Anda di halaman 1dari 62

PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN AN-NAJAH

MATANAIR KECAMATAN RUBARU


KABUPATEN SUMENEP

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

FAYAT RAHIM
NPM 716.5.1.0878

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN AN-NAJAH
MATANAIR KECAMATAN RUBARU
KABUPATEN SUMENEP

PROPOSAL SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Fakultas Teknik Universitas Wiraraja
Sumenep

OLEH

FAYAT RAHIM
NPM 716.5.1.0878

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi oleh Fayat Rahim, NPM 716.5.1.0878 ini,

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Sumenep, ... Maret 2020

Pembimbing I,

( Subaidillah Fansuri, ST., MT. )

Sumenep, ... Maret 2020

Pembimbing II,

( Ir. Imam Suhadi., MT.)

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi oleh Fayat Rahim, NPM 716.5.1.0878 ini,

Telah dipertahankan di depan penguji

Pada tanggal . . . Maret 2020

Penguji I, Penguji II,

( …………………………. ) ( …………………………. )

Mengesahkan, Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi

( Choliluh Chayati, MT. ) ( Ahmad Suwandi, MT. )

iv
ABSTRAK

Fayat Rahim (716.5.1.0884), 2019. Pengembangan pondok pesantren An-Najah


Desa Matanair Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Prodi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Wiraraja Sumenep.
(Pembimbing: Subaidillah Fansuri, MT. dan Imam Suhadi, MT.)
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis ilmu agama
Islam yang tetap ada sampai sekarang. Pondok pesantren An-najah salah satu
pondok pesantren yang sudah di kenal oleh kalangan masyarakat Sumenep,
Perencanaan pembangunan pondok pesantren adalah salah satu langkah awal
dalam proses membentuk sasaran dan tujuan serta menyiapkan segala sumber
daya yang dibutuhkan dalam terciptanya pembangunan pondok pesantren An-
najah Matanair.
Metode yang digunakan peneliti dalam penyusunan proposal penelitian ini
yaitu metode kuantitatif serta Analisis stuktur yang digunakan adalah program
aplikasi SAP 2000. Metode analisis dalam perencanaan struktur bangunan gedung
yaitu berdasarkan pada SNI 2874:2019 dan PPIUG 1983. Sedangkan Estimasi
Anggara biaya perencanaan pembangunan pondok pesantren an-najah
menggunakan metode konseptual dengan Estimate Real Cost (Anggaran Nyata)

Kata kunci: Perencanaan, dan analisis struktur Beton Bertulang, serta RAB

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul Pengembangan pondok pesantren An-Najah Desa Matanair

Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep. Proposal skripsi ini disusun untuk

memenuhi syarat guna menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wiraraja Sumenep.

Penyusunan proposal skipsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Cholilul Chayati, ST., MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik, Sekaligus Dosen

Pembimbing Utama Bapak Bapak Subaidillah Fansuri, ST., MT , dan Ibu

Imam Suhadi., MT. Selaku Dosen Pembimbing Anggota, sekaligus bapak

Ach.Desmantri.,MT Fakultas Teknik Universitas Wiraraja Sumenep yang

telah memberikan bimbingan, serta meluangkan waktunya, untuk

memberikan sumbangsih pemikiran dalam peyusunan penulisan proposal

skripsi ini;

2. Bapak Ahmad Suwandi, ST., MT. Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Wiraraja Sumenep;

3. KH. Rusdi Jasuli, Selaku pengasuh Pondok Pesantren An-najah;

4. Kedua orang tuaku, serta semua keluargaku yang selalu memberikan

dorongan, motivasi, semangat, dan doanya demi terselesaikannya proposal

skripsi ini;

vi
5. Semua Temen-temen mahasiswa Prodi Teknik Sipil atas dukungan dan

kerjasamanya selama menimba ilmu di Prodi Teknik Sipil, FakultasTeknik,

Universitas Wiraraja Sumenep;

6. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu yang telah

memberikan bantuan guna menyelesaikan proposal skripsi ini.

Penyusun berharap semoga hasil dari penyusunan proposal skripsi ini

dapat memberikan sumbangsi pemikiran terhadap perkembangan pondok

pesantren An-najah pada khususnya, sertan terhadap masyarakat Desa Matanair

pada umumnya.

Sumenep, Maret 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ...................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah ........................................................ 2

1.3. Cakupan Masalah ............................................................ 3

1.4. Rumusan Masalah ........................................................... 3

1.5. Tujuan Penelitian ............................................................ 3

1.6. Kegunaan Penelitian ........................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Umum ........................................................... 4

2.2. Desain Awal ................................................................... 4

2.2.1 Penentuan Dimensi Balok ................................... 6

2.2.2 Penentuan Dimensi Pelat ..................................... 6

viii
2.2.3 Penentuan Dimensi Kolom ................................. 7

2.3. Pembebanan .................................................................... 8

2.3.1 Beban Mati (Dead Load) .................................... 8

2.3.2 Beban Hidup (Live Load) .................................... 11

2.3.3 Beban Gempa (Quake Load) ............................. 14

2.4. Analisis Struktur ............................................................. 18

2.5. Desain Struktur ............................................................... 20

2.5.1 Desain Penulangan Balok ................................... 20

2.5.2 Desain penulangan pelat ..................................... 32

2.5.3 Desain penulangan kolom ................................... 38

2.5.4 Pelat tangga ..................................................... 43

2.6. Anggaran Biaya ................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian ...................................................... 45

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 46

3.3. Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 47

3.4. Teknik Analisis Data ....................................................... 48

BAB IV JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………………………… 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tebal minimum balok tanpa prategang atau pelat satu arah bila

lendutan tidak dihitung.................................................................. 5

Tabel 2.2 Berat Sendiri Bahan Bangunan Dan Komponen Gedung................ 8

Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung................................................. 11

Tabel 2.4 Koefisien Reduksi Beban Hidup.................................................... 13

Tabel 2.5 Koefisien Reduksi Beban Hidup Kumulatif ................................. 14

Tabel 2.6 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan

pada Periode Pendek ………………………………………………. 15

Tabel 2.7 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Percepatan pada

Periode 1 detik …………………………………………………….. 15

Tabel 2.8 Faktor Keutamaan gempa …………………………………………. 16

Tabel 2.9 Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam Mpa....................... 21

Tabel 2.10 Rasio Tulangan Maksimal (ρmaks) dalam Persen (%)..................... 23

Tabel 2.11 Rasio Tulangan Minimal (ρmin) dalam Persen (%)........................ 24

Tabel 2.12 Tebal Pelat Tanpa Balok Interior................................................... 34

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................... . 52

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penempatan Tulangan Balok..................................................... 20

Gambar 2.2 Dimensi Bidang Pelat................................................................ 32

Gambar 2.3 Penentuan Interpolasi................................................................ 36

Gambar 2.4 Faktor Panjang Efektif (k)......................................................... 40

Gambar 2.5 Penempatan Tulangan Kolom................................................... 41

Gambar 2.6 Ukuran anak tngga (T dan I)..................................................... 43

Gambar 3.1 Skema Perencanaan Struktur Bangunan Gedung...................... 45

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian............................................................... 46

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan salah satu tempat menempuh

pendidikan ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum, dan Sumenep

adalah kota yang identik dengan kota santri itu tidak bisa dibantah. Hampir

setiap desa ada surau dan masjid tempat santri mengaji kitab suci Al-qur’an.

