Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.

7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PADA BANDAR UDARA ABDUL


RACHMAN SALEH KABUPATEN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
Elita Lovely Zevanya
Sisca V. Pandey, James A. Timboeleng
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: zevanyaelita@gmail.com

ABSTRAK
Kabupaten Malang memiliki potensi di bidang pariwisata dan pendidikan. Dengan meningkatnya
kunjungan wisatawan dan pelajar serta pertumbuhan penduduk, maka akan berdampak ke peningkatan
pengguna jasa transportasi udara. Pada saat ini Bandar Udara Abdul Rachman Saleh masih melayani
ATR 72-500, B737-800, A320-200, B737-800 NG dan B737-900 ER. Untuk mengantisipasi peningkatan
pengguna jasa transportasi udara, bandara perlu dikembangkan dengan pesawat rencana A330-300.
Untuk merencanakan pengembangan suatu bandar udara harus memperkirakan arus lalu lintas di
masa yang akan datang. Oleh karena itu penyelesaian tugas akhir menggunakan metode survey dan
research. Dengan menganalisa data lima tahun jumlah penumpang, bagasi dan cargo menggunakan
analisa regresi dapat diramalkan arus lalu lintas di masa yang akan datang sehingga pengembangan
bandar udara perlu dilakukan atau tidak. Selain itu diperlukan data-data lain seperti data klimatologi,
data karakteristik pesawat, data tanah, keadaan topografi dan data eksisting bandara digunakan
sebagai acuan merencanakan pengembangan bandar udara.
Untuk pengembangan Bandar Udara Abdul Rachman Saleh yang akan direncanakan adalah runway,
taxiway, apron, tebal perkerasan kaku, tebal perkerasan kaku, gedung terminal, gudang dan pelataran
parkir kendaraan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada standar International Civil Aviation organization
(ICAO) dengan pesawat rencana Airbus 330-300 maka dibutuhkan panjang landasan 3.581 meter,
lebar 45 meter, jarak antara sumbu runway dan sumbu taxiway adalah 185 meter, lebar total taxiway
44 meter dengan tebal perkerasan lentur 76 cm, luas apron 496 m  150 m = 74.400 m2, tebal
perkerasan kaku pada apron Metode Federal Aviation Administration (FAA) = 41 cm, luas gedung
terminal 158.114 m 2 , luas gudang 2.830 m 2 dan luas pelataran parkir 25.989 m2.
Kata Kunci: Kabupaten Malang, Pengembangan Bandar Udara, Runway, Taxiway, Apron.

PENDAHULUAN landas pacu 2.250 x 40 meter. Jenis-jenis


pesawat yang beroperasi adalah ATR 72-500,
Latar Belakang B737-800, A320-200, B737-800 NG, dan B737-
Transportasi udara merupakan bagian dari 900 ER dengan kapasitas rata-rata 200
sistem transportasi yang saat ini menjadi salah penumpang (UPT Bandar Udara Abdul
satu pilihan masyarakat dalam melakukan Rachman Saleh, 2019).
perjalanan karena waktu tempuh moda Dikarenakan Malang merupakan salah satu
transportasi udara yang relatif lebih cepat daerah yang memiliki banyak tempat wisata dan
dibandingkan dengan moda transportasi yang jumlah masyarakat pengguna transportasi udara
lain (S. Pandey, 2016). Hampir sebagian besar cukup banyak, maka diperlukan perencanaan
masyarakat sudah mengandalkan moda ini untuk pengembangan pada Bandar Udara Abdul
memenuhi kebutuhan mereka. Rachman Saleh dengan pesawat jenis Airbus
Malang sangat terkenal dengan sektor 330-300 sebagai pesawat rencana yang akan
pendidikan dan sektor pariwisata. Kedua sektor mendarat di bandara ini.
ini sangat berkembang pesat sehingga dapat
mendongkrak daya ekonomi masyarakat. Maksud dan Tujuan Penelitian
Kabupaten Malang sudah mempunyai bandar Merencanakan pengembangan Bandar
udara yaitu Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Udara Rachman Saleh pada sisi udara (air side)
yang merupakan bandara kelas I dan saat ini dan sisi darat (land side) dengan jenis pesawat
berstatus bandara domestik dengan ukuran Airbus 330-300 sebagai pesawat rencana.

