Anda di halaman 1dari 21

Makalah

ETIK DALAM KEPERAWATAN PALIATIF DAN KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT


PERAWATAN PALIATIF
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal
Dan Paliatif

Disusun Oleh:

1. Aldini Kamuh 1814201147


2. Ignatius Manahulending 1814201027
3. Agnes Mustafa 1814201194
4. Janet A.T. Fotang 1814201195

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, berkat limpahan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Etik dalam Keperawatan Paliatif dan Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Paliatif”
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan baik dalam
pembuatan makalah ini. Namun atas tuntunannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunnya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan tenaga keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.

Manado, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………..……………………………...…1
1.2 Rumusan Masalah…..…………………………………………………………………….………2
1.3 Tujuan penulisan…..……………………………………………………………………….…..…2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………3
A. Etik Dalam Perawatan Paliatif……………………………………………………………………..3
2.1.1 Pengertian..……….…………………………………………………………………………...…3
2.1.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif……....………………………………………………….…3
2.1.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif…...………………………………………………….…4
B. kebijakan nasional terkait perawatan paliatif…...…………………………………………….……8
2.2.1 Tujuan kebijakan…...……………………………………………………………………………9
2.2.2 Sasaran kebijakan pelayanan paliatif………………………...…………………………………10
2.2.3 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif…...………………………………………………………10
2.2.4 Sumber Daya Manusia…...……………………………………………………………………...10
2.2.5 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif…...…………………………………………...……11
2.2.6 Pembinaan Dan Pengawasan……………...……………………………………………….……12
2.2.7 Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif……………………………...…..…12
2.2.8 Pendanaan…...………………………………………………………………………………...…12
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007……...…13
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………..……15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………...…15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres
menghadapi
Penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai setiap kehidupan,
Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak mempercepat atau menunda kematian,
Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, Mengintegrasikan aspek psikologis , social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga, Menghindari tindakan medis yang sia sia, Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien
tetep aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga dalam
masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang
akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi
perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana
pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian etik dan Paliatif ?


b. Apa Dasar Hukum Keperawatan Paliatif?
c. Bagaimana Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif?
d. Bagaimana kebijakan nasional terkait perawatan paliatif?

1.3 Tujuan penulisan

a. mengetahui pengertian etik dan Paliatif


b. mengetahui Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
c. mengetahui Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
d. mengetahui kebijakan nasional terkait perawatan paliatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etik Dalam Perawatan Paliatif


2.1.1 Pengertian
Perawatan paliatif adalah adalah kesehatan terpadu yang aktif dan menyeluruh, degan
pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidup nya,juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara psikologis
dan spiritual. Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai,standar perilaku
individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan
keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan (Wikipedia,2008).

2.1.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif


Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007 ).
a) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif. Pasien harus memahami
pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif.
b) Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.
Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten
atau oleh Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.

3
c) Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang berlaku.

d) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang bersifat kedokteran harus
dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien
tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.

2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seseorang
pasien atau sengaja melakukan sesuatu untukmemperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

2.1.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif

1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis
sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan
dengan prinsip pada praktek medis yang baik.
Prinsip dasar perawatan paliatif : ( Rasjidi,2010 )

a) Sikap peduli terhadap pasien


Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek dari penderitaan pasien, bukan
hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi .Faktor
karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi
perawatan.
b) Menganggap pasien sebagai seorang individu.
Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama, namun tidak
ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.

4
c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan pasien.
Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan .

d) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum perawatan dimulai atau diakhiri. Pasien yang
telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.

e) Memilih tempat dilakukannya perawatan


Untuk menentukan tempatperawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini.
Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.

f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang sangat
penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.

g) Aspek klinis :
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari
penyakit yang diderita pasien. hal ini penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai,
baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn
yang berlebihan beresiko untuk memberikan harapan palsu kepada pasien.Hal ini berhubungan dengan
masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa
harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.

5
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan palitif memberikan
perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan
aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan
hasil yang maksimal kepada pasien dan keluarga .
i) Kualitas perawatan yang baik mungkin Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan.
Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak
terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
j) Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir. merupakan dasr tujuan dari parawtan
paliatf.Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit
untuk mempertahankan komunitas perawatan .
k) Mencegah terjadinya kegawatan
Perwatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan
emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituaukan
sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik
dan emosional.
l) Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila
pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.

6
m) Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus mengingat pasien dengan
penyakit lanjut karen

2. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikirlogis dan mampu
membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
a.  Non maleficienci (tidak merugikan )
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien. Prinsip tidak
merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang
lain.
b. Veracity ( kejujuran )
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh pemberi layanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti.
c. Beneficienec ( berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain.Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan
otonomi.
d. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang enjunjung
prinsip –p prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

7
e. Kerahasiaaan ( Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus dijaga privasinya.
Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibacadalam rangka
pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh
pasien dengan bukti pesetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability )
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap
tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain.Akuntabilitas merupakan standar yang
pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

B. kebijakan nasional terkait perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai
konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi
dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah :
a. Gejala fisik b. Kemampuan fungsional (aktivitas) c. Kesejahteraan keluarga d. Spiritual e.
Fungsi sosial f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan) g. Orientasi masa
depan

8
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam bekerja.

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga
paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di
rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan yang diberikan
tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang
ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.

Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi
masyarakat.Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut.

2.2.1 Tujuan kebijakan


Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia
Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

9
2.2.2 Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan
paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait
lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

2.2.3 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif


1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masadukacita (bereavement).

2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.

2.2.4 Sumber Daya Manusia


1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial, rohaniawan, keluarga,
relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti pendidikan/pelatihan perawatan
paliatif dan telah mendapat sertifikat.

10
3. Pelatihan
a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama antara para pakar
perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut
terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya,
modul untuk tenaga non medis.
b. Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan Pendidikan Badan PPSDM. Pada
tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima)
propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnya
sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu keperawatan
paliatif).

2.2.5 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif


Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
a. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan
pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau
peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
1. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
2. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non pendidikan.

11
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan kelas A.
4.Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait.

2.2.6 Pembinaan Dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan melibatkan perhimpunan
profesi/keseminatan terkait.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

2.2.7 Pengembangan Dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif


Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif diperlukan :
a. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non kesehatan.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional Development untuk
perawatan paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas pelayanan.
c. Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.

2.2.8 Pendanaan
Pendanaan yang diperlukan untuk:
1. pengembangan sarana dan prasarana
2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan
3. pembinaan dan pengawasan
4. peningkatan mutu pelayanan.
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang tidak
mengikat.Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.

12
2.2.9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007

Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia Menimbang :


a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat jumlahnya baik pada
pasien dewasa maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan penyakit
yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif juga
diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal;
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik;

13
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88 tentang
Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
1. Kesatu : keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif

2. Kedua : Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana dimaksud


Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.

3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II Keputusan ini

4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh
Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing.

5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;

6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan dilakukan
perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien
dan keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serat terapi
dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan,
didalam etik terdapat nila-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia (niat).Yang
terpenting adalah rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang euthanasia, agar
terdapat kejelasan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf (04/09/2018;07:42)
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-Kelompok-
1(04/09/2018;07:42) Kemp, Charles.2009.  Klien Sakit Terminal ,  seri asuhan keperawatan. Edisi 2.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai