Anda di halaman 1dari 10

Nama: Mutiara Royati Amina

NIM: P27226018130

Kelas: DIV A FT SMT 4

WABAH COVID-19 DALAM KONSEP GAWAT DARURAT

1. Jenis Bencana
Dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana terdiri
dari bencana alam, bencana nonalam dan bencana social. Bencana nonalam disini adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam seperti gagal
modernisasi, gagal teknologi, epidemic, dan wabah penyakit. Wabah penyakit disini
termasuk COVID-19 (Corona Virus Disease), sehingga WHO pun membuat pernyataan
bahwa COVID-19 termasuk bencana nonalam yang sudah tingkat pandemi. Pandemi
yaitu sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya
menjangkiti banyak orang. Pada kategori ini COVID-19 telah menyerang banyak orang
dari berbagai masyarakat.

2. Penanggulangan Bencana
Untuk mengetahui adanya orang yang terindikasi terkena penyakit ini, dilakukan
deteksi wilayah. Dengan adanya deteksi wilayah ini memudahkan untuk mengetahui
OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dengan Pengawasan), dan PDP ( Pasien
Dengan Pengawasan). Setelah mengetahui orang-orang dengan gejala tersebut, adanya
bentuk kegiatan verifikasi dan investigasi, yaitu penyelidikan epidemiologi. Kemudian
untuk kegiatan penanggulangan dengan identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan,
komunikasi risiko dan pemutusan rantai penularan.
a. Identifikasi kontak
Identifikasi kontak disini adalah orang yang mempunyai kontak dengan kasus dalam
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Sehingga harus ada pengecekan kepada orang yang terkena kontak dengan pasien
untuk dapat dilakukan evakuasi dan memutus penularan lebih kepada banyak orang.
b. Isolasi dan karantina
Untuk orang yang memiliki gejala ringan untuk dapat mengisolasi diri sendiri di
rumah. Dengan fasilitas yang cukup dan terus terpantaunya dengan tim medis untuk
perkembangan kondisi yang lebih lanjut. Karantina dilakukan kepada orang dengan
OTG, PDP dan ODP, sehingga perlu pengawasan. Biasanya orang yang melakukan
perjalanan ke suatu daerah sesampainya di tempat itu perlu di karantina. Jika
diketahui memiliki gejala yang sama selama dikarantina maka orang tersebut
dikatakan adalah suspect COVID 19.
c. Membatasi kontak dengan orang banyak
Saat ini di Indonesia telah menerapkan peraturan untuk membatasi adanya kegiatan
perkumpulan massa, seperti sekolah, kuliah, acara pekan olahraga, perlombaan
maupun tempat publik seperti mall, bioskop sudah banyak ditutup. Tidak hanya itu
social distancing juga diperlukan. Di tempat-tempat seperti bandara pun tempat
duduknya telah diberi ruang kosong satu untuk memberi jarak antar orang. Kegiatan
di rumah aja menyebabkan kegiatan sekolah dan perkuliahan dilakukan daring/
perkuliahan online. Tidak banyak juga sistem work from home untuk beberapa
pekerjaan. Untuk saat ini kesadaran diri sangat perlu dan sebisa mungkin untuk tidak
keluar rumah jika itu bukan hal yang mendesak.
d. Adanya pengecekan suhu badan
Ini sangat penting apalagi di pintu masuk rumah sakit, bandara, stasiun dan tempat-
tempat umum lainnya. Sehingga orang yang terindikasi demam bisa memeriksakan
tesnya secara lebih lanjut dengan screening tes dan rapid tes.
e. Melakukan pencegahan dari diri sendiri
Karena virus ini belum terdapat vaksin, maka bisa dilakukan pencegahan sejak dini:
 Lebih sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau gunakan
hand sanitizer.
 Aktivitas fisik/ senam.
 Konsumsi gizi seimbang.
 Tetap di rumah, dan menjaga jarak.
 Suplemen vitamin.
 Istirahat cukup.
 Tidak Merokok.
 Mengendalikan penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, hipertensi, kanker.
 Tutupi mulut saat batuk, bersin dengan lengan atas atau tisu lalu langsung
buang tisu ke tempat sampah tertutup dan segera cuci tangan.
 Bersihkan dengan desinfektan secara rutin benda-benda yang sering disentuh
di rumah dan perabot seperti: meja, kursi, gagang pintu, dll.
 Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian.