869
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

Pembatasan Masalah yang harus dipenuhi oleh sebuah lapangan


1. Penelitian hanya terbatas pada perencanaan terbang (R. P. Kafiar, 2019).
runway, taxiway, apron serta terminal area
yang terdiri dari gedung terminal, gudang Klasifikasi Menurut ICAO
dan pelataran parkir. Dimana yang akan ICAO Aerodrome Annex 14 (1999)
dihitung hanya luas yang akan dibutuhkan mengklasifikasi suatu lapangan terbang dalam
untuk beberapa tahun ke depan. kode nomor dan kode huruf yang disebut
2. Perencanaan perkerasan landas pacu akan Aerodrome Reference Code. Kode nomor
dihitung menggunakan metode FAA dan mengklasifikasikan panjang landas pacu
perkerasan apron akan dihitung minimum atau Aerodrome Reference Field
menggunakan metode FAA dan PCA. Length (ARFL). Sedangkan kode huruf
mengklasifikasikan lebar sayap pesawat
Manfaat Penelitian (wingspan) dan jarak terluar pada roda
Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi pendaratan dengan ujung sayap.
bahan masukan dan memberikan kontribusi di
bidang transportasi khususnya dalam mendesain Klasifikasi Menurut FAA
dan merencanakan pengembangan suatu bandar 1. Pengangkutan Udara (Air Carrier)
udara. Perencanaan didasarkan pada karakteristik
fisik dari pesawat. Klasifikasi ini didasarkan
pada wingspan dan wheelbase.
LANDASAN TEORI 2. Pengangkutan Umum (General Aviation)

Angkutan adalah sarana untuk Menentukan Arah Landas Pacu


memindahkan orang atau barang dari suatu Analisa angin diperlukan dalam
tempat ke tempat lain (L. Hillary, 2018). menentukan arah landas pacu. Persyaratan
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun ICAO, sebuah pesawat dapat mendarat atau
2001 tentang Kebandarudaraan, bandar udara lepas landas pada 95% dari waktu dengan
adalah lapangan terbang yang dipergunakan komponen Cross Wind tidak melebihi.
untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara,
naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat Menentukan Panjang Landas Pacu
kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan Dari persyaratan ICAO, panjang landasan
fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai harus di koreksi terhadap elevasi, temperatur,
tempat perpindahan antar moda transportasi. dan slope sesuai dengan kondisi yang ada. (H.
Basuki, 1986)
Komponen-komponen Lapangan Terbang
Menurut H. Basuki (1986), sistem lapangan Koreksi terhadap elevasi
7 𝐻
terbang dibagi dua yaitu sisi darat (Land Side) 𝐿1 = 𝐿0 × (1 + × ) (1)
100 300
dan sisi udara (Air Side). dimana:
1. Sisi darat (land side). Sisi ini erat kaitannya 𝐿0 = Panjang landas pacu minimum pada
dengan pergerakan penumpang dan barang kondisi standar (m)
serta pengunjung dalam suatu bandar udara. 𝐻 = Elevasi (m)
2. Sisi udara (air side). Sisi ini ditinjau dari 𝐿1 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi
pengoperasiannya berkaitan erat dengan terhadap elevasi (m)
karakteristik pesawat dan senantiasa harus
dapat menunjang terciptanya jaminan Koreksi terhadap temperatur
keselamatan, keamanan dan kelancaran 𝐿2 = 𝐿1 × [1 + 0,01 × (𝑇 − (15 − 0,0065 × 𝐻))] (2)
penerbangan yang dilayani. dimana:
𝐿1 = Panjang landas setelah dikoreksi
Klasifikasi Lapangan Terbang terhadap elevasi (m)
Dalam merencanakan suatu lapangan 𝑇 = Temperature (°C)
terbang ditetapkan standar-standar perencanaan
𝐻 = Elevasi (m)
oleh dua badan penerbangan internasional yaitu
𝐿2 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi
ICAO dan FAA yang merupakan badan
terhadap temperature (m)
penerbangan yang mengeluarkan syarat-syarat

