Jelaskan permasalahan sumber plasma nutfah di negara kita dan bagaimana pemecahan masalahnya. Berikan contoh flora fauna yang dilindungi dari 5 pulau di Indonesia. Permasalahan Keanekaragaman Hayati Banyak masalah yang dihadapi dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia untuk pembangunan nasional, baik berasal dari pemerintah, pengusaha, masyarakat dan lain- lain. Dalam melaksanakan tugas sektornya, setiap pihak dalam pemerintahan seringkali memerlukan sumber daya alam hayati, sehingga muncul perbedaan kepentingan. Tumpang tindih minat ini menjadi lebih rumit apabila unsur kepentingan masyarakat tradisional dan tekanan ekonomi diperhitungkan. Di sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum memadahi untuk menangani pemanfaatan/pelestarian keanekaragaman hayati secara seimbang, apalagi mengembangkan potensi ini secara optimal. Keanekaragaman hayati Indonesia sebagian telah dimanfaatkan, sebagian baru diketahui potensinya, dan sebagian lagi belum dikenal. Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara langsung bukan tidak mengandung resiko. Dalam hal ini, kepentingan berbagai sektor dalam pemerintahan, masyarakat dan swasta tidak selalu seiring. Peningkatan kebutuhan dasar tersebut menyebabkan sebagian areal hutan alam berubah fungsi dan menyempit, dengan ratarata pengurangan 15.000-20.000 hektar per tahun. Fragmentasi habitat akibat pembukaan lahan untuk berbagai keperluan manusia, menyebabkan populasi hewan atau tumbuhan terpecah menjadi komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap gangguan. Masuknya spesies invasi dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat di daerah tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menjadi invasi dengan mengusai ekosistem. Perusakan habitat dan eksploitasi berlebihan, biasanya untuk komoditas yang nilai ekonomi tinggi seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang berharga mahal dan banyak diminati namun hal ini mengakibatkan efek negativ bagi kepunahan spesies, menyebabkan Indonesia memiliki daftar spesies terancam punah terpanjang di dunia. Perubahan iklim yang disebabkan oleh pencemaran udara gas karbon dioksida ( CO2 ) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar 100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan. Pemakaian bibit unggul secara besar-besaran menyebabkan hilangnya bibit tradisional yang secara turun-temurun dikembangkan oleh petani. Di Indonesia peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelestarian keanekaragaman hayati telah mencukupi, namun implementasinya masih lemah dan kurang efektif. Sementara itu terdapat pula peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah pusat atau sektor tertentu yang tidak menampung kepentingan pemerintah daerah atau sektor lain. Di samping itu, konsep pelestarian yang ada sering tidak padu dengan pemanfaatannya. Permasalahan Sumber Daya Genetik (Plasma Nutfah) di Indonesia Permasalahan tersebut terbagi atas: (1) permasalahan hukum; (2) permasalahan implementasi; dan (3) permasalahan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan. 1. Permasalahan hukum Mengenai kekosongan hukum atau kekosongan pengaturan merujuk pada ketiadaan norma hukum yang mengatur mengenai suatu objek yang seharusnya diatur. Sebagai contoh peraturan perundang-undangan di sektor sumber daya genetik hanya mengatur mengenai sumber daya genetik yang berada dalam kawasan hutan dan wilayah pesisir, sedangkan sebenarnya masih ada sumber daya genetik di luar wilayah tersebut. Selain itu, pengaturan sumber daya genetik hanya merujuk pada pengaturan terkait hewan dan tanaman, sedangkan masih ada pula sumber daya genetik berupa mikroba. Peraturan perundang- undangan Indonesia tidak mengaturnya, sehingga terjadi kekosongan hukum. Sampai saat ini pengaturannya masih belum lengkap. Hal ini berdampak pada timbulnya potensi kerugian atas keragaman sumber daya genetik di Indonesia. Penegakkan hukum atas sumber daya genetik dikaitkan dengan lemahnya penegekkan hukum di sektor ini. Lemahnya penegakan hukum ada kaitannya dengan lemahnya penyidikan dan penyelidikan, hal ini berkaitan dengan kewenangan PPNS serta wilayah kerjanya serta lemahnya pengaturan tentang sanksi. Lemahnya penegakkan hukum ini dipengaruhi oleh 2 (dua) aspek yaitu aspek yuridis dan aspek teknis. 2. Permasalahan implementasi Permasalahan implementasi sumber daya genetik hewan, antara lain: 1) Masalah keberpihakan terhadap masyarakat hukum adat. Masyarakat adat masih banyak yang tinggal di dalam kawasan hutan konservasi dan kawasan pesisir. Keberadaan masyarakat hukum adat tersebut terjadi sebelum kawasan tersebut ditetapkan menjadi kawasan konservasi, sehingga hak-hak adat dan tradisionalnya harus diakui dan dihormati. 2) Masalah pencurian sumber daya genetik dan pemanafaatan secara ilegal atas sumber daya genetik. 3. Masalah kerja sama penelitian sumber daya genetik yang merugikan kepentingan nasional. Salah satu pintu masuk hilangnya plasma nutfah di Indonesia, juga disumbang oleh banyaknya peneliti Indonesia yang masih belum mengerti mekanisme atau prosedur perizinan bagi peneliti asing dalam mengeksplorasi keanekaragaman hayati di Indonesia, sehingga terkadang aturannya terlewati begitu saja. Padahal ada mekanisme MTA (material transfer agreement) atau surat perjanjian transfer materi, dan ini harus diberikan perhatian khusus, karena aturannya sudah ada, namun belum disosialisaikan dengan baik ke masyarakat luas terutama terhadap peneliti itu sendiri. 3) Masalah belum terlindunginya hak atas kekayaan intelektual di bidang sumber daya genetik hewan. Hak atas kekayaan intelektual dalam penelitian mengenai sumber daya genetik, mencakup hak paten, aplikasi paten, sertifikat PVT, hak cipta, dan semua invensi, perbaikan suatu proses, temuan yang dapat dilindungi oleh hukum formal maupun tidak, termasuk di dalamnya adalah seluruh know-how, rahasia dagang, rencana dan prioritas penelitian, hasil-hasil penelitian dan laporan, model komputer dan simulasi terkait, plasma nutfah, kultur, galur sel, tanaman, bagian tanaman, biji, polen, protein, peptida, senyawa metabolit, sekuens DNA dan RNA, gen, probe, plasmid dan informasi yang berkaitan dengan itu 4) Masalah kerusakan sumber daya genetik akibat pembalakan liar dan pembakaran hutan. Kebakaran hutan yang hampir tiap tahun terjadi dan yang paling massif terjadi dalam kawasan hutan akan menimbulkan kerugian berupa kerugian keanekaragaman hayati. Hutan sebagai sumber kekayaan plasma nutfah, nilai tambah devisa negara, pendukung mata air, kekayaan nilai ilmiah sebagai sumber bahan obat baru, dan sebagainya 3. Permasalahan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan Permasalahan kapasitas sumber daya manusia dikaitkan dengan moralitas sumber daya manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai baik sebagai aparatur ataupun sebagai masyarakat. Tindakan perusakan hutan termasuk pembakaran hutan yang mengancam keanekaragaman hayati termasuk sumber daya genetik merupakan masalah kapasitas manusia yang tidak memiliki kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati bagi keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pemecahan Permasalahan Plasma Nutfah di Indonesia
1. Dibentuknya undang-undang tentang sumber daya genetik yang lebih kuat untuk mengatur permasalahan mengenai manajamen perlindungan dan pengolahan sumber daya genetik, mulai dari perencanaan, pengawetan atau konservasi, pemanfaatan, kerja sama, pendanaan, termasuk mengenai hak atas kekayaan intelektual, penelitian dan pengembangan, serta materi muatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hukum lainnya. 2. Diperketatnya undang-undang tentang keanekaragaman hayati, dalam substansi keanekaragaman hayati terdapat pula substansi mengenai sumber daya genetik sebagai bagian dari sumber daya alam hayati. 