3. Karakteristik bencana
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus
corona baru yang muncul di 2019 dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Virus ini sangat menular. Virus ini dapat menular dari manusia ke manusia
melalui pernapasan hampir dalam 2-10 hari tanpa memperlihatkan gejala. Dapat menular
melalui hidung, mata dan mulut ketika batuk, bersin atau pun saat mengucek mata. Pada
permukaan keras, virus dapat hidup selama 24 jam dan 8 jam pada permukaan halus.
Virus ini bisa terus hidup ketika di udara kurang lebih 3 jam, sehingga bisa memudahkan
dihirup oleh orang lain.
Sangat mudahnya COVID-19 dapat mengkontaminasi benda dan mudahnya
penularan dengan sekali kontak antar manusia sangat mengkhawatirkan. Sehingga tidak
jarang orang yang pernah terkena kontak dengan penderita akan terkena juga dengan
virus ini. Disamping itu manusia juga bisa membawa virus ini atau yang disebut karier.
Mudahnya virus ini menyebar dari manusia ke manusia lain melewati mata, hidung dan
mulut ternyata sangat berpengaruh ke seluruh hal. Sejak tahun 2019 akhir virus ini
menyebar dari Wuhan, China hingga hampir seluruh dunia termasuk Indonesia telah
terkena wabah ini. Belum bisa dipastikan dari hewan apa virus ini berasal. Vaksin pun
hingga saat ini belum ditemukan. Banyak pasien yang terinfeksi sembuh dari virus ini
tetapi dengan fungsi paru yang akan menurun, tidak seperti normal lagi. Sehingga orang
yang dikatakan sembuh COVID 19 pun bisa saja terkena lagi wabah ini.
Untuk mengetahui jika sudah tertular, ada beberapa tanda dan gejalanya.
Gejalanya adalah demam diatas 38 oC, batuk, kelelahan, produksi dahak,dan atau sesak
nafas. Gejalanya mungkin terlihat mirip dengan flu, tetapi diharapkan jika menemui
gejala dan tanda seperti itu untuk segera memerisakan diri dengan tes screening dan rapid
tes.

4. Evakuasi
Sebelum mengetahui prosedur evakuasi pasien COVID 19 perlu diketahui beberapa
orang yang perlu dilakukan penanganan lebih lanjut:
1. Orang tanpa Gejala (OTG)
Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID-19.
Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19. Apabila
OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa karantina
2. Orang dengan Pengawasan (ODP)
- Orang yang mengalami demam 38oC atau lebih atau punya riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan adanya penyebaran di wilayah setempat.
- Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi atau mungkin sudah positif COVID-19.
3. Pasien dalam Pengawasan (PDP)
- Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam 38 o C atau
lebih atau riwayat demam, disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/ pneumonia ringan hingga berat.
Dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan adanya penyebaran di wilayah
setempat.
- Orang dengan demam 38o C atau lebih atau punya riwayat demam atau ISPA dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi atau mungkin sudah potitif COVID-19.
- Orang dengan ISPA berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak
ada penyebab lain berdasarkan gejala klinis yang meyakinkan.

Prosedur evakuasi jika pasien membutuhkan ke rumah sakit rujukan untuk penanganan
lebih lanjut:

a. Menghubungi pihak RS yang dituju dengan memberikan informasi pasien.


b. Petugas yang akan melakukan evakuasi harus menggunakan masker dan sarung
tangan, dan juga selalu mencuci tangan dengan sabun.
• Jika merujuk pasien dalam pengawasan COVID-19 maka petugas menerapkan
kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
• APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang dengan
benar dalam wadah dengan penutup sesuai dengan peraturan nasional tentang
limbah infeksius.
c. Pengemudi harus menjaga jarak dari pasien setidaknya 1 meter. Bila pengemudi ikut
memindahkan pasien, diharuskan untuk menggunakan APD yang sesuai.
d. Pengemudi dan perawat pendamping rujukan harus sering membersihkan tangan
dengan alkohol dan sabun.
e. Kendaraan atau ambulans yang digunakan harus dibersihkan dan diberi desinfektan
yang mengandung 0,5% dengan perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian
air. Bagi OTG maupun ODP yang berusia diatas 60 tahun dengan penyakit penyerta
(seperti hipertensi, diabetes melitus, dll) yang terkontrol dan ditemukan diluar
fasyankes, dilakukan rujukan ke RS Darurat dengan menggunakan mobil sendiri, jika
tidak tersedia dapat menghubungi petugas kesehatan setempat. Jika menggunakan
mobil sendiri, buka jendela mobil dan pasien menggunakan masker bedah.

Untuk evakuasi jenazah dengan pasien yang terinfeksi COVID 19 maupun yang PDP
dapat dilakukan:

- Petugas diwajibkan menggunakan APD.


- Jenazah sebelum dipindahkan ke kamar jenazah menggunakan kantong jenazah
yang tidak mudah tembus agar tidak ada kebocoran pada kantong dan pastikan
seluruh tubuh terbungkus kantong.
- Sesegera mungkin untuk dibawa ke kamar jenazah,
- Jika ada keluarga yang ingin melihat jenazah sebelum di bungkus oleh kantong
jenazah diizinkan, tetapi menggunakan APD.
- Diberikan penjelasan kepada keluarga dengan terkait pemakaman dengan pasien
penyakit menular, harus diperhatikan sensitivitas adat dan istiadat kepercayaan
yang dianut.
- Jenazah tidak boleh dibalsem maupun suntik pengawet.
- Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
- Disemayamkan tidak lebih dari 4 jam.

5. Pasien safety
Keamanan pasien sesuai dengan SOP yang berlaku diantaranya:
1. Menjaga kebersihan dengan menerapkan langkah-langkah awal pencegahan seperti
mencuci tangan dengan sabun dengan langkah yang benar, pembuangan limbah yang
benar, dan penggunaan APD.
2. Batasi jumlah petugas dalam ruang pasien dan mempertimbangkan kegiatan
perawatan pasien gabungan.
3. Sebisa mungkin tidak ada pengunjung ke kamar pasien.
4. Pastikan kamar pasien berventilasi alami dengan setiap pasien pada 1 kamar, jika
tidak memungkinkan, bed pasien pastikan untuk terpisah dengan jarak minimal 1
meter.
5. Gunakan alat untuk pasien sekali pakai, jika tidak bisa, alat harus disterilkan, dengan
alcohol.
6. Pastikan tatalaksana klinis dengan tepat sesuai dengan kondisi pasien. Seperti
pemberian obat-obatan, terapi dan lain sebagainya.

6. Psikososial bagi masyarakat


Dalam setiap bencana pasti adanya tekanan yang dirasakan oleh masyarakat baik itu yang
terkena maupun yang tidak. Semakin banyaknya informasi tentang jumlah pasien yang
terus meningkat menyebabkan kekhawatiran dimana-mana. Respon yang umum
diantaranya sebagai berikut:
 Takut jatuh sakit dan meninggal.
 Takut untuk memeriksa ke rumah sakit, karena bisa tertular dengan pasien yang
lainnya.
 Takut tidak bisa mencari nafkah atau kehilangan pekerjaan saat isolasi.
 Takut kehilangan orang-orang yang terkasih.
 Tidak bisanya bertemu dengan keluarga, karena adanya lockdown pada daerahnya.
 Merasa bosan, stress bahkan depresi karena harus mengikuti karantina ataupun
isolasi.
 Adanya self diagnose tentang gejala yang mungkin mirip dengan COVID 19,
sehingga mudah panik.
 Takut dengan risiko untuk menularkan dan tertular apalagi vaksin yang belum
ditemukan.
Tidak hanya itu, bagi tenaga medis yang lebih sering kontak langsung dan memiliki
risiko tertular lebih tinggi juga memiliki kekhawatiran yang dirasakan, antara lain:

 Rasa takut petugas garis depan akan menularkan COVID-19 ke teman dan keluarga
karena bidang pekerjaannya.
 Kurangnya APD yang memadai bagi tenaga medis sehingga adanya kekhawatiran.
 Semakin sulit mendapatkan dukungan sosial karena jadwal kerja yang padat dan
adanya stigma masyarakat terhadap petugas garis depan.
 Waktu kerja yang lebih lama dari biasanya.
 Kesempatan untuk perawatan diri sendiri sangat terbatas.
 Adanya kewas-wasan terus-menerus.
 Alat pelindung diri yang membatasi gerak.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai intervensi terkait psikososial

a. Untuk anak-anak
Anak-anak lebih sering untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Jadi sebisa
mungkin kita dapat menjadi pendengar yang baik untuk keluh kesah anak, yang
mungkin merasa bosan atau khawatir akan keadaan ini. Anak memiliki cara yang
berbeda-beda untuk mengungkapkan emosinya. Terkadang dengan cara yang kreatif
juga dapat dilakukan, seperti membuat kerajinan tangan, menggambar, dengan ini
anak bisa menyalurkan emosinya dengan cara positif tanpa harus marah, sedih
ataupun ketakutan.
Anak- anak juga cenderung perlu kasih sayang yang lebihdan kepedulian dari orang
tua sangat diperlukan. Emosi anak sering terbentuk atau terpengaruh dari bagaimana
orang tua atau orang yang dikasihi memperlakukannya. Ajak anak untuk tetap
berpikir positif dan ajak bermain yang disukai anak. Sebisa mungkin tetap
menjalankan aktivitas seperti biasa. Seperti belajar, bermain buat anak merasa
nyaman.
Disamping itu ajak anak untuk mengetahui bagaimana menjaga diri dengan selalu
mencuci tangan dengan sabun, dan mengedukasi terkait wabah yang sedang terjadi
ini. Bisa dengan mencuci tangan yang baik dan benar dengan lagu, memperkenalkan
apa itu APD dan lain sebagainya.
b. Untuk orang dewasa
Bisa melakukan kegiatan olahraga seperti yoga dan stretching otot, selain dapat
menyehatkan yoga juga bisa menenangkan pikiran. Melakukan meditasi atau
olahraga relaksasi. Bisa juga dengan melakukan aktivitas rumah seperti menyapu ,
mengepel, dll. Mengurangi waktu untuk melihat informasi, dan melihat gambar-
gambar yang menakutkan di televise maupun social media. Ini dapat mengurangi rasa
khawatir yang berlebih. Melakukan hobi juga bisa untuk mengurangi rasa bosan,
seperti memasak, marajut, membaca buku. Saling bertukar kabar dengan keluarga
maupun teman melalui social media. Dan juga tetap mengkonsumsi makanan yang
bergizi.

c. Untuk pasien yang terinfeksi


Diharapkan setiap rumah sakit yang menjadi tempat rujukan pasien COVID 19 bisa
memberikan pelayanan berupa konsultasi bagi pasien. Konsultasi dan pelayanan
psikologi ini bisa melalui daring jika tidak memungkinkan bertatap muka dengan
pasien yang diisolasi. Diberikan semangat kepada para pasien bahwa COVID 19 bisa
sembuh walaupun kerja paru tidak seoptimal dulu. Dorongan ini diharapkan
menurunkan kecemasan kepada pasien.
d. Keluarga pasien
Keluarga pasien harusnya mendapatkan semangat dan dukungan untuk terus
mendoakan kepada anggota keluarga untuk bisa sembuh dari penyakit ini. Agar tidak
panik dan tentunya tetap melakukan kegiatan di rumah dengan melakukan prosedur
pencegahan COVID 19.

7. Manajemen Penanggulangan Bencana di Indonesia


Menurut saya manajemen penanggulangan bencana terkait wabah COVID 19 di
Indonesia masih belum berjalan dengan baik. Pemerintah masih belum bisa melakukan
pencegahan yang optimal. Sejak pertama kali adanya virus ini, Indonesia masih memiliki
waktu untuk mempersiapkan mitigasi. Tetapi dengan luasnya wilayah Indonesia susah
untuk memperketat kewaspadaan untuk seluruh wilayah. Misalnya pada tempat seperti
bandara yang masih menerima kedatangan dari luar negeri, yang dimana merupakan
tempat yang sudah memiliki wabah ini. Sehingga orang yang telah terkena kontak dengan
orang yang terinfeksi dengan leluasanya masuk Indonesia. Kemudian masalah harga
masker dan hand sanitizer yang melonjak naik hingga ratusan ribu. Seharusnya
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan masker demi keselamatan seluruh
masyarakat. Begitu juga dengan beberapa daerah yang melakukan lock down maupun
mengurangi kegiatan massa, masih belum sepenuhnya berjalan lancar. Tidak semua
warga menaati peraturan ini, sehingga susah untuk memutus rantai penularan COVID 19.
Sebagian besar manajemen di Indonesia telah terlaksana hanya saja tidak adanya
kesadaran masyarakat bersama untuk melakukannya. Masyarakat masih susah untuk
melakukan self quarantine di rumah. Walaupun terkesan lambat dalam mengeluarkan
peraturan terkait COVID 19, saat ini pemerintah memberikan kontak darurat di
Whatsapp,yang memudahkan masyarakat berbagi informasi terkait pencegahan dan
penanggulan. Terdapat pengecekan suhu disetiap fasilitas public dan penyemprotan
desinfektan pada beberapa tempat dan wilayah untuk mensterilkan. Beberapa RS rujukan
khusus untuk pasien juga sudah tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Diharapkan
seluruh lapisan masyarakat dapat ikut serta dan sadar diri untuk mempercepat wabah ini
selesai.
8. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) biasanya digunakan oleh tenaga medis, petugas kebersihan,
pengunjung rumah sakit, supir ambulans, maupun orang-orang yang terkena kontak atau
kemungkinan risiko tertular tinggi. Diantaranya:
- Masker (masker bedah, N95)
- Gaun
- Sarung tangan
- Pelindung mata, termasuk pelindung wajah
- Apron
- Sepatu boots atau sepatu tertutup