870
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

Koreksi terhadap slope (kemiringan) Setiap kenaikan 5.6°C dari kondisi standar
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 (15°C), jarak bertambah 1%
𝐿3 = 𝐿2 × (1 + ) × 0,1 (3)
1%
dimana:
  Tref − T0 
𝐿2 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi L2 = L1 1 + 1%    (7)
terhadap temperature (m)   5 ,6 
𝐿3 = Panjang landasan yang diperlukan oleh
pesawat rencana (m) Menghitung Jumlah Gate Position
Jumlah gate position dapat dipakai rumus
Menentukan Lebar Landas Pacu sebagai berikut:
Persyaratan menurut ICAO dalam 𝑉 ×𝑇
menentukan lebar landas pacu dapat dilihat pada 𝐺= 𝑈
(8)
tabel berikut ini:
dimana:
Tabel 1. Lebar Perkerasan Landasan G = Jumlah gate position
Code Code Letter V = Volume rencana pesawat yang tiba dan
Number A B C D E F
1ª 18 m 18 m 23 m - - - berangkat
2ª 23 m 23 m 30 m - - - U = Faktor penggunaan (utility factor)
3 30 m 30 m 30 m 45 m - -
4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
Menghitung Ukuran Gate
Sumber: ICAO, 2016.
Untuk menghitung ukuran gate tergantung
Perencanaan Landas Hubung ukuran standar pesawat berdasarkan wingspan,
Landas hubung (taxiway) adalah jalur yang whell track, forward roll, dan wing tip
menghubungkan antara Runway dan Apron clearance. (Basuki, 1986)
yang fungsinya utamanya adalah sebagai jalan
Turning radius = r = ½ (wingspan + whell
keluar masuk pesawat dari Runway ke bangunan
track) + forward roll
terminal dan sebaliknya.
D = (2 × r) + wing tip clearance (9)
Menentukan Exit Taxiway
Perencanaan Perkerasan Landasan Pacu
Untuk menentukan exit taxiway digunakan
Menentukan ketebalan fleksibel metode
rumus sebagai berikut:
FAA ini diperlukan data nilai CBR dari subgrade
dan nilai CBR sub base, berat total atau berat
Distance to Taxiway
lepas landas pesawat rencana dan jumlah annual
= Touchdown Distance + D (4)
departure dari pesawat rencana beserta pesawat-
pesawat yang sudah dikonversikan. (Horonjeff,
dimana:
1979).
Jarak touchdown = 300 m untuk pesawat grup
Analisa annual departure dari pesawat
B dan 450 m untuk pesawat
rencana menggunakan konversi pesawat
grup C dan D
(𝑆 )2 −(𝑆 )2
rencana:
𝐷 = 1 2𝑎 2 (5) W 2 
1/ 2

dimana: LogR1 = ( Log R 2)  (10)


 W1 
S1 = Touchdown Speed (m/s) dimana:
S2 = Initial Exit Speed (m/s) R1 = Equivalent Annual Departure pesawat
A = Perlambatan (m/s2) rencana
D = Jarak dari Touchdown ke titik A R2 = Annual departure campuran yang
Koreksi terhadap Elevasi dinyatakan dalam roda pendaratan
Setiap kenaikan 300 m dari muka laut, jarak pesawat rencana
harus bertambah 3% W1 = Beban roda dari pesawat rencana
W2 = Beban roda dari pesawat yang ditanyakan
𝐻
𝐿1 = 𝐿0 × (1 + 0.03) × 300) (6)
Dari kurva yang dipakai akan didapat tebal
Koreksi terhadap Temperature total perkerasan (T) dan kebutuhan surface.
Tebal sub base didapat dari kurva yang sama
sedangkan untuk tebal base coarse didapat

