Disusun Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, berkat limpahan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Etik dalam Keperawatan Paliatif dan Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Paliatif”
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan baik dalam
pembuatan makalah ini. Namun atas tuntunannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunnya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan tenaga keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………..……………………………...…1
1.2 Rumusan Masalah…..…………………………………………………………………….………2
1.3 Tujuan penulisan…..……………………………………………………………………….…..…2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………3
A. Etik Dalam Perawatan Paliatif……………………………………………………………………..3
2.1.1 Pengertian..……….…………………………………………………………………………...…3
2.1.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif……....………………………………………………….…3
2.1.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif…...………………………………………………….…4
B. kebijakan nasional terkait perawatan paliatif…...…………………………………………….……8
2.2.1 Tujuan kebijakan…...……………………………………………………………………………9
2.2.2 Sasaran kebijakan pelayanan paliatif………………………...…………………………………10
2.2.3 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif…...………………………………………………………10
2.2.4 Sumber Daya Manusia…...……………………………………………………………………...10
2.2.5 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif…...…………………………………………...……11
2.2.6 Pembinaan Dan Pengawasan……………...……………………………………………….……12
2.2.7 Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif……………………………...…..…12
2.2.8 Pendanaan…...………………………………………………………………………………...…12
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007……...…13
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………..……15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………...…15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres
menghadapi
Penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai setiap kehidupan,
Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak mempercepat atau menunda kematian,
Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, Mengintegrasikan aspek psikologis , social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga, Menghindari tindakan medis yang sia sia, Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien
tetep aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga dalam
masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang
akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi
perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana
pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang bersifat kedokteran harus
dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien
tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seseorang
pasien atau sengaja melakukan sesuatu untukmemperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
4
c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan pasien.
Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan .
d) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum perawatan dimulai atau diakhiri. Pasien yang
telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.
f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang sangat
penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
g) Aspek klinis :
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari
penyakit yang diderita pasien. hal ini penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai,
baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn
yang berlebihan beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.Hal ini berhubungan dengan
masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa
harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
5
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan palitif memberikan
perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan
aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan
hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .
i) Kualitas perawatan yang baik mungkin Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan.
Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak
terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
j) Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir. merupakan dasr tujuan dari parawtan
paliatf.Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit
untuk mempertahankan komunitas perawatan .
k) Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan
emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituaukan
sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik
dan emosional.
l) Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila
pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.
6
m) Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus mengingat pasien dengan
penyakit lanjut karen
2. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikirlogis dan mampu
membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
a. Non maleficienci (tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip tidak
merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang
lain.
b. Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti.
c. Beneficienec ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain.Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan
otonomi.
d. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang enjunjung
prinsip –p prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
7
e. Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga privasinya.
Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibacadalam rangka
pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh
pasien dengan bukti pesetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap
tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain.Akuntabilitas merupakan standar yang
pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
8
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam bekerja.
Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga
paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di
rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan yang diberikan
tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang
ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi
masyarakat.Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut.
9
2.2.2 Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan
paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait
lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
10
3. Pelatihan
a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama antara para pakar
perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut
terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya,
modul untuk tenaga non medis.
b. Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan Pendidikan Badan PPSDM. Pada
tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima)
propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya
sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu keperawatan
paliatif).
11
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan kelas A.
4.Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait.
2.2.8 Pendanaan
Pendanaan yang diperlukan untuk:
1. pengembangan sarana dan prasarana
2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan
3. pembinaan dan pengawasan
4. peningkatan mutu pelayanan.
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang tidak
mengikat.Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.
12
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007
13
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88 tentang
Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
1. Kesatu : keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh
Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing.
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan dilakukan
perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien
dan keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serat terapi
dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan,
didalam etik terdapat nila-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia (niat).Yang
terpenting adalah rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang euthanasia, agar
terdapat kejelasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf (04/09/2018;07:42)
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-Kelompok-
1(04/09/2018;07:42) Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal , seri asuhan keperawatan. Edisi 2.
Jakarta:EGC