Anda di halaman 1dari 7

Perbandingan buku Understanding dan The Motive

Virginia Limmanto / 315190006


Canniago Hermindo / 315190014
Rainy / 315190022
Riset Desain Poin ke-4

UNDERSTANDING ARCHITECTURE THROUGH DRAWING

Brian Edward, seorang arsitek, penulis, profesor, dan juga bekerja di RIBA (The Royal
Institute of British Architects) yang merupakan badan atau lembaga profesional untuk para
arsitek secara internasional, terutama di Inggris yang didirikan untuk kemajuan arsitektur, beliau
bertugas di bidang Komite Energi dan Lingkungan. Dengan gelar M.Sc (Master of Science) dari
Heriot Watt University, dan Ph.D (Doctor of Philosophy) dari  Glasgow University. Ia berfokus
sebagai seorang akademisi dan praktisi dalam desain bangunan. Sebagai seorang penulis dan
juga rekan penulis, Brian Edward sudah menulis 20 buku, ia menerbitkan studi monograf dan
tipe bangunan untuk Routledge, Pers Arsitektur, Publikasi RIBA, Wiley-Academy dan Phaidon.
Pada buku ini, Understanding Architecture Through Drawing, Brian Edward menulis tentang
keberlanjutan sejarah dan arkeologi dengan merancangnya melalui gambar dan menggambar
melalui praktek arsitektur. Beliau juga memperkenalkan teknik desain dan grafis yang bertujuan
untuk membantu desainer meningkatkan pemahaman mereka tentang bangunan dan tempat
melalui gambar, dengan menggabungkan teori desain dengan pelajaran praktis melalui gambar,
juga mendorong penggunaan buku sketsa sebagai alat yang kreatif dan kritis. Buku ini sangat
bergambar dan merupakan manual penting tentang teknik menggambar tangan bebas bagi
siswa arsitektur, arsitektur lansekap, perencanaan kota dan desa, serta desain perkotaan.

Desain merupakan tindakan awal yang penting dalam tindakan menggambar (drawing).
Untuk desainer, drawing memiliki dua fungsi, yaitu untuk merekam dan menganalisis contoh
yang telah ada dan sketsa tersebut menyediakan file media yang digunakan untuk menguji
penampilan beberapa objek yang dibayangkan.

Dalam perancangan arsitektur, drawing (gambar) dan sketsa memiliki pengertian yang
berbeda. Kata gambar dalam kbbi memiliki arti “tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan
sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya;
lukisan”. Kata drawing juga dapat diartikan sebagai berbagai coretan yang dapat menghasilkan
suatu bentuk atau wujud. Kata sketsa dalam kbbi memiliki arti “lukisan cepat (hanya garis-garis
besarnya); gambar rancangan; rengrengan; denah; bagan; pelukisan dengan kata-kata
mengenai suatu hal secara garis besar; tulisan singkat; ikhtisar ringkas; adegan pendek pada
suatu pertunjukan drama”. Kata sketsa juga dapat diartikan sebagai desain awal yang akan
menciptakan sesuatu, gambar yang hanya digambar secara garis besar dan tidak memiliki
persiapan.

Dalam dunia arsitektur, drawing merupakan peran yang wajib dilakukan saat proses
desain dan merancang karena drawing merupakan bahasa visual yang dapat mengungkapkan
suatu objek lebih banyak pesan daripada kata-kata. Hal ini juga digunakan sebagai komunikasi
visual antara arsitek dan kliennya. Drawing memiliki peran yang sangat besar dalam
memberikan ide-ide atau inspirasi sehingga suatu objek memiliki kesan yang lebih kuat lagi.
Sehingga sketsa memiliki peran yang sangat penting.
Para arsitek selalu memiliki buku sketchbook yang digunakan untuk untuk mensketsa
objek atau bangunan. Sketchbook merupakan catatan pribadi yang dapat digunakan untuk
dialog antara desainer dan subjek. Sketchbook memiliki banyak fungsi, yaitu untuk merekam
detail bangunan, untuk meneliti, dan untuk mengumpulkan rencana dan detail yang akan
dianalisis dan dipahami saat proses mendesain bangunan tersebut.   

