengemis, pengamen, pengelap kaca mobil,
pedagang asongan, joki 3 in 1, dan parker liar (kompas.com, 2011). Dinas Sosial
pun mencatat bahwa anak jalanan di DKI Jakarta telah mencapai 7.300 orang pada
tahun 2013, jumlah ini meningkat 10 persen dari tahun sebelumnya (republika.co.id,
2013).
Anak jalanan merupakan kelompok rentan, marginal dan eksploitatif adalah
istilah-istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak
jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang
kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun
dimasa depan.
Berdasarkan permasalah tersebut maka perlu adanya perhatian lebih terhadap
kehidupan anak jalanan baik dari segi sosial, ekonomi, maupun segi kesehatan. Kali
ini makalah ini akan membahas mengenai permasalahan yang dialami anak jalanan

4
di suatu negara melalui telaah jurnal penelitian. Sehingga hasil penelitian jurnal
dapat diajdikan referensi menyelesaikan permasalahan anak jalanan di Indonesia

1.2 Tujuan
1. Mengetahui terkait konsep dasar kesehatan jiwa pada anak jalanan
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak jalanan
3. Mengetahui permasalahan mengenai anak jalanan di belahan dunia
4. Mengetahui hasil penelitian dalam jurnal yang ditelaah
5. Mengetahui pengaplikasian hasil dari penelitian pada setting pelayanan di
Indonesia
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang ditelaah

1.3 Manfaat
1. Menambah ilmu baru terkait konsep dasar kesehatan jiwa dan asuhan
keperawatan pada anak jalanan
2. Sebagai sarana berpikir kritis bagi penulis
3. Memeberikan pemahaman kepada pembaca mengenai penggunaan
permasalahan mengenai anak jalanan
4. Memberikan informasi selengkap lengkapnya mengenai jurnal yang dipilih
melalui proses telaah secara mendalam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Jiwa pada Anak Jalanan


2.1.1 Definisi Anak Jalanan
Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan
tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang
tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran
keluarganya. UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak
berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah
dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-
pindah. Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
umum lainnya.

2.1.2 Karakteristik Anak Jalanan


Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan
dibedakan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Children On The Street
Anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di
jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan pada kategori ini adalah
untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena
beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat di
selesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.
Anak Jalanan Yang Hidup Di Jalanan, Dengan cirinya Sebagai Berikut:
a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal
setahun yang lalu.
b. Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan menggelandang.

6
c. Bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang tempat seperti di
emperan toko, kolong jembatan, taman, terminal, stasiun, dll.
d. Tidak bersekolah lagi.
2. Children Of The Street
Anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun
ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan
orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di
antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab. Biasanya lari
atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah dan menyimpang
baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual.
Anak Jalanan Yang Bekerja Di Jalanan, Cirinya Adalah:
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang secara
periodik misalnya: seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu.
Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan.
b. Berada di jalanan sekitar 8-12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16
jam.
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman,
dengan orang tua/saudaranya, atau di tempat kerjanya di jalan.
d. Tidak bersekolah lagi.
3. Children From Families Of The Street
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun
anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi
hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain
dengan segala resikonya. Salah satu cirri penting dari kategori ini adalah
pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak
masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah di temui
di berbagai kolong-kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta
api dan pinggiran sungai walau secara kuantitatif jumlahnya belum di
ketahui secara pasti.
Anak Yang Rentan Menjadi Anak Jalanan, cirinya adalah:
a. Setiap hari bertemu dengan orang tuanya ( teratur )

7
b. Berada di jalanan sekitar 4-6 jam untuk bekerja.
c. Tinggal dan tidur dengan orang tua/wali.
d. Masih bersekolah.
Lebih rinci dalam buku “ intervensi psikososial“ bahwa karakteristik anak
jalanan di tuangkan dalam matrik berupa tabel ciri-ciri fisik dan psikis anak
jalanan berikut ini:
Ciri Fisik Ciri Psikis
Warna kulit kusam Mobilitas tinggi
Rambut kemerah-merahan Acuh tak acuh
Kebanyakan berbadan kurus Penuh curiga
Pakaian tidak terurus Sangat sensitive
Berwatak keras
Kreatif
Semangat hidup tinggi
Berani menanggung resiko
Mandiri

