Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERAN PERAWAT PALIATIF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Palliative Care

Dibimbing oleh :

Ns. Luluk , S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :

Dewi Murdah NIngrum (1701090474)

Shinta Wahyu Hartanti (1701090480)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Peran
Perawat Paliatif”.

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak Program Studi S1- Keperawatan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Ns. Luluk , S.Kep,M.Kes yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Malang, 15 September 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien yang
mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah ada atau tidak ada
harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat dan juga
tidak sebaliknya perkembangan penyakit. Perawatan paliatif merupakan bagian penting
dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakuakan secara sederhana sering kali
prioritas utama adalah kulitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Namun saat
ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit
yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan
tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang
terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis
tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium
lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5)

Karena pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien paliatif


care, maka masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi
terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan
pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual
dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa
setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5).

Sedangkan saat ini hanya beberapa rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 6 (enam) ibu kota propinsi yaitudimulai
pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo

3
(Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).. Keadaan sarana
pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki
hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana
pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif. (KEPMENKES
RI NOMOR: 812, 2007).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007


tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya
jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak
seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic
fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit
infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Oleh sebab itu, penulis membahas tentang ruang lingkup perawatan paliatif care karena
pelayanan kesehatan di Indonesia terutama perawat belum menyentuh kebutuhan pasien
dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, atau penyakit yang termasuk dalam
lingkup perawatan paliatif.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari perawatanpaliatif ?
2. Apa tujuan dan sasaran kebijakan paliatif ?
3. Apa saja yang termasuk dalam lingkup kegiatan perawatan paliatif ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari paliatif care.
2. Menjelaskan tujuan dan sasaran kebijakan paliatif.
3. Menyebutkan yang termasuk dalam lingkup kegiatan perawatan paliatif.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1) Bagi Penulis
Penulisdapat meningkatkan pemahaman mengenai perawatan paliatif dan peran
perawat pada perawatan paliatif.
2) Bagi Pembaca

4
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perawatan paliatif dan
peran peran pada perawatan paliatif sehingga dapat diterima dan diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
3) Bagi Institusi
Dapat dijadikan tambahan pustakadan referensi untuk penelitian selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007). Menurut
KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien
yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai
yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Definisi Perawatan paliatif telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO
pada 1990 perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas Perawatan Paliatif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya
sudah tidak respossif terhadap pengobatankuratif. Artinya sudah tidak dapat
disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisiPerawatan Paliatif menurut
WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.
Perawatanpaliatifadalah system perawatanterpadu yang
meningkatkankualitashidup, denganmeringankannyerisertapenderitaan yang lain,
memberikandukungan spiritual danpsikososialmulaisaat diagnose
ditegakkansampaiakhirhidupdandukunganterhadapkeluargadalam masa dukacita.(
World Health Organization – WHO, 2005 ).
Berdasarkandefinisi yang sudah dijabarkan di atas, kami berpendapat bahwa
paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkansampai akhir hayat. Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisadisembuhkan atau tidak,
mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu.Perawatan Paliatif tidak
berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan denganmemberikan
dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.

6
2.2 Tujuan dan sasaran kebijakan
Tujuan umum kebijakan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup yang
seoptimal mungkin bagi penderita dan keluarganya. Yang artinya meningkatkan
kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak
mempercepat fatau menunda kematian, menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain
yang menganggu, menjaga keseimbangan psikososial dan spiritual, berusaha agar
penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya serta berusaha membantu duka . Sasaran
kebijakan pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota
keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada
di seluruh Indonesia. Untuk pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya. Sedangkan Institusi-institusi terkait,
misalnya:Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota, Rumah Sakit
pemerintah dan swasta, Puskesmas, Rumah perawatan/hospis, Fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta lain. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
2.3 Lingkup kegiatan perawatan paliatif
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
1. Penatalaksanaan nyeri
a. Kaji tingkat nyeri pasien dengan observasi rasa nyeri dan komunikasi
dengan pasien, minta pasien menetapkan rentang intensitas nyeri pada skala
1-10 ( 1 tidaknyeri 10 nyerihebat )
b. Bantu pasien bila rasa nyeri tiba-tiba muncul, berikan privacy pada pasien
selama nyeri muncul dan tenangkan pasien dengan posisi yang
menyenangkan bagi pasien.
c. Ajarkan dan bantu tekhnik penghilang nyeri non invansive seperti
perubahan posisi, latihan relaksasi, dorong aktifitas pengalihan seperti
kunjungan keluarga, hubungan telepon, keterlibatan perawatan diri serta
terapi music.
d. Berikan terapi obat nyeri sesuai dengan program medis.
e. Kolaborasi dengan medis untuk terapi nyeri sesuai dengan kebutuhan
pasien.
2. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
Contoh keluhan fisik lain , yaitu :

7
a. Gangguan rasa nyaman : Beri terapi kompres hangat, beri minum hangat
sedikit tapi sering, jelaskan pada pasien dan keluarga pentingnya nutrisi
bagi tubuh.
b. Gangguan mobilitas fisik : Jelaskan perlunya meningkatkan mobilitas ke
tinggkat lebih maksimal yang dapat ditoleransi dan menguraikan bahaya
immobilitas, banntu pasien melakukan latihan gerakan dengan perlahan-
lahan.
3. Asuhan keperawatan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pelayanan asuhan keperawatan
pada pasien paliatif bersifat bio-psiko-sosial-spiritual dimana pasienakan
mengalami masalah yang kompleks, terjadinya pertumbuhan sel kanker yang
cepat, terjadinya komplikasi yang menimbulkan ketidaknyamanan, nyeri, adanya
luka kanker serta perubahan fisik dan emosional.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif tidak
jauh berbeda dengan pasien umumnya, yang dimulai dengan tahap pengkajian
sampai evaluasi. Namun masalah yang terjadi pada pasien paliatif sangat
kompleks seperti nyeri, tidakdapatmemenuhikebutuhandirisendiri,
adanyalukakanker, mobilitasdansampaipadamasalahkenyataan yang
harusdihadapipasienyaitu proses kematiandanmasalahterhadapkeluarga yang
akanditinggalkanya. Pasiendankeluargaterkadangtidakdapatmenerimakeadaan
yang harusdihadapisehinggamencobamencaripengobatan alternative
sebagaiupaya lain.
Dalamhalini yang membedakan asuhan keperawatan pasienumum dengan
pasien paliatif adalah pada tahap intervensi. Pada tahap ini, tindakan keperawatan
pasien paliatif yang menjalankan pengobatan alternative yaitu :
a. Memberikan support dan pengertian terhadap kebutuhan pasien dan
keluarga tentang pengobatan alternative yang dilakukannya.
b. Memberikan beberapa bantuan nasehat sebelum mencari penghobatan
alternative, seperti mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan, manfaat
untuk pasien, kondisi pasien yang memungkinkanuntuk dilakukan
pengobatan alternative, adanya kemajuan terhadap pengobatan yang
dilakuakan.
c. Monitor eferk pengobatan alternative dan member nasehat menghentikan
pengobatan bila efeknya berbahaya untuk pasien.

8
d. Tetap melakukan pengobatan medis dan juga mengkonfirmasi kan
kemajuan dari pengobatan alternative.

Begitu juga tindakan perawatan didalam mengatasi maslah pasien dan keluarga
tentang kematian yang akan dihadapi yaitu:

1. Perawat mengggunakan pendekatan dengan mengkaji bagaimana respond an sikap


pasien serta keluarga didalam membicarakan tentang kematian.
2. Gunakan kontak mata dan sentuhan ketika menmdengarkan pasien berbicara.
3. Tidak melakukan apapun pada saat berbicara, beri waktu lebih untuk mendengar,
sikap simpati dari seorang perawat dan tidak menghakiminya.
4. Dukungan psikologis
Masalah yang timbul pada pasien kanker cenderung meningkat baik di Negara
maju ataupun Negara berkembang seperti Indonesia, angka penderitaan da n
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker sampai tingka tlanjut atau
paliatif dari data yang ada di Indonesia, dari setiap 100.000 penduduk per tahun,
Diperkirakan 60% pasien kanker dating dalam keadaan stadium lanjut, sehingga
tidak dapat disembuhkan. Disini nyata sekali peranan perawat paliatif dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif sangat besar dan focus
utama perawatan yang berpusat pada peningkatan kualitas hidup pasien

Psycho Onkologi adalah berkaitan dengan sosial, psikologis, etika dan


perilaku segi kanker. Sebagai bidang studi dan praktek medis, onkologi dan
psikologi. Ini adalah studi tentang aspek-aspek kanker yang melampai batas-batas
perawatan medis. (Ferrell & Coyle, 2007: 67).
Ini adalah semua termasuk wilayah yang bersangkutan dengan beberapa
disiplin ilmu yang berhubungan dengan onkologi bunga. Merangkul ini
pembedahan dan obat-obatan, pediatri, radioterapi, imunologi, epidemiologi,
biologi, endokrinologi, patologi, rehabilitasi obat-obatan, psikiatri dan psikologi
dan uji klinis penelitian dengan pengambilan keputusan. (Doyle, Hanks and
Macdonald, 200 :213).
Psycho Onkologi kadang-kadang disebut sebagaipsiko-onkologi social
karena minat patuh perilaku dan psikososial topik. Hal ini berkaitan dengan
pengetahuan dan pengobatan psikologis, sosial, spiritual, emosional dan aspek
fungsional kanker melalui semua tahap, dari pencegahan, penyakit grafik, sampai

9
kehilangan. Tujuan akhir psiko-onkologi adalah untuk memperbaiki, di seluruh
dunia, perawatan dan kesejahteraan pasien kanker dan keluarga mereka.( Doyle,
Hanks and Macdonald, 2003:103).
Perawatan paliatif mencakup berbagai layanan, namun tujuan jelas.
Sasarannya adalah untuk menawarkan pasien, terserang penyakit serius, terminal
atau sebaliknya, system pendukung memimpin menuju kehidupan senormal
mungkin. Ini berarti mengendalikan rasa sakit dan gejala menyedihkan lain
individu mungkin mengalami baik karena penyakit atau pengobatan yang
berkaitan dengannya. Perawatan paliatif mencakup perawatan rohani dan
psikologis. Hal ini juga berusaha untuk menawarkan system dukungan keluarga
dalam membantu individu beradaptasi dan mengatasikrisis. (Doyle, Hanks and
Macdonald, 2003 :7).
Pada intinya, perawatan paliatif adalah setiap bentuk perawatan medis atau
perawatan untuk penyakit yang berfokus pada intensitas mengurangi gejala
penyakit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan psiko-onkologi dan
perawatan paliatif berjalan sejajar satu sama lain. (Doyle, Hanks and Macdonald,
2003: 108)
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran atau masalah dan penerimaan
ekspresi kesedihan, marah.
b. Kunjungi pasien dan keluuarga sesering mungkin, gunakan sentuhan selama
interaksi dan mempertahankan kontak mata dengan pasien.
c. Dorong pasien danm keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
pengobatan, libatkan keluarga dengan seport mental.
5. Dukungan Dukungan social
Beberapa bentuk dukungan social yang bisa diberikan pada pasien paliatif, antara
lain :
a. Kunjungan yang tidak di batasi dalam rangka memulihkan hubungan dan
meminta atau memberi maaf.
b. Memberikan keluarga untuk merawat kebutuhan pasien.
c. Memberikan jaminan bagi kenyamanan pasien
6. Dukungan kultural dan spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau resiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai

10
yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai
dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan
dalam system kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan
hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup.
Adanya keputusan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda – tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan
tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur. Dan tekanan darah
meningkat.
Dalam studi yang melibatkan klien Yahudi dan Kristen, Clark et al (1991)
mengetahui bahwa system pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar
selama perawatan di rumah sakit. System pendukung berfungsi sebagai hubungan
manusia yang menghubungkan klien, perawat, dan gaya hidup klien sebelum
terjadi penyakit.Perawat paliatif dapat melakukan dukungan kultural dan spiritual
sebagai berikut :
a. Perawat menunjukkan respek terhadap kebutuhan dan nilai spiritual klien
dengan sukarela bekerjasama dengan orang lain yang memberikan
perawatan spiritual dan memudahkan pemberian pelayanan rohani dan
ritual.
b. Mengkaji fungsi keluarga dan teman yang berperan dalam hidupnya.
c. Melibatkan keluarga dalam aktifitas pendoaan
d. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk membawa symbol
keagamaan yang bermakna dapat menjadi sumber konsolidasi dan
dukungan spiritual.
7. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
Pasien paliatif bersifat bio psikososial spiritual dimana pasien akan mengalami
masalah yang kompleks, terjadinya pertumbuhan sel kanker yang cepat, terjadinya
komplikasi atau metastase yang menimbulkan ketidak nyamanan, nyeri, adanya luka
kanker serta perubahan fisik dan emosional.
Oleh sebab itu sangat perlu adanya dukungan persiapan bagi keluarga dalam
menghadapi masa duka cita. Beberapa bentuk dukungan persiapan dan selama duka
cita antaralain :
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran atau masalah dan penerimaan
ekspresi kesedihan, marah, ungkapkan halinia dalah normal.

11
2. Kunjungi pasien dan keluarga sesering mungkin, gunakan sentuhan selam
interaksi dan mempertahankan kontak mata dengan pasien.
3. Berikan penyuluhan dan informasi yang tepat, bersikaplah jujur pada pasien dan
jangan memberikan harapan palsu saat memberikan dukungan emosional.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas perawatan paliatif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya
sudah tidak respossif terhadap pengobatankuratif. Artinya sudah tidak dapat
disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.
Tujuan umum kebijakan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup yang
seoptimal mungkin bagi penderita dan keluarganya. Yang artinya meningkatkan
kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak
mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang
menganggu, menjaga keseimbangan psikososial dan spiritual, berusaha agar penderita
tetap aktif sampai akhir hayatnya serta berusaha membantu duka cita pada keluarga.
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
1. Penata laksanaan nyeri
2. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
3. Asuhan keperawatan
4. Dukungan psikologis
5. Dukungan Dukungan social
6. Dukungan kultural dan spiritual
7. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).

3.2 Saran
Perawatan paliatif merupakan perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif.Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisadisembuhkan atau tidak,
mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita itu, perawatan paliatif tidak
berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan denganmemberikan
dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.

13
Bagi seorang perawat paliatif harus mampu mengetahui lingkup perawatan
paliatif dan mampu membderi asuhan keperawatan paliatif kepada pasien paliatif sejak
stadium dini sampai lanjut sesuai dengan hak yang di inginkan pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Skill for life:Home care. Home Nursing Foundation ( 2000 ). Singapore: Editorial team c/o
Changi General Hospital.

15

Anda mungkin juga menyukai