Anda di halaman 1dari 14

Nama : ARI PUTRA PRATAMA

NPM : 174110121

A. Pengertian Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan

benar tanpa mengenal putus asa dengan ketekunan dan keterbukaan. Sikap ilmiah

merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika

menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang

baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung

tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah

laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai

dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah suatu kesiapan untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana

dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

B. Macam-macam Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat

mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain, kecenderungan individu

untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu

alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu

alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:

1. Jujur

Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan

sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur

ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip
dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari

kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai

tinggi dalam kehidupan manusia.

Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika

seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut

dapat dipercaya dan diberi amanat oleh banyak orang.

2. Terbuka

Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari

praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah

pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru.

Seorang ilmuwanakan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum

diterima atau ditolak.

Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain.Keterbukaan berarti memberi

peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di

bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran,

ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat

orang lain dalam pergaulan.

3. Toleran

Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui

bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia

bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat

orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari

sikap angkuh.

Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari

aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang
lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah

makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup.

4. Skeptis

Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi. Namun,

skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji

dandidukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dalam

membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan.Seseorang yang mencari kebenaran

akan bersikap hati-hati dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang

melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk

memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima

suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu

dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah. Bila ilmuwan tidak kritis

mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan ada informasi yang salah

sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun salah. Oleh karena itu, setiap informasi

perlu diuji kebenarannya.

Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh.

Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis

berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang

lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya.

Kehati-hatian dan curiga merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap

apatis dan skeptis dipadukan sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat

konstrukstif.Seseorang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang

dan tanggung jawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal.

Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat.


Dengan bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian, dan kebenaran.

5. Optimis

Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus

asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba

mengerjakannya”. Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa

humor yang tinggi.Sikap optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih

baik dan keyakinan itu dijadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik.

Jika seorang ilmuwanmempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga

mempunyai persiapan dan

pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri, maka

segala tujuan pasti akan cepat tercapai/terwujud.

Percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Percaya diri tanpa

optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang

besar untuk mendorong apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri sangat

membutuhkan sikap optimis.

6. Pemberani

Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi

ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat

kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti

Copernicus, Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena

dengan berani menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda

lainnya berputar mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa

matahari adalah menjadi pusat tata surya, dan bumi serta planet lainnya berputar

mengitari matahari (Heliosentris).


Socrates memilih mati meminum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah.

Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan

kebenaran.Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan

adalah kisah Marie Curie seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan

zat radio aktif, bertahun-tahun ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan

harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi

unsur tersebut merambah ke dalam tubuh Marie Curie. Marie Curie mengetahui

bahwa ia mengindap penyakit kanker. Namun, dalam setiap kuliahnya ia

menjelaskan tentang radioaktif tanpapernah menunjukan ketakutan akan bahaya

radiasi. Keadaan tersebut terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri pada

saat-saat ajalnya tiba.

7. Kreatif

Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang

berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan

berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang

tersebut di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang

yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan

dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah

berbuat dengan usaha yang sungguh-sungguh.

8. Kritis

Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik

dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah

maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.

9. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain


Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan

menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai

karya yang orisinal milik pengarangnya.

10. Sikap Menjangkau ke Depan

Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan

jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu

menyusun suatu teori baru

Dalam pembuatan makalah terdapat suatu sistematika di dalamnya baik dalm

penulisan maupun tata letak konten – konten yang akan kita tulis nantinya.

Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu kerangka – kerangka dalam

pembuatan suatu makalah. Di bawah ini akan saya jabarkan langkah – langkah

dalam pembuatan makalah melalui kerangka – kerangka penyusunan suatu makalah

Sistematika Penyusunan Karya Ilmiah

1. Cover Depan / Sampul Depan

2. Judul

3. Daftar Isi

4. BAB I PENDAHULUAN

5. Latar Belakang Masalah

6. Rumusan Masalah

7. BAB II ISI / LANDASAN TEORI / TINJAUAN PUSTAKA

8. BAB III PEMBAHASAN / PENYAJIAN DAN ANALISIS HASIL

PENELITIAN
9. BAB IV PENUTUP

10. Kesimpulan

11. Saran

12. DAFTAR PUSTAKA

13. LAMPIRAN

14. MUATAN

1. COVER DEPAN / SAMPUL DEPAN

a) Cover depan / Sampul depan berisi

b) Tentang judul permasalahan yang akan diangkat

c) Logo kampus atau Universitas

d) Nama dan nomor mahasiswa

e) Mata Kuliah

f) Nama Universitas

g) Program Studi yang sedang dijalani

h) Tahun Ajaran studi yang sedang dijalani

2. JUDUL

Merupakan gejala permasalahan yang akan diteliti atau masalah – masalah yang

akan diangkat nantinya Menggambarkan permasalahan yang akan diteliti.

