Anda di halaman 1dari 25

IODOMETRI DAN IODIMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Titrasi redoks terdiri dari beberapa jenis. Penggolongan jenis
titrasi redoks berdasarkan pada jenis oksidator maupun reduktor
yang digunakan sebagai titran atau larutaan standar. Kelima jenis
titrasi redoks tersebut adalah permanganometri (Larutan standar
KMnO4), bikromamometri (lsrutan standar K2Cr2O7), Bronatometri
(Larutan standar KBrO3), serta Iodimetri ( larutan standar I2), dan
iodometri (larutan standar Na2S2O3). Titrasi yang paling sering
digunakan adalah iodometri dan iodimetri.
Iodometri dan iodimetri merupakan bagian dari titrasi rekods.
Titrasi redoks adalah penentuan kadar logam atau senyawa yang
bersifat reduktor atau oksidator.
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada
titrasi dengan suatularutan iod standar. Metode titrasi iodometri
tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod
yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang
dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod
standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang
dinamakan iodometri), adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari sistem
reversibel.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan
kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya Cl 2, Fe (III), Cu (II)
dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti
mengetahui mutu dan kualitasnya. Adapun dalam farmakope
Indonesia, titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan kadar dari
Asam Askorbat, Natrium Askorbat, Metampiron (Antalgin), Natrium
Tiosulfat dan lain-lain.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

1.2. Maksud Praktikum


Adapun maksud dilakukannya praktikum adalah untuk
mengetahui dan memahami cara penentuan kadar antalgin, kafein,
dan tembaga sulfat dengan menggunakan metode iodometri dan
iodimetri.
1.3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum adalah untuk
menentukan kadar antalgin, kafein, dan tembaga sulfat dengan
menggunakan metode iodometri dan iodimetri.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum


Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Kedua proses ini selalu terjadi secara bersamaan. Dalam
titrasiredoks biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi
titik akhir. Untuk mengetahui kadar vitamin C metode titrasiredoks
yang digunakan adalah titrasi langsung yang menggunakan iodium.
Iodiumakanmengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium
sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Pendeteksian titik akhir pada titrasiiodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan
warna biru pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, 2007).
TitrasiIod harus dilakukan dengan lambat agar I 2sempurna
bereaksi dengan antalgin, jika titrasi tepat maka I 2 tidak bereduksi
sempurna dengan  antalgin sehingga titik akhir lebih cepat, tercapai,
dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir ada iodimetri ini
dilakukan dengan menggunakan indikatir kanji oleh amilum yang
akan memberikan warna biru pada saat terjadinya titik akhir
titrasinya  (Sudjadi, 2007)
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid
(iodimetri), dan ion iodidadigunakan sebagai zat pereduksi
(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksireduksiyang
cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.Maka
jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak
pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna dengan ion
iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu
kelebihan ioniodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat.Iodometri adalah suatu

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih
ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod,
yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood, 2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan
untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi
disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor,
atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidatorreduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).
Penggunaan air yang masih mengandung CO 2 sebagai pelarut
akan menyebabkan peruraian S2O32- membentuk belerang bebas.
Belerang ini menyebabkan kekeruhan.Terjadinya peruraian itu juga
dipicu bakteri Thiobacillusthioparus. Bakteri yang memakan belerang
akhirnya masuk kelarutan itu, dan proses metaboliknyaakan
mengakibatkan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan
kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Pembuatan
natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara (Underwood, 2002) :
1. Melarutkan garam kristalnya pada aquades yang mendidih
2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri
klorida (HgCl2) dalam 1 liter larutan
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena
cahaya matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat
dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium
karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara
berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang
terdapat dalam air suling akan mengkatalis oksidasi oleh udara ini.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang


sebagai endapan mirip susu (Underwood, 2002).
S2O32- + 2H+ → H2S2O3 → H2SO3 +S
Ada dua metode titrasiiodometri, yaitu (Underwood, 2002).
1. Secara langsung (iodimetri). Disebut juga sebagai iodimetri.
Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh
iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2 (Underwood, 2002)
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji.
Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil
akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna
menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine
ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya
berupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna
biru (Underwood, 2002).
2. Secara tak langsung (iodometri). Disebut juga sebagai
iodometri.Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah
menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan
standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk
menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat
oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI
dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi
dengan larutan (Underwood, 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134mol/liter pada 25
Berdasarkan reaksi : I2 + I- → I3- dengan tetapan
kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan baku ion dapat langsung
dibuat dari unsur murninya. Cara titrasi oksidasi reduksi yang
dikenal ada dua : - Oksidimetri Yaitu titrasiredoks dengan
menggunakan larutan baku yang bersifat oksidator. Misal: Sulfur

