Anda di halaman 1dari 13

Nama : Gabriella Baptista Varani

NIM : 315190015

TABEL SINTESIS 1

Nama Jurnal, Penulis, Sense of Place and Place Identity, Shukran Qazimi, 2014.
Tahun
Pertanyaan / Fokus Arti tempat dalam psikolog lingkungan dan apa dampak khususnya pada
Penelitian identitas seseorang
Hubungan antara tempat dengan identitas
Metode Penelitian Studi pustaka melalui pengumpulan data dari sumber bacaan literatur dan
metode deskriptif untuk pemaparan atau penggambaran objek secara tepat
Teori Teori Identitas Tempat;
Kemelekatan tempat adalah bagian dari identitas. Identitas berkembang
ketika seseorang dapat membedakan dirinya dengan orang lain ketika
tumbuh dalam suatu lingkungan dan perlahan, seseorang dan tempat akan
memiliki keterkaitan.
Teori Identitas sosiaL;
Pengetahuan individu tentang kepemilikan sosial tertentu, serta emosi dan
nilai didalamnya. Menggambarkan prediksi perilaku antar individu atas
dasar perbedaam.
Teori Proses Identitas;
Berfokus pada tiga proses dasar: pikiran, tindakan, dan pengaruh yang saling
berhubungan. Proses tersebut mencakup identitas pribadi dan sosial, nilai
negatif-positif.
Solusi/ Hasil Penelitian Frasa tempat pertamanya diartikan sebagai “lokasi”, kemudian berubah
menjadi “tempat untuk tinggal” yang mengacu kepada tempat sebagai
rumah, tempat tinggal, dan persepsi lainnya mengenai arsitektur.
Pengertian tempat oleh beberapa orang akan terkesan eksklusif, menurut
cara orang merasakan, mengalami, atau mengekspresikan tempat mereka
tinggal. Suatu tempat dapat membangun hubungan dengan seseorang.
Tempat akan menjadi bagian dari seseorang dan membentuk identitasnya.
Sebuah tempat dapat menciptakan dan mengembangkan hubungan yang
kuat dengan manusia dan mengkategorikan atau mengklasifikasikan dirinya
dengan cara tertentu. Proses ini disebut juga dengan kategorisasi diri. Sense
of place lebih dari sekedar perasaan satu orang akan suatu tempat, tidak
hanya seorang individu tetapi juga kelompok sosial. Untuk bisa merasakan
suatu tempat, orang perlu menjadi bagian dari tempat tersebut. Bisa dalam
skala domestik (rumah/kamar), skala lokal (penduduk desa dan komunitas
lokal), dan skala regional (melewati benua). Rasa keterikatan / perasaan
akan suatu tempat bisa bermulai dari pendudukan wilayah untuk kebutuhan
hidup. Ada juga keterikatan / rasa pada tempat yang mengacu pada ikatan
yang dikembangkan oleh orang itu sendiri dengan tempatnya melalui
keterlibatan emosi dan indra tempat.