3. DAFTAR ISI

Daftar isi ini memudahkan pembaca yang membaca makalah anda dalam mencari

materi yang ada di dalam mekalah tersebut.


4. BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang masalah

Bagian ini menguraikan tentang apa yang menjadi tema atau pokok permasalahan,

kenapa dipermasalahkan, apa relevansi pemecahan tema pokok permasalahan

tersebut dan sejauh mana kajian tema pokok permasalahan tersebut telah dilakukan

oleh peneliti atau penulis sebelumnya atau alasan mendasar pemilihan topik dapat

berupa paparan teoritis maupun paparan praktis dan bukan alasan subjektif atau

alasan pribadi.

b. Rumusan Masalah

Menunjukkan persoalan yang dituangkan dalam kalimat tanya (misalnya; apa,

bagaimana, mengapa, dan sejauh mana) dan memuat isu atau masalah yang dapat

diperdebatkan.Dapat dituangkan dalam lebih dari satu pertanyaan

5. BAB II DASAR / LANDASAN TEORITIS / TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang pembahasan dan penelitian tentang ilmu ataupun teori yang sudah

pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah/paper yang dipilih.

Materi yang dibahas secara teoritis dikaitkan dengan aplikasi praktis teori/ilmu

tersebut dalam kenyataan kehidupan keseharian. Di dalam Bab ini isinya dapat

berupa:

 Nilai

 Asas

 Teori

 Doktrin / Pendapat

 Norma
6. BAB III PEMBAHASAN / PENYAJIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Berisi tentang data yang diperoleh di lapangan/kenyataan dan dikaitkan dengan ilmu

atau teori yang sudah ada. Jika ada kesesuaian dibahas lebih lanjut dan dapat pula

dimasukkan pendapat pribadi yang berkaitan erat dengan

tema/usulan/saran/gagasan/ide.

Jika memang ditemukan ketidaksesuaian antara teori atau ilmu yang sudah ada

dengan kenyataan di lapangan, hal ini juga perlu dibahas untuk melihat mengapa hal

ini dapat terjadi. Dapat pula dimasukkan pendapat pribadi berkaitan erat dengan

tema/usulan/saran/gagasan/ide sehingga antara kenyataan dengan ilmu yang ada,

baik yang ada hubungannya maupun tidak, dapat dijelaskan dengan baik dan rinci.

7. BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan

Menguraikan hasil dari penilitian yang telah ditulis dalam makalah, kelebihan dan

kekurangan hasil dari penelitian berupa intisari dari pembahasan. Dapat juga

menuliskannya dalam bentuk poin – poin

b. Saran

Berisi tentang rekomendasi atau tidak lanjut kepada pihak – pihak terkait dengan

memberikan saran untuk keperluan penelitian mendatang ataupun saran pribadi

terhadap permasalahan yang dibahas.

8. DAFTAR PUSTAKA

Bagian akhir dalam penyusunan sebuah makalah, berisi seluruh sumber yang

digunakan dalam pembuatan makalah/paper. Daftar pustaka dapat berupa buku, surat
kabar, majalah, informasi dari situs internet dan lain-lain. Penulisannya secara

lengkap dan mengikuti kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang

dimana Daftar pustaka harus relevan dengan judul dan masalah yang akan diteliti.

Tata Urutan penyusunan untuk daftar pustaka: nama pengarang diakhiri titik, tahun

penerrbitan diakhiri titik, judul buku dengan cetak miring, jilid atau bagian, cetakan,

penerbit, kota penerbitan, dan tahun penerbitan. Apabila terdapat beberapa buku

ditulis oleh satu orang diurutkan sesuai dengan terbitan terawal. Nama pengarang

yang mempunyai lebih dari satuan nama, penulisannya tidak perlu dibalik.

CONTOH:

Nasution, perlindungan hukum konsumen, tinjuan singkat UU No.8 tahun 1999-LN

1999 No.42, Makalah Disampai-kan pada diklat Mahkamah Agung, Batu Malang, 14

Mei 2001 Johannes Gunawan, Tanggungjawab Pelaku Usaha Menurut Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum

Bisnis. Volume 8, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999

Apabila berupa jurnal maka tata cara urutan penulisannya seperti ini: nama jurnal,

edisi, volume, tahun terbit, dan halaman yang dikutip

CONTOH:

Jurnal Hukum, edisi no. 5 Vol 3, hlm 5

Jurnal Hukum, No.12 Vol.6, 1999

Jurnal Hukum, No.17 Vol. 8, Juni, 2001

Untuk yang berbentuk makalah urutannya seperti ini: nama penulis, titik, tahun, titik,

judul makalah dengan tanda petik pembuka dan penutup, keterangan dimana

makalah dipresentasikan, dan kapan makalah dipresentasikan.