Lebih besar lagi ada pondok pesantren yang ditempati mengaji kitab suci

dan belajar kitab-kitab klasik serta beragam ilmu lainnya.

Pondok pesantren An-najah merupakan lembaga pendidikan berbasis

agama yang didalamnya terdapat lembaga pendidikan dari tingkat MI

(Madrasah Ibtida’iyah) sampai pada MA (Madrsaah Aliyah) serta

pendidikan non formal lainnya. Pondok pesantren An-najah terletak di Desa

Matanair Kecamatan Rubaru, Sumenep. Tepatnya pada titik koordinat

6°59'22.7" Lintang Selatan (LS) dan 113°49'29.4" Bujur Timur (BT).

(https://www.google.com.sg/maps, 2019)

Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1980 ini, Seiring dengan

adanya pembaharuan dan perkembangan dalam segi pembangunan sarana

dan prasaraana pendidikan dan kelembagaannya hingga saat ini, menjadikan

pondok pesantren An-najah mempunyai nilai tambah di mata masyarakat

dibuktikan dengan semakin banyaknya santri atau siswa yang menempuh

pendidikan disana. Pondok pesantren an-najah mempunyai dua kamar untuk

1
2

santri yang ingin menetap dipesantren, dengan berjalannya waktu pada

tahun 2018 terahir dua bilik santri putri sudah penuh dan tidak dapat

menambah santri lagi sampai saat ini, oleh karena itu KH. Rusdi Jasuli

selaku ketua yayasan membutuhkan kamar untuk putra untuk

mengantisipasi adanya santri putra yang ingin menetap di pesantren .

Berdasarkan hal tersebut yayasan pondok pesanren An-najah ingin

melakukan pengembangkan gedung 2 lantai untuk santri putra di tanah

dengan luas 12 x 43 meter. Dengan tujuan dapat di jadikan tempat

keberlangsungan belajar mengajar pada umumnya dan tempat tinggal santri

khususnya.

Berdasarkan Uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dijadikan dasar dalam penyusunan skripsi dengan judul “ Pengembangan

pondok pesantren An-najah Desa Matanair Kecamatan Rubaru

Kabupaten Sumenep ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah-masalah

yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana merencanakan pembangunan struktur gedung

b. Bgaiaman Perncanaan bangunan gedung pondok pesantren An-najah

c. Bagaimana menghitung biaya yang dibutuhkan pada perencanaan

gedung.
3

1.3 Cakupan Masalah

Cakupan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sangatlah

terbatas diantaranya :

a. Bagaimana perencanaan pembangunan struktur gedung pondok pesantren

An-najah Desa Matanair.

b. Berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan gedung

pondok pesantren An-najah Desa Matanair.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan cakupan masalah yang telah

dikemukakan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana

perencanaan pembangunan struktur gedung dan Berapa besar biaya yang

dibutuhkan dalam pembangunan gedung pondok pesantren An-najah Desa

Matanair.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari sebuah penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui perencanaan pembangunan struktur gedung pondok

pesantren An-najah Desa Matanair

b. Mengetahui besar biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan gedung

pondok pesantren An-najah Desa Matanair

1.6 Kegunaan Penelitian

Adanya perencanaan struktur gedung tersebut diharapkan dapat

dijadikan acuan untuk mempermudah dalam pengembangan pondok

pesantren An-najah desa Matanair.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum

Pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung pada umumnya dimulai

dengan perencanaan yang sangat detail, agar mendapatkan hasil yang sesuai

dengan apa yang diharapkan dan Perencanaan yang matang seperti

penyusunan gambar rencana, analisis struktur bangunan, jadwal pelaksanaan

(time schadule) dan rencana anggaran biaya (RAB) agar dapat

meminimalkan waktu dan biaya. Sebuah Perencanaan adalah suatu proses

meletakkan tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya

untuk mencapainya (Imam Suharto, 1997). Bangunan gedung menurut PPRI

no 35 tahun 2005, adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya

2.2 Desain Awal

tahapan perancangan bangunan gedung bertingkat didasarkan pada

analisis kekuatan yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap

kekuatan beban dan gaya yang bekerja pada struktur. Model atau tipe

struktur merupakan bagian elemen stuktur bangunan yang dibuat berupa

garis untuk menggambarkan sebuah model struktur real agar mudah

menganalisis gaya-gaya dalam struktur. Model struktur yang sering kita

temui dalam ilmu statika adalah, grid, rangka batang (truss), struktur portal

4
5

(portal frame),3D frame, batang (beam),cangkang dan lainnya (Wiryanto

Dewobroto,2019; hal 83).

Perbedaan perilaku stuktur terhadap gaya yang bekerja

memungkinkan pemilihan jenis material, mutu material, serta dimensi

material yang akan digunakan untuk membentuk struktur real serta sifat-

sifat material yang digunakan dan deformasi yang terjadi ketika menerima

beban. Hal ini juga berpengaruh terhadap bagian-bagian struktur bangunan

diantaranya; pelat, balok dan kolom.

Dimensi pelat dan balok berdasarkan SNI 2847-2019 pasal 9.3.1.1

Tinggi minimum balok non prategang dan ketebalan keseluruhan pelat h

tidak boleh kurang dari batas minimum

Tabel 2.1
Tebal minimum balok tanpa prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung
Kondisi perlekatan Minimum h[1]

Perlekatan sederhana ℓ/16

Menerus satu sisi ℓ/18,5

Menerus dua sisi ℓ/21

Kantilever ℓ/8

(Sumber: Pasal 9.3.1.1 SNI 2847:2019)

Tinggi penampang balok minimal (hmin) berdasarkan SNI dengan

komponen struktur tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau

konstruksi lain yang memungkinkan terjadi lendutan yang besar.


6

2.2.1 Penentuan Dimensi Balok

Ketentuan Perencanaan kostrusi bangunan gedung dalam menentukan

dimensi balok (Berdasarkan SNI 2847:2019) :

a. Komponen struktur balok dua tumpuan sederhana untuk perencanaan

tebal minimum (h) menggunakan L/16

b. Balok berlaku sebagai balok anak, pada tumpuan antara joint 1 dan2 dan

seterusnya, maka dipilih tinggi minimal dengan dua tumpuan dengan

kedua ujung menerus dimana L/21 dan harus lebih kecil dari pada balok

induk.

2.2.2 Penentuan Dimensi Pelat

Menurut (Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang,

Yogyakarta: Graha Ilmu) dan, Tabel tebal minimum pelat (h) (SNI

2847:2019) :

a. Untuk pelat satu arah (SNI 2847:2019) tebal minimal pelat dapat dilihat

pada tabel 7.3.1.1.

1) Untuk pelat dua arah (SNI 2847:2019), tebal minimal pelat dua arah

lainnya yang didesain sesuai dengan ketentuan pasal 8.3.1.1 dan

memenuhi persyaratan dari 8.5.2.2. tebal pelat tanpa balok interior yang

membentang diantara tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi

salah satu kutentuan dari pasal 9.5.3.2. atau 9.5.3.4.


