Anda di halaman 1dari 12

TABUR GIZIKU BERSAMA

(Pengentasan Gizi Buruk dan Gizi Kurang Bersama Dengan PNPM Mandiri
Kecamatan Sanden)
A. Strategi
Kegiatan inovasi ini memiliki strategi kemitraan lintas sektoral melalui
program PNPM Mandiri untuk membantu menyelesaikan permasalahan
kesehatan di wilayah kerja.
B. Tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan upaya untuk mengatasi berbagai macam penyebab
timbulnya masalah kesehatan terutama masalah kesehatan ibu dan balita
b. Menggalang kerjasama / kemitraan dengan lintas sektoral, lembaga /
institusi swasta dan lembaga / institusi masyarakat terutama dengan PNPM
Mandiri Perdesaan
c. Meningkatkan kesadaran dan mendorong kemandirian masyarakat
dalam penanggulangan bumil gakin, bumil risiko tinggi (Risti ) dan balita
KEP
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pemberian PMT-P bagi balita KEP
b. Meningkatkan cakupan pemberian PMT-P bagi bumil KEK
Kegiatan inovasi ini pertama kali dilaksanakan di kecamatan Sanden dan
belum dilaksanakan di kecamatan lain dengan menggunakan dana surplus
dari pinjaman bergulir ke kelompok pemanfaat yang digunakan untuk
berbagai kegiatan soasial kemasyarakatan termasuk salah satunya
pemberian PMT untuk balita gizi buruk, balita gizi kurang, bumil KEK,
penderita TBC.
Dengan adanya dana ini maka terdapat penambahan jumlah PMT P yang
diberikan baik kepada balita KEP dan bumil KEK pada awal program ini
berjalan di tahun 2009. Yang kemudian kolaborasi ini berkembang dari
tahun ke tahun sampai dengan saat ini dengan meningkatkan jumlah PMT
P yang diberikan serta jenis kegiatannya berupa pemberian bantuan PMT
dan transport bagi penderita penyakit kronis seperti TBC dan gangguan
jiwa serta HIV.
Selain itu dalam pemberian bantuan ini tidak hanya diberikan oleh pihak
puskesmas tetapi melibatkan lintas sektoral sehingga keterlibatan lintas
sektoral tidak hanya dalam pemberian dana namun dalam pemberian
bantuan non material berupa kunjungan rumah dan pemberian motivasi
bagi pasien dan keluarga.
 

 
 