871
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

dengan menggunakan tebal total dikurangi tebal Joint (sambungan) dan Susunannya
surface dan tebal sub base. (Basuki, 1986) Joint/sambungan dibuat pada
perkerasan kaku agar beton bisa
Tebal basecoarse = T–(surface+sub base) (11) mengembang dan menyusut tanpa halangan,
sehingga mengurangi tegangan bengkok
Perencanaan Perkerasan Apron (flexural stress) akibat gesekan, perubahan
Perhitungan perkerasan apron meng- temperature, perubahan kelembaban, serta
gunakan dua metode yaitu metode FAA (Federal untuk melengkapi konstruksi. (Basuki, 1986)
Aviation Administration ) dan PCA (Portland
Cement Afiation). Perencanaan Terminal Area
Langkah-langkah dalam perencanaan perke-
rasan ini adalah: Gedung Terminal
1. Buatlah ramalan annual departure dari tiap- Gedung terminal adalah tempat untuk
tiap pesawat yang harus dilayani. Jumlah memberikan pelayanan bagi penumpang
annual departure dihitung dari data-data maupun barang yang akan tiba dan yang akan
yang sudah diperoleh yaitu data pergerakan berangkat. (Horonjeff, 1979)
pesawat dan penumpang pada jam sibuk.
Tabel 2. Faktor Pengali Kebutuhan Ruang Gedung
2. Tentukan tipe roda pendaratan tiap tipe Terminal
pesawat. Kebutuhan ruangan 100
3. Hitung MTOW tiap tipe pesawat. 2
m untuk setiap 100
Fasilitas Ruangan
4. Tentukan “Pesawat rencana” dengan penumpang pada jam
prosedur sebagai berikut: sibuk
- Perkiraan harga dari subgrade. Tiket/check in 1,0
- Tentukan flexural strenght beton. Beton Pengambilan barang 1,0
dengan modulus keruntuhan 600 – 700 psi Ruang tunggu penumpang 2,0
akan menghasilkan perkerasan yang
Ruang tunggu pengunjung 2,5
paling ekonomis.
- Gunakan data-data, flexural strength, Beacukai 3,0
harga k, MTOW, dan ramalan annual Imigrasi 1,0
departure untuk menentukan tebal slab Restoran 2,0
yang dibutuhkan, yang didapat dengan
memakai kurva rencana sesuai tipe Operasi airline 5,0
pesawat yang diberikan oleh FAA. Total ruang domestik 25,0
- Bandingkan ketebalan yang didapat untuk Total ruang internasional 30,0
setiap pesawat dengan ramalan lalu lintas.
Sumber: Horonjeff, 1979.
Pesawat rencana adalah yang
menghasilkan perkerasan paling tebal. Gudang
5. Konversikan tipe roda pendaratan pesawat Gudang berfungsi sebagai tempat
yang diramalkan harus dilayani ke pesawat penampungan barang dan pos paket yang akan
rencana. dikirim maupun yang tiba. Untuk perencanaan
6. Tentukan wheel load tiap tipe pesawat, 95% dalam menghitung luas gudang diambil angka
MTOW ditopang oleh roda pendaratan. 0,1 m2/ton/tahun dikali dengan pos paket dan
7. Gunakan rumus: barang sesuai standar IAIA.
𝑤2
𝐿𝑜𝑔 𝑅1 = (𝐿𝑜𝑔 𝑅2)(𝑤1)1/2
Pelataran Parkir
8. Hitung total equivalent annual departure Dalam merencanakan luas parkir
menggunakan hasil perhitungan annual kendaraan penumpang terlebih dahulu dihitung
departure, tipe roda pendaratan, dan MTOW besarnya jumlah penumpang pada jam sibuk,
pesawat. dan diperkirakan untuk 2 penumpang
9. Gunakan harga-harga: flexural strength, menggunakan satu kendaraan. Rata-rata luas
harga k, MTOW pesawat rencana, dan parkir untuk satu kendaraan adalah lebar 2,3 m
equivalent annual departure total sebagai dan panjang 5 m (Dirjen Perhubungan Darat,
data menghitung perkerasan rigid dengan 1996).
kurva rencana yang sesuai.