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida , logam dan


amalgam (Underwood, 2002).
Reduksimetri Yaitu titrasiredoks dengan menggunakan larutan
baku yang bersifat reduktor. Misal : Natrium dan HidrogenPeroksida,
Kalium dan amoniumperoksidisulfat,natriumBismutat (NaBiO3). Ada
dua proses metode titrasiiodometri, yaitu (Underwood, 2002) :
1. Proses-proses iodometrik langsung
Pada Iodometri langsung sering menggunakan zat pereduksi
yang cukup kuat seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon
(II), Sulfida, sulfite, Timah (II), Ferasianida. Kekuatan reduksi yang
dimiliki oleh beberapa dari substansi ini tergantung pada
konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat
dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan
penyesuaian pH yang repot. Dalam proses iodometri langsung ini
reaksi antara iodium dan thiosulfat dapat berlangsung sempurna.
Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi
yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat
dititrasi dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat
reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2 (Underwood, 2002).
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan
kanji.Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin,
hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna
menjadi berwarna biru.Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan
kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan menjadi berwarna biru (Underwood, 2002).
2. Proses-proses Tak Langsung atau Iodometrik
Dalam ion iodida sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-
iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na 2S2O3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini


(H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam
hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
larutan (Underwood, 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasiiodin yang
dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan
suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat
biasanya dipergunakan sebagai titrannya, dalam keadaan pH 3-
4.Titrasi dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah
larutan yang sedikit alkalin (Underwood, 2002).
Proses iodimetri banyak digunakan seperti analisis besih dalam
biih besi maupun paduannya. Selain itu titrasiiodometri juga dapat
dilakukan untuk menentukan oksigen terlarut dalam air (terkenal
sebagai metode klasik dari winkler). Sampel air dilarutkan dengan
sejumlah garam Mn(II), natrium iodide berlebih, dan natrium
hidroksida. Endapan yang dihasilkan berupa Mn(OH 2) berwarna
putih yang secara cepat dioksidasi menjadi Mn(OH) 3 yang berwarna
coklat. Larutannya kemudian diasamkan dan Mn(OH) 3mengoksidasi
iodide menjadi iodin. Iodin yang dibebaskan selanjutnya dititrasi
dengan natrium tiosulfat (Pursitasari, 2014).
Senyawa Natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan
rumus kimia Na2S2O3.5H2O. natriumtiosulfat merupakan larutan
standar karena tidak sstabilterhadaap oksidasi dari udara, asam, dan
bakteri. Penambahan boraks atau natrium karbonat terhadap larutan
natrium tiosulfat dilakukan untuk sebagai
pengawet.Iodinmengoksidasi ion tiosulfat menjadi ion tetrationat.
Pada larutan dengan pH lebih dari 9 menyebabkan ion
tiosulfatteroksidasi secara parsial menjadi sulfat (Pursitasari, 2014).
4I2 + S2O32- + 5H2O  8I- + 2SO42- + 10 H+

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan


oleh manusia.Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh.Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat
melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh.Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh
manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine,
terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga
berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin
(Gandjar, 2007).
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi
sebagai inhibitor.K ristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di
udara, tetapi cepat teroksidasi dalam larutan dan dengan perlahan-
lahan berdekomposisi menjadi dehydro-ascorbic acid (DAA).
Selanjutnya secara berurutan akanberdekomposisi lagi menjadi
beberapa molekul asam dalam larutan sampai menjadi asam oksalat
(oxalic acid) dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan lingkungan
asam askorbat tertentu tidak berfungsi sebagai inhibitor (Tjitro,
2000).
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan
dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut
dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap
satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v.
Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram
zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut
dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan
kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2007).
2.2. Uraian Bahan
1. Amilum (Ditjen POM, 1979 : 720)
Nama resmi : AMYLUM

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Nama lain : Amilum


Rumus molekul : C6H20O10
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa


gumpalan
kecil, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol (95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
kering
Kegunaan : Zat tambahan.
2. Antalgin (Ditjen POM 1979 : 369)
Nama Resmi             :  METAMPYRONUM
Nama Lain                : Metampiron, antalgin
Berat Molekul           : 351,17 g/mol
Rumus Molekul         : C13H16N3N4O4SH5H2O
Rumus Struktur :

Pemerian                     :  Serbuk hablur, putih


atau putih kekuningan

Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup


baik

3. Asam Asetat ( Ditjen POM, 1995 : 45 )


Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam Asetat
Berat Molekul : 60,051 g/mol
Rumus Molekul : CH3COOH
Rumus Struktur :

