lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila
penularannya didapat ketika berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang terjadi di
rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang
terjadi pada pekerja di rumah sakit.
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan di
negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi nosokomial termasuk salah satu
penyebab terbesar kematian pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke
unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi
nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang
perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit juga semakin
meningkatkan risiko terkena penyakit nosokomial.
Analisis urine dan USG saluran kemih untuk mendeteksi terjadinya infeksi saluran
kemih.
Foto Rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia.
Endokarditis.
Gagal ginjal.
Sepsis.
Cuci tangan. Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk
berpindah. Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit
untuk mencuci tangan dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang
penting untuk melakukan cuci tangan:
o Sebelum memegang pasien.
o Sebelum melakukan prosedur kepada pasien.
o Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses).
o Setelah menyentuh pasien.
o Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit. Kebersihan lingkungan rumah sakit
dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan
cairan pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai dan
2 minggu sekali untuk dinding.
Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada
tubuh seperti alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis
lainnya sesuai dengan indikasi (tepat guna).
Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk
ditempatkan di ruang isolasi.
Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting
untuk mengikuti SOP setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung
standar seperti sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain yang dianjurkan.
a. Penularan secara kontak Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung,
kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan
infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila
penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena
benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi
peralatan medis oleh mikroorganisme .
b. Penularan melalui common vehicle Penularan ini melalui benda mati yang telah
terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra
vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya .
. c. Penularan melalui udara dan inhalasi Penularan ini terjadi bila mikroorganisme
mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak
yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat
dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu yang 10 dapat menyebar jauh
(Staphylococcus) dan tuberkulosis .
d. Penularan dengan perantara vektor Penularan ini dapat terjadi secara eksternal
maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan
secara mekanis dari mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya
shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme
masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia
pestis pada ginjal (flea) .
: 1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda
klinik dari infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
. 4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi sebelumnya.
5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti
infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu
yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial.
6. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan
kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk bakteri
tidak termasuk infeksi nosokomial.
7. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-
tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut
dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
8. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga / pengunjung
tidak termasuk infeksi nosokomial.
.1. Faktor Ekstrinsik Terjadinya Infeksi Nosokomial Menurut Darmadi dan Trilla
selain faktor ekstrinsik yang telah dijabarkan, terdapat faktor-faktor lain yang juga
berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial, faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang ada pada diri penderita (faktor intrinsik) seperti umur, jenis
kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain
yang menyertai penyakit dasar (multipatologi) beserta komplikasinya.
Faktor-faktor ini merupakan presdiposisi.
. Penularan langsung : melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga /
pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfusi
darah.
maka penyebab infeksi nosokomial yang paling sering dilaporkan adalah tindakan
invasif melalui penggunaan berbagai instrumen medis . Tahap kedua adalah upaya
dari mikroba patogen untuk menginvasi ke jaringan / organ penjamu (pasien)
dengan cara mencari akses masuk seperti adanya kerusakan / lesi kulit atau
mukosa dari rongga hidung, mulut, orifisium uretra, dan sebagainya. Tahap ketiga
adalah mikroba patogen berkembang biak (melakukan multiplikasi) disertai
dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan
dari penjamu. Akibatnya terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan
morfologis dan gangguan fisiologis jaringan. Reaksi infeksi yang terjadi pada
penjamu disebabkan adanya sifat spesifik dari mikroba patogen tersebut, yaitu :
Faktor peralatan medis seperti perlakuan pada fase sebelumnya dimana faktor
pembersihan sangat penting dalam proses disinfeksi agar berlangsung optimal.
Beban kandungan materi organik pada peralatan mempengaruhi beban kerja
disinfektan karena ada materi organik yang mengikat zat disinfektan. Struktur
fisik yang rata atau rumit mempengaruhi kerja disinfektanan yang baik .
3.staphylococcus saprophyticus
Pasien dengan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh S. saprophyticus biasanya
hadir dengan sistitis simtomatik. Gejalanya meliputi sensasi terbakar ketika buang air
kecil, keinginan buang air kecil lebih sering dari biasanya, 'efek menetes' setelah buang
air kecil, kandung kemih lemah, perasaan kembung dengan nyeri pisau tajam di perut
bagian bawah di sekitar kandung kemih dan daerah ovarium, dan pisau cukur. seperti
rasa sakit saat berhubungan seksual. Nyeri panggul telah dicatat dan dapat dikacaukan
dengan gejala batu ginjal. Tanda dan gejala keterlibatan ginjal juga sering didaftar. [7]
4 .streptococcus
Infeksi Streptococcus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus. Bakteri
Streptococcus terbagi menjadi dua tipe, yakni tipe A dan tipe B. Bakteri ini pada dasarnya
merupakan jenis bakteri yang dapat hidup dan tumbuh di tubuh manusia, serta tidak
menimbulkan penyakit yang serius. Namun, pada keadaan tertentu, bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi yang menimbulkan gejala, mulai dari ringan hingga serius.
5. Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat
yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.[1] Secara sederhana, Salmonella
ialah kelompok bakteri yang menyebabkan tifus dan juga menyebabkan makanan menjadi
beracun. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen
sulfida.[2] Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun
sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang
pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
6. shigella sp
Shiigella merupakan kuman patogen manusia dan jarang-jarang dipencilkan dari hawan-
hewan yang termasuk dalam tribe escherichine bersama genus esherichia, dan merupakan
kuman yang berbentuk batang gram-negatif ramping.
2 .Staphylococcus epidermidis
adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat
menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah). Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa manusia. Infeksi S.
epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah
sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi
nosokomial).] Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas
rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika), bayi yang
baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu lama.
3. Staphylococcus saprophyticus
Pasien dengan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh S. saprophyticus biasanya
hadir dengan sistitis simtomatik. Gejalanya meliputi sensasi terbakar ketika buang air kecil,
keinginan buang air kecil lebih sering dari biasanya, 'efek menetes' setelah buang air kecil,
kandung kemih lemah, perasaan kembung dengan nyeri pisau tajam di perut bagian bawah di
sekitar kandung kemih dan daerah ovarium, dan pisau cukur. seperti rasa sakit saat
berhubungan seksual. Nyeri panggul telah dicatat dan dapat dikacaukan dengan gejala batu
ginjal. Tanda dan gejala keterlibatan ginjal juga sering didaftar.
4 . Streptococcus