872
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

METODOLOGI PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Pelaksanaan Penelitian Kondisi Eksisting Bandar Udara Abdul


Penelitian dilakukan dengan meninjau Rachman Saleh
langsung ke lokasi dan mengumpulkan data
yang diperlukan untuk perencanaan
pengembangan Bandar Udara Abdul Rachman Data Umum
Saleh Malang. Data-data tersebut diambil pada 1. Penyelenggara : UPT Bandara Abdul
instansi-instansi terkait seperti Kantor UPT Rachman Saleh
Bandar Udara Malang, BMKG Malang, Dinas 2. Koordinat : 07055’00” S -
Pariwisata Kabupaten Malang dan Badan Pusat 112042’00” E
Statistik Kabupaten Malang.
3. Kode Bandara : 4C
Analisa Data 4. Elevasi : 1.726 feet / 526 m
Transportasi udara merupakan salah satu Sisi Udara
potensi besar yang perlu dikembangkan untuk 1. Runway : 2.250 m × 40 m
lebih memacu pembangunan daerah (Taula, 2. Taxiway : 330 m × 23 m
2017). Pembangunan berbagai sektor 3. Clearway : 60 m × 40 m
perekonomian yang terus berkembang,
4. RESA : 90 m × 40 m
menyebabkan timbulnya bangkitan perjalanan
(Umboh, 2014). Dalam merencanakan 5. Apron : 300 m × 110 m
pengembangan suatu bandar udara kita harus
membuat suatu perkiraan mengenai arus Panjang Runway
lalulintas udara di masa datang. Dalam perencanaan pengembangan Bandar
Udara Abdul Rachman Saleh akan didarati
Bagan Alir Penelitian pesawat berjenis Airbus 330 – 300 dengan kode
landasan 4E dan ARFL = 2.770 m. ARFL masih
harus dikoreksi terhadap elevasi, temperature,
dan slope (kemiringan) sesuai dengan kondisi
yang ada di Bandar Udara Abdul Rachman
Saleh. Data–data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
• Pesawat Rencana = Airbus 330 – 300
• ARFL (L0) = 2.770 m
• Elevasi = 526 m
• Slope = 0,3 %
Tabel 3. Temperatur Bandar Udara Abdul Rachman
Saleh
Tahun T10C T20C
2014 22,7 25,1
2015 22,2 25,7
2016 23,5 25,5
2017 21,1 26,1
2018 22,1 24,9
Rata – rata 22,32 25,46
Sumber: (Kantor BMKG Malang)

Koreksi terhadap Elevasi


526
L1 = 2.770 × (1 + 0,07 × 300)
= 3.109,97 m

Koreksi terhadap Temperatur


Gambar 1. Bagan Alir Penelitian L2 = 3.109,97 × [1 + 0,01 × (23,367 – (15 –
0,0065 × 526))]
= 3.476,5 m

873
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

Koreksi Terhadap Slope (Kemiringan) Koreksi Terhadap Temperatur


0,3% Syarat ICAO setiap kenaikan 5,60C diukur dari
L3 = 3.476,5 × (1 + 0,1 × 1% )
150C, jarak bertambah 1%
= 3.580,79 m ≈ 3.581 m (23,367−15)
L2 = 2.262,03 × [1 + 0,01 × 5,6
]
Dari perhitungan koreksi, panjang landas = 2.295,83 m ≈ 2.296 m
pacu yang dibutuhkan oleh pesawat Airbus 330 Jadi, jarak antara ujung threshold dan titik awal
– 300 dengan muatan penuh adalah 3.581 m. exit taxiway adalah 2.296 m.
Panjang landas pacu pada Bandar Udara Abdul
Rachman Saleh adalah 2.250, maka perlu Lebar Taxiway
diperpanjang sebesar 1.331 m agar dapat Untuk menentukan lebar total taxiway
didarati oleh pesawat rencana. (termasuk shoulder) dapat dilihat pada syarat
ICAO. Pesawat rencana Airbus 330 – 300
Lebar Runway termasuk dalam kategori 4E.
Dalam menentukan lebar runway ▪ Lebar Taxiway = 23 m
disesuaikan dengan syarat yang dikeluarkan ▪ Lebar total Taxiway = 23 m + (2 × 10,5 m)
ICAO. Untuk Airbus 330 – 300 mempunyai = 44 m
kode 4E, ARFL = 2.770 m, wingspan = 60,3 m.
▪ Lebar landasan = 45 m lebar total termasuk Jarak minimum antara landas pacu dan
bahu landasan paling kurang 60 m untuk landas hubung dapat diperoleh dengan
kode D dan E (Ir. H. Wardhani Sartono, persamaan :
1992) Jrt = 0,5 × (LS + W1)
▪ Lebar bahu landasan = 7,5 m Jrt = 0,5 × (300 + 60,3) = 180,15 m
▪ Kemiringan melintang = 1,5% Jadi, jarak minimum dari sumbu runway ke
▪ Kemiringan bahu = 2,5% sumbu taxiway adalah 180,15 m diambil >182,5
m = 185 m.
Tabel 4. Lebar Runway Strip
Kode Angka Jenis Pendekat
Lebar Runway Tebal Perkerasan Runway
Strip (m) Pesawat Rencana = Airbus 330 – 300
1 Instrumen 150 MTOW = 507.058 lbs
2 Instrumen 150
3 dan 4 Instrumen 300
Annual = 8.650,03
Sumber: Basuki, 1986. Sub base coarse CBR = 32,78%
Subgrade CBR = 10,78%
Menentukan Exit Taxiway

