PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
FAYAT RAHIM
NPM 716.5.1.0878
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Fakultas Teknik Universitas Wiraraja
Sumenep
OLEH
FAYAT RAHIM
NPM 716.5.1.0878
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I,
Pembimbing II,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
( …………………………. ) ( …………………………. )
Mengesahkan, Mengetahui,
iv
ABSTRAK
Kata kunci: Perencanaan, dan analisis struktur Beton Bertulang, serta RAB
v
KATA PENGANTAR
memenuhi syarat guna menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan
Penyusunan proposal skipsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
1. Cholilul Chayati, ST., MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik, Sekaligus Dosen
skripsi ini;
2. Bapak Ahmad Suwandi, ST., MT. Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Fakultas
skripsi ini;
vi
5. Semua Temen-temen mahasiswa Prodi Teknik Sipil atas dukungan dan
6. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu yang telah
pada umumnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.2.3 Penentuan Dimensi Kolom ................................. 7
LAMPIRAN ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tebal minimum balok tanpa prategang atau pelat satu arah bila
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
adalah kota yang identik dengan kota santri itu tidak bisa dibantah. Hampir
setiap desa ada surau dan masjid tempat santri mengaji kitab suci Al-qur’an.
Lebih besar lagi ada pondok pesantren yang ditempati mengaji kitab suci
(https://www.google.com.sg/maps, 2019)
Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1980 ini, Seiring dengan
1
2
tahun 2018 terahir dua bilik santri putri sudah penuh dan tidak dapat
menambah santri lagi sampai saat ini, oleh karena itu KH. Rusdi Jasuli
khususnya.
Kabupaten Sumenep ”.
gedung.
3
terbatas diantaranya :
Matanair.
TINJAUAN PUSTAKA
dengan perencanaan yang sangat detail, agar mendapatkan hasil yang sesuai
kekuatan beban dan gaya yang bekerja pada struktur. Model atau tipe
temui dalam ilmu statika adalah, grid, rangka batang (truss), struktur portal
4
5
material yang akan digunakan untuk membentuk struktur real serta sifat-
sifat material yang digunakan dan deformasi yang terjadi ketika menerima
Tabel 2.1
Tebal minimum balok tanpa prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung
Kondisi perlekatan Minimum h[1]
Kantilever ℓ/8
komponen struktur tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau
b. Balok berlaku sebagai balok anak, pada tumpuan antara joint 1 dan2 dan
kedua ujung menerus dimana L/21 dan harus lebih kecil dari pada balok
induk.
Yogyakarta: Graha Ilmu) dan, Tabel tebal minimum pelat (h) (SNI
2847:2019) :
a. Untuk pelat satu arah (SNI 2847:2019) tebal minimal pelat dapat dilihat
1) Untuk pelat dua arah (SNI 2847:2019), tebal minimal pelat dua arah
memenuhi persyaratan dari 8.5.2.2. tebal pelat tanpa balok interior yang
menghitung beban hidup dan beban mati yang bekerja pada struktur
W = 1,2 D + 1,6 L
W
A =
φ f' c
S x S = Ag
S = Ag
Dimana :
W : Berat total
D : Beban mati
L : Beban hidup
Ag : Dimensi kolom
8
2.3 Pembebanan
Tabel 2.2
Berat Sendiri Bahan Bangunan Dan Komponen Gedung
Bahan Bangunan Berat Satuan
Baja 7.850 kg/m3
Batu Alam 2.600 kg/m3
Batubelah,batubulat,batu gunung(berattumpuk) 1.500 kg/m3
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
Batu pecah 1.450 kg/m3
Besi tuang 7.250 kg/m3
Beton (1) 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3
9
2. Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain
3. Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa
pembebanan lantai dan atap tersebut. Ke dalam beban hidup tidak termasuk
beban konstuksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan,
Tabel 2.3
Beban Hidup Pada Lantai Gedung
Beban Hidup Pada Lantai Gedung Berat Satuan
Beban hidup pada atap gedung, yang dapat dicapai dan dibebani oleh
orang, harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Atap
dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang,
Wah = 40 - 0,8 α
dimana,
α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).
Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
Balok tepi atau gording tepi dari atap yang tidak cukup
ditunjang oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus
Beban Hidup Horizontal perlu ditinjau akibat gaya desak orang yang
(gravitasi).
nilai beban hidup yang berubah-ubah, beban hidup merata tersebut dapat
Tabel 2.4
Koefisien Reduksi Beban Hidup
Koefisien Reduksi beban Hidup
Penggunaan Gedung Peninjauan Peninjauan Beban
Beban Gravitasi Gempa
PERUMAHAN/HUNIAN
beban berat tertentu yang bersifat tetap, seperti alat dan mesin.
14
Tabel 2.5
Koefisien Reduksi Beban Hidup Kumulatif
Jumlah lantai yang Koefisien reduksi yang dikalikan
dipikul kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
n≥8 0,4
tersendiri dalam (SNI 1726 tentang Tata Cara Ketahanan Gempa untuk
menentukan data Periode pendek (Ss), Periode 1 detik (S1), Kelas situs, Fa
dan Fv sehingga untuk mengetahui beban lateral di setiap lantai didapat dari
rumus berikut :
SMS = Ss x Fa
SM1 = S1 x Fv
respon spektranya
Ts = SD1/ SDS
Tabel 2.6
Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons
Percepatan pada Periode Pendek
Kategori risiko
Nilai SDS I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa SNI 1726 -2019
pasal 6.5)
Tabel 2.7
Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Percepatan
pada Periode 1 detik
Kategori risiko
Nilai SD1 I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
Tabel 2.8
Faktor Keutamaan gempa
Kategori risiko Faktor Keutamaan gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa SNI 1726 -2019
pasal 4.1.2)
Ta = Ct . hnx
T = Ta . Cu
Untuk Ct dan Cu di dapat dari tabel 14 dan tabel 15 (SNI 1726 -2019
pasal 7.8.2.1)
SDR
Cs =
R
le
SD1
Cs max =
R
T.
le
V = Cs x Wt
:
17
Fx = CVX . V
w x .h kx
CVX =
n
ix
w i .h kx
Dimana :
meter (m)
berikut:
(manual) atau dengan bantuan software. Secara garis besar, semua metode
bahan dan momen inersia (I) yang tergantung dari ukuran dan posisi
penampang
konsentrasi, tenaga yang dibutuhkan. Selain itu jika ada perubahan nilai
diulang lagi dari awal. Sedangkan Analisis dengan bantuan software bisa
yaitu;
Dimana :
D = beban mati
L = beban hidup
R = beban hujan
E = beban gempa
20
a. Jarak bersih tulangan sejajar dalam lapisan yang sama tidak boleh
kurang dari 25 mm
b. Jarak tulangan terdiri dari lebih dari satu lapis (baris), maka jarak bersih
d. Pada dinding dan plat lantai, tulangan lentur utama jaraknya harus
kurang dari 3x tebal pelat (dinding) atau tidak lebih jauh dari 450 mm.
sb
sb
Sn ds1
Gambar 2.1
Penempatan Tulangan Balok
(Sumber: Ali Asroni. 2010)
dengan dimensi balok (b, h, d, dan ds), mutu bahan beton bertulang (fc’
21
dan fy) dan beban yang bekerja pada balok (Mu untuk menentukan
Mu = 1,2.MD + 1,6.ML
Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,
dengan;
jadi, Mu = 1/8 . qu . L2
Beban (Mu) ≤ ∅ . Mn
Mu Mn
K= 2 atau
∅bd bd2
Tabel 2.9
Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam Mpa
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton
fc' 240 300 350 400 450 500
(Mpa)
15 4,4839 4,2673 4,1001 3,9442 3,7987 3,6627
20 5,9786 5,6897 5,4668 5,2569 5,0649 4,8836
25 7,4732 7,1121 6,8335 6,5736 6,3311 6,1045
30 8,9679 8,5345 8,2002 7,8883 7,5973 7,3254
35 10,1445 9,6442 9,2595 8,9016 8,5682 8,2573
40 11,2283 10,6636 10,2313 9,8296 9,4563 9,1087
22
Graha Ilmu)
diperbesar
e. Menentukan nilai tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen (a)
sebagai berikut :
2K
a = 1- 1- 0,85 . fc'
.d
0,85 . fc' . a . b
As,u =
fy
g. Menentukan jumlah tulangan yang dipakai
As
n= 1
4
. π .D2
h. Selanjutnya dikontrol jumlah tulangan maksimal per baris dengan
persamaan :
b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >
ρ = As/(b.d)
1,4
Jika mutu beton fc’ ≤ 31,36 Mpa, maka nilai ρmin =
fy
√fc'
Jika mutu beton fc’ ≥ 31,36 Mpa, maka nilai ρmin =
4.fy
382,5 . β1 . fc'
ρmaks = 0,75 ρb =
(600+fy). fy
Nilai ρmin dan ρmaks bisa juga didapat dengan menggunakan tabel 2.7
Tabel 2.10
Rasio Tulangan Maksimal (ρmaks) dalam Persen (%)
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton fc'
240 300 350 400 450 500
(Mpa)
15 2,419 1,805 1,467 1,219 1,032 0,887
20 3,225 2,408 1,956 1,626 1,376 1,182
25 4,032 3,01 2,445 2,032 1,72 1,478
30 4,838 3,616 2,933 2,438 2,064 1,773
35 5,405 4,036 3,277 2,724 2,306 1,981
40 5,912 4,414 3,585 2,98 2,522 2,167
45 6,344 4,737 3,846 3,197 2,707 2,325
50 6,707 5,008 4,067 3,38 2,862 2,458
55 7,002 5,228 4,245 3,529 2,988 2,567
60 7,4 5,525 4,486 3,729 3,157 2,712
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)
24
Tabel 2.11
Rasio Tulangan Minimal (ρmin) dalam Persen (%)
Mutu Mutu baja tulangan fy (Mpa)
beton fc'
240 300 350 400 450 500
(Mpa)
≤ 31,36 0,583 0,467 0,4 0,35 0,311 0,28
35 0,616 0,493 0,423 0,37 0,329 0,296
40 0,659 0,527 0,452 0,395 0,351 0,316
45 0,699 0,559 0,479 0,419 0,373 0,335
50 0,737 0,589 505 0,442 0,393 0,354
55 0,773 0,618 0,53 0,464 0,412 0,371
60 0,807 0,645 0,553 0,484 0,43 0,387
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu.)
j. Kontrol keamanan dari hasil tulangan yang dipakai yang berkaitan
rumus berikut;
As. fy
a=
0,85 . fc' . b
a
Mn = As . fy. (d- 2 )
Mr = ∅ Mn
εy = fy/Es
a
εc’ = . εy
β1.d-a
Dimana :
yang bergantung pada mutu beton (fc’) (pasal 10.2.7.3 SNI 2867:2019):
0,05 . (fc'-28)
Untuk Fc’ > 28 Mpa, maka β1 = 0,85 -
7
Tetapi β1 ≥ 0,65
pada balok, maka perlu data yang berkaitan dengan dimensi balok (b, h,
d, dan ds), mutu bahan beton bertulang (fc’ dan fy) dan beban yang
Mu = 1,2.MD + 1,6.ML
Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,
dengan;
jadi, Mu = 1/8 . qu . L2
Beban (Mu) ≤ ∅ . Mn
Mu Mn
K= 2 atau
∅ bd b d2
26
dalam Mpa.
e. Menentukan nilai tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen (a)
sebagai berikut :
2K1
a = 1- 1- 0,85 . fc'
.d
0,85 . fc' . a . b
A1 =
fy
K- K1 . b.d2
A2 =
d-d's .fy
As = A1 + A2
As’ = A2
As
n=1
4
. π .D2
As'
n=1
4
. π . D2
persamaan :
27
b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >
(As-As' ). fy
a=
0,85 . fc' . b
Syarat semua tulangan tarik leleh :
boleh digunakan dd = d
j. Kontrol nilai ρ
ρ = (As – As’)/(b.d)
(As-As' ). fy
a=
0,85 . fc' . b
600 .β1 .dd '
a ≥ amaks leleh =
600- fy
Syarat semua tulangan tekan leleh a ≥ amaks leleh maka :
Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)
28
Mns = As’.fy.(d-ds’)
Mn = Mnc + Mns
Jika a < amaks leleh, tulangan tekan belum leleh maka nilai a dihitung lagi
sebagai berikut :
600.As' -As.fy
P=
1,7.fc'.b
a= p2 +q -p
a-β1 .ds'
fs = x 600
a
Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)
Mns = As’.fs’.(d-ds’)
Mn = Mnc + Mns
Mr = ∅.Mn
3) Tulangan geser balok
bertulang (fc’ dan fy) dan gaya geser (Vu, Vn). Menghitung gaya geser
Vu = qu . L
x
Vud =Vut + . (Vu – Vut)
y
Maksudnya, Vu boleh diambil pada jarak d (menjadi Vud)
29
V d
0,16 λ fc + 17 p ( )
b .d
M .N
1. Daerah Vu<∅.Vc/2
Maka tidak perlu begel atau dipakai begel dengan diameter kecil
a) Maka dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok
75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Dimana S = 1000mm
1
n.4.π.dp2 . S
s=
Av,u
dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel
3. Daerah Vu >∅.Vc
30
Vs = (Vu . ∅ . Vc)/∅
b) Maka dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok
75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Vs . S
Atau Av,u =
fy . d
Dimana S = 1000mm
1
n.4.π.dp2 . S
s=
Av,u
Dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel dengan
S=1000 mm
geser.
2
∅ fc ' Acp
Tu ≤ dengan ∅ = 0,75
12 Pcp
Tr = ∅. Tn dan Tr ≥ Tu
Tn . s
Avt = dengan Ao = 0,85 . A0h
2.Ao .fyv cot θ
1. Pasal 9.6.4.2 SNI 2847:2019 luas total begel (untuk geser dan torsi
Lx
Ly
Gambar 2.2
Dimensi Bidang Pelat
(Sumber: Ali Asroni. 2010. )
Apabila Ly/Lx >2, maka termasuk ke dalam pelat satu arah. Namun, jika
𝜆 = 𝜆n + h
dan 𝜆 ≤ 𝜆as-as
1. Untuk pelat 1 arah tebal minimal pelat dapat dilihat pada tabel 2.1
33
Ecb /Ib
α=
Ecp /Ip
a) Jika αm < 0,2 maka
h ≥ 120mm
fy
λn 0,8+1500
h= dan ≥ 120 mm
36+5β.(αm-0,2)
c) Jika αm > 2
fy
λn 0,8- 1500
Maka h = dan ≥ 90mm
36-9β
Dengan β = rasio bentang bersih pelat dalam arah memanjang dan
arah memendek.
d) Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan tabel 2.9 yang
diinterpolasi linear.
34
Tabel 2.12
Tebal Pelat Minimum Tanpa Balok Interior
Tanpa penebalan Dengan penebalan
Tegangan Panel luar Panel luar
leleh fy Tanpa Dengan Panel Tanpa Dengan Panel
(Mpa) balok balok dalam balok balok dalam
pinggir pinggir pinggir pinggir
300 𝜆n/33 𝜆n/36 𝜆n/36 𝜆n/36 𝜆n/40 𝜆n/40
400 𝜆n/30 𝜆n/33 𝜆n/33 𝜆n/33 𝜆n/36 𝜆n/36
500 𝜆n/38 𝜆n/31 𝜆n/31 𝜆n/31 𝜆n/34 𝜆n/34
(Sumber: Ali Asroni. 2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu.)
Tulangan pokok :
Tulangan bagi:
s≤ 5h dan s≤450 mm
35
1,4
Fc’ ≤ 31,36 Mpa, As ≥ .b.d dan
fy
√fc'
Fc’ > 31,36 Mpa, As ≥ . b. d
4fy
2) Tulangan bagi/tulangan susut dan suhu (Pasal 7.2.1 SNI
2847:2019) :
a. Menentukan dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan beton bertulang (fc’
dan fy) dan beban yang bekerja pada balok (Mu untuk menentukan
Mu = 1,2.MD + 1,6.ML
Dapat juga dihitung dengan cara lain yang memberikan hasil sama,
dengan;
jadi, Mu = 1/8 . qu . L2
Beban (Mu) ≤ ∅ . Mn
Momen perlu didalam pelat dapat dihitung dengan tabel PBI 1971, dan
sebagai berikut :
36
(X2,Y2)
Y2
(X ,Y)
Y
(X1,Y1)
Y1
X1 X X2
Gambar 2.3
Penentuan Interpolasi
(X - X1) (Y - Y1)
=
(X2 - X1) (Y2 - Y1)
Mu Mn
K= 2 atau dengan b = 1000 mm
∅ bd b d2
c. Menentukan faktor momen pikul maksimum sebagai berikut :
2K
a = 1- 1- 0,85 .1fc' . d
37
f. Menghitung nilai luas tulangan pokok dengan memilih nilai yang besar
0,85 . fc'. a . b
1. As,u =
fy
1,4
2. Jika fc’ ≤ 31,36 Mpa, As,u = . b. d
fy
√fc'
Jika fc’ > 31,36 Mpa, As,u = . b. d
4. fy
g. Dihitung jarak tulangan s :
1
4
.π.D2 .b
s≤ ; s ≤ 450mm
As,u
s ≤ 2h (Untuk pelat 2 arah)
1. Asb,u = 20%.As,u
3. Asb ≥ 0,0014.b.h
1
4
.π.D2 .b
s≤
As,u
s ≤ 5.h dan s ≤ 450mm
1,4
ρmin =
fy
jika fc’ ≤ 31,36 Mpa
38
catatan :
rumus berikut;
As. fy
a=
0,85 . fc' . b
a
Mn = As . fy. (d- 2 )
Mr = ∅ Mn
panjang dan kolom pendek dengan suatu batas yang jelas. Suatu kolom
berikut :
dan bukan oleh portal itu sendiri. Portal tak bergoyang jikaportal
dengan konstruksi lain yang tidak dapat bergoyang, dan nilai k (faktor
k. λn,k M1
≤ 34+12 ( )
r M2
goyangan dicegah oleh portal itu sendiri. Portal bergoyang, jika beban
yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak
simetris, beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau
k.λn,k
≤ 22
r
r = √I/A
dimana :
Gambar 2.4
Faktor Panjang Efektif (k)
(Sumber: SNI 2847:2019 pasal 6.2.5.1.)