TABEL SINTESIS 2

Nama Jurnal, Penulis, Sense of Place: an Empirical Meassurement, Shmuel Shamai, 1991.
Tahun
Pertanyaan / Fokus Konsep atau pengertian mengenai identitas tempat.
Penelitian Keterkaitan kesetiaan tempat antara 3 tingkatan tempat (kota metro,
provinsi dan negara).
Apa hubungan masing-masing level tingkatan sense of place dan
pengaruhnya ke sekolah.
Metode Penelitian Studi pustaka dengan pengumpulan literatur, penelitian kuantitatif dengan
melakukan survey lapangan dan observasi dengan responden.
Teori Sense of Place;
Ada dua acara pemahaman tempat, melalui orientasi deskriptif,
mendeskripsikan tempat melalui pengalaman pribadi, buku harian, karya
seni, puisi atau novel akan suatu tempat dan melalui orientasi filosofis, yang
menggabungkan pemaparan deskriptif, tetapi juga menyelidik konsep
(lanskap, lokasi, dan pengalam pribadi)
Empat tingkat sense of place menurut Shamai dan Kellerman:
(1) Tidak ada sense of place, (2) sadar/mengetahui suatu tempat, (3)
kepemilikan akan suatu tempat, (4) kemelekatan akan suatu tempat
Solusi/ Hasil Penelitian Skala dapat memberikan sebuah metode untuk mengukur pengertian
tempat. Dengan demikian, pengertian tempat adalah: perasaan, sikap dan
perilaku terhadap suatu tempat yang bervariasi antar orang. Indra tempat
terdiri dari pengetahuan, kepemilikan, keterikatan. Rasa tempat terletak
pada indra pengamat dan pikiran. Penskalaan dipakai untuk memudahkan
menemukan konsep akan tempat. Secara keseluruhan ada 7 tingkat / level,
yaitu (0) tidak tahu suatu tempat, (1) tahu/sadar akan suatu tempat, (2)
memiliki suatu tempat, (3) kemelekatan akan suatu tempat, (4) mampu
mengidentifikasi tujuan suatu tempat, (5) keterlibatan dengan tempat, (6)
berkorban akan suatu tempat. Namun dalam kenyatannya, tidak semua
aspek relevan untuk digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini,
pengertian tempat diuji terkait dengan kota – Toronto, provinsi – Ontario
dan negara – Kanada. Level yang dipakai hanya “memiliki suatu tempat”,
“keterikatan akan suatu tempat” dan “komitmen ke suatu tempat” dan diuji
berkaitan dengan “pengaruh sekolah’ yang ternyata berkaitan dengan
fenomena ini. Hasil dari pilihan responden mengenai indra kesetian dalam
kota berkaitan dengan Toronto, Ontario, dan Kanada, memiliki hasil
hubungan positif antara masing-masing variabel. Hubungan antara masing-
masing tempat kuat. Tidak ada tempat yang tingkatannya jauh lebih rendah.
Kesetiaan akan suatu tempat tidak perlu kontradiktif dan bahkan mungkin
memperkuat identitas masing-masing tempat. Sekolah Yahudi memiliki
koefisien postif dengan tiga variabel tingkatan tempat. Beda tingkat
intensitas sense of place dipengaruhi oleh nilai individu dan sosial, yang
nantinya akan mempengaruhi nilai, sikap dan yang lebih penting, perilaku
individu dengan masyarakat.

TABEL SINTESIS 3

Nama Jurnal, Penulis, Identifikasi Aspek Sense of Place Kawasan Bersejarah Berdasarkan
Tahun Preferensi Pengunjung (Studi Kasus: Kawasan Sagan, Yogyakarta), Sidhi
Pramudtio, Yanuarius Benny Kristiawan, Yustina Banon Wismarani, Fabiola
Chrisma Kirana Analisa, 2020.
Pertanyaan / Fokus Preferensi pengunjung dan kaitannya dengan sense of place kawasan yang
Penelitian diteliti.
Metode Penelitian Dilakukan secara kualitatif dan bersifat eksplorastif dan menggunakan
pendekatan grounded theory, suatu peneltian kualitatif yang dilakukan
untuk menyusun teori tentang proses, kegiatan atau interaksi antara orang
dan lingkungan fisik/sosial yang bersumber pada perspektif partisipan.
Teori Sense of place merupakan suatu hubungan timbal balik antara manusia
dengan suatu tempat jika sikap yang ditunjukkan oleh manusia memiliki
hubungan keterlibatan akan suatu tempat (Shamai, 1999). Unsur
pembentuk sense of place berasal dari 3 hal yaitu aktivtias, pemalnaan dan
lingkungan binaan.
Solusi/ Hasil Penelitian Responden yang digunakan adalah mahasiswa Program studi Arsitektur dan
berhasil mengumpulkan 100 responden dari total 150 mahasiswa. Data
tersebut merupakan hasil jawaban responden atas kuisioner yang
disebarkan saat kegiatan sketsa berlangsung di daerah Sagan. Responden
diminta mengisi berdasarkan apa yang dialami dan rasakan ketika
berkunjung ke Sagan. Kesimpulan analisis yang telah dilakukan bahwa masih
ditemukan setting fisik di kawan Sagan di masa lampau yang bisa dirasakan
oleh pengunjung turis sebagai sense of place yaitu penataan ruang yang
sederhana, pengolahan bentuk massa, peralihan warna dan konsep baru,
serta penataan vegetasi. Berdasarkan data yang diperoleh, pengunjung
(turis) kawasan Sagan masa kini cenderung memilih untuk datang pada
obyek-obyek yang memiliki fungsi sebagai fasilitas interaksi sosial, fasilitas
kuliner, fasilitas kebugaran dan fasilitas hospitality. Untuk pengunjung
(responden) yang merupakan mahasiswa cenderung mencari obyek yang
dapat memberikan suasana rileks, interaktif, sejuk dan asri sebagai bentuk
respon kepadatan mereka. Sudut pandang pengunjung (turis) perlu
diperhatikan untuk memperkaya aspek dalam mewujudkan sense of place
di masa sekarang. Dengan memperhatikan / mempertimbangkan sudut
pandang dari pengunjung, diharapkan mampu membantu perencana
kota/kawasan untuk mengidentifikasi pilihan aspek yang diminati
pengunjung sehingga mendorong terwujudna perencanaan yang berbasis
partisipasi masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa sense of place tidak hanya
dapat terbentuk dengan mempertahankan setting fisiknya saja tetapi juga
perlu mempertimbangkan preferensi manusia yang berperan di dalamnya.