7

2.2.3 Penentuan Dimensi Kolom

Untuk menentukan dimensi kolom dilakukan dengan cara

menghitung beban hidup dan beban mati yang bekerja pada struktur

sehingga ditemukan berat total sterktur. Penentuan dimensi kolom didapat

dari rumus berikut :

a. Menghitung beban terfaktor

W = 1,2 D + 1,6 L

b. Menentukan dimensi kolom yang akan dipakai

W
A =
φ f' c

c. Jika kolom yang dipakai berbentuk persegi

S x S = Ag

S = Ag

Dimana :

W : Berat total

D : Beban mati

L : Beban hidup

∅ : Faktor Reduksi (SNI 2847:2019 Pasal 21.2.1)

F’c : Mutu beton

Ag : Dimensi kolom
8

2.3 Pembebanan

Berdasarkan pemaparan di atas, struktur gedung tidak hanya

direncanakan dimensi dan materialnya, melainkan beban-bebab yang

bekerja pada struktur juga harus direncanakan. Beban yang harus di

rencanakan dalam struktur bangunan gedung diantaranya :

2.3.1 Beban Mati (Dead Load)

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung

yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding

partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan

struktural lainnya, Berikut tabel berat sendiri bahan bangunan:

Tabel 2.2
Berat Sendiri Bahan Bangunan Dan Komponen Gedung
Bahan Bangunan Berat Satuan
Baja 7.850 kg/m3
Batu Alam 2.600 kg/m3
Batubelah,batubulat,batu gunung(berattumpuk) 1.500 kg/m3
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
Batu pecah 1.450 kg/m3
Besi tuang 7.250 kg/m3
Beton (1) 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3
9

Bahan Bangunan Berat Satuan


Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau 1.700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3
Tanah hitam 11.400 kg/m3
Adukan, per cm tebal :
- Dari semen 21 kg/m2

- Dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2


Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan 14 kg/m2
Dinding Pas. Bata merah:
- Satu batu 450 kg/m2
- Setengah batu 250 kg/m2

Dinding pasangan batako (berlubang):

- Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2


- Tebal dinding10cm(HB10) 120 kg/m2

Dinding pasangan batako ( tidak berlubang):

- Tebal dinding 15cm 300 kg/m2


- Tebal dinding 10cm 200 kg/m2

Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya,


tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri
10 kg/m2
dari semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis),
dengan tebal maksimum 4 mm

kaca, dengan tebal 3–4mm 10 kg/m2


Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa
langit- langit dengan bentang maksimum 5 m dan 40 kg/m2

untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2


Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang
7 kg/m2
maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
10

Bahan Bangunan Berat Satuan


Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso
50 kg/m2
Per m2 bidang atap
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso
2
40 kg/m2
per m bidang atap
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa
10 kg/m2
gordeng
Penutup lantai dari ubin semen portland,
24 kg/m2
teraso dan beton, tanpa adukan, per cm
Semen asbes gelombang (tebal5mm) 11 kg/m2
(Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983))
Catatan :
1. Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi

2. Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain

sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.

3. Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan

Konstruksi Kayu Indonesia


11

2.3.2 Beban Hidup (Live Load)


Semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu

gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang

yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa

hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam

pembebanan lantai dan atap tersebut. Ke dalam beban hidup tidak termasuk

beban konstuksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan,

beban gempa, beban banjir, atau beban mati.

Tabel 2.3
Beban Hidup Pada Lantai Gedung
Beban Hidup Pada Lantai Gedung Berat Satuan

Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut


200 kg/m2
dalam kolom dibawah.
Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-
125 kg/m2
gudang tidak penting
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
250 kg/m2
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.
Lantai ruang olahraga 400 kg/m2

Lantai ruang dansa 500 kg/m2


Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, 400 kg/m2
ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap
500 kg/m2
atau untuk penonton yangberdiri.

Tangga, bordes tangga dan gang 300 kg/m2

Tangga, bordes tangga dan gang 500 kg/m2


12

Beban Hidup Pada Lantai Gedung Berat Satuan

Lantai ruang pelengkap. 250 kg/m2

Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, 400 kg/m2


Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus 300 kg/m2

*Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2


(Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983))

Beban hidup pada atap gedung, yang dapat dicapai dan dibebani oleh

orang, harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Atap

dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang,

harus diambil yang menentukan (terbesar) dari:

a. Beban terbagi rata air hujan

Wah = 40 - 0,8 α
dimana,
α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).
Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam

kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.

Balok tepi atau gording tepi dari atap yang tidak cukup

ditunjang oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus

ditinjau karena kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar

minimum 200 kg.


13

Beban Hidup Horizontal perlu ditinjau akibat gaya desak orang yang

nilainya berkisar 5% sampai dengan 10% dari beban hidup vertikal

(gravitasi).

Reduksi Beban Hidup pada perencanaan balok induk dan portal

(beban vertikal atau gravitasi), untuk memperhitungkan peluang terjadinya

nilai beban hidup yang berubah-ubah, beban hidup merata tersebut dapat

dikalikan dengan koefisien reduksi.

Reduksi Beban Hidup pada perencanaan balok induk dan portal

(beban horisontal/gempa dan angin), dapat dikalikan dengan faktor reduksi.

Tabel 2.4
Koefisien Reduksi Beban Hidup
Koefisien Reduksi beban Hidup
Penggunaan Gedung Peninjauan Peninjauan Beban
Beban Gravitasi Gempa

PERUMAHAN/HUNIAN

Rumah tinggal, asrama, hotel,


0,75 0,30
rumah sakit

(Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983))

Reduksi Beban Hidup pada perencanaan elemen vertikal struktur

(kolom, dinding dan pondasi), dapat dikalikan dengan faktor reduksi.

Kecuali untuk kegunaan lantai bangunan: lantai gudang, ruang arsip,

perpustakaan dan ruang penyimpanan sejenis; lantai ruang yang memikul

beban berat tertentu yang bersifat tetap, seperti alat dan mesin.
14

Tabel 2.5
Koefisien Reduksi Beban Hidup Kumulatif
Jumlah lantai yang Koefisien reduksi yang dikalikan
dipikul kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
n≥8 0,4

(Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983))

2.3.3 Beban Gempa

Pengaruh beban gempa terhadap struktur bangunan telah diatur

tersendiri dalam (SNI 1726 tentang Tata Cara Ketahanan Gempa untuk

Struktur bangunan Gedung dan Non Gedung. 2019, 29-37) dengan

menentukan data Periode pendek (Ss), Periode 1 detik (S1), Kelas situs, Fa

dan Fv sehingga untuk mengetahui beban lateral di setiap lantai didapat dari

rumus berikut :

1) Menghitung SMS dan SM1 sebagai berikut

SMS = Ss x Fa

SM1 = S1 x Fv

2) Menghitung SDS dan SD1

SDS = 2/3 x SMS

SD1 = 2/3 x SM1


15

3) Setelah adanya nilai-nilai diatas, kita sudah bisa menggambarkan grafik

respon spektranya

To = 0,2 x SD1/ SDS

Ts = SD1/ SDS

4) Kategori desain saismig (KDS)

Kategori desain saismik di dapat dari tabel 2.3 di bawah ini

Tabel 2.6
Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons
Percepatan pada Periode Pendek
Kategori risiko
Nilai SDS I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa SNI 1726 -2019
pasal 6.5)

Tabel 2.7
Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Percepatan
pada Periode 1 detik
Kategori risiko
Nilai SD1 I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A

0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C

0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D


0,20 ≤ SD1 D D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa SNI 1726 -2019
pasal 6.5)

5) Sistem struktur dan parameter struktur berdasarkan KDS dapat

ditentukan di (SNI 1726 -2019 pasal 6.5)