EMPING DESA
(Pendampingan Difabel Pada Sekolah Luar Biasa)
1. Deskripsi Singkat Inovasi
Emping Desa merupakan kepanjangan dari Pendampingan Difabel Pada
Sekolah Luar Biasa. Kegiatan Inovasi ini dilakukan untuk memberikan
pendampingan dalam hal ini pelayanan fisioterapi dan edukasi kepada
ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus ) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dayu.
Pelayanan yang diberikan berupa permainan edukatif, intervensi fisioterapi
sesuai dengan kondisi anak dan edukasi kepada Guru dan Orang tua.
2. Tujuan dan Manfaat Inovasi
a. Tujuan
Tujuan Umum “EMPING DESA”
1. Melaksanakan upaya preventif terhadap masalah difabel
2. Melaksanakan pelayanan fisioterapi dan program kesehatan dalam
masyarakat dengan menggunakan prinsip lingkaran pemecahan masalah
(problem solving cycle).
3. Melaksanakan upaya promotif melalui pendidikan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan medis dan program kesehatan.
4. Memperhitungkan masalah fungsi dan gerak yang akan timbul di masa
yang akan datang serta melakukan usaha penanggulangannya.
5. Mengoptimalkan tumbuh kembang penyandang difabel
Tujuan Khusus “EMPING DESA”
1. Melaksanakan program fisioterapi jangka pendek dan atau jangka
panjang dengan memperhatikan sistem kesehatan nasional.
2. Melaksanakan tahap pendidikan kesehatan kepada guru dan orangtua
berupa menggugah perhatian, memberikan penerangan, mendidik,
memotivasi dan melestarikan
3. Memperhitungkan berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan
masalah fungsi dan gerak di masa mendatang
4. Merencanakan tindakan penanggulangan terhadap berbagai faktor risiko
dan masalah fungsi dan gerak yang mungkin timbul melalui kerja sama
dengan instansi berwenang / terkait.
b. Manfaat
1. Dapat segera mendeteksi gangguan pada penyandang disabilitas dan
melakukan intervensi tindak lanjutnya
2. Dapat memberikan gambaran secara umum kondisi pada penyandang
disabilitas secara umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Dapat segera menindakanjuti permasalahan padapenyandang disabilitas
yang ada di SD Dayu
4. Memudahkan akses penyandang disabilitas untuk mendapatkan
pelayanan fisioterapi di masyarakat.
5. Dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada guru dan orangtua
agar ikut memantau dan mendampingi penyandang disabilitas untuk
mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
3. Hasil
a. Terlaksananya upaya promotif, preventif dan rehabilitatif terhadap
masalah disabilitas
b. Terlaksananya pelayanan fisioterapi dan program kesehatan dalam
masyarakat dengan menggunakan prinsip lingkaran pemecahan masalah
(problem solving cycle).
c. Terlaksananya upaya promotif melalui pendidikan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan medis dan program kesehatan.
d. Diketahuinya masalah fungsi dan gerak yang akan timbul di masa
datang serta melakukan usaha penanggulangannya.
e. Mengoptimalkan tumbuh kembang penyandang disabilitas
f. Terlaksananya program fisioterapi jangka pendek dan atau jangka
panjang dengan memperhatikan sistem kesehatan nasional.
g. Terlaksananya tahap pendidikan kesehatan kepada guru dan orangtua
berupa menggugah perhatian, memberikan penerangan, mendidik,
memotivasi dan melestarikan
h. Mampu mendeteksi berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan
masalah fungsi dan gerak di masa mendatang
i. Mampu menanggulangi berbagai faktor risiko masalah fungsi dan gerak
yang mungkin timbul melalui kerja sama dengan instansi berwenang /
terkait.
j. Indeks kepuasan masyarakat meningkat
4. Kegiatan EMPING DESA di SLB Dayu, antara lain:
a. Permainan edukatif
Permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk
memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada
para pemainnya, termasuk Permainan tradisional dan “modern” yang diberi
muatan pendidikan dan pengajaran (Adams, 1975).Atas dasar pengertian
itu, permainan yang dirancang untuk memberi informasi atau menanamkan
sikap tertentu, misalnya untuk memupuk semangat kebersamaan dan
kegotongroyongan, termasuk dalam kategori permainan edukatif karena
permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif.
Permainan edukatif yang diberikan di SD Dayu antara lain :
• Bermain Puzzle bagi Difabel
• Bermain lempar tangkap bola
• Olahraga peregangan dan senam otak
b. Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi organ
tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektro terrapiutik dan mekanis pelatihan)
Tujuan fisioterapi pada difabel untuk mengenal hambatan penyandang
disabilitas secara maksimal, memperkecil ketidakmampuan fisik (bila
memungkinkan) dan melatih kembali orang yang memiliki cacat fisik dan
melatih bekerja dalam keterbatasan sampai batas maksimal
kemampuannya.
Pelayanan Fisioterapi yang diberikan :
• Stretching / penguluran Anggota Gerak Atas dan Bawah
• Briging Exercise
• Latihan Koordinasi dan Keseimbangan
• Oral Massage
• Breathing Exercise
c. Edukasi Guru
Fisioterapis memberikan edukasi kepada guru tentang kondisi hambatan
anak. Dengan harapan guru ikut memberikan kontribusi optimalisasi
tumbuh kembang bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Dayu sesuai
dengan kondisi anak.
d. Edukasi Orang tua
Disamping kepada guru, fisioterapis juga memberikan edukasi jenis latihan
yang bisa dilakukan oleh orangtua di rumah. Harapan dari kehadiran orang
tua di tempat terapi agar terapis dapat lebih lancar mengomunikasikan
kondisi putra/putrinya.
   

   

 
 

 
 