Lebih lanjut di jelaskan dalam buku tersebut, indikator anak jalanan adalah
sebagai berikut:
Usia berkisar antara 6 sampai dengan 18 tahun.
Intensitas hubungan dengan keluarga:
 Masih berhubungan secara teratur minimal bertemu sekali setiap
hari.
 Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat kurang.
 Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga.
Waktu yang di habiskan di jalanan lebih dari 4 jam setiap hari.
Tempat tinggal:
 Tinggal bersama orang tua.
 Tinggal berkelompok dengan teman-temannya.
 Tidak mempunyai tempat tinggal.
Tempat anak jalanan sering di jumpai di: pasar, terminal bus, stasiun
kereta api, taman-taman kota, daerah lokalisasi WTS, perempatan jalan

8
atau jalan raya, pusat perbelanjaan atau mall, kendaraan umun
(pengamen), tempat pembuangan sampah.
Anak jalanan: menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan
Koran/majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi
pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung,
menjadi penghubung atau penjual jasa.
Sumber dana dalam melakukan kegiatan: modal sendiri, modal
kelompok, modal majikan/patron, stimulan/bantuan.
Permasalahan: korban eksploitasi seks, rawan kecelakaan lalu lintas, di
tangkap petugas, konflik dengan anak lain, terlibat tindakan kriminal, di
tolak masyarakat lingkungannya.
Kebutuhan anak jalanan: aman dalam keluarga, kasih sayang, bantuan
usaha, pendidikan, bimbingan ketrampilan, gizi dan kesehatan,
hubungan harmonis dengan orang tua, keluarga dan masyarakat.

2.1.3 Faktor Penyebab Anak Jalanan


Penyebab dari fenomena anak bekerja :
a. Dipaksa orang tua
b. Tekanan ekonomi keluarga
c. Diculik dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa
d. Asumsi dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain
e. Pembenaran dari budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja
Faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan :
a. Kesulitan keuangan
b. Tekanan kemiskinan
c. Ketidakharmonisan rumah tangga
d. Hubungan orangtua dan anak

2.1.4 Permasalahan Anak Jalanan


Aspek Permasalahan yang Dihadapi
Pendidikan Sebagian besar putus sekolah karena waktunya
tersita di jalanan
Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan
yang lebih dewasa, kelompok lain, petugas dan

9
razia
Penyalahgunaan obat dan zat Ngelem, minuman keras, pil BK dan sejenisnya
adiktif
Kesehatan Rentan penyakit kulit, PMS, gonorhoe, paru-
paru
Tempat tinggal Umumnya disembarang tempat, dipemukiman
kumuh, dan rumah singgah
Resiko kerja Tertabrak, penculikan, dan lain-lain
Hubungan dengan keluarga Umumnya renggang, dan bahkan sama sekali
tidak berhubungan
Makanan Seadanya, kadang mengais dari tempat sampah

2.2 Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak Jalanan


2.2.1 Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
- Genetik
- Neurobiologis
- Virus dan Infeksi
b. Faktor Presipitasi
- Biologis
- Sosial kultural
- Psikologis
c. Penilaian terhadap stressor
Respon adaptif Respon maladaptif
 Berfikir logis  Pemikiran  Gangguan
 Persepsi akurat sesekali pemikiran
 Emosi konsisten  Terdistorsi  Waham /
dengan  Ilusi halusinasi
pengalaman  Reaksi eosi  Kesulitan
 Perilaku sesuai berlebih dan pengolahan
 Berhubungan tidak bereaksi  Emosi
sosial  Perilaku aneh  Perilaku kacau
 Penarikan tidak dan ineraksi
bisa sosial

10
berhubungan
sosial

d. Sumber Koping
e. Mekanisme Koping
- Regresif : berhubungan dengan masalah dalam proses inflamasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas
- Proyeksi : upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain
- Menarik diri
- Pengingkaran