Fungsi utama sketsa untuk arsitek, yaitu:

1. Untuk menyampaikan ide-ide desain kepada klien.

2. Untuk menganalisis lanskap kota dan menunjukkan bagaimana didesain mereka akan pas
di jalan.

3. Salah satu cara untuk mempelajari tipologi bangunan dengan menganalisis dan
menempatkan desain tersebut menjadi preseden.

Setiap designer ataupun arsitek memiliki keunikan masing-masing dalam menggunakan


sketchbook mereka. Prince Charles merupakan salah satu contoh seseorang yang
menggunakan sketchbook untuk mendeskripsikan dan memahami tempat-tempat yang ia suka.
Sketsa tersebut digunakan tidak hanya untuk mendeskripsikan sesuatu tetapi juga sebagai alat
pembelajaran.

Menerapkan freehand drawing pada sketching merupakan suatu metode untuk


memberikan bentuk dan mengekspresikan pikiran seseorang. Freehand drawing merupakan
proses drawing yang manual dengan tangan atau tidak menggunakan alat sama sekali.
Membuat sketsa dengan metode freehand drawing merupakan titik awal yang paling bagus
dalam memulai suatu desain. Setiap desainer dan arsitek memiliki ciri khas mereka masing-
masing dalam mensketsa, sehingga metode ini juga digunakan mereka dalam mempelajari
contoh-contoh yang ada sebelumnya untuk memberikan bentuk yang lebih baik lagi. Sketsa
juga memiliki hal penting lainnya, yaitu untuk sadar terhadap bentuk, garis, dan perspektif.
Tarikan garis setiap arsitek juga mencerminkan karakter dari arsitek tersebut. Metode Freehand
drawing juga harus dilatih dan dikembangkan secara rutin untuk memperjelas desain yang di
sketsa. Proses ini akan memberikan kreativitas dan melatih analisis dan logika dalam suatu
desain dan ide-ide kreatif juga akan lebih mudah dituangkan.

Ada 3 jenis utama dalam freehand drawing, yaitu:

1.  Penggambaran perspektif digunakan untuk menyampaikan ide-ide desain kepada klien
     
atau otoritas perencanaan.

2.        Untuk menyampaikan ide-ide desain kepada teknisi untuk membantu memperjelas desain
tersebut. Tipe drawing ini dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Menginvestigasi desain awal;

b. Mengeksplorasi metode konstruksi;

c. Menguji efek visual dari detail

d. Mengatur desain dalam konteks visualnya.


3.        Mengeksplorasi bangunan, detail, dan lanskap. Bentuk dan desain yang digunakan akan
dikembangkan membentuk struktur yang baru.

Edward’s menjelaskan bahwa drawing yang digunakan untuk desainer dan seniman
memiliki perbedaan walaupun digunakan oleh keduanya untuk mengembangkan ide.

1.  Drawing untuk seniman

Seniman lebih memperhatikan mark making dibandingkan gambar deskriptif. Gambar


hasil observasi mereka selalu abstrak dan eksperimental. Gambar abstrak ini
merupakan bentuk objek yang unik yang tidak kita jumpai di dunia nyata. Hasil
gambarnya tidak realistis tetapi jika diamati lebih seksama maka akan terlihat seperti
sesuatu yang unik. Hasil yang digambarkan cenderung menggunakan scraffito (tekstur),
impasto (permukaan), dan bayangan (terang dan gelap untuk memberi efek modelling).

2.  Drawing untuk desainer

Teknik penggambaran yang dilakukan oleh desainer lebih teknis yang dilakukan
berdasarkan pengamatan. Gambar yang dibuat memungkinkan mereka untuk membuat
objek yang akan dirancang dan dibangun di masa depan. Sehingga semua gambar
yang digambarkan merupakan gambar yang realistis karena

Edward’s menjelaskan bahwa memperhatikan suatu desain juga sama pentingnya


dengan mendesain sesuatu. Hal ini memberikan kesadaran kepada subjek dalam menganalisis
suatu objek dan juga mengembangkan memori visual.