SIMBAH BUGAR
(Skrining Fleksibilitas, Keseimbangan, Kekuatan Otot, Hambatan Aktifitas
Sehari-hari Dan Kebugaran )
1. Deskripsi Singkat Inovasi
Simbah Bugar di Sanden merupakan kepanjangan dari Skrining
Fleksibilitas, Keseimbangan, Kekuatan Otot, Hambatan Aktifitas Sehari-
hari dan Kebugaran pada lansia wilayah Kecamatan Sanden. Kegiatan
Inovasi ini dilakukan untuk mengukur kemampuan fungsional pada lansia
terutama di Kelompok Lansia.
2. Tujuan dan Manfaat Inovasi
a. Tujuan
Tujuan Umum “SIMBAH BUGAR”
1. Melaksanakan upaya preventif terhadap masalah fisioterapi dalam
komunitas / masyarakat yang ditemui.
2. Melaksanakan pelayanan fisioterapi dan program kesehatan dalam
masyarakat dengan menggunakan prinsip lingkaran pemecahan masalah
(problem solving cycle).
3. Melaksanakan upaya promotif melalui pendidikan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan medis dan program kesehatan.
4. Memperhitungkan masalah fungsi dan gerak yang akan timbul di masa
datang serta melakukan usaha penanggulangannya.
Tujuan Khusus “SIMBAH BUGAR”
1. Melaksanakan program fisioterapi jangka pendek dan atau jangka
panjang dengan memperhatikan sistem kesehatan nasional.
2. Melaksanakan tahap pendidikan kesehatan kepada masyarakat berupa
menggugah perhatian, memberikan penerangan, mendidik, memotivasi
dan melestarikan
3. Memperhitungkan berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan
masalah fungsi dan gerak di masa mendatang
4. Merencanakan tindakan penanggulangan terhadap berbagai faktor risiko
dan masalah fungsi dan gerak yang mungkin timbul melalui kerja sama
dengan instansi berwenang / terkait.
b. Manfaat
1. Dapat segera mendeteksi penurunan kondisi pada lansia dan melakukan
intervensi tindak lanjutnya
2. Dapat memberikan gambaran secara umum kondisi pada lansia secara
umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Dapat segera menindakanjuti permasalahan pada lansia yang ada di
komunitas
4. Memudahkan akses lansia untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi di
masyarakat.
5. Dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia agar lansia
tetap bugar
3. Hasil
a. Terlaksananya upaya preventif terhadap masalah fisioterapi dalam
komunitas / masyarakat yang ditemui.
b. Terlaksananya pelayanan fisioterapi dan program kesehatan dalam
masyarakat dengan menggunakan prinsip lingkaran pemecahan masalah
(problem solving cycle).
c. Terlaksananya upaya promotif melalui pendidikan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan medis dan program kesehatan.
d. Diketahuinya masalah fungsi dan gerak yang akan timbul di masa
datang serta melakukan usaha penanggulangannya.
e. Terlaksananya program fisioterapi jangka pendek dan atau jangka
panjang dengan memperhatikan sistem kesehatan nasional.
f. Terlaksananya tahap pendidikan kesehatan kepada masyarakat berupa
menggugah perhatian, memberikan penerangan, mendidik, memotivasi
dan melestarikan
g. Mampu mendeteksi berbagai faktor risiko yang mungkin menimbulkan
masalah fungsi dan gerak di masa mendatang
h. Mampu menanggulangi berbagai faktor risiko masalah fungsi dan gerak
yang mungkin timbul melalui kerja sama dengan instansi berwenang /
terkait.
i. Pengembangan Posyandu lansia dengan meningkatkan kemampuan
kader lansia untuk berperan aktif dalam deteksi dini kemapuan fungsional
pada lansia dengan rencana tindak lanjut pelatihan kader
j. Indeks kepuasan masyarakat meningkat
4. Kegiatan
Kegiatan Skrining dilakukan pada kelompok lansia di wilayah Kecamatan
Sanden, adapun tata cara skrining yang dapat mempengaruhi penurunan
kondisi pada lansia, antara lain:
a. Kondisi kekuatan otot, ialah penurunan dapat menyebabkan perubahan
system muskuloskeletal yang bervariasi. Salah satu diantaranya adalah
perubahan struktur otot, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot
(atrofi otot). Dampak perubahan morfologis pada otot ini dapat menurunkan
kekuatan otot (Pudjiastuti, 2003). Untuk pengukuran kekuatan otot kami
menggunakan metode 30 seconds Chair Stand dan Arm Curl (Chaudhary
and Horn, 2015).
b. Kondisi fleksibilitas, ialah kapasitas funsional dari sendi-sendi yang
bergerak melalui full ROM (Dafid C. Nieman, 2014). Untuk pengukuran
kondisi fleksibilitas kami menggunakan Sit and Reach Test, Back Stretch
(Chaudhary and Horn, 2015).
c. Kondisi kebugaran, ialah kemampuan tubuh untuk melakukan
penyesuaiyan terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa
menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga dapat melakukan
aktifitas lainnya (Situmorang, 2012)2 Minute Step Test (Chaudhary and
Horn, 2015).
d. Kondisi koordinasi dan keseimbangan, Koordinasi meliputi semua aspek
dari gerak termasuk keseimbangan, yang memungkinkan gerakan terjadi
dengan bebas, bertujuan, akurat, dengan kecepatan, irama dan
ketegangan otot yang terarah/terkontrol (Kreighbaum, 1985).
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi
sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk
proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain)
yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal
ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan
kondisi internal dan eksternal (Menurut Ghez,1991). Tes untuk mengetahui
kondisi koordinasi dan keseimbangan lanjut usia 8 ft up and go (Chaudhary
and Horn, 2015).
e. Kondisi Hambatan kemandirian Activityof Daily Living (ADL),
kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi
yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun di anggap mampu.
Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu
mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung
dengan orang lain. Tes untuk kemandirian ADL menggunakan Indeks
Barhtel, Shoulder Pain and Disability Index (SPADI), Neck Disability Index
(NDI), Mayo Elbow Performance Score, Wrist and Hand Disability Index,
OSWESTRY, WOMAC, Lower Extremity Functional Index, Foot and Ankle
Disability Index (FADI) yang disesuaikan dengan kondisi hambatan pada
lansia (Maryam, 2008).

 
 

Anda mungkin juga menyukai