2.2.2 Diagnosa keperawatan


Beberapa diagnosa yang mungkin timbul pada anak jalanan adalah:
a. Harga diri rendah
b. Isolasi sosial
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Resiko perilaku kekerasan / perilaku kekerasan
e. Gangguan proses pikir : waham
f. Risiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri

2.2.3 Rencana Keperawatan


Tujuan :
a. Kognitif, klien mampu :
- Mengenali dan memahami cara mengatasi masalah yang ada pada diri
klien
b. Psikomotor, klien mampu :
- Mengungkapkan perasaannya
- Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
c. Afektif, klien mampu ;
- Merasakan manfaat latihan
- Merasa mampu beradaptasi dengan keadaan
- Merasakan lebih optimis dan percaya diri

11
2.2.4 Intervensi dan Implementasi
1. Diagnosa : defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, makan
Tujuan dan Intervensi
- Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara untuk menjaga kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
- Klien tidak mengelami defisit perawatan diri
- Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
- Klien mampu melakukan berhias / berdandan secara baik
a. Melatih klien laki-laki untuk berpakaian, menyisir rambut
bercukur
b. Melatih klien perempuan untuk berpakaian, menyisir rambut,
berhias
- Klien mampu makan dengan baik
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan setelah makan
- Klien mampu melakukan BAK / BAB secara mandiri
a. Menejelaskan tempat BAK/BAB yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK/BAB
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAK/BAB
2. Diagnosa : Perilaku kekerasan
Tujuan dan Intervensi
- Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disuka
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang
- Klien dapat memimbina hubungan saling percaya
a. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan

12
b. Bantu klien mengungkapkan persaan jengkel / kesal
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
a. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
c. Dengarkan ungkapan marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang
- Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan Bersama klien tanda jengkel/kesal yang dialami klien
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakuka
a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c. Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?”
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
- Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan
a. Beri pujian jika mengetahui cara yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : Tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolahraga, memuku bantal / kasur. Secara
verbal : katakan bahwa anda sedang marah. Secara spiritual :
berdoa, sembahyang. Memohon kepada tuhan untuk diberi
kesabaran

13
- Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Bantu memilih cara yang paling tepat
b. Banru mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
d. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah
- Klien dapat dukungan dari keluarga
a. Beri Pendidikan Kesehatan tentang cara merawa klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
3. Diagnosa : Menarik diri
Tujuan dan Intervensi
- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan Bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
- Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
a. Identifikasi Bersama klien cara Tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubngan
dengan orang lain

14
- Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kiln untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwa harian yang dilakukan Bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
- Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila behubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan oranglain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
- Klien dapat memberdayajan sistem pendukung atau keluarga
a. Bina hubungan dengan saling percaya dengan keluarga
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik
diri, pernyebab perilaku menarik diri, akibat jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi, dan cara keluarga menghadapi klien menarik
diri
c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan angora keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif atas hal yang telah dicapai oleh
keluarga
4. Diagnosa : Harga diri rendah

15
Tujuan dan Intervensi
- Klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindarkan memberi penialainan negative setiap bertemu klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistis
d. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah
- Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
a. Rencanakan Bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh pelaksaan kegiatan yang boleh klien lakukan
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
a. Beri kesempatan mencpba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
- Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri Pendidikan Kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
5. Diagnosa : Risiko bunuh diri
Tujuan dan Intervensi

16
- Klien tetap aman dan selamat
a. Menemani klien sampai klien di tempat aman
b. Menajuhakan semua benda yang berbahaya
c. Memastikan bahwa pasien telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa perawat akan
melindungi pasien sampai pasien melupakan keinginannya untuk
bunuh diri
- Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya,
mengungkapkan perasaannya, menggunakan cara penyelesaian
masalah yang baik
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat
b. Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan
untuk mengungkapkan perasaanya, berikan pujian untuk klien
c. Yakinkan bahwa klien berarti dan berharga untuk orang lain
d. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara
mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya,
mendiskusikan dengan klien
-

BAB III

PENUTUP

17
3.1. Kesimpulan
Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan
tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak
mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya. Ada
beberapa karakteristik dari anak jalanan yaitu hidup di jalanan, bekerja di jalanan,
dan rentan menjadi anak jalanan. Penyebab dari anak jalanan yang berkerja yaitu
bisa karna dipaksa oleh orang tua, tekanan ekonomi keluarga, diculik dan dipaksa
bekerja, asumsi bahwa dengan bekerja bisa sekaligus bermain. Faktor yang
menyebabkan anak-anak terjerumus di kehidupan jalanan yaitu kesulitan keuangan,
tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumahtangga, dan hubungan antara
orangtua dengan anak.