3. Reformulasi substansi hak atas kekayaan intelektual di bidang sumber daya genetik dalam undang-undang di bidang hak atas kekayaan intelektual. secara legal-context masalah impelemtasi hak kekayaan intelektual tersebut belum dipayungi secara komprehensif dalam rezim pengaturan hak atas kekayaan intelektual, sehingga perlindungan hukum atas penemu/pencipta belum dilakukan secara maksimal. 4. Perlu adanya penerapan MTA (material transfer agreement) karena memuat aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh penerima materi, seperti misalnya hanya untuk kegiatan penelitian, bukan untuk tujuan komersial. Demikian juga bila materi yang akan dikirim atau dipertukarkan mempunyai potensi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Selain itu, para peneliti asing yang ingin mengeksplorasi keanekaragaman hayati di Indonesia, wajib melaporkan dirinya ke Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai "scientific authority", guna memenuhi prosedur yang telah ditetapkan. 5. Konservasi platma nutfah dengan memperhatikan penyimpanannya. Metode konservasi sumber daya genetik secara luas terbagi menjadi dua yaitu secara insitu dan ex situ. - Konservasi in situ memungkinkan karakterisasi dan evaluasi tanaman serta memudahkan program persilangan melaui persediaan bunga atau serbuk sari secara cepat. Selain itu proses reproduksi secara klonal dapat mempertahankan kemasan genetik (turn to type) materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan punah, terutama di negara berkembang yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti hama penyakit, iklim yang ekstrim, konsumsi benih yang diperuntuhkan bagi musim tanam berikutnya oleh petani akibat bencana kelaparan/panen yang gagal, kebakaran hutan, konflik sosial, serta perubahan pemanfaatan lahan yang tadinya untuk plasma nutfah. - Konservasi ex situ bertujuan untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal sehingga penyimpanan platma nutfah dapat dipertahankan dengan menekan proses metabolisme pada tingkat yang sangat mini. Flora Fauna yang dilindungi dari 5 Pulau di Indonesia 1. Jawa Flora : Gandaria (Bouea macrophylla), Kelumpang (Sterculia foetida), Edelweis (Anaphalis javanica), Sawo Kecik (Manilkara kauki), Kepel (Stelechocarpus burahol). Fauna : Owa Jawa (Hylobates moloch), Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), Surili (Presbytis mitrata), Macan tutul (Panthera pardus), Elang jawa (Nisaetus bartelsi), Kancil jawa (Tragulus javanicus) 2. Kalimantan Flora : Mangga Kasturi (Mangifera casturi ), Tengkawang Tungkul (Shorea macrophylla), Tenggaring (Nephelium mutabile), Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata). Fauna : Bekantan (Nasalis larvatus), Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), Kucing Merah (Pardofelis badia), Surili berkepala putih (Presbytis frontata). 3. Sulawesi Flora : Kayu Hitam (Diospyros celebica), Kayu Kuning (Cladrastis kentukea) Kayu Bayam (Intsia bijuga), Kalapi (Calappia celebica), Jelutung (Dyera costulata) Fauna : Anoa Dataran Rendah (Bubalus depresicornis), Monyet hitam (Macaca ochreata), Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra) Kus-Kus (Ailurops ursinus) , Rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix), Maleo (Macrocephalon maleo), Kura- Kura berleher Ular (Chelodina mccordi). 4. Papua Flora : Buah Merah (Pandanus conoideus), Matoa (Pometia pinnata), Bintangur (Callophyllum), Sarang Semut (Myrmecodia pendans), Anggrek Stuberi (Dendrobium lasianthera), Anggrek Lelemuku (Dendrobium phalaenopsis). Fauna : Nuri Kepala Hitam (Lorius domichella), Kanguru Pohon (Dendrolagus sp), Kakatua Raja (Probosciger atterimus), Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor). 5. Sumatera Flora : Anggrek Hartinah (Cymbidium hartinahianum), Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum), Kantong Semar (Nepenthes sp), Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldii) Fauna : Beo Nias (Gracula robusta), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Orangutan Sumatra (Pongo abelii), Monyet Kedih (Presbytis thomasi)