Hasil sintesis ke-3 jurnal tersebut:

Ketiga jurnal sama-sama membahas mengenai sense of place. Sebuah perasaan yang timbul
terhadap kota. Sense of place pertama-tama berkaitan dengan tempat. Tempat diartikan sederhana
sebagai tempat untuk tinggal, yang mengacu pada rumah, tempat tinggal atau tempat berkumpul. Sense
of place bisa timbul dari keterkaitan seseorang terhadap tempatnya tinggal. Suatu tempat bisa
memberikan ciri atau karakteristik bagi orang tersebut sehingga membentuk suatu identitas yang akan
berbeda-beda untuk orang disemua tempat. Proses ini disebut juga dengan pengkategorisasian diri.
Pemberian identitas akan selalu berkembang. Sense of place bukan hanya sekedar perasaan satu orang
tentang tempat tersebut. Untuk bisa merasakan suatu tempat, seseorang perlu merasa menjadi bagian
dari tempat tersebut. Untuk memahami suatu pemahaman pengertian akan tempat bisa dilakukan secara
deskriptif, melalui pengalaman pribadi, dituangkan menjadi karya tulis atau karya seni. Bisa juga secara
filosofis, gabungan cara deskriptif dengan mencoba menyelidiki konsep itu, memeriksa lanskap, lokasi dan
pengalaman pribadi. Pemahaman melalui deskriptif dianggap lebih efektif. Adanya keterikatan antara
orang dengan tempat akan memunculkan tingkatan-tingkatan atau level untuk memahami suatu tempat,
dimulai dari tingkat yang paling dasar adalah tidak memiliki sense of place sampai tingkat paling tinggi
yaitu memiliki komitmen akan suatu tempat. Untuk menciptakan rasa dan keterikatan tempat, lagi-lagi
seseorang harus memiliki pengalaman yang panjang dan mendalam akan suatu tempat. Pendeknya,
seseorang benar-benar terlibat dan menetap disuatu tempat. Penskalaan atau pembagian tingkatan/level
dalam pemahaman tempat tidak seluruhnya relevan disuatu tempat. Sense of place juga berkaitan dengan
manusianya untuk perkembangan tempat tertentu. Mempertimbangkan sudut pandang
manusia/pengunjung akan suatu tempat akan semakin membentuk rasa yang dihasilkan dari suatu
tempat, selain itu juga akan membantu perencana untuk mengidentifikasi pilihan aspek apa saja yang
diminati oleh sekelompok orang disuatu lokasi sehingga mendorong terwujudnya kawasan yang berbasis
partisipasi masyarakat. Dalam memahami sense of place, akan selalu berkaitan dengan manusia karena
dalam jangka waktu dan keterlibatan yang lama akan ada hubungan atau keterikatan manusia dan
tempat.
Nama : Rainy

NIM : 315190022

Mata Kuliah : Psikologi Arsitektur

TABEL SINTESIS JURNAL 1 (INTERNASIONAL)