3.2. Saran
Sebagai orang tua, kita harus bisa memberi pengertian kepada anak mengenai
kondisi keuangan keluarga dan menjaga keharmonisan dari keluarga tersebut agar
anak tidak terjerumus ke dalam kehidupan di jalanan. Dan sebagai perawat kita
harus memahami kondisi kejiwaan dari anak jalanan agar menghindari dari risiko
bunuh diri.

SHARING JOURNAL

1.1 Identitas Jurnal


Topik Jurnal Child Abuse & Neglect

18
Judul Jurnal Prevalence And Determinants Of Post-Traumatic Stress
Disorder, Anxiety And Depression Symptoms In Street
Children Survivors Of The 2010 Earthquake In Haiti, Four
Years After
Penulis Daniel Derivois*, Jude Mary Cénat**, Nephtalie Eva Joseph***,
Amira Karray****,Khadija Chahraoui*****
Penerbit ELSEVIER
Volume Volume 67, Hal. 174-181
Tahun terbit 2017

1.2 Latar Belakang Jurnal


Pada tanggal 12 Januari 2010, beberapa kota di Republik Haiti termasuk Ibu
Kota Port Au Prince dihantam oleh gempa yang sangat besar selama 160 tahun
terakhir. Menurut PBB dan Otoritas pemerintah Haiti, gempa tersebut menewaskan
sekitar 222.000 orang dan lebih dari 300.000 orang lainnya terluka. Selain itu sekitar
600.000 orang mengungsi di daerah lain yang tidak terkena dampak gempa dan
sebanyak 1,3 juta orang direlokasi tinggal di tenda darurat.
Studi sebelumnya pernah dilakukan kepada korban gempa di daerah lain di
dunia menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja banyak yang mengalami gejala
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) seperti depresi, kecemasan dan gangguan
mental lainnya. Studi-studi tersebut menunjukkan hasil sekitar 10,23% - 74%
korban selamat dari bencana akan menunjukkan gejala PTSD yang parah.
Di Haiti, peneliti Blanc, Bui dkk tahun 2015 telah melakukan penelitian
beberapa bulan dan beberapa tahun setelah peristiwa tersebut menjunjukkan hasil
bahwa banyak anak-anak dan remaja menunjukkan tingkat gejala PTSD yang tinggi
yaitu sekitar 36,95% hingga 59,1 % mengalami depresi dan kecemasan.
Kemudian studi yang dilakukan oleh Derivois dkk tahun 2015 yang meneliti
mengenai prevalensi kejadian PTSD, teryata menunjukkan hasil dengan prevalensi
yang relatif rendah diantara anak-anak jalanan (sudah hidup dijalanan sebelum
gempa) dibandingkan dengan anak-anak yang sebelumnya tinggal bersama keluarga
mereka dan mereka yang pernah beresekolah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka peneliti melakukan penelitian kembali
mengenai prevalensi PTSD karena prevalensi gejala PTSD yang relatif rendah pada
kelompok anak jalanan yang sangat kecil pada penelitian sebelumnya, maka peneliti

19
yang sekarang akan menilai berdasarkan sampel yang lebih besar, prevalensi gejala
PTSD, kecemasan dan depresi dalam kaitannya dengan tingkat paparan traumatis,
tekanan dan usia peritraumatic, serta menelusuri dua alasan utama untuk hidup di
jalanan (kekerasan / pelecehan dan kesulitan ekonomi), dan sosio-demografis
lainnya karakteristik di antara anak dan populasi remaja yang bersangkutan.
Kemudian peneliti juga mengkaji hubungan antara variabel-variabel ini dan
komorbiditas di antara ketiganya. Akhirnya, peneliti menyoroti efek independen dan
gabungan dari sejumlah variabel pada PTSD dan gejala depresi.