Desain grafik di komputer (CAD) dapat membantu arsitek dalam memahami bentuk
konvensi yang telah dikembangkan dengan proyeksi ortografi dan gambar perspektif. Teknik
penggambaran 2D dan 3D membantu arsitek dan desainer dalam penggambaran denah,
tampak, potongan, aksonometri, dan perspektif untuk mengkomunikasikan hasil rancangan
mereka. Sketsa untuk desainer biasanya dimulai dengan konsep yang abstrak dan hal ini perlu
dianalisis lagi untuk bangunan, tempat, lanskap, dan program. Sketch tersebut tetap dimulai
dengan teknik freehand drawing dan CAD hanya digunakan untuk melengkapi penggambaran
hasil rancangan tersebut.

Edward’s mengatakan bahwa banyak dari mahasiswa arsitektur tingkat atas sekarang
tidak menerapkan metode freehand drawing pada project mereka. Mereka lebih sering
menggunakan CAD saat di semester atas. Penggunaan CAD juga diperlukan pada saat
mendesain, tetapi awal dari mendesain sebaiknya dimulai dari freehand drawing karena metode
ini akan lebih menambah kreativitas dalam mendesain. Setelah melakukan sketsa dan proses
desain, baru design tersebut dituangkan pada CAD atau pada software.

Arsitek umumnya memulai desainnya berdasarkan preseden. Bahkan, arsitek yang


terbaik juga belajar dari contoh bangunan arsitek yang lain dan dari bangunan mereka sendiri.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari bangunan arsitek lain, contohnya bentuk, material, dan
visual dari bangunan tersebut dan ide-ide tersebut dapat diterapkan dalam bangunan yang
akan mereka rancang. Contoh-contoh bangunan yang dipelajari tidak hanya dari kontemporer
tetapi juga dari sejarah.
Pada akhirnya, desain dibuat untuk memecahkan masalah. Masalah yang harus
diselesaikan bersifat fungsional, teknologi, lingkungan, dan sosial. Sketsa pertama sangat
penting karena hal itu menunjukkan bagaimana bagaimana seorang desainer berpikir. Jika
arsitek memulai sketchnya dengan potongan maka hasilnya akan berbeda jika dimulai dengan
denah.

Motive force of architecture

Sir Peter Frederic Chester Cook (1936) atau biasa dikenal Peter Cook  adalah seorang
arsitek asal Inggris, profesor, penulis. Beliau lulusan dari  Bournemouth College of Art dan
Architectural  (1953 – 1958) dan Association in London (1960) , menjadi tokoh penting dalam
dunia arsitektur selama 50 tahun. Peter Cook yang merupakan founder Archigram yang sudah
berdiri sejak tahun 1960 pernah menerima penghargaan dari Royal Gold Medal atau biasa
dikenal sebagai penghargaan tahunan arsitektur pada tahun 2004 yang diselenggarakan oleh
Royal Institute of British Architects atas nama Raja Inggris sebagai pengakuan terhadap
kontribusi besar bagi individu atau kelompok terhadap arsitektur internasional. Pada tahun
2010, ia juga menerima gelar doktor kehormatan teknologi dari Lund University,  Swedia dan
saat ini, beliau merupakan anggota senior dari Royal College of Art, London. Menjadi direktur
CRAB Studio di London bersama Gavin Robotham, yang sudah merancang bangunan untuk
Fakultas Hukum dan Gedung Administrasi Pusat baru untuk Vienna University dan the Soheil
Abedian School of Architecture for Bond University di Australia. Salah satu karya yang terkenal
dari Peter Cook yaitu, “ The Plug-In City ” yang diajukan mulai tahun 1964 sampai dengan
tahun 1974 sudah menghasilkan lebih dari 900 rancangan gambar yang sebagian besar
gambar merupakan rancangan dari Peter Cook. Pada tahun 2014, beliau merilis buku berjudul
Drawing: The Motive Force of Architecture, yang berfokus pada signifikansi kreatif dan inovatif
terhadap gambar dalam arsitektur data yang terhalang oleh penggunaan alat yang diperlukan
seperti pensil atau penggunaan program komputer tertentu, juga keadaan pikiran dan motif
untuk melintas ambang batas teknik atau gaya sebagai prioritas dari suatu ide yang ideal, yang
akan dijelaskan dalam garis-garis yang akan digambar, yang mengikutsertakan gaya atau
teknik gambar menarik karya dari beberapa arsitek, mulai dari Frank Lloyd Wright, Heath-
Robinson, Le Corbusier, Otto Wagner, Frank Gehry, Zaha Hadid, Coop Himmelb(l)au, Arata
Isozaki, Eric Owen Moss, Bernard Tschumi, Lebbeus Woods; serta karya dari Cook dan
anggota dari grup Archigram. 