Data–data:
Pesawat Rencana = A330 – 300
S1 = 259 km/jam
= 71,944 m/detik
S2 = 32 km/jam
=8,889 m/detik
a = 1,5 m/detik2
Jarak Touchdown = 450 m
(71,944)2 −(8,889)2
D= 2 ×1,5
= 1.698,997 m
Distance To Exit Taxiway = 450 m + 1.698,997
= 2.148,997 m ≈ 2.149 m
Setelah diperoleh nilai L0 = 2.149 m, lokasi exit
taxiway dapat dihitung dengan dikoreksi oleh
elevasi dan temperatur.

Koreksi Terhadap Elevasi


526
L1 = 2.149 × (1 + 0,03 × 300)
= 2.262,03 m Gambar 2. Kurva Perkerasan Flexible Pesawat
Rencana A330-300 (Dual Tandem)
Sumber: Airbus, 2018

874
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

Langkah Perhitungan : 1. Sisi Udara (Air Side)


a) Dari gambar diatas, untuk pesawat rencana • Arah landas pacu dengan azimuth 17 – 35
Airbus 330 – 300 dengan telah memenuhi syarat ICAO yaitu minimal
MTOW = 507.058 lbs 95% arah angin dominan yang bertiup pada
CBR Subgrade = 10,78% daerah tersebut dan arah landas pacu masih
Equivalent Departure = 8.650,03 sesuai dengan kondisi eksisting.
Didapat tebal perkerasan 30 inch. • Panjang landas pacu yang dibutuhkan
b) Tebal subbase dari kurva yang sama untuk untuk pesawat rencana A330-300 adalah
nilai CBR 32,78% didapat 3.581 meter.
Tebal = 13,5 inch • Lebar landas pacu yang sesuai dengan
Jadi, tebal sub base = 30 – 13,5 = 16,5 inch standar untuk pesawat rencana A330-300
c) Surface untuk daerah kritis adalah 45 meter. Lebar total (sudah
Jadi, tebal base coarse = 13,5 – 4 = 9,5 inch termasuk bahu landasan) adalah 60 meter.
Kesimpulan: • Jarak antara sumbu landasan dan taxiway
Surface coarse= 4 inch = 10,2 cm yang dibutuhkan 185 meter.
Base coarse = 16,5 inch = 41,9 cm • Lebar taxiway yang sesuai dengan standar
Sub-base coarse= 9,5 inch = 24,1 cm untuk pesawat rencana A330-300 adalah 23
Tebal total = 30 inch = 76,2 cm meter. Lebar total (sudah termasuk bahu)
adalah 44 meter.
Menghitung Luas Apron • Jarak dari threshold sampai titik awal exit
Lebar Apron taxiway adalah 2.296 meter.
Digunakan persamaan L = (2 × Pb) + (3 × C) • Luas apron yang dibutuhkan adalah 496 m
Dimana : × 150 m = 76.350 m2.
L = Lebar apron • Tebal perkerasan kaku (apron) adalah 16,2
Pb = Panjang badan pesawat (m) inch = 41 cm.
C = Wing Tip Clearance • Tebal perkerasan lentur (runway) adalah
Untuk lebar apron diperhitungkan dari pesawat 30 inch = 76 cm.
yang paling panjang yaitu Airbus 330 – 300 = 2. Sisi Darat (Land Side)
63,6 m
• Luas gedung terminal yang dibutuhkan
Sehingga, L = (2 × 63,6 m) + (3 × 7,5)
adalah 158.114 m2.
= 149,7 m ≈ 150 m
• Luas gudang yang dibutuhkan adalah
Panjang Apron
2.830 m2.
Untuk menentukan panjang apron harus
dihitung berdasarkan peramalan jumlah • Luas pelataran parkir yang dibutuhkan
pemakaian gate. adalah 25.989 m2.
Panjang apron untuk tahun 2033 :
Kode 3C = 1 buah Saran
Kode 4C = 7 buah 1. Berdasarkan survey langsung penulis di
Kode 4E = 1 buah lapangan, fasilitas pendukung di bandara
P = [(1×DC) + (4×DC) + (2×DE)] harus segera ditingkatkan mengingat