1.3 Metode Penelitian Jurnal


1. Partisipan dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juni 2014 dengan
menggunakan sampel 128 anak (120 laki-laki dan 8 perempuan), berusia dari 7 –
18 tahun, dengan usia rata-rata 13,88 (SD = 2,15), dan tinggal di jalanan Port-
au-Prince (Fermathe; Pétion- Ville, Delmas, Pusat Kota Carrefour-aéroport,
Champs de Mars, Carrefour feuilles, Carrefour, Santo), Haiti.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Creole yang melibatkan penerjemah empat
ahli dari Linguistik Fakultas Universitas Negeri Haiti. Peneliti melakukan
penelitian dengan sampel yang didapatkan baik di jalan-jalan atau di pusat
rehabilitasi. Kriteria inklusi sample yaitu berusia antara 7 – 18, tinggal di Port-
au-Prince dan menjadi korban gempa bumi di Port-au-Prince dan tinggal di jalan
walaupun pergi ke tempat perlindungan di malam hari untuk tidur.
Data dikumpulkan dan didapatkan di 7 pusat tempat di Port-au-Prince.
Durasi wawancara rata-rata 20 menit per anak. Anak-anak yang menjadi sampel
diberikan makanan, dan terdapat 33 anak selama dua minggu diberikan kegiatan
melukis. Tindakan ini direkomendasikan oleh Departemen Sosial, yang
memiliki tanggung jawab terhadap anak jalanan, melalui IBESR (Institut du
Bien être social - Social Wellbeing Institute 2), karena sebagian besar anak-anak
tersebut adalah anak yatim maka penelitian didesain untuk menghindari kontak
dengan kerabat mereka. Penelitian dilakukan berdasarkan protokol yang
disetujui oleh Dewan Tinjauan Institusional Université Lumière Lyon 2,

20
Kementerian Kesehatan dan Kependudukan, Kementerian Urusan Sosial dan
Universitas Negeri Haiti.
2. Pengambilan Data
Semua variabel diukur menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri,
yang berisi pertanyaan sosiodemografi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Asisten peneliti membantu anak-anak melalui proses dengan membaca dan
mengisi kuesioner.
3. Analisis Data
Analisis statistik menggunakan SPSS versi 21. dilakukan uji-t untuk
menguji perbedaan antara usia dan jenis kelamin untuk skor kecemasan, PTSD
dan depresi. Tes Chi-square untuk menganalisis hubungan univariat antara
PTSD, depresi, dan gangguan peritraumatic. Analisis korelasi bivariat dilakukan
untuk mengidentifikasi hubungan antara berbagai variabel (pengalaman
traumatis, paparan traumatis, tekanan peritraumatic, kecemasan, PTSD, dan
depresi). Analisis regresi multivariat dilakukan untuk mempelajari bobot
berbagai variabel pada PTSD dan depresi. kemudian analisis chi-square untuk
memastikan pentingnya komorbiditas di antara keduanya, tekanan peritraumatic,
PTSD, dan depresi.

1.4 Hasil Penelitian Jurnal


Hampir semua anak-anak dan remaja yang menjadi sampel menyatakan telah
mengalami setidaknya satu pengalaman traumatis sebelumnya (100%) dan setelah
gempa sebanyak (99,22%). Dari 128 responden terdapat 25,78% yang menyatakan
memiliki 1 - 5 pengalaman traumatis, sebanyak 57,81% mengalami 6-10
pengalaman traumatis dan 16,41% menyatakan mereka telah mengalami >10
peristiwa traumatis sebelum gempa bumi.
Setelah bencana gempa bumi, terdapat 23,44% telah mengalami 1 - 5
pengalaman traumatis, sebanyak 46,87% mengalami 6 - 10; dan sebanyak 28,91%
telah mengalami >10 kejadian traumatis. Dalam kejadian traumatis yang pernah
dialami sampel, terdapat 23,44% mengatakan mereka berada di ruang tertutup
selama gempa bumi; 32,03% mengalami kematian setidaknya satu anggota keluarga