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Pemerian : Cairan jernih , tidak berwarna, bau khas


menusuk dan rasa asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air,
dengan etanol, dan glisereol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
4. Aquadest ( Ditjen POM 1979 : 96 )
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Berat Molekul : 18 g/mol
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
5. Iodium (Ditjen POM, 1979 : 684)
Nama resmi         :  Iodum
Nama lain             :  Iodium
Berat Molekul       : 126,91 g/mol
Rumus Molekul : I2
Rumus Struktur : I-I
Pemerian          :  Keping atau butir, berat, mengkilap seperti
logam, bau khas.
Kelarutan         : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95%), dalam kurang
lebih 80 bagian gliserol P
Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Kegunaan             :  Sebagai pereaksi


6. Kafein (Ditjen POM, 1979 : 175)
Nama Resmi : COFFEINUM
Nama Lain : Kofeina
Berat Molekul : 194,19 g/mol
Rumus Molekul : C8H10N4O2
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat


biasanya menggumpal; putih; tidak berbau;
rasa pahit
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P ; mudah larut dalam kloroform P;
sukar larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Stimulan saraf pusat, kardiotonikum
7. Kalium Iodida (Ditjen POM, 1979 : 330)
Nama resmI : KALII IODIDUM
Nama lain : Kalium Iodide
Rumus molekul : KI
Berat molekul : 166,00 g/mol
Rumus struktur : K-I
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan/tidak berwarna,
opak dan putih/ serbuk butiran putih,
higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam
air mendidih, larut dalam eranol p.
Penyimpanan : wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai zat tambahan.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

8. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979 : 403)


Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
Berat molekul : 58,44 g/mol
Rumus molekul : NaCl
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna


atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air , dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10
bagian gliserol; sukar larut dalam etanol (95%)
P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sumber ion klorida dan ion natrium
Kelarutan        : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut
dalam  etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan       : Sebagai Titran
9. Natrium Tiosulfat (Ditjen POM, 1979 : 428)
Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
Nama lain : Natrium Tiosulfat
Rumus molekul : Na2S2O3
Rumus struktur :

Berat molekul : 248,17 g/mol


Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk
hablur kasar.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, tidak larut


dalam etanol.
Penyimpanan : wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

10. Tembaga (II) sulfat ( Ditjen POM 1979 : 731 )


Nama resmi          : Cupru Sulfas
Nama lain  : Tembaga (II) sulfat
Berat Molekul : 159,61 g/mol
Rumus Moleku : CuSO4
Rumus Struktur :

Pemerian                  : prisma triklinik(serbuk


hablur biru)
Penyimpanan           : dalam wadah tertutup.
Kegunaan                 : sebagai pereaksi
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2019)
1. Penetapan Kadar Antalgin
Timbang seksama 400 mgcontoh, masukkan dalam labu 200
mL, larutkan dalam 5 mL air, titrasi dengan larutan iodin baku 0,1 N,
pada penaambahan tetesan pertama larutan iodin, timbul warna
merah pada larutan, yang lama-lama akan hilang sampai timbul
warna kuning yang stabil.
Tiap ml larutan iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg antalgin

2. Penetapan Kadar Kaaffein


Timbang saksama 200 mg contoh masukkan dalam labu ukur 100
ml, larutkan dengan 20 ml air dan 5 ml asam sulfat 4 N, tambahkan
50 ml larutan iodine 0,1 N dan 20 ml larutan natrium klorida jenuh,

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

kemudian cukupkan volumenya dengan air sampai 100 ml, kocok


larutan biarkan selama 5 menit, saring dan titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji.
Tiap ml larutan iodine 0,1 N setara dengan 5,3 mg kaffein.
3. Penetapan Kadar Tembaga Sulfat
Timbang seksama 1 g tembaga sulfat, larutkan dalam 50 ml air,
tambahkan 4 ml asam asetat dan 3 g kalium iodida. Titrasi iodin
yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan
indicator kanji.