Judul Jurnal, Defining Distinctiveness Aspect of Place Identity in Urban Heritage Tourism
Penulis, Tahun (Mendefinisikan Aspek Ciri Khas Identitas sebuah Tempat Warisan Kota
Pariwisata), Nurlisa Ginting & Julaihi Wahid, 2016.
Fokus Penelitian Untuk meniliti ciri khas sebagai salah satu aspek identitas sebuah tempat
wilayah warisan kota wisata yang dapat digunakan sebagai evaluasi dan
indikator untuk perencanaan masa depan, sehingga citra identitas sebuah
tempat yang dimaksud (Kota Medan, Indonesia) tidak akan rusak sebagai wisata
warisan perkotaan, yang juga dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk
maupun pengunjung. (Maimoon Area, Kesawan Area, Merdeke Square)
Metodelogi Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang ditingkatkan
Penelitian dengan kuantitatif yang bertujuan untuk memeriksa persepsi responden;
penduduk dan wisatawan.
Teori Identity of place, merupakan hal yang ditentukan dari elemen fisik, makna, dan
asosiasi yang kembangkan diantara manusia dan tempat. (Wang & Xu, 2015)
Spirit of place, merupakan karakter tempat yang berperan sebagai cerminan
citra daerah sebuah kota (Mutfianti, 2013). Citra dan karakter yang dimaksud
adalah identitas, struktur, dan makna yang diperlukan yang menghubungkan
antara orang dan objek termasuk makna emosional yang terkait. (Lynch, 1960)
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian responden mengenali
keberadaan bangunan setiap cagar budaya pada area-area yang dimaksud
dalam penelitian, sangat menarik, sehingga dapat menyatakan bahwa identitas
sebuah tempat merupakan subkultur dari sekolompok orang yang
mengekspresikan kehidupan mereka pada lingkungannya dengan keunikannya
masing-masing pada setiap bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur yang
bervariasi. Jadi, kecenderungan untuk memodifikasi fasad dan membangun
bangunan modern yang kontras di lingkungan sekitarnya terkadang
menghancurkan citra bangunan bersejarah dan persepsi orang. Dalam hal ini,
penduduk setempat maupun pemerintah harus tetap mengupayakan dan
melestarikan wisata warisan budaya sebagai cerminan karakter dan identitas
kota Medan.
TABEL SINTESIS JURNAL 2

Judul Jurnal, Geriten Karo Sebagai Pembentuk Identitas Tempat, Devin Defriza Harisdani &
Penulis, Tahun Dwi Lindarto, 2019.
Fokus Penelitian Untuk mengungkapkan pengetahuan arsitektur daerah yang akan mengkayakan
khasanah pengetahuan indigenous arsitektur daerah di Indonesia sebagai
materi dalam upaya mewujudkan arsitektur yang berjati diri dan bagaimanakah
arsitektur (bentukan tempat) mampu tampil sebagai suatu identitas lokal
menggubah keterikatan seseorang dengan tempat.
Metodelogi Metodelogi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan
Penelitian observasi langsung ke wilayah dan individu yang berhubungan dengan tujuan
penelitian untuk mendapatkan data.
Teori Identity of place, yang dimaknai sebagai unsur yang menjadikan sebuah tempat
ter-identifikasi dengan baik juga membentuk keterikatan suatu tempat dengan
pengamat sebagai suata place attachment, dasar multi dimensi konsep
pengorganisasian tripartite antara manusia, proses psikologi, dan dimensi
tempat. (Scannel, 2009)
Architecture transformation, tindakan transformasi dalam keragaman fungsi
sebagai bangunan pemerintahan diatas dilakukan dalam upaya membangun
distinctiveness sebagai penguat persepsi terhadap keunikan dan penandaan
tempat atau objek pemerintahan, yang bersifat formil dengan distinctiveness,
kebedaan objek lain pada kawasan sekitarnya. Identitas bentuk fisik arsitektur
Geriten dipakai sebagai simbol pemerintahan/kekuasaan yang terjadi menjadi
sebuah similarity, kesamaan untuk melegitimasikan kekuasaan (Barliana &
Cahyani, 2011).
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arsitektur Gratien Karo dalam
pemanfaatannya sebagai elemen arsitektural yang dikreasikan sebagai desain
arsitektur terkini, menunjukkan bahwa unsur artifisial bentuk berupa
penguatan pembentukan landmark (penanda tempat) melalui olahan tatanan
rhythm perulangan, olahan vista, peninggian letak, ungkapan focal point.
Bentuk ayo dengan tampang empat muka mampu tampil sebagai pembentuk
identitas Karo yang kuat dalam transformasi bentuk dan proporsi yang beragam
namun tetap dapat menampilkan nuansa ke-Karo-an yang kental. Unsur bentuk
atap Geriten dengan keragaman variasinya pantas dilestarikan dan dikuatkan
sebagai unsur arsitektur pembentuk identitas tempat yang berjati diri.
TABEL SINTESIS JURNAL 3