21
selama gempa bumi; dan 35,16% memiliki teman yang telah meninggal akibat
gempa bumi. 13,28% melaporkan telah melukai diri sendiri.
Prevalensi gejala PTSD yang parah adalah 14,94%, dibandingkan dengan
13,28% untuk gejala kecemasan dan 29,69% untuk gejala depresi. Tabel 1
menyajikan seluruh rentang prevalensi gejala PTSD, kecemasan dan depresi
dikategorikan berdasarkan data sosiodemografi dan pengalaman traumatis sampel

Hasil yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan koefisien korelasi yang


signifikan antara gejala kecemasan dan PTSD (r = .63, p <.01). selain itu terdapat
hubungan positif antara usia dan gejala PTSD (r = 0,19, p <0,05) dan antara usia dan
gejala depresi (r = 21, p <0,05). Koefisien korelasi lainnya (signifikan atau tidak)
disajikan dalam tabel 2.

22
Dalam analisis multivariat regresi PTSD (Tabel 3), tekanan peritraumatic ( = .
39, p <.0001), penderitaan fisik penyalahgunaan ( = .27, p <.0001) dan fakta telah
melayani dalam rumah tangga ( = .19, p <.0001) mewakili varian terbesar. Secara
umum, model menjelaskan 33% dari varians. Model mengevaluasi bobot variabel
yang memprediksi gejala depresi menjelaskan 29% dari varians, sementara
pengalaman traumatis mewakili varians terbesar ( = .26, p <.0001). Model
prediksi kecemasan menjelaskan 38% dari varian menunjukkan bahwa tekanan
peritraumatic adalah prediktor terbaik gejala kecemasan ( = .38, p <.0001).
Akhirnya, hasilnya menunjukkan bahwa dari 128 anak muda dalam sampel
kami, komorbiditas gejala PTSD dan depresi adalah 7,81%; 5,47% antara gejala
PTSD dan kecemasan; dan 7,03% antara gejala kecemasan dan depresi.
Komorbiditas di antara ketiganya adalah 3,12%.

1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1.5.1 Kelebihan Jurnal
1. Jurnal diterbitkan oleh penerbit jurnal ternama dan terpercaya yaitu
ELSEVIER.
2. Jurnal merupakan terbitan 3 tahun terakhir yang sangat baik untuk
dijadikan referensi

23
3. Penelitian yang dilakukan sangat jelas dalam menjelaskan metode
penelitiannya dan sangat rinci sehingga apabila ada peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian terkait hal ini akan sangat memadai untuk dijadikan
jurnal acuan
4. Penelitian dalam jurnal memiliki kualifikasi penelitian yang berkualitas
karena menggunakan multivariabel yang berpengaruh terhadap masalah
yang diteliti dan hasilnyapun sangat signifikan.
5. Sampel yang digunakan dalam penelitian sangat jelas terkait kriteria yang
bisa dijadikan sampel serta sangat menjaga kontrol terhadap sampel
sehingga hasilnya tidak bias.
6. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sangat baik dan telah
terbukti sangat akurat berdasarkan penelitian sebelumnya serta instrumen
penelitian dijelaskan sangat rinci seperti skala data yang digunakan.
7. Penelitian dilakukan dengan bekerjasama dengan banyak pihak dan telah
mendapat izin dalam memberikan intervensi kepada sampel sehingga aspek
kelegal etisan penelitian ini bisa dijamin sangat baik.
1.5.2 Kekurangan Jurnal
1. Perlu ditambahkan pada bagian pendahuluan mengenai perbedaan jumlah
sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya sehingga pembaca bisa
tahu letak perbedaan sampel yang digunakan
2. Tidak dijelaskan secara spesifik 7 pusat tempat pengambilan datanya
3. Jurnal ini tidak ada bagian kesimpulan sebagai penegasan akhir dari hasil
penelitian jurnal