BAB 3 METODE KERJA

3.1. Alat Praktikum

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol


semprot, buret, corong, erlemeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet
tetes, dan statif.
3.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
aquadest, Iodium, indikator kanji, natrium klorida, natrium tiosulfat,
asam asetat, kalium iodida, antalgin, kaffein dan tembaga sulfat.
3.3 Cara Kerja
a) Penetapan Kadar Antalgin
1. Ditimbang seksama 100 mg zat uji
2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 200 mL
3. Ditambahkan 2 mL aquadest
4. Dititrasi dengan larutan baku I2 0,1 N
5. Diamati perubahan yang terjadi
6. Dicatat volume titran
b) Penetapan Kadar Kaffein
1. Ditimbang 50 mg sampel
2. Dilarutkan dengan 5 mL aquadest dan 1,25 mL asam sulfat
3. Ditambahkan 12,5 mL larutan Iodin baku 0,1 N dan 5 mL
larutan NaCl jenuh
4. Dicukupkan hingga batas tanda
5. Dikocok dan diamkan selama 5 menit
6. Disaring kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai
larutan berwarna kuning
7. Ditambahkan 3 tetes indikator kanji
8. Dititrasi kembali menggunakan larutan Na2So3 0,1 N hingga
warna biru tetap hilang

c) Penetapan Kadar Tembaga Sulfat


1. Ditimbang 100 mg tembaga sulfat
2. Dilarutkan dengan 5 mL air

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

3. Ditambahkan 0,4 mL asam asetat


4. Ditambahkan 300 mg kalium iodide
5. Ditambahkan 3 tetes indikator kanji
6. Dititrasi dengan larutan baku Na2SO3 0,1 N hingga
warna biru tepat hilang
7. Dicatat volume titran

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

KL Nama Berat Volume


% Kadar
P Sampel Sampel Titran

R1= 0,1 g R1= 6,5 ml R1= 131,1095 %


2 Antalgin
R2= 0,1 g R2= 6 ml R2= 121,024%

R1= 0,07 g R1= 0,4 ml R1= 110,85%


3 Kafein
R2= 0,06 g R2= 0,3 ml R2= 130,3 %

Tembaga R1=0,1 g R1= 6,2 ml R1=180,97%


4
sulfat R2=0,1 g R2= 5,5 ml R2= 160,54%

Reaksi :

1. Iodimetri
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
2. Iodometri
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
4.2. Pembahasan
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi
yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini terdiri dari
iodometri, merupakan titrasi tidak langsung dimana zat pereduksi
diubah menjadi iodium kemudian di titrasi menggunakan natrum
tiosulfat. Iodimetri merupakan titrasi secara langsung oleh iodium.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu ntuk menentukan kadar
antalgin, kafein, dan tembaga sulfat menggunakan metode titrasi
iodometri dan iodimetri.
Pada percobaan titrasi iodimetri (langsung) dalam hal ini kita
menentukan kadar antalgin. Cara kerjanya yaitu timbang sebanyak
100 mg zat uji lalu tambahkan 2 ml aquadest kemudian dititrasi
dengan larutan baku iodium. Adapun hasil yang didapatkan dari
praktikum adalah pada replikasi 1 dan 2 adalah 6,5 ml dan 6 ml.
Adapun % kadar yang diperoleh pada replikasi 1 dan 2 adalah

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

131,1095 % dan 121,024 %. Menurut farmakope Indonesia % kadar


antalgin adalah 99%-102% dalam hal ini dibandingkan dengan hasil
praktikum yang didapatkan tidak sesuai dengan literature.
Percobaan titrasi iodometri (tidak langsung) yaitu penetapan
kadar kaffein. Disiapkan alat dan bahan, ditimbang 50 mg kaffein,
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan 5 mL air,
kemudian ditambahkan 1,25 mL H2SO4 4 N, ditambahkan 12,5 mL
larutan iodine baku 0,1 N, kemudian ditambahkan lagi 5 mL NaCl
jenuh, kemudian dicukupkan volumenya dengan 25 ml aquadest, lalu
dihomogenkan. Dibiarkan selama 5 menit, kemudian disaring ke
dalam erlenmeyer, ditambahkan indicator kanji . Setelah itu dititrasi
dengan Na2S2O3 baku hingga terjadi perubahan warna dari biru ke
bening. Adapun hasil volume titran yang didapatkan pada replikasi 1
dan 2 adalah 0,4 ml dan 0,3 ml. Hasil % kadar yang didapat pada
saat praktikum replikasi 1 dan 2 yaitu 110,85% dan 130,3 %.
Sedangkan menurut literatur yaitu Farmakope Indonesia edisi III hal
175 yaitu % kadar kafein tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0%. Jadi hasil yang didapat pada saat praktikum tidak sesuai
dengan literatur.
Pada penentuan kadar tembaga sulfat caranya adalah ditimbang
100 mg zat uji kemudian larutkan dengan 5 ml aquadest, tambahkan
0,5 ml asama asetat, 300 mg kalium iodide, 3 tetes indicator kanji.
Titrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat hingga warna biru
hilang. Adapun volume titran yang didapatkan pada replikasi1 dan 2
adalah 6,32 ml dan 5,5 ml. % kadar yang diperoleh pada replikasi
1dan 2 adalah 180,97% dan 160,54%. Menurut farmakope Indonesia
bahwa tembaga sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan
tidak lebih dari 101,0 %, dalam hal ini hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan literature.
Adapun faktor kesalahan pada praktikum ini adalah bahan yang
digunakan mungkin sudah tidak dalam kondisi yang baik, dan juga