Peter Cook berfokus pada signifikansi kreatif dan inovatif dari gambar arsitektur. 
Menggambar menyoroti karya tokoh-tokoh kontemporer, kunci yang melalui karya gambar
mereka, mempengaruhi jalannya pemikiran arsitektur. Peter menyatukan ini seri bab demi bab
dari esai yang secara luas memetakan gerakan maju dan perluasan menggambar leonografi,
teknik, dan metodologi. Dengan demikian ia akan bergerak dari kondisi-kondisi seperti
romantisme victoria, heroes modernis, minimalis, diagram, representasi (dan inspirasi) dari
gerakan, teknologi, dan kekuatan motif melalui gerakan dan contoh otomatisme digital.  Dengan
cara ini, munculnya dan tantangan gambar berbasis komputer vis a vis sketsa atau gambar
berbasis teknik akan dianggap sebagai perkembangan alami daripada ledakan radikal. Secara
khusus, ada banyak contoh pengembangan proyek secara bergandengan tangan dengan
menggunakan beberapa teknik.

Karya arsitektur yang paling berkesan dan yang pasti muncul pada saat sekumpulan ide
ada sebagai sebuah bentuk serangan (jawaban untuk kumpulan ide lainnya). Mungkin tidak
selalu ada korelasi khusus antara signifikansi dari gambar arsitektur yang kuat dan kelebihan
'artistik' yang melekat, jika menganggapnya dalam arti ilustratif.

Masalah yang menjengkelkan juga berkaitan dengan motif. Di sinilah terletak ribuan
momen kesal dan frustrasi di bagian dari (bahkan) yang termotivasi: ketika konsep atau
mungkin gambar dari sebuah proyek ini muncul di dalam otak seseorang, tetapi versi yang
digambar hanyalah buruk benda. Dihambat oleh teknik, dihambat oleh kecanggungan atau
terhambat karena gagasan yang dibayangkan tidak memiliki preseden nyata dalam
perumpamaan yang akrab. Sejalan dengan motif terletak hubungan antara gagasan pernyataan
dan kesesuaian yang diasumsikan sebagai pengiring visual Dapat dikatakan bahwa selama
periode di mana semua citra yang digambar, bahkan yang paling visioner, diharapkan merujuk
pada dibangun atau bentuk yang dibuat, pernyataan itu akan mendapatkan kekuatan melalui
kemungkinan gambar yang digambar. Sekarang kemungkinan besar pernyataan lisan atau
tertulis akan memiliki kekuatan yang diakui dan gambar akan diserahkan ke pendukung
wewenang. keadaan ini telah menghasilkan keinginan bawah sadar, dari pihak pembuat
gambar, untuk menjalankan bentuk yang lebih eksotis, semakin banyak penjajaran yang
provokatif, untuk menarik perhatian kita.