= 495,5 m ≈ 496 m pengguna jasa transportasi yang juga
Dalam perencanaan ini diambil luas apron meningkat, misalnya Instrument Landing
untuk tahun 2033 yaitu 496 m × 150 m = 74.400 System (ILS) agar pesawat dapat mendarat di
m2. Sedangkan luas apron pada kondisi malam hari.
eksisting Bandar Udara Abdul Rachman Saleh 2. Mengingat pada tahun-tahun datang akan
adalah 300 m × 110 m = 33.000 m2. terjadi peningkatan penumpang maka
pemerintah daerah perlu mengantisipasinya
dengan memasukkan pesawat yang lebih
PENUTUP besar yaitu pesawat Airbus 330-300.
3. Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut
Kesimpulan tentang perencanaan pengembangan Bandar
Dari hasil perhitungan untuk perencanaan Udara Abdul Rachman Saleh dengan melihat
pengembangan Bandar Udara Abdul Rachman kebutuhan dan faktor-faktor lainnya yang
Saleh dengan pesawat rencana A330-300 dapat mendukung kualitas bandara sendiri
didapat kesimpulan sebagai berikut: maupun daerah yang dipresentasikannya.

875
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (869-876) ISSN: 2337-6732

DAFTAR PUSTAKA

Airbus. 2018. Aircraft Characteristics Airport and Maintenance Planning. Airbus S.A.S. France.

Basuki, H., 1986. Merancang Merencana Lapangan Terbang. Alumni, Bandung.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat., 1996. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Jakarta.

Hillary, L., Rumayar A. L. E, Longdong J. 2018. Analisa Kebutuhan Angkutan Umum Perkotaan di
Kota Manado (Studi Kasus: Trayek Paal Dua – Lapangan). Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.5
Mei 2018 (277-284) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Horonjeff, R., 1975. Planning and Design of Airport. Second Edition. New York Mac Graw – Hill
Book Company.

ICAO. 1999. Aerodromes – Annex 14 International Standards and Recommended Practices. 3rd
Edition. Canada.

Kafiar, R. P., Palenewen S. Ch. N, Jansen F., 2019. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara
Stevanus Rumbewas di Kota Serui Kabupaten Kepulauan Yapen. Jurnal Sipil Statik Vol.7No.1
Januari2019(15-26) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Pandey S. V., 2016. Pentingnya Pembangunan Sarana Prasarana Transportasi sebagai Upaya
Membangun Desa Di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. TEKNO
Vol.14/No.66/Desember2016, ISSN : 0215-9617 Universitas Sam Ratulangi Manado.

Taula, A. D., Jansen F., Rumayar A. L. E., 2017. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara
Kasiguncu Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.5 Juli 2017
(273-283) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Umboh, A., Timboeleng, J. A., Manoppo M. R. E., 2014. Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan pada
Ruas Jalan Piere Tendean untuk Segmen Ruas Jalan Depan IT Centre Kota Manado
Berdasarkan GAP Kritis. Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.2, Februari 2014 (66-72) ISSN: 2337-
6732, Universitas Sam Ratulangi Manado.

876

Anda mungkin juga menyukai