Judul Jurnal, Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat, Jenny Ernawati, 2011.
Penulis, Tahun
Fokus Penelitian Untuk menggali dan mengkaji factor-faktor apa saja yang dapat menjadi dasar
evaluasi masyarakat terhadap identity of place di perkotaan, sehingga dapat
menjadi dasar teori dakan perencanaan dan perancangan kota yang berbasis
kearifan lokal. (Wilayah studi mencakup lima kecamatan yang ada di Kota
Malang, yaitu Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan
Klojen, Kecamatan Blimbing dan Kecamatan Lowokwaru.)
Metodelogi Metodelogi yang digunakan adalah statistik deskriptif, yang selanjutnya
Penelitian dilakukan analisis faktor pada data seluruh identity of place dengan
menggunakan program statistik SPSS.
Teori Identity of place, yang didasarkan pada kelima aspek identitas suatu tempat
Lalli (1992), yaitu mencakup:
1. Continuity atau keberlanjutan pada masa lalu seseorang, dimana prinsip
ini mencerminkan hubungan hipotesis antara biografi manusia dengan
kota secara personal dan subyektif.
2. Attachment atau kelekatan seseorang yang terikat pada suatu tempat
melalui suatu proses yang mencerminkan perilaku mereka, pengalaman
kognitif dan emosional dalam lingkungan sosial dan fisik secara positif.
3. Familiarity atau persepsi yang merupakan dampak dari pengalaman
sehari-hari di perkotaan, yang dalam hal ini merupakan ekspresi dari
keberhasilan orientasi kognitif seseorang.
4. Commitment atau komiten yang dimaskud adalah “komitmen” untuk
tetap tinggal dikota yang ditinggali, yaitu kestabilan konsep diri
sebagaimana banyak ditekankan dalam berbagai teori dalam psikologi
lingkungan dan sosial.
5. External evaluation berbeda dari empat aspek lain diatas yang sudah
disebutkan, karena menunjukkan perbandingan evaluatif antara kota
sendiri dengan kota orang lain, dengan karakter khusus yang dimiliki
oleh suatu tempat, dan keunikan kota seperti yang dirasakan oleh
masyarakatnya.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dengan 5 aspek place identity dengan analisis factor terhadap
20 variabel secara keseluruhan didapat 3 faktor yang mendasari penilaian
masyarakat terhadap konsep place identity di lingkungan perkotaan tempat
hunian mereka, terdapat tiga dimensi atau faktor yang mendasari evaluasi
masyarakat terhadap place identity (identitas suatu tempat), yaitu Hubungan
Personal, Lingkungan Fisik, dan Komitmen. Ketiga dimensi evaluatif place
identity tersebut menjelaskan 63% dari keberagaman yang ada di masyarakat.
Dari ketiga faktor pembentuk identitas suatu tempat tersebut, nampak bahwa
faktor penentu yang paling berpengaruh adalah faktor Hubungan Personal. Hal
ini mengindikasikan bahwa identitas suatu tempat ditentukan oleh hubungan
personal antara manusia pengguna atau penghuni tempat tersebut dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa identitas suatu tempat lebih banyak ditentukan oleh
faktor “diri” manusia.