Seringkali perlu diperhatikan bagian-bagian dari gambar yang tidak demikian sangat
ditekankan, seperti kota sebagai latar belakang dan gelap terang. Begitu pertanyaan sampai
sejauh mana gambar-gambar kecil itu selalu dimaksudkan sebagai peran suportif yang menarik.
Jika salah satu sudah menetapkan fakta itu kesederhanaan atau ketidakteraturan yang tampak
dari sebuah sketsa bukanlah indikatornya posisi di jalur kreatif, orang harus berpendapat bahwa
spontanitas tersebut sketsa atau coretan berpotensi jauh lebih dekat dengan momen 'ide'
daripada dianggap, bagian presentasi yang dikerjakan.

Pada titik ini kita harus menghadapi kenyataan yang mengganggu bahwa gambar itu
bisa mungkin lebih baik dari kenyataan. Ini jelas tidak luput dari dunia arsitektur komersial di
mana biaya perspektif, penampakan, dan sekarang Lebih sering film fly-through dapat
menyaingi film yang akan dihabiskan untuk desain benda itu sendiri.

ANALISIS KOMPARATIF

Sebelumnya perlu diketahui tentang tiap isi dan penjelasan dari buku yang dikaji. Pada buku
"Understanding Architecture Through Drawing" , menjelaskan mengenai fungsi dari
menggambar dan pentingnya menerapkan freehand drawing dalam penggambaran. Ide desain
awal yang didapatkan tidak akan lepas dari sketsa yang harus digambar secara manual dengan
metode freehand drawing sehingga mempunyai pegangan sebelum memulai proses
perancangan. Walaupun sekarang menggambar bisa dengan menggunakan teknik digital,
namun seorang arsitek tetap harus melakukan sketsa dalam menuangkan ide desain awal dan
teknik digital sebagai pelengkap dan penyempurnaan saja.

Sketsa memiliki banyak fungsi, tetapi fungsi utamanya yaitu mendeskripsikan dan menganalisis
suatu objek atau bangunan. Peran sketsa sangat penting khususnya dalam memulai suatu ide.
Ide-ide tersebut dituangkan dalam gambar sketsa yang nantinya akan disempurnakan dalam
analisis di penggambaran sketsa tersebut.

Pada buku "Drawing: Motive Force of Architecture" menjelaskan bahwa karya arsitektur yang
baik muncul saat adanya ide sebagai sebuah bentuk serangan (jawaban bagi ide lainnya).
Berfokus pada signifikansi kreatif dan inovatif dari gambar arsitektur, menyoroti karya-karya
arsitektur tokoh kontemporer yang merupakan kunci dalam mempengaruhi jalannya pemikiran
arsitektur. Sebelum menggambar, perlu menemukan ide terlebih dahulu mengenai desain yang
akan dibuat. Ide kerap sekali datang secara spontan dan hasilnya lebih baik dan berpotensi
lebih dekat untuk menjadi desain akhir (ide yang digunakan). Sebelum menggambar dan
menentukan gambaran, juga dipengaruhi oleh keberadaan tapak. Tapak dapat mempengaruhi
ide awal yang telah didapatkan dan mempengaruhi jalannya pemikiran sehingga juga harus
diperhitungkan dalam proses perancangan.

Kembali dalam proses menggambar, terdapat dua hal yang bisa dilakukan, yaitu secara manual
maupun digital. Dalam proses menggambar ide yang terpikirkan, haruslah dimulai dengan
melakukan sketsa, namun munculnya tantangan gambar berbasis komputer (digital) atau
gambar berbasis teknik akan dianggap sebagai perkembangan alami daripada suatu ledakan
radikal. Secara khusus, ada banyak contoh pengembangan proyek secara bergandengan
tangan dengan menggunakan beberapa teknik.

Persamaan antara Buku "Understanding Architecture Through Drawing" dengan Buku


"Drawing: Motive Force of Architecture" yaitu kedua buku sama-sama menekankan bahwa perlu
dilakukannya penggambaran ide yang didapatkan ke dalam bentuk sketsa (secara manual). Hal
tersebut penting untuk dilakukan karena menunjukkan cara berpikir orang tersebut dalam
memikirkan suatu ide desain dan meningkatkan kreativitas dalam mendesain. Ide yang
terpikirkan secara spontan (tidak terencana) juga berpotensi untuk menjadi ide baik yang akan
dikembangkan. Menggambar dengan sketsa juga dapat mempermudah arsitek dalam
menuangkan ide-idenya yang tidak bisa dituangkan dengan kata-kata. Juga dengan freehand
drawing tidak hanya meningkatkan pemahaman seluk-beluk arsitektur modern tetapi juga
membantu menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi, melalui pengembangan kepekaan
visual dan artistik. Dengan adanya sketsa, memungkinkan kritik ekstra terhadap lokasi,
pemikiran di balik proposal; analisis dan pemahaman bawah sadar dari sebuah bangunan; dan
kepekaan visual dan kesadaran akan ruang dan tempat. Selain itu, kedua buku juga
menjelaskan bahwa arsitek umumnya memulai desainnya berdasarkan preseden atau dengan
melihat kembali karya-karya arsitektur lain. Banyak hal yang bisa dipelajari dari bangunan
arsitek lain, contohnya bentuk, material, dan visual dari bangunan tersebut dan ide-ide tersebut
dapat diterapkan dalam bangunan yang akan mereka rancang. Karena bagi para Arsitek,
menggambar merupakan proses berpikir dalam memulai suatu ide rancangan. 

Perbedaan antara Buku "Understanding Architecture Through Drawing" dengan Buku "Drawing:
Motive Force of Architecture" yaitu penggunaan digital dalam penggambaran. Pada buku yang
ditulis oleh Peter Cook, gambar-gambar yang dihasilkan merupakan gabungan dari gambar
manual (sketsa) dan media digital (CAD). Penggunaan media digital banyak digunakan oleh
desainer karena keterbatasan teknik yang dikuasai. Hasil bangunan yang digambarkan secara
sketsa dan bangunan yang asli memiliki perbedaan yang signifikan. Sehingga banyak yang
menggunakan penggambaran digital dalam presentasi mereka. Sedangkan dalam buku yang
ditulis oleh Brian Edward lebih menekankan pada sketsa dan analisis pada bangunan yang
digambar juga dilakukan secara manual. penggunaan sketsa secara manual akan lebih mudah
menuangkan ide-idenya dan penjelasan analisisnya juga akan lebih mudah dimengerti oleh
orang lain dibandingkan dengan menggunakan penggambaran digital, sehingga teknik-teknik
penggambaran harus dikuasai dan dilatih terus-menerus dan tidak dibatasi oleh perkembangan
teknologi. Alasan lain mengapa harus menggunakan sketsa karena penggunaan media digital
akan menurunkan teknik-teknik penggambaran. Misal pada Buku “Understanding Architecture
Through Drawing” lebih mencakup teknik penggambaran isometrik dan aksonometrik menjadi
mode tiga dimensi (di kalangan Inggris - terutama proyeksi aksonometrik karya James Stirling
yang menjadi gambar referensial tahun 1960-an dan 1970-an). Selain itu, pada buku
"Understanding Architecture Through Drawing" hanya menekankan pada sketsa atau
penggambaran yang dilakukan karena terpikirkannya suatu ide untuk memulai proses
mendesain, sedangkan untuk buku "Drawing: Motive Force of Architecture" tidak hanya
menjelaskan tentang penggambaran dan karya arsitektur yang dimulai dengan pencarian ide,
tetapi juga dipengaruhi dengan keberadaan tapak yang tersedia tergantung dengan situasi dan
kondisi yang ada. Dan pada buku  "Understanding Architecture Through Drawing" mencakup
tentang perspektif, garis dan bayangan, dan komposisi dibahas. Teori menggambar dan sejarah
digabungkan dan diilustrasikan dengan sketsa yang sesuai. Sebuah studi tentang bagaimana
mengubah sketsa menjadi rencana dan subjek investigasi dokumenter ditulis untuk membantu
siswa yang ingin meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam ukuran yang sama.

Anda mungkin juga menyukai