a) Perhitungan tulangan pada kolom
Bertulang.
41
persamaan :
b-2.ds
m= +1
D+ Sn
jika n < m, maka tulangan dapat dipasang pada 1 baris. Namun, jika n >
sb
sb
sn
ds2 ds1
Gambar 2.5
Penempatan Tulangan Kolom
(Sumber: Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)
1) Menentukan dimensi balok (b, h, d, ds, dan ds’), mutu bahan beton
bertulang (fc’ dan fy) dan gaya geser (Vu, Vn), gaya aksial Nu,k
Vu = qu . L
Nu,k √fc'
∅Vc =.(1+ . b. d)
14. Ag 6
Dengan ∅ = 0,75
42
c) Dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang kolom (Av,u) yang
besar :
75√fc'. b. S
Av,u =
1200 . fy
b.S
Atau Av,u =
3 . fy
Vs . S
Atau Av,u =
fy . d
d) Menghitung spasi begel (s) :
1
n.4.π. dp2 . S
s=
Av,u
dengan n dan dp + jumlah kaki dan diameter begel
s ≤ 16 D ; s ≤ 48.dp
s ≤ 16 D ; s ≤ 48.dp
tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan
tangga bambu, tangga kayu, tangga baja, dan tangga beton bertulang.
kemiringan 30º sampai dengan 35º. Lebar tangga dari suatu bangunan
bergantung pada jenis bangunan yang akan didirikan, dan ukuran anak
2 . T + I = (61-65) cm
Gambar 2.6
Ukran anak tangga (T dan I)
(Sumber: Ali Asroni,2010 Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta :
Graha Ilmu)
44
untuk bahan dan upah, serta biaya – biaya lain yang berhubungan dengan
bangunan yang dihitung dengan teliti, cernat dan memenuhi syarat. Berikut
b. Volume pekerjaan
e. Rekapitulasi biaya
METODE PENELITIAN
dilakukan melalui data yang didapatkan dari hasil lapangan berupa gambar
dan angka sebagai data awal dalam penelitian dan jenis data hasil studi
dari awal hingga akhir. Berikut adalah diagram sistematika penelitian yang
akan dilaksanakan :
START
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Desain Awal
Analisis Struktur
Desain Struktur
45
46
Kesimpulan
FINISH
Gambar 3.1
SkemaPerencanaan Struktur Bangunan Gedung
(https://www.google.com.sg/maps, 2019)
Gambar 3.2
peta Lokasi Penelitian
(Sumber: Google.maps)
47
a. Data Primer
Data yang didepatkan berupa hasil pengukuran, peta lokasi, dan sketsa
gambar rencana.
b. Data Sekunder
Umumnya berupa bukti, catatan atau laporan yang telah tersusun dalam
b. Pembebanan
Perhitungan beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin
c. Analisa Struktur
2000.
e. Biaya
harga satuan yang ada dipasaran dan biaya-biaya lain yang berhubungan
dansebagainya.
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
Tabel 4.1.
Jadwal Kegiatan Penelitian
januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Identifikasi
Masalah
Pengumpulan
Data
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Desain awal
Analisis
Struktur
Desain Struktur
Gambar
Rencana
RAB
Seminar Progres
Revisi
Ujian Skripsi
Penyerahan
Skripsi
(Sumber : Peneliti)
50
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010. Balok Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta : Graha Ilmu
Jakarta : Erlangga
Ibrahim, H. B. 2001. Rencana dan Estimate Real Cost, Jakarta : Sinar Grafika
offset
51