Hasil sintesis dari 3 jurnal yang dibahas:

Dalam ketiga jurnal diatas disajikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tempat
merupakan sebuah ruang yang memiliki makna, oleh karena itu, pengaruh sebuah tempat seharusnya
memiliki pengalaman manusia didalamnya sehingga dapat dipahami baik secara unsur elemen fisik yang
juga bercampur dengan aktivitas yang berkomponen sosisal-budaya dan psikologis. Tempat tidak hanya
dibatasi oleh bentuk dan batas fisik, namun juga perseptual dan psikologis yang membuat kedua aspek
tersebut saling berkaitan untuk menciptakan rasa untuk sebuah tempat, sehingga masing-masing
pengguna dengan pengalamannya dan persepsi mereka menjadi sumber dalam memahami tempat dan
mengidentifikasi karakter tempat secara berbeda. Keterikatan tempat merupakan faktor positif yang
dapat berkontribusi untuk mempertahankan identitas tempat, kesejahteraan psikologis, pemenuhan
dan kebahagiaan bagi penduduk perkotaan maupun wisatawan. Dalam mempertahankan identitas
tempat, keterikatan dan makna tempat bisa jadi dijelaskan dengan memeriksa pengalaman live-in dari
orang-orang setempat. Karakteristik multi-budaya akan menjadi tugas yang menantang dalam
menentukan nilai-nilai sosial dan psikologis dari tempat tersebut persepsi orang-orang.

Penting untuk memahami peran ruang budaya melalui pemeriksaan arti psikologis dari tempat-
tempat yang dijiwai dalam kehidupan masyarakat penduduk dari masa lalu hingga saat ini. Maka dari itu,
evolusi tempat harus menanggapi lingkungan budaya, tempat kesejahteraan sosial komunitas dan
'elemen-elemen yang berharga dan mudah diingat' mereka dapat tumbuh sesuai dengan itu sehingga
nilai-nilai seperti modernisasi dan regenerasi temoat dan citra global yang tidak sesuai tidak akan
terjadi.
Nama : Christ Carent Chia

Nim : 315190009

PSIKOLOGI ARSITEKTUR

TABEL JURNAL 1

1. Nama Jurnal,Nama Sense Of Place Pusat Kuliner Di Tepian Sungai Elo Kota Magelang Dengan
Penulis,Tahun Pendekatan Simbiosis Arsitektur,Adha Bangkit Nurseto,Hestin
Mulyandari,2019.
Pertanyaan Masalah Jurnal Bagaimana suatu ruang diciptakan untuk memberikan pengalaman ruang
bagi individu dengan lingkungannya dan menjadikan “Sense Of Place” ?

Teori Teori Sense Of Place dengan implementasi lokasi. Parameter Sense Of


Place berupa hubungan antara manusia dengan ruang, yaitu identity
(identitas), attachment (keterikatan) dan dependence (ketergantungan).
Hasil analisis dari teori ini adalah bagaimana suatu ruang diciptakan untuk
memberikan pengalaman ruang bagi individu dengan lingkungannya dan
menjadikan “Sense Of Place” itu sesuatu yang berkaitan dengan apakah
seseorang bisa mengenali atau mengingat bahwa sebuah kota
mempunyai ciri khasnya masing-masing dengan perbedaan karakternya
yang unik sehingga menjadi pembeda antara kota lainnnya.

Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,


dengan tahapan pengumpulan data untuk analisa yang sesuai dengan
Sense Of Place dan simbiosis arsitektur melalui pencarian dan
pengumpulan data dengan cara survey lapangan dan studi pustaka.
Solusi Membuat destinasi wisata baru dengan pengombinasian kuliner dan view
waterfront Sungai Elo Kota sebagai pembentuk dan penguat identitas
kota dan juga sebagai representasi budaya local. Kegiatan pariwisata tidak
lepas dari interaksi antara manusia dan alamnya, perbuatan manusia akan
memberikan berdampak pada alam dan alam serta akan memberikan
dampak bagi kelangsungan kehidupan manusia.
TABEL JUDUL 2