Penggunaan APD sesuai dengan kegunaan dan kemungkinan terkena kontak,


diutamakan kepada tenaga kesehatan yang menangani langsung pasien yang
menggunakan APD lengkap. Untuk masyarakat disarankan menggunakan masker jika
berpergian atau pergi keluar rumah dengan menjaga kebersihan tangan dan selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.

9. Keuntungan dan kerugian wabah COVID 19


Dibalik sebuah bencana tentunya ada keuntungan maupun kerugian, walaupun mungkin
hampir tidak adanya manfaat yang dapat ditemui. Tapi dibalik sebuah bencana pasti ada
sebuah pelajaran yang dapat dipetik, berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian
dari wabah ini.
 Keuntungan:
1. Masyarakat lebih peduli dengan kebersihan. Sebelumnya masyarakat lebih cuek
dengan kebersihan, terutama mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir dengan tahapan yang benar. Dengan adanya wabah ini mau tidak mau
masyarakat akan melakukan kegiatan ini sehingga terbiasa dengan kegiatan
positif ini.
2. Polusi banyak berkurang. Karena adanya lockdown di beberapa daerah dan
Negara-negara di dunia sehingga tingkat pencemaran polusi udara semakin
menurun dan ini berdampak baik bagi bumi dan lingkungan. Manusia dapat
merasakan udara yang segar dan lebih sehat, begitu pun dengan tumbuhan dan
makhluk hidup lain.
3. Masyarakat lebih mengerti hidup sehat dengan rajin berolahraga dan
mengkonsumsi makanan bergizi dan juga menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit.
4. Lebih banyak bersyukur. Dengan adanya wabah penyakit ini masyarakat harus
lebih bersyukur dan rajin berdoa agar tidak tertular maupun untuk sembuh.
 Kerugian:
1. Banyaknya korban jiwa.
2. Perekonomian memburuk, karena banyak hal yang tidak bisa dilakukan saat
lockdown termasuk kegiatan ekonomi.
3. Kegiatan banyak ditunda khususnya kegiatan dengan perkumpulan massa seperti
kegiatan keagamaan, perlombaan, kegiatan olahraga, seminar dan lainnya.
4. Tidak berjalannya sekolah dan perkuliahan, sehingga sulitnya menuntut ilmu
dengan tidak tatap muka.
5. Pekerjaan banyak yang terhambat, apalagi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan di rumah.
6. Fungsi paru pasien yang telah sembuh COVID 19 akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Isbaniyah, Fathiyah dkk. 2020. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disesase
(Covid-19): Kementerian Kesehatan RI.

Thomas P, Baldwin C, Bissett B, Boden I, Gosselink R, Granger CL, Hodgson C, Jones AYM,
Kho ME, Moses R, Ntoumenopoulos G, Parry SM, Patman S, van der Lee L (2020):
Physiotherapy management for COVID-19 in the acute hospital setting. Recommendations to
guide clinical practice. Version 1.0, published 23 March 2020.

Arifin, Danung. 2020. “Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia”, https://bnpb.go.id/berita/status-keadaan-tertentu-darurat-bencana-wabah-
penyakit-akibat-virus-corona-di-indonesia, diakses pada 4 April 2020 pukul 11.30.

Inter-Agency Standing Committee IASC. 2020. “Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan
psikososial wabah COVID-19 Versi 1.0”, https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/catatan-tentang-aspek-kesehatan-jiwa-dan-psikososial-wabah-
covid-19-feb-2020-indonesian.pdf?sfvrsn=ebae5645_2, diakses pada 19 April 2020 pukul 14.12

Anda mungkin juga menyukai