NIM: P27226018130
Yayasan Peduli Kemanusiaan (YPK) Bali adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada
tahun 2001 untuk memberikan rehabilitasi kepada masyarakat Bali yang memiliki disabilitas,
dan yang tidak mampu mengakses fasilitas layanan kesehatan formal. Klien YPK
mendapatkan pelayanan fisioterapi dan juga dukungan psikologi dan emosional tanpa
dipungut biaya.
C. Tujuan
1. Melatih dan mendidik para penyandang disabilitas agar mampu mandiri dan mengurangi
ketergantungan pada orang lain serta dapat diterima kembali dalam masyarakat.
2. Mensosialisasikan informasi-informasi terkait sebagai upaya preventif atau pencegahan
dini atas kelahiran anak dengan disabilitas.
Gymnasium
Terapi manual seperti misalkan peregangan
Terapi elektrik
Terapi okupasi berfokus dalam melatih kembali fungsi otot untuk membantu klien
secara mandiri beraktifitas sehari-hari, seperti misalkan makan, minum, mencuci dan
berpakaian. Dalam beberapa kondisi YPK akan menentukan alat-alat mobilitas, seperti
misalkan belat lengan, tongkat ketiak, kursi roda dan "braces" untuk memungkinkan
klien lebih mandiri.
c. Klinik Keliling
Tujuan program klinik keliling adalah untuk memberikan pelayanan YPK kepada
lebih banyak orang-orang dengan disabilitas fisik, terutama mereka yang tinggal di desa-
desa yang berlokasi jauh dari pusat pelayanan YPK.
Bali Rungu kami adalah program yang menyediakan bantuan kepada orang-orang
dengan disabilitas pendengaran dengan menyediakan penilain terkait pendengaran,
akses ke spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) dan mensubsidi perangkat
bantuan dengar. Program ini juga memberikan edukasi dan penyadaran publik terkait
pencegahan ketulian.
Pembangunan fasilitas tersebut adalah investasi finansial besar untuk YPK dan
membutuhkan dukungan donor yang signifikan, jadi acara penggalangan dana, kampanye
dukungan dan pendanaan internasional dibutuhkan secara berkelanjutan.
Demi menjamin hak penyandang disabilitas, Dinas Sosial Kabupaten Buleleng kembali
melakukan sosialisasi ranperda disablitas. Pasalnya hingga saat ini masih banyak fasilitas umum
yang belum ramah terhadap kaum difabel. Pemerintah pun diminta untuk memenuhi fasilitas
para difabel itu. Seperti pemasangan yelow line di trotoar atau pemasangan ramp di fasilitas
publik secara bertahap. Sebagai solusi, Dinas Sosial Kabupaten Buleleng pun mulai menyusun
ranperda. Pada tahun 2019 akhirnya telah disahkan Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas.
Selama ini yang pernah saya lihat adalah sekolah umum juga harus setidaknya menerima
siswa penyandang disabilitas. Di sekolah saya saat itu akan mengembangkan kebijakan ini.
Disamping untuk memenuhi hak disabilitas, para siswa juga bisa belajar untuk saling
menghargai sesama dan lebih peduli. Begitu juga dengan pekerjaan. Untuk pekerjaan,
pemerintah daerah ataupun BUMD, wajib untuk mempekerjakan dua persen penyandang
disabilitas dari total pegawai. Namun untuk perusahaan swasta, wajib mempekerjakan satu
persen disabilitas dari keseluruhan pegawai, itu yang diharapkan. Beberapa tahun lalu saya
sempat mendengar bahwa disalah satu tempat makan cepat saji memiliki beberapa pegawai
dengan penyandang disabilitas.
Begitu juga dengan pilkada tahun 2017, KPU Kabupaten Buleleng menyediakan alat bantu.
Dalam rangka hal tersebut, organisasi AGENDA (General Election Network for Disability
Access) yang telah sering bekerjasama dengan KPU ini mengunjungi KPU Kabupaten Buleleng
untuk memastikan agar dalam pelaksanaan Pilkada Buleleng Tahun 2017 sudah menggunakan
alat bantu periksa ini.
Alat bantu yang dimaksud adalah semacam checklist yang berjumlah 6 lembar tentang apa
yang harus disusun dan dilaksanakan oleh PPDP, KPPS, PPS, PPK dan juga KPU Kabupaten
mulai dari sebelum pelaksanaan pemungutan suara sampai pendataan dan penyusunan daftar
pemilih. Misalnya identifikasi penyandang disabilitas pada DPT, penentuan lokasi dan
pembuatan TPS yang mempermudah penyandang disabilitas dalam menggunakan hak pilihnya,
perlengkapan dan pelayanan kepada penyadang disabilitas pada saat pemungutan suara, dan lain
sebagainya.
Tidak jarang juga dijumpai adanya yayasan disabilitas yang bersifat gratis. Yayasan ini juga
memberikan pelayanan rehabilitasi dan edukasi kepada anggota keluarga sebagai upaya promotif
dan rehabilitative. Sosialisasi juga masih sering dilakukan di balai desa untuk memaksimalkan
pencegahan sejak dini dan meminimalisir terjadinya kecacatan. Ini sangat membantu untuk para
penyandang disabilitas dan kadang juga ada pemberian alat bantu gratis.
1. Pelayanan di rumah sakit daerah yang kurang ramah terhadap Penyandang Disabilitas,
miskomunikasi antara pasien Penyandang Disabilitas, terutama disabilitas rungu-wicara
dengan tenaga medis sehingga kebutuhan akan pendamping sebagai penterjemah bahasa
isyarat sangat tinggi.
2. Penyandang Disabilitas anak setelah menyelesaikan pendidikan dasar mengalami kesulitan
utnuk mendapatkan sekolah lanjutan ke tingkat menengah inklusi karena terkendala jarak dan
biaya. Selain itu, sekolah lanjutan yang khusus untuk Penyandang Disabilitas secara
kurikulum masih bersifat umum dan belum relevan untuk mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan di dunia kerja.
3. Keberadaan gedung pelayanan publik, ruang publik, serta transportasi publik yang tidak
aksesibel menjadi salah satu tantangan penting bagi Penyandang Disabilitas. Hal ini tidak
saja berkaitan dengan hak atas mobilitas Penyandang Disabilitas namun juga berkaitan erat
dengan perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar lainnya.
4. Penyandang Disabilitas kurang mendapatkan pendidikan politik sehingga partisipasinya di
kancah perpolitikan daerah masih relatif minimal. Padahal, partisipasi menjadi kunci penting
dalam memperjuangkan kepentingan untuk masuk ke dalam kebijakan-kebijakan
pembangunan.
5. Di Kabupaten Buleleng, belum tersedianya bioskop, gelanggang seni dan olahraga, tempat-
tempat hiburan dan tempat-tempat wisata yang aksesibel bagi Penyandang Disabilitas.
6. Di bidang keagamaan dan adat, Penyandang Disabilitas memiliki kesempatan yang sangat
terbatas untuk beribadah atau bersembahyang di pura yang memiliki makna penting bagi
penganut agama Hindu. Hal ini disebabkan karena tidak adanya akses bagi Penyandang
Disabilitas untuk dapat naik ke pelataran utama pura.
Dengan adanya Perda tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas,
saya harap di Kabupaten Buleleng bisa melaksanakan semuanya dan adanya kesadaran seluruh
masyarakat untuk bersama-sama peduli dan menghargai sesama untuk hak-hak penyandang
disabilitas yang mungkin belum terpenuhi sepenuhnya.
III. PERAN FISIOTERAPI DALAM RBM BAGI PENYANDANG DISABILITAS
Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat (RBM) adalah kegiatan pembinaan wilayah dalam
hal pencegahan kecacatan, deteksi, dan rehabilitasi kesehatan, pendidikan, keterampilan dan
sosial, untuk memberdayakan penyandang disabilitas, keluarga penyandang disabilitas dan
masyarakat di wilayah binaan RBM. Dalam kaitannya dengan RBM, fisioterapi
memberikanlayanan kepada individu atau kelompok individu dalam bentuk layanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk memperbaiki,mengembangkan dan memelihara gerak
dan kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau
kelompok masyarakat tersebut.
Kegiatan promotif dan preventif memberikan program mencegah dan mengenali sejak dini.
Selain upaya promotif dan preventif, fisioterapis juga memberikan layanan pemeriksaan dan
membantu individu dalam memulihkan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis
memainkan peran dalam masa akut, kronis, pencegahan, intervensi dini untuk muskuloskeletal
yang berhubungan dengan pekerjaan, mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi, dan
diperlukan untuk memastikan layanan/intervensi diberikan secara komprehensif dan tepat
berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan.
Promotif lebih kepada mengedukasi masyarakat sejak dini tentang kemungkinan yang dapat
mengakibatkan disabilitas pada anak. Dan mengedukasi tentang stigma buruk terhdap
penyandang disabilitas. Kemudian dari promotif lanjut pada upaya preventif, sebuah usaha yang
dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan mencegah
kecacatan. Disini masyarakat sudah sadar betapa pentingnya mengecek sejak dini sedari masih
dalam kandungan.
Usaha kuratif atau penyembuhan bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita disabilitas meski jarang diketahui pengobatannya. Upaya rehabilitatif,
disini lah peran nyata seorang fisioterapi dengan pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
disbilitas agar bisa melakukan ADL (Activity Daily Living) dengan mandiri, menjaga dan
melatiih fungsi alat gerak penyandang disabilitas. Dengan terapi yang dilakukan fisioterapi ini
memiliki dampak besar terhadap perubahan penyandang disabilitas. Sehingga keberadan
fisioterapi dalam RBM ini sangat penting untuk kelangsungan hidup penyandang disabilitas.