1.6 Kesimpulan dan Saran


Hasil penelitian pada jurnal mengungkapkan bahwa prevalensi adanya gejala PTSD,
depresi dan kecemasan di kalangan anak jalanan tinggi. Itu juga menunjukkan
bahwa prevalensi ini lebih rendah daripada beberapa kelompok anak lain yang juga
korban gempa 2010 di Port-au-Prince. Anak-anak hidup di jalanan karena alasan
ekonomi menunjukkan prevalensi gejala PTSD yang lebih rendah, kecemasan dan
depresi daripada mereka yang berada di jalanan sebagai akibat dari pelecehan
psikologis atau fisik di dalam diri mereka keluarga sendiri, keluarga angkat atau di

24
rumah. Studi ini menunjukkan pentingnya penyediaan perawatan untuk anak-anak
ini dalam hal membantu mereka mengembangkan koping dan strategi ketahanan. Ini
juga menekankan pentingnya memberi mereka lingkungan hidup yang layak untuk
memfasilitasi mereka kembali ke keadaan normal.

1.7 Penerapan di Indonesia


1. Membentuk Street based adalah kegiatan di jalan, tempat dimana anak-anak
jalanan beroperasi. Pekerja sosial/pendamping anak datang mengunjungi,
menciptakan perkawanan, mendampingi dan menjadi sahabat untuk keluh kesah
mereka. Anak-anak yang sudah tidak teratur berhubungan dengan keluarga,
memperoleh kakak atau orang tua pengganti dengan adanya pekerja
sosial/pendamping.
2. Menbentuk Centre based yaitu kegiatan di panti, Rumah Singgah atau Sanggar-
sanggar Perlindungan Anak, untuk anak-anak yang sudah putus dengan
keluarga. Institusi ini menjadi lembaga pengganti keluarga untuk anak dan
memenuhi kebutuhan anak seperti kesehatan, pendidikan, ketrampilan, waktu
luang, makan, tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya
3. Membentuk Community based adalah model penanganan anak yang berpusat di
masyarakat dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi keluarga dan potensi
seluruh masyarakat. Tujuan akhir adalah anak tidak menjadi anak jalanan atau
sekalipun di jalan, mereka tetap berada di lingkungan keluarga. Kegiatannya
biasanya meliputi: peningkatan pendapatan keluarga, penyuluhan dan bimbingan
pengasuhan anak, kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan dan kegiatan
waktu luang dan lain sebagainya.
4. Penerapan metode teraplay atau play theraphy mengajak anak bermain,
menikmati situasi walau situasi tidak senyaman biasanya pada program Trauma
Healing pada korban pasca bencana seperti gempa bumi yang terjadi di Lombok
5. Adanya Panti Pelayanan Sosial Anak "Mandiri" di Semarang sebagai wadah
untuk anak-anak terlantar yang tidak memiliki keluarga/rumah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Daniel Derivois, Jude Mary Cénat, Nephtalie Eva Joseph, Amira Karray, Khadija
Chahraoui. (2017). Prevalence and determinants of post-traumatic stress disorder,

26
anxiety and depression symptoms in street children survivors of the 2010
earthquake in Haiti, four years after. Elsevier: Child Abuse & Neglect 67 (2017)
174–181.
Stuart, G.W. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi
Indonesia: Elsevier
Wardani, I. Y. (2018). STRES DAN STRATEGI KOPING ANAK JALANAN DI
KOTA DEPOK. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI),
2(2), 108-116.
Masruroh, N. L. (2017). MODEL DAN PENDEKATAN PELAYANAN
PERAWATAN KESEHATAN PRIMER BAGI KOMUNITAS ANAK
JALANAN: Understanding the Evidence-Based for Practice. Research Report.
Erlena, E. (2018). Analisis Sehat Jiwa Anak Jalanan di Kelurahan Tanjungpura
Karawang Tahun 2018. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 8(1).
Depsos, Intervensi Psikososial, (Jakarta: Direktorat Kesejahteraan Untuk Keluarga Dan
Lanjut Usia, 2001) hal 23-24
Shadiqin, N. (2018). Peran Keluarga dalam Pembinaan Anak Jalanan di Jalan Sultan
Alauddin Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar).
Suyanto, Ph.D. 2010.Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Nasional.
kemsos.go.id, 2010
kompas.com, 2011
republika.co.id, 2013
republika.co.id, 2016

27

Anda mungkin juga menyukai