2. Nama Jurnal,Nama Explaining The Concept Of Identity And Sense Of Place In Residential
Penulis,Tahun Environment And Lifestyle,Rogayeh Mansouri Parsa, Zohreh
Torabi,2015.
Pertanyaan Masalah Jurnal -Bagaimana identitas masyarakat dan Sense Of Place dalam ruang
lingkungan hunian?
-Faktor apa yang berhubungan dengan identitas lingkungan tempat
tinggal?
-Bagaimana faktor sosial mempengaruhi keterikatan pada tempat di
lingkungan perumahan?
-Apa faktor sosial yang mempengaruhi keterikatan pada suatu tempat di
kota?
-Apa dampak penghuni terhadap rasa tempat, ruang, dan identitas di
lingkungan perumahan?
Teori Sense Of Place menjamin komunikasi,yakni dalam pengertian , rasa
manusia itu sendiri(emosi) bisa didapatkan dari tempat,citra,dan
lingkungannya. Identitas tempat sebagai dimensi-dimensi diri yang
mendefinisikan identitas pribadi “individu” dalam kaitannya dengan
lingkungan fisik melalui pola kompleks dari cita-cita sadar dan tidak
sadar, kepercayaan, preferensi, perasaan, nilai, tujuan, dan
kecenderungan perilaku dan keterampilan yang relevan ke lingkungan
tersebut. Sense Of Place mengacu pada persepsi subjektif dari
lingkungan dan perasaan kurang lebih sadar akan lingkungan
mereka. Lingkungan menempatkan orang yang berhubungan dengan
intrinsik, sehingga orang tersebut memahami dan merasakan lingkungan
terkait dan konteks semantik terintegrasi.
Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,
dengan tahapan pengumpulan data dari perpustakaan atau literatur
kontemporer dan penelitian lapangan.
Solusi Memperkuat rasa pada sebuah tempat,karena pengaruh karakteristik
tempat dan lingkungan fisik ( fasilitas ),bahkan memperhatikan interaksi
sosial dan budaya sehingga tempat memiliki makna yang dapat
mempengaruhi psikologi dan persepsi seseorang.
Sense Of Place dapat memberi rasa nyaman di lingkungan, gagasan
budaya seseorang,hubungan sosial,dukungan komunitas dan
menghasilkan satu tempat bagi seseorang untuk diingatkan tentang
masa lalunya.
Faktor utama yang berkontribusi pada Sense Of Place dalam dua kategori
yakni,"makna" dan "struktur fisik".

TABEL JUDUL 3

3. Nama Jurnal,Nama Arsitektur,Komunitas,dan Modal Sosial, M. Syaom Barliana,2010.


Penulis,Tahun
Pertanyaan Masalah Jurnal Bagaimana kontribusi tata atur lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan
arsitektur, identitas tempat, dan teritorialitas arsitektur terhadap modal
sosial komunitas penghuni perumahan di kota Bandung?”.

Teori Pertama, aspek arsitektur perumahan di perkotaan dapat mencakup


permasalahan yang terkait dengan konsep fisik, sosial, ekonomi, dan
budaya. Dalam konteks penelitian ini, spektrum masalah dibatasi pada
variabel fisik tata atur (struktur/order) lingkungan, fungsi arsitektur, dan
penampilan (performance) arsitektur perumahan. Kedua, aspek hubungan
manusia dan lingkungan yang antara lain mencakup respon timbal balik
diantara keduanya, juga mencakup dimensi psikologi, sosial, dan 4
kultural. Ketiga, konsep modal sosial dapat dianalisis pada level keluarga
sampai level negara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap modal
sosial antara lain: sejarah dan kebudayaan, struktur sosial (horisontal atau
vertikal), keluarga, pendidikan, lingkungan binaan (arsitektur), mobilitas
hunian, kelas sosial dan kesenjangan ekonomi, karakteristik dan kekuatan
masyarakat madani (civil society), serta pola konsumsi individu dan nilai-
nilai personal.
Metode Penelitian Metode deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan kontribusi dan
komparasi, serta merupakan penelitian parametrik. Alat pengumpulan
data yang utama digunakan adalah kuesioner dengan instrumen angket,
dengan rating scale dan skala sikap. Numerical rating scale dan semantic
differential scale digunakan untuk pengumpulan data mengenai variabel
identitas, teritorialitas, dan tata atur lingkungan perumahan. Likert scaling
digunakan untuk mengungkap data tentang modal sosial. Instrumen
dikembangkan melalui pengujian validitas internal dan eksternal, serta
reliabilitas. Teknik pengumpulan data pendukung, digunakan teknik
wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai dengan
kebutuhan.
Solusi Semakin baik tata atur lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan
arsitektur, dan semakin kuat identitas tempat, maka semakin tinggi modal
sosial yang terbentuk baik pada lingkungan perumahan menengah besar
maupun menengah kecil.Jika tata atur lingkungan sudah didesain dengan
baik, maka identitas tempat juga akan semakin kuat, karena berkaitan
dengan makna dan perasaan pemakai tentang tempat (Sense Of Place),
yaitu ketika seseorang mengenal dan memahami lingkungannya.
Lalu,diperlukan peningkatan penampilan arsitektur dan perluasan fungsi-
fungsi fasilitas umum seperti tempat peribadatan, tempat olah raga,
tempat kesenian, ruang terbuka, dan lain-lain yang lebih terbuka bukan
saja untuk komunitas penghuni setempat tapi juga bagi pemakai dari luar
lingkungan. Fasilitas publik semacam itu, yang mewadahi ragam aktivitas
dan interaksi sosial masyarakat, akan lebih memperkuat modal sosial baik
secara mengikat ataupun sementara.