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

pada penambahan sampel kurang teliti dan berlebihan, juga pada


proses menitrasi kurang maksimal sehingga praktikan kurang teliti
dalam menentukan titik akhir titrasi.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yaitu :
1. % kadar antalgin pada replikasi 1 dan replikasi 2 adalah 131,1095
% dan 121,024 %.
2. % kadar kafein pada replikasi 1 dan replikasi 2 adalah 110,85 %
dan 130,3 %.
3. % kadar tembaga sulfat pada replikasi 1 dan replikasi 2 adalah
180,97 % dan 160,54 %.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti saat praktium sehingga
dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi, juga diharapkan agar
saat praktikum lebih tertib lagi.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2019, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.

Ditjen POM., 1979., Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Ditjen POM., 1995., Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Gandjar, G 2007,Kimia Farmasi Analisis, Pustaka pelajar, Yogyakarta.


Khopkar, S. M. 2003,Konsep Dasar Kimia Analisis, UI Press, Jakarta.
Pursitasari, D. I, 2014, Kimia Analitik Dasar, Alfabeta, Bandung.
Rohman, Abdul, 2007, Kimia Analisis Farmasi, Digi Art Yogya, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Sudjadi, 2007,Kimia Farmasi Analis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Tjitro, 2000, Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi
Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang
Mengandung Klorida dan Sulfat, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 2, No.
1, Surabaya.

Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi kelima, Jakarta :


Erlangga.

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

SKEMA KERJA

1. Skema Kerja

Penetapan kadar antalgin

Ditimbang antalgin 100 mg



Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 200 mL

Ditambahkan 2 ml air

Titrasi menggunakan larutan baku iodium 0,1 N

Amati perubahan

2. Perhitungan
Penentuan kadar antalgin
Diketahui :
N = 0,121 N
Fk = 0,1
Bst = 16,67 mg
Bs = 100 mg
Vt1 = 6,5 mL
Vt2 = 6 mL
Ditanyakan :
% Kadar = …?
Penyelesaian :
Replikasi 1
Vtitran x N x Bst
% Kadar = x 100%
Berat sampel x fk
6,5 x 0,121 x 16,67
= x 100%
100 x 0,1

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

= 131,10955 %
Replikasi 2
Vtitran x N x Bst
% Kadar = x 100%
Berat sampel x fk
6 x 0,121 x 16,67
= x 100%
100 x 0,1
= 121,024 %
Penentuan kadar tembaga sulfat

Diketahui :
N = 0,1169 N
Fk = 0,1
Bst = 24,97 mg
Bs = 100 mg
Vt1 = 6,2 mL
Vt2 = 5,5 mL
Ditanyakan :
% Kadar = …?
Penyelesaian :
Replikasi 1
Vtitran x N x Bst
% Kadar = x 100%
Berat sampel x fk
6,2 x 0,1169 x 24,97
= x 100%
100 x 0,1
= 180,97 %
Replikasi 2
Vtitran x N x Bst
% Kadar = x 100%
Berat sampel x fk
5,5 x 0,1169 x 24,97
= x 100%
100 x 0,1
= 160,54 %

Penentuan kadar kafein

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Diketahui :
N = 0,121 N
Fk = 0,1
Bst = 5,3 mg
Bs = 70 & 60 mg
Vt1 = 0,4 mL
Vt2 = 0,3 mL
Ditanyakan :
% Kadar = …?
Penyelesaian :
Replikasi 1
( V 1−Vnatriumtiosulfat ) . N 1. Bst
% kadar = x 100 %
Bs . Fk
( 12,5−0,4 ) .0 .121 .5,3
= x 100 %
100 . 0,07
= 110,85 %
Replikasi 2
( V 1−Vnatriumtiosulfat ) . N 1. Bst
% kadar = x 100 %
Bs . Fk
( 12,5−0,3 ) .0 .121. 5,3
= x 100 %
100 . 0,06
= 130,3 %
3. Gambar

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Andi Nurul Atika Muchtar St.Maryam,S.Si.,M.Sc.,Apt.


15020180175

Anda mungkin juga menyukai