16

6) Faktor keutamaan (I)

Tabel 2.8
Faktor Keutamaan gempa
Kategori risiko Faktor Keutamaan gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa SNI 1726 -2019
pasal 4.1.2)

7) Periode fundamental (T) dapat ditentukan sebagai berikut :

Ta = Ct . hnx

T = Ta . Cu

Untuk Ct dan Cu di dapat dari tabel 14 dan tabel 15 (SNI 1726 -2019

pasal 7.8.2.1)

8) Faktor Respon Gempa (SNI 1726 -2019 pasal 7.8.2 (31)

SDR
Cs =
R
le

Cs min = 0,044 x SD1 x Ie (SNI 1726 -2019 pasal 7.8.2 (31)

SD1
Cs max =
R
T.
le

9) Gaya geser gempa (SNI 1726 -2019 pasal 8.8.1(81)

V = Cs x Wt

10) Distribusi beban lateral pada setiap lantai

Berdasarkan SNI 1726-2019 pasal 7.8.3, gaya gema lateral Fx (kN)

yang timbul di semua tingkat harus dihitung dengan persamaan berikut

:
17

Fx = CVX . V

w x .h kx
CVX =

n
ix
w i .h kx

Dimana :

Cvx : faktor distribusi vertikal

V : gaya lateral desain total atau geser didasar struktur (KN)

Wi dan Ws : gaya lateral atau geser di dasar struktur, dinyatakan

dalam kilonewton (kN)

hi dan hx : tinggi dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam

meter (m)

K : eksponen yang terkait dengan periode struktur sebagai

berikut:

1. untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 0,5

detik atau Kurang, k =1

2. Untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 2,5

detik atau lebih, k = 2

3. Untuk struktur yang mempunyai periode antara 0,5

dan 2,5, k harus sebesar 2 atau haruditentukan

dengan interpolasi linier antara 1 dan 2


18

2.4 Analisis Struktur

Setelah mendapatkan dimensi yang sesuai, dilakukan pemodelan

struktur, pembebanan, dan analisis gaya dengan menggunakan konvensional

(manual) atau dengan bantuan software. Secara garis besar, semua metode

dalam analisis struktur tersebut melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan geometri model struktur

b. Menetapkan beban yang bekerja pada model struktur

c. Menentukan angka kekakuan berdasarkan pada modulud elastisitas (E)

bahan dan momen inersia (I) yang tergantung dari ukuran dan posisi

penampang

d. Menghitung momen primer

e. Analisis struktur dengan metode tertentu

f. Menghitung momen maksimum

g. Menggambarkan bidang momen, geser, dan aksial

Analisis konvensional bisa menggunakan metode seperti misalnya,

Clayperon, Cross, Takabeya, Mutoh, Matrix, dan lain-lain. Salah satu

kelemahan dari perancangan struktur secara konvensional adalah banyaknya

hal yang harus dilakukan dengan ketelitian tinggi melalui perhitungan

yang cukup rumit terutama pada bagian analisis struktur meskipun

sudah diambil beberapa penyederhanaan. Banyaknya tahapan ini akan

menghabiskan waktu yang lama juga melelahkan sehingga menjadi

rawan kesalahan (human error). Semakin rumit model struktur, semakin

rumit pula analisis strukturnya, sehingga semakin banyak pula waktu,


19

konsentrasi, tenaga yang dibutuhkan. Selain itu jika ada perubahan nilai

koefisien, perubahan nilai beban misalnya, maka perhitungan harus

diulang lagi dari awal. Sedangkan Analisis dengan bantuan software bisa

menggunakan seperti SAP 2000, ETABS, STAAD PRO, dan lain-lain.

Penulis menganalisa struktur dengan menggunakan bantuan software

SAP 2000 yang merupakan software perhitungan struktur bangunan dengan

menghitung momen dan jumlah tulangan yang akan dipakai pada

perencanaan beton bertulang.

Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam software SAP 2000

adalah kombinasi pembebanan menurut SNI 2847:2019 pasal 5.3 ada 4,

yaitu;

U = 1,4 D ............................................................................................ (5.3.1.a)

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( L atau R) .................................................... (5.3.1.b)

U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L ................................................................... (5.3.1.e)

U = 0,9 D ± 1,0 E................................................................................ (5.3.1.g)

Dimana :

D = beban mati

L = beban hidup

R = beban hujan

E = beban gempa
20

2.5 Desain Struktur

2.5.1 Desain Penulangan Balok

Batasan spasi tulangan menurut pasal 9.7.2SNI 2847:2019 sebagai berikut :

a. Jarak bersih tulangan sejajar dalam lapisan yang sama tidak boleh

kurang dari 25 mm

b. Jarak tulangan terdiri dari lebih dari satu lapis (baris), maka jarak bersih

antar baris tulangan adalah 25 mm

c. Untuk kolom, dinding yang mempunyai sengkang pengikat, jarak

bersih antar tulangan utamanya adalah minimal 1,5db atau 40 mm

d. Pada dinding dan plat lantai, tulangan lentur utama jaraknya harus

kurang dari 3x tebal pelat (dinding) atau tidak lebih jauh dari 450 mm.

sb

sb

Sn ds1

Gambar 2.1
Penempatan Tulangan Balok
(Sumber: Ali Asroni. 2010)

1) Balok persegi panjang dengan tulangan tunggal

a. Menentukan luas tulangan balok. Untuk menentukan luas tulangan yang

harus digunakan/dipasang pada balok, maka perlu data yang berkaitan

dengan dimensi balok (b, h, d, dan ds), mutu bahan beton bertulang (fc’
21

dan fy) dan beban yang bekerja pada balok (Mu untuk menentukan

Mn). Menghitung momen perlu Mu balok sebagai berikut :

Mu = 1,2.MD + 1,6.ML

Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,

dengan;

qu (Beban Perlu)= 1,2.qu + 1,6.qL

jadi, Mu = 1/8 . qu . L2

Beban (Mu)  ≤ ∅ . Mn

b. Menentukan faktor momen pikul sebagai berikut :

Mu Mn
K= 2 atau
∅bd bd2

c. Menentukan faktor momen pikul maksimum sebagai berikut :

382,5 . β1 . fc'(600+fy-225 .β1 )


Kmaks =
(600+fy)2

atau dari tabel 2.6, sebagai berikut :

Tabel 2.9
Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam Mpa
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton
fc' 240 300 350 400 450 500
(Mpa)
15 4,4839 4,2673 4,1001 3,9442 3,7987 3,6627
20 5,9786 5,6897 5,4668 5,2569 5,0649 4,8836
25 7,4732 7,1121 6,8335 6,5736 6,3311 6,1045
30 8,9679 8,5345 8,2002 7,8883 7,5973 7,3254
35 10,1445 9,6442 9,2595 8,9016 8,5682 8,2573
40 11,2283 10,6636 10,2313 9,8296 9,4563 9,1087
22

Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)


beton
fc' 240 300 350 400 450 500
(Mpa)
45 12,1948 11,5704 11,093 10,6509 10,2407 9,8593
50 13,0485 12,3683 11,8497 11,3705 10,9266 10,5145
55 13,7846 13,0535 12,4977 11,985 11,5109 11,0716
60 14,667 13,8816 13,2853 12,7358 12,2283 11,7583
(Sumber: Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :

Graha Ilmu)

d. K ≤ Kmaks, jika tidak maka dipakai tulangan rangkap atau dimensi

diperbesar

e. Menentukan nilai tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen (a)

sebagai berikut :

2K
a = 1- 1- 0,85 . fc'
.d

f. Menentukan nilai luas tulangan tarik As perlu (mm2)

0,85 . fc' . a . b
As,u =
fy
g. Menentukan jumlah tulangan yang dipakai

As
n= 1
4
. π .D2
h. Selanjutnya dikontrol jumlah tulangan maksimal per baris dengan

persamaan :

b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >

m, maka tulangan dapat dipasang pada 2 baris.


23

i. Kontrol nilai rasio penulangan ρ, syarat ρmin ≤ ρ ≤ ρmax

ρ = As/(b.d)

1,4
Jika mutu beton fc’ ≤ 31,36 Mpa, maka nilai ρmin =
fy

√fc'
Jika mutu beton fc’ ≥ 31,36 Mpa, maka nilai ρmin =
4.fy

382,5 . β1 . fc'
ρmaks = 0,75 ρb =
(600+fy). fy

jika ρ < ρmin maka balok diperkecil

jika ρ > ρmaks maka balok diperbesar

Nilai ρmin dan ρmaks bisa juga didapat dengan menggunakan tabel 2.7

dan tabel 2.8 sebagai berikut :

Tabel 2.10
Rasio Tulangan Maksimal (ρmaks) dalam Persen (%)
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton fc'
240 300 350 400 450 500
(Mpa)
15 2,419 1,805 1,467 1,219 1,032 0,887
20 3,225 2,408 1,956 1,626 1,376 1,182
25 4,032 3,01 2,445 2,032 1,72 1,478
30 4,838 3,616 2,933 2,438 2,064 1,773
35 5,405 4,036 3,277 2,724 2,306 1,981
40 5,912 4,414 3,585 2,98 2,522 2,167
45 6,344 4,737 3,846 3,197 2,707 2,325
50 6,707 5,008 4,067 3,38 2,862 2,458
55 7,002 5,228 4,245 3,529 2,988 2,567
60 7,4 5,525 4,486 3,729 3,157 2,712
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)
24

Tabel 2.11
Rasio Tulangan Minimal (ρmin) dalam Persen (%)
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton fc'
240 300 350 400 450 500
(Mpa)
≤ 31,36 0,583 0,467 0,4 0,35 0,311 0,28
35 0,616 0,493 0,423 0,37 0,329 0,296
40 0,659 0,527 0,452 0,395 0,351 0,316
45 0,699 0,559 0,479 0,419 0,373 0,335
50 0,737 0,589 505 0,442 0,393 0,354
55 0,773 0,618 0,53 0,464 0,412 0,371
60 0,807 0,645 0,553 0,484 0,43 0,387
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu.)
j. Kontrol keamanan dari hasil tulangan yang dipakai yang berkaitan

dengan momen rencana Mr harus ≥ Mu. Dengan menghitung luas

tulangan As, selanjutnya nilai luas tulangan As dimasukkan ke dalam

rumus berikut;

As. fy
a=
0,85 . fc' . b
a
Mn = As . fy. (d- 2 )

Mr = ∅ Mn

Kontol harus Mr ≥ Mu  Aman

k. Kontrol keamanan dari hasil tulangan yang dipakai yang berkaitan

dengan regangan tekan beton εc’ harus ≤ 0,003

εy = fy/Es
a
εc’ = . εy
β1.d-a

Kontrol harus εc’ harus ≤ (εcu’ = 0,003)  Aman


25

Dimana :

Es merupakan modulus elastisitas baja tulangan, diambil 200.000 Mpa

β1 adalah faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekivalen,

yang bergantung pada mutu beton (fc’) (pasal 10.2.7.3 SNI 2867:2019):

Untuk Fc’ ≤ 28 Mpa, maka β1 = 0,85

0,05 . (fc'-28)
Untuk Fc’ > 28 Mpa, maka β1 = 0,85 -
7
Tetapi β1 ≥ 0,65

2) Balok persegi panjang dengan tulangan rangkap

a. Menentukan luas tulangan balok.

Untuk menentukan luas tulangan yang harus digunakan/dipasang

pada balok, maka perlu data yang berkaitan dengan dimensi balok (b, h,

d, dan ds), mutu bahan beton bertulang (fc’ dan fy) dan beban yang

bekerja pada balok (Mu untuk menentukan Mn). Menghitung momen

perlu Mu balok sebagai berikut :

Mu = 1,2.MD + 1,6.ML
Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,

dengan;

qu (Beban Perlu)= 1,2.qu + 1,6.qL

jadi, Mu = 1/8 . qu . L2

Beban (Mu)  ≤ ∅ . Mn

b. Menentukan faktor momen pikul sebagai berikut :

Mu Mn
K= 2 atau
∅ bd b d2
26

c. Menentukan faktor momen pikul maksimum sebagai berikut :

382,5 . β1 . fc'(600+fy-225 .β1 )


Kmaks =
(600+fy)2
Atau dapat di cari dari tabel Faktor momen pikul maksimal (Kmaks)

dalam Mpa.

d. K > Kmaks, jika tidak maka dipakai tulangan tunggal

Menentukan nilai K1 = 0,8 . Kmaks

e. Menentukan nilai tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen (a)

sebagai berikut :

2K1
a = 1- 1- 0,85 . fc'
.d

f. Menentukan nilai luas tulangan tarik As dan tekan As’(mm2) :

0,85 . fc' . a . b
A1 =
fy

K- K1 . b.d2
A2 =
d-d's .fy

As = A1 + A2

As’ = A2

g. Menentukan jumlah tulangan yang dipakai :

As
n=1
4
. π .D2

As'
n=1
4
. π . D2

h. Selanjutnya dikontrol jumlah tulangan maksimal per baris dengan

persamaan :
27

b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >

m, maka tulangan dapat dipasang pada 2 baris.

i. Kontrol tulangan tarik untuk menetapkan nilai a :

(As-As' ). fy
a=
0,85 . fc' . b
Syarat semua tulangan tarik leleh :

600 .β1 .dd


a ≤ amaks leleh =
600+ fy
Jika a ≤ amaks leleh, maka tulangan tarik belum bisa dikatakan leleh.

Sebaiknya dimensi balok diperbesar. Dan jika tulangan tarik 2 baris,

boleh digunakan dd = d

j. Kontrol nilai ρ

ρ = (As – As’)/(b.d)

syarat : ρ ≤ ρmaks dengan

382,5 .β1 . fc'


ρmaks = 0,75 ρb =
(600+fy). fy
Nilai ρmaks bisa juga didapat dengan menggunakan tabel 2.16.

k. Kontrol tulangan tekan untuk menetapkan nilai a.

(As-As' ). fy
a=
0,85 . fc' . b
600 .β1 .dd '
a ≥ amaks leleh =
600- fy
Syarat semua tulangan tekan leleh a ≥ amaks leleh maka :

Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)
28

Mns = As’.fy.(d-ds’)

Mn = Mnc + Mns

Jika a < amaks leleh, tulangan tekan belum leleh maka nilai a dihitung lagi

sebagai berikut :

600.As' -As.fy
P=
1,7.fc'.b

600β1 . ds' . As'


q=
0,85.fc.b

a= p2 +q -p

a-β1 .ds'
fs = x 600
a
Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)

Mns = As’.fs’.(d-ds’)

Mn = Mnc + Mns

Menghitung momen rencana

Mr = ∅.Mn
3) Tulangan geser balok

a. Menentukan dimensi balok

Menentukan dimensi balok (b, h, d, dan ds), mutu bahan beton

bertulang (fc’ dan fy) dan gaya geser (Vu, Vn). Menghitung gaya geser

perlu balok Vu sebagai berikut :

Vu = qu . L

x
Vud =Vut + . (Vu – Vut)
y
Maksudnya, Vu boleh diambil pada jarak d (menjadi Vud)
29

b. Menghitung gaya geser berfaktor yang ditahan beton (∅Vc) :

V d
0,16 λ fc + 17 p ( )
b .d
M .N

c. Tentukan daerah penulangan, jika

1. Daerah Vu<∅.Vc/2

Maka tidak perlu begel atau dipakai begel dengan diameter kecil

(∅6) spasi s ≤d/2 dan s≤600mm

2. Daerah ∅.Vc/2 < Vu <∅.Vc

a) Maka dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok

(Av,u) yang besar :

75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Dimana S = 1000mm

b) Untuk Vs < 2/3 . √fc'. b. d

Jika Vs > 2/3 . √fc'. b. d maka ukuran balok diperbesar

c) Menghitung spasi begel (s) :

1
n.4.π.dp2 . S
s=
Av,u
dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel

d) Kontrol spasi begel (s)

s ≤ d/2 dan s ≤ 600 mm

3. Daerah Vu >∅.Vc
30

a) Gaya geser yang ditahan begel

Vs = (Vu . ∅ . Vc)/∅

b) Maka dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok

(Av,u) yang besar :

75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Vs . S
Atau Av,u =
fy . d
Dimana S = 1000mm

c) Untuk Vs > 1/3 . √fc'. b. d

d) Menghitung spasi begel (s) :

1
n.4.π.dp2 . S
s=
Av,u
Dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel dengan

S=1000 mm

e) Kontrol spasi begel (s)

s ≤ d/4 dan s ≤ 300 mm

4) Perencanaan Penulangan Torsi

Dasar perencanaan terhadap torsi yang digunakan dalam SNI

2847:2019 Adalah analogi pipa dinding tipis dan analogi ruang

beberapa pertimbangan yang harus dipehatikan untuk torsi adalah :


31

a. Tulangan yang dibutuhkan untuk torsi harus ditambah pada tulangan

yang dibutuhkan untuk menahan momen lentur dan untuk menahan

geser.

b. Pengaruh puntir dapat diabaikan jika momen puntir terfaktor Tu

memenuhi syarat berikut

2
∅ fc ' Acp
Tu ≤ dengan ∅ = 0,75
12 Pcp

c. Kekuatan leleh tulangan torsi,

fy harus ≤ 400 Mpa

d. Dimensi penampang melintang harus memenuhi syarat penampang

solid dan penampang berongga.

e. Untuk penampang berongga, jika tebal dinding (t) < Aoh/Ph

f. Tulangan yang dibutuhkan untuk torsi ditentukan berdasarkan :

Tr = ∅. Tn dan Tr ≥ Tu

g. Kebutuhan tulangan sengkang tambahan untuk torsi per meter untuk

panjang balok (S = 1000 mm)

Tn . s
Avt = dengan Ao = 0,85 . A0h
2.Ao .fyv cot θ

h. Luas tulangan torsi minimal :

1. Pasal 9.6.4.2 SNI 2847:2019 luas total begel (untuk geser dan torsi

) per meter panjang balok (S = 1000 mm)

2. Pasal 9.6.4.3 SNI 2847:2019 luas total tulangan longitudinal (untuk

tulangan lentur dan torsi)


32

2.5.2 Desain penulangan Pelat

Penentuan pelat satu arah dan dua arah sebgai berikut :

Lx

Ly
Gambar 2.2
Dimensi Bidang Pelat
(Sumber: Ali Asroni. 2010. )

Apabila Ly/Lx >2, maka termasuk ke dalam pelat satu arah. Namun, jika

Ly/Lx ≤ 2, maka termasuk pelat dua arah.

1. Pertimbangan dalam perhitungan tulangan pelat

Pada perencanaan pelat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa

persyaratan / ketentuan sebagai berikut :

a. Pada perhitungan pelat, lebar pelat diambil 1 meter (b = 1000 mm)

b. Panjang bentang (𝜆)( SNI 2847:2019) :

1. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung

𝜆 = 𝜆n + h

dan 𝜆 ≤ 𝜆as-as

2. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung

Jika 𝜆n ≤ 3,0m maka 𝜆 = 𝜆n

Jika 𝜆n> 3,0m maka 𝜆 = 𝜆n + 2x50 mm(PBI-1971)

c. Tebal minimum pelat (h) (SNI 2847:2019)

1. Untuk pelat 1 arah tebal minimal pelat dapat dilihat pada tabel 2.1
33

2. Untuk pelat dua arah, tebal minimal pelat bergantung pada αm = α

rata rata. Α adalah rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap

kekakuan lentur pelat dengan rumus berikut:

Ecb /Ib
α=
Ecp /Ip
a) Jika αm < 0,2 maka

h ≥ 120mm

b) Jika 0,2 ≤ αm ≤ 2 maka

fy
λn 0,8+1500
h= dan ≥ 120 mm
36+5β.(αm-0,2)
c) Jika αm > 2

fy
λn 0,8- 1500
Maka h = dan ≥ 90mm
36-9β
Dengan β = rasio bentang bersih pelat dalam arah memanjang dan

arah memendek.

d) Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan tabel 2.9 yang

bergantung pada tegangan tulangan fy. Nilai fy pada tabel dapat

diinterpolasi linear.
34

Tabel 2.12
Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior
Tanpa penebalan Dengan penebalan
Tegangan Panel luar Panel luar
leleh fy Tanpa Dengan Panel Tanpa Dengan Panel
(Mpa) balok balok dalam balok balok dalam
pinggir pinggir pinggir pinggir
300 𝜆n/33 𝜆n/36 𝜆n/36 𝜆n/36 𝜆n/40 𝜆n/40
400 𝜆n/30 𝜆n/33 𝜆n/33 𝜆n/33 𝜆n/36 𝜆n/36
500 𝜆n/38 𝜆n/31 𝜆n/31 𝜆n/31 𝜆n/34 𝜆n/34
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu.)

e) Tebal selimut beton minimal (SNI 2847:2019) :

Untuk batang tulangan D≤ 36

Tebal selimut beton ≥ 20 mm

Untuk batang tulangan D44 – D57

Tebal selimut beton ≥ 40mm

f) Jarak bersih antar tulangan s (SNI 2847:2019) :

s ≥ D dan s ≥ 25mm (D adalah diameter tulangan)

pasal 5.3.2.3 : s ≥4/3 x diameter maksimal agregat, atau s≥ 40mm

(Catatan : diameter nominal maksimal kerikil ~ 30mm)

g) Jarak maksimal tulangan (as ke as) :

Tulangan pokok :

Pelat 1 arah : s≤ 3h dan s≤450 mm

Pelat 2 arah : s≤ 2h dan s≤450 mm

Tulangan bagi:

s≤ 5h dan s≤450 mm
35

h) Luas tulangan minimal pelat

1) Tulangan pokok (Pasal 7.2.5 SNI 2847: 2019) :

1,4
Fc’ ≤ 31,36 Mpa, As ≥ .b.d dan
fy
√fc'
Fc’ > 31,36 Mpa, As ≥ . b. d
4fy
2) Tulangan bagi/tulangan susut dan suhu (Pasal 7.2.1 SNI

2847:2019) :

Untuk fy ≤ 300Mpa, maka Asb ≥ 0,0020.b.h

Untuk fy = 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h

Untuk fy ≥ 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h.(400/fy)

Tetapi Asb ≥ 0,0014.b.h

2. Perhitungan tebal dan tulangan pelat

a. Menentukan dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan beton bertulang (fc’

dan fy) dan beban yang bekerja pada balok (Mu untuk menentukan

Mn). Menghitung momen perlu Mubalok sebagai berikut :

Mu = 1,2.MD + 1,6.ML
Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,

dengan;

qu (Beban Perlu) = 1,2.qu + 1,6.qL

jadi, Mu = 1/8 . qu . L2

Beban (Mu)  ≤ ∅ . Mn

Momen perlu didalam pelat dapat dihitung dengan tabel PBI 1971, dan

untuk nilai-nilai antara dari ly / lx dapat diadakan interpolasi linier

sebagai berikut :
36

(X2,Y2)
Y2

(X ,Y)
Y

(X1,Y1)
Y1
X1 X X2
Gambar 2.3
Penentuan Interpolasi
(X - X1) (Y - Y1)
=
(X2 - X1) (Y2 - Y1)

Sebagai berikut penghitungan nilai X dan Y :


(Y - Y1)
X = X1+ (X2 - X1)
(Y2 - Y1)
(X - X1)
Y = Y1+ (Y2 - Y1)
(X2 - X1)
b. Menentukan faktor momen pikul sebagai berikut :

Mu Mn
K= 2 atau dengan b = 1000 mm
∅ bd b d2
c. Menentukan faktor momen pikul maksimum sebagai berikut :

382,5 . β1 . fc'(600+fy-225 .β1 )


Kmaks =
(600+fy)2
atau dari tabel Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam Mpa.

d. K ≤ Kmaks, jika tidak maka pelat dipertebal

e. Menentukan nilai tinggi blok tegangan (a) sebagai berikut :

2K
a = 1- 1- 0,85 .1fc' . d
37

f. Menghitung nilai luas tulangan pokok dengan memilih nilai yang besar

0,85 . fc'. a . b
1. As,u =
fy
1,4
2. Jika fc’ ≤ 31,36 Mpa, As,u = . b. d
fy

√fc'
Jika fc’ > 31,36 Mpa, As,u = . b. d
4. fy
g. Dihitung jarak tulangan s :

1
4
.π.D2 .b
s≤ ; s ≤ 450mm
As,u
s ≤ 2h (Untuk pelat 2 arah)

s ≤ 3h (Untuk pelat 1 arah)

h. Menghitung luas tulangan bagi Asb,u (Jika ada)

1. Asb,u = 20%.As,u

2. fy ≤ 300Mpa, maka Asb ≥ 0,0020.b.h

fy = 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h

fy ≥ 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h.(400/fy)

3. Asb ≥ 0,0014.b.h

i. Dihitung jarak tulangan s :

1
4
.π.D2 .b
s≤
As,u
s ≤ 5.h dan s ≤ 450mm

j. Kontrol nilai ρ = As/(b.d), syarat : ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks

1,4
ρmin =
fy
jika fc’ ≤ 31,36 Mpa
38

382,5 .β1 . fc'


ρmaks = 0,75 ρb =
(600+fy). fy

jika fc’ > 31,36 Mpa

catatan :

jika ρ < ρmin maka pelat diperkecil

jika ρ > ρmaks maka pelat diperbesar

k. Kontrol keamanan dari hasil tulangan yang dipakai yang berkaitan

dengan momen rencana Mr harus ≥ Mu. Dengan menghitung luas

tulangan As, selanjutnya nilai luas tulangan As dimasukkan ke dalam

rumus berikut;

As. fy
a=
0,85 . fc' . b
a
Mn = As . fy. (d- 2 )

Mr = ∅ Mn

2.5.3 Desain penulangan Kolom

Pada pasal 6.6.4.5 SNI 2847:2019 membedakan antara kolom

panjang dan kolom pendek dengan suatu batas yang jelas. Suatu kolom

disebut sebagai kolom pendek apabila memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Untuk kolom yang tidak dapat bergoyang

Portal yang tidak dapat bergoyang merupakan portal dimana

tekuk goyangan dicegah oleh elemen-elemen topangan struktur tersebut

dan bukan oleh portal itu sendiri. Portal tak bergoyang jikaportal

tersebut simetris yang bekerja beban simetris, mempunyai kaitan


39

dengan konstruksi lain yang tidak dapat bergoyang, dan nilai k (faktor

pengaruh jepitan) ≤ 1. Berikut merupakan SNI 2847:2019 pasal 6.2.5b

rumus kontrol kelangsingan :

k. λn,k M1
≤ 34+12 ( )
r M2

2. Untuk kolom yang dapat bergoyang

Portal yang dapat bergoyang merupakan portal dimana tekuk

goyangan dicegah oleh portal itu sendiri. Portal bergoyang, jika beban

yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak

simetris, beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau

tidak simetris, dan nilai k (faktor pengaruh jepitan) > 1 dimana

ditentukan menggunakan nilai E dan I. Berikut merupakan rumus

kontrol kelangsingan SNI 2847:2019 pasal 6.2.5a dan 6.2.5.1a :

k.λn,k
≤ 22
r
r = √I/A

dimana :

k = faktor panjang efektif kolom

λn,k = panjang bersih kolom


r = radius jari-jari inersia penampang kolom, m

= 0,3 .h (jika kolom berbentuk persegi), m

M1 dan M2 = momen kecil dan besar pada ujung kolom,kNm

I dan A = momen inersia dan luas penampang kolom, m4 dan m2


40

Jika persyaratan diatas tidak terpnuhi, maka kolom tersebut termasuk

jenis kolom panjang.

Gambar 2.4
Faktor Panjang Efektif (k)
(Sumber: SNI 2847:2019 pasal 6.2.5.1.)
a) Perhitungan tulangan pada kolom

Perhitungan perencanaan tulangan pada kolom dengan

menggunakan diagram interaksi pada buku Ir. Gideon H. Kusuma, M. Eng.,

“Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang”. Penentuan ρperlu terletak

pada diagram interaksi buku Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton

Bertulang.
41

Kemudian menentukan jumlah tulangan sebagai berikut :


As
n=1
4
. π .D2

a. Selanjutnya dikontrol jumlah tulangan maksimal per baris dengan

persamaan :

b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >

m, maka tulangan dapat dipasang pada 2 baris.

sb

sb

sn

ds2 ds1

Gambar 2.5
Penempatan Tulangan Kolom
(Sumber: Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)

b) Perhitungan begel pada kolom

1) Menentukan dimensi balok (b, h, d, ds, dan ds’), mutu bahan beton

bertulang (fc’ dan fy) dan gaya geser (Vu, Vn), gaya aksial Nu,k

Vu = qu . L

2) Menghitung gaya geser berfaktor yang ditahan beton (∅Vc)

Nu,k √fc'
∅Vc =.(1+ . b. d)
14. Ag 6
Dengan ∅ = 0,75
42

3) Menghitung gaya geser yang ditahan begel (Vs) = (Vu - ∅.Vc)/∅

Syarat Vs < 2/3 . √fc'. b. d

Jika Vs > 2/3 . √fc'. b. d maka ukuran kolom diperbesar

c) Dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang kolom (Av,u) yang

besar :

75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Vs . S
Atau Av,u =
fy . d
d) Menghitung spasi begel (s) :

1
n.4.π. dp2 . S
s=
Av,u
dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel

a. Jika Vs < 1/3 . √fc'. b. d

Maka dikontrol spasi begel dengan

s ≤ 16 D ; s ≤ 48.dp

s ≤ d/2 dan s ≤ 600mm

b. Jika Vs > 1/3 . √fc'. b. d

Maka dikontrol spasi begel dengan

s ≤ 16 D ; s ≤ 48.dp

s ≤ d/4 dan s ≤ 300 mm


43

2.5.4 Pelat tangga

Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat

yang berbeda ketiggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, pada

umumnya tangga digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai

tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan

kaki (Ali Asroni,2010).