Hasil sintesis ke 3 jurnal tersebut :

Dari 3 jurnal tersebut yang telah dianalisis,terdapat kesamaan focus penelitian dalam hal “Identity
Of Place” dimana tempat atau lingkungan fisik,interaksi sosial dan warisan budaya saling berkaitan satu
sama lain untuk membentuk sebuah identitas kota. Tempat dikonstruksi oleh bentuk fisik, aktivitas dan
makna. Pengertian tempat bukan hanya cara untuk menggambarkan cara seseorang memandang suatu
tempat. Ini adalah konsep multidimensi yang sarat nilai, terkait dengan identifikasi emosional dan
simbolik individu dengan suatu tempat. Makna dikaitkan dengan proses psikologis dan sosial internal
individu yang menghasilkan persepsi. Karena persepsi afektif (perasaan dan emosi ) dihasilkan dari proses
psikologis (makna dan keterikatan) yang berakar pada latar, identitas tempat ditentukan tidak hanya oleh
komponen fisik tetapi juga makna dan asosiasi yang dikembangkan antara orang dan tempat. Secara
bersamaan, karakteristik budaya berbaur dengan persepsi afektif (perasaan dan emosi) individu,
kebutuhan fungsional dan identitas tempat.

Beberapa tempat dianggap lebih penting dibanding tempat lain karena atribut-atribut fisik yang
dimilikinya dan karena jenis-jenis aktivitas yang terjadi pada tempat tersebut. Sense Of Place juga
didapatkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Peningkatan penampilan arsitektur
dan perluasan fungsi-fungsi fasilitas umum seperti tempat peribadatan, tempat olah raga, tempat
kesenian, ruang terbuka ,dan lain-lain yang lebih terbuka bukan saja untuk komunitas penghuni setempat
tapi juga bagi pemakai dari luar lingkungan,seperti tempat wisata. Fasilitas publik semacam itu, yang
mewadahi ragam aktivitas dan interaksi sosial masyarakat, akan lebih memperkuat modal sosial. Seiring
meningkatnya kompetisi diantara tempat tujuan wisata, “kebudayaan lokal menjadi hal yang berharga”
sebagai produk dan aktivitas untuk menarik turis, khususnya dalam bidang kuliner. Dimana Sense Of Place
dapat diartikan menjadi perasaan manusia yang timbul terhadap suatu ruang ketika berada di dalamnya
dan sebaliknya. Sehingga salah satu pengkombinasian kuliner ( khas dari setiap tempat ) dengan alam (
tempat secara fisik ) dapat menjadi pembentuk identitas yang signifikan pada masyarakat era
pascamodern sebagai elemen dari identitas dan representasi budaya lokal.

Dengan menambahkan dan memperkaya ide atau gagasan baru yang menarik guna membentuk
suatu identitas sebuah tempat, baik local atau pun global.Tentu saja hal tersebut bertujuan agar kita dapat
dipromosikan ke mancanegara yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara sebagai salah satu daya tarik pariwisata dan salah satu subsektor ekonomi kreatif, serta
dalam meningkatkan citra kota itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai