BAB II
ISI
A. TALAK
I. Pengertian Talak
Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa melepaskan ikatan. Adapun talak
menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau membatalkan ikatan pernikahan dengan
lafadz tertentu yang mengandung arti menceraikan. Talak merupakan jalan keluar terakhir dalam
suatu ikatan pernikahan antara suami isteri jika mereka tidak terdapat lagi kecocokan dalam
membina rumah tangga. Diantaranya sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
radhiyallahu anhuma bahwasannya dia menalak istrinya yang sedang haidh. Umar menanyakan
hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
َسكَ يض ثُ َّم تَ ْط ُه َر ثُ َّم إِنْ شَا َء أَ ْمَ اج ْع َها ثُ َّم ْليَ ْت ُر ْك َها َحتَّى تَ ْط ُه َر ثُ َّم ت َِح
ِ ُم ْرهُ فَ ْليُ َر
َ َّس فَتِ ْلكَ ا ْل ِع َّدةُ الَّتِى أَ َم َر هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل أَنْ يُطَل
ق َّ ق قَ ْب َل أَنْ يَ َم
َ َّبَ ْع ُد َوإِنْ شَا َء طَل
َ ِّلَ َها الن
سا ُء
Perintahkan kepadanya agar dia merujuk istrinya, kemudian membiarkan bersamanya sampai“
suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi. Lantas setelah itu terserah kepadanya, dia bisa
mempertahankannya jika mau dan dia bisa menalaknya (menceraikannya) sebelum
menyentuhnya (jima’) jika mau. Itulah iddah seperti yang diperintahkan oleh Allah agar para
.istri yang ditalak dapat langsung menhadapinya (iddah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Haram
Talak yang hukumnya haram yaitu ketika di jatuhkan tidak sesuai petunjuk syar’i. Yaitu suami
menjatuhkan thalaq dalam keadaan yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi pada dua
keadaan:
Pertama : Suami menjatuhkan thalaq ketika istri sedang dalam keadaan haid
Kedua : Suami menjatuhkan thalaq kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui
hamil/tidak.
Mubah (boleh)
Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami (berhajat) atau mempunyai alasan untuk
menalak istrinya. Seperti karena suami tidak mencintai istrinya, atau karena perangai dan
kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup bershabar kemudian
menceraikannya. Namun bershabar lebih baik.
فَإ ِ ْن َك ِر ْهتُ ُموه َُّن فَ َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َويَجْ َع َل هللاُ فِي ِه خَ ْيرًا َكثِيرًا
“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa’ :
19)
Sunnah
Talak yang hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi kemaslahatan istrinya serta
mencegah kemudharatan jika tetap bersama dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya
masih mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan
merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan
suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan terhadap istri. Hal ini termasuk dalam
keumuman firman Allah subhaanahu wata’ala :
Wajib
Talak yang hukumnya wajib yaitu bagi suami yang meng-ila’ istrinya (bersumpah tidak akan
menggauli istrinya lebih dari 4 bulan ) setelah masa penangguhannya selama empat bulan telah
habis, bilamana ia enggan kembali kepada istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk
menalak istrinya pada keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan thalak tersebut.
Talak hanya jatuh jika di ucapkan. Adapun niat semata dalam hati tanpa di ucapkan, tidak
terhitung talak. Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan hafidzahullah : “Tidak jatuh
talak darinya dan tidak juga dari yang mewakilinya kecuali dengan di ucapkan dengannya,
walaupun meniatkan dalam hatinya; tidak jatuh talak. Sampai lisannya bergerak
mngucapkannya. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam:
Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang tidak dipahami darinya selain dari talak. Seperti lafadz
talak (cerai) atau pecahan dari kata itu atau yang semisalnya. Seperti suami yang mengatakan
kepada istrinya kamu saya cerai.
Dengan kinayah (kiasan) lafadz yang mengandung makna talak dan makna yang lainnya, jatuh
sebagai talak jika di niatkan sebagai talak, atau adanya qarinah (indikasi) yang menunjukkan
pada maksud tersebut. Seperti suami mengatakan kepada istrinya pergi sana atau kembali sana
kepada keluargamu.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.