Secara umum tangga dapat dibedakan menjadi 5 jenis berdasarkan

bahan yang digunakan untuk membuatnya yaitu; tangga alumunium,

tangga bambu, tangga kayu, tangga baja, dan tangga beton bertulang.

Penulis pada penelitian ini mengguakan tangga beton bertulang.

Kemiringan tangga bangunan gedung pada umumnya diambil sudut

kemiringan 30º sampai dengan 35º. Lebar tangga dari suatu bangunan

bergantung pada jenis bangunan yang akan didirikan, dan ukuran anak

tangga dapat di hitung dengan rumus berikut ;

2 . T + I = (61-65) cm

Gambar 2.6
Ukran anak tangga (T dan I)
(Sumber: Ali Asroni,2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)
44

2.6 Anggaran Biaya

Menurut Ibrahim, H. B. 2001. Rencana dan Estimate Real Cost,

Jakarta : Sinar Grafika offset. Rencana anggaran biaya (Brgrooting) suatu

banguna atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan

untuk bahan dan upah, serta biaya – biaya lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. dalam estimasi biaya,

penelitian ini menggunakan metode konseptual Estimate Real Cost

(Anggaran Nyata) dengan menggunakan harga satuan yang ada dipasaran

dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan

sengaja tidak dimasukkan, Sedangkan anggaran biaya adalah harga dari

bangunan yang dihitung dengan teliti, cernat dan memenuhi syarat. Berikut

adalah cara penyusunan anggaran biaya :

a. Gambar beserta spesifikasinya

b. Volume pekerjaan

c. Menentukan harga satuan asli yang ada dipasaran

d. Menghitung jumlah biaya pekerjaan

e. Rekapitulasi biaya

f. Teme schedule (rencana kerja)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana analisis yang

dilakukan melalui data yang didapatkan dari hasil lapangan berupa gambar

dan angka sebagai data awal dalam penelitian dan jenis data hasil studi

literatur. Agar mempermudah pemahaman dalam penyusunan penelitian ini,

maka perlu adanya diagram yang mendeskripsikan sistematika penelitian ini

dari awal hingga akhir. Berikut adalah diagram sistematika penelitian yang

akan dilaksanakan :

START

Identifikasi dan Perumusan


Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan Data

Desain Awal

Analisis Struktur

Desain Struktur

45
46

Analisis Anggaran Biaya

Kesimpulan

FINISH

Gambar 3.1
SkemaPerencanaan Struktur Bangunan Gedung

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan objek penelitian

perencanaan struktur gedung Pondok Pesantren An-najah, Desa Matanair,

Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Tepatnya pada titik koordinat

6°59'22.7" Lintang Selatan (LS) dan 113°49'29.4" Bujur Timur (BT).

(https://www.google.com.sg/maps, 2019)

Gambar 3.2
peta Lokasi Penelitian
(Sumber: Google.maps)
47

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan

penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data,

peranan institusi yang terkait sangat diperlukan sebgai pendukung dalam

memperoleh data-data yang diperlukan.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode

observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Metode observasi

dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang objek yang diteliti dan

memperoleh data lapangan yang akan digunakan sebagai input analisis.

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data berdasarkan studi literatur.

Studi dokumentasi dilakukan untuk pengumpulan data yang tidak ditujukan

langsung kepada subjek penelitian. Adapun Jenis data yang digunakan

terkait penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer data yang diperoleh berdasarkan survey lapangan

untuk mengetahui kondisi yang ada dilapangan dan kondisi disekitarnya.

Data yang didepatkan berupa hasil pengukuran, peta lokasi, dan sketsa

gambar rencana.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data peneitian yang tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat orang lain).

Umumnya berupa bukti, catatan atau laporan yang telah tersusun dalam

arsip. Seperti SNI, analisis pekerjaan, Harga Satuan dan bahan .


48

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penyusunan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Desain awal ( Preliminary desaign )

Preliminary design adalah desain awal dalam sebuah perencanan struktur

bangunan gedung. Dalam Preliminary design menghitung dimensi pelat,

balok dan kolom berdasarkan SNI 2847:2019

b. Pembebanan

Perhitungan beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin

yang bekerja pada struktur bangunan berdasarkan Peraturan Pembebanan

Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983) serta SNI 1727:2019 tentang

Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung.

c. Analisa Struktur

Pemodelan struktur dalam perencanaan struktur gedung beton bertulang

ini peneliti menggunakan program aplikasi bantu yaitu aplikasi SAP

2000.

d. Desain Penulangan Balok, Kolom, dan Plat

Komponen-komponen struktur desain yang diterapkan sesuai dengan

aturan yang terdapat pada SNI 2847:2019.


49

e. Biaya

Estimasi biaya dalam penelitian ini meggunakan konseptual dengan

metode Estimate Real Cost (Anggaran Nyata) dengan menggunakan

harga satuan yang ada dipasaran dan biaya-biaya lain yang berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan sengaja tidak dimasukkan, biaya-biaya

tersebut diantaranya, keuntungan, biaya perencanaan (Design Cost),

Biaya Pengawasan (Direksi Furing), Izin mendirikan bangunan (IMB)

dansebagainya.
BAB IV

JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

susunan kegiatan dalam penelian ini penulis mengacu pada pedoman

skripsi yang telah ditentukan oleh pihak Fakultas Teknik Universitas

Wiraraja yang jabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1.
Jadwal Kegiatan Penelitian
januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Identifikasi
Masalah
Pengumpulan
Data
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Desain awal
Analisis
Struktur
Desain Struktur
Gambar
Rencana
RAB
Seminar Progres
Revisi
Ujian Skripsi
Penyerahan
Skripsi
(Sumber : Peneliti)

50
DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta : Graha Ilmu

Badan Standarisasi Nasional. (2019) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

Bertulang untuk Bangunan Gedung,(SNI 2847:2019. Bandung)

Badan Standarisasi Nasional.(2019) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Gedung, (SNI 1726:2019. Bandung)

Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk

Gedung (PPIUG 1983).

Fakultas Teknik Univ. Wiraraja Sumenep. (2020) Pedoman Penyusunan Skripsi,

Kusuma, Gideon H. 1993. Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang.

Jakarta : Erlangga

Ibrahim, H. B. 2001. Rencana dan Estimate Real Cost, Jakarta : Sinar Grafika

offset

51

Anda mungkin juga menyukai