CONTOH:

Tengku Keizerina Devi Azwar, “Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum”

dalam Ridwan Khairandy, Masalah-Masalah Hukum Ekonomi Kontemporer,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi,

Jakarta, 2006 Erman Rajagukguk, “Analisis Ekonomi Dalam Hukum Kontrak”,

makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tentang Analisa Ekonomi Terhadap

Hukum Dalam Menyongsong Era Globalisasi diselenggarakan oleh Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 10 s/d 11 Desember

1996.

Apabila sumber yang di dapat dari majalah atau surat kabar urutannya seperti ini:

nama majalah atau surat kabar, nomor penerbitan (khusus untuk majalah), tanggal

penerbitan, serta disusun berdasarkan abjad nama majalah terlebih dahulu, kemudian

dilanjutkan dengan urutan abjad nama surat kabar

CONTOH:

Tempo, Nomor 52 Tahun XVII, 27 Februari 1990

Kedaulatan Rakyat, tanggal 3 Januari 1990

Jika bersumber dari data elektronik (internet) maka tata urutannya sebagai berikut:

nama pengarang (jika ada), judul artikel dengan tanda kutip, nama jurnal dicetak

miring, ditambah kata: terdapat dalam, alamat URL (the Uniform Resources

Locator) atau alamat yang nampak pada Address window internet.

CONTOH: http://id.acehinstitute.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=246:perlindungan-masyarakat-dari-

malpraktek&catid=54:kesehatan&Itemid=87, diakses 29 April 2011

Budi Agus Riswandi, Analisis Ekonomi Terhadap Penyelesaian Pelanggaran


Hak Cipta Indonesia, dalam http://d.scribd.com/docs/2bw4yka7g4gkujehssp.pdf,

diakses pada 25 Desember 2009

Jika sumber itu berasal dari peraturan perundang – undangan diurutkan berdasarkan

hierarki yaitu peraturan perundang – undangan yang tingkatannya tertinggi sampai

yang terendah. Apabila ada peraturan perundang – undangan yang tingkatannya

sama, maka harus diurut berdasarkan tahun dikeluarkannya peraturan perundang –

undangan tersebut dan jika peraturan perundang – undangan yang tingkatannya dan

tahun dikeluarkannya sama, maka diurut berdasarkan nomor peraturan perundang –

undangan bersangkutan.

CONTOH:

Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemennya

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

Undang-Undang Ketenagalistrikan Nomor 30 Tahun 2009

No. 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan kedua atas peraturan pemerintah Nomor 10

Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemamfaatan Tenaga listrik

9. LAMPIRAN

Berisi seluruh gambar/foto ataupun grafik atau juga data yang mendukung dalam

pembuatan makalah.

FORMAT PENULISAN

Naskah ditulis di atas kertas HVS kuarto A4, 80 gram, dalam satu muka (tidak bolak

balik). Penulisan menggunakan huruf standar untuk seluruh naskah ditulis dengan

komputer memakai huruf: Times New Roman, font : 12. Naskah diketik dengan
jarak 1.15 – 2 spasi kecuali kutipan langsung yang lebih dari 5 baris dan catatan kaki

ditulis dalam jarak 1 spasi dengan font 10.

BAHASA PENULISAN

Penulisan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD). Penyajian materi harus diuraikan dengan kalimat yang

singkat, padat dan jelas sehingga mudah dipahami.

Kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing yang sudah ada padanannya dalam

bahasa Indonesia harus digunakan kata atau istilah padanannya, sedangkan yang

belum ada padanannya, digunakan kata atau istilah aslinya atau dengan mengikuti

pola transliterasi bahasa asing ke Indonesis dan dicetak miring. Bahasa asing adalah

bahasa / istilah di luar bahasa Indonesia. Kutipan langsung literatur dari bahasa asing

boleh dikutip sesuai aslinya dengan berpedoman pada tata cara penulisan kutipan.

PENULISAN JUDUL, BAB, SUB-BAB, SUB – SUB BAB

Judul yang ditampilkan pada halaman sampul depan ditulis dengan huruf kapital,

begitu juga dengan judul pada setiap Bab, daftar isi, dan kata pengantar.

Penulisan judul Sub – Bab dan pemecahan selanjutnya, huruf kapital hanya

dituliskan pada huruf pertama. Penulisan nomor Bab harus menggunakan angka

romawi (I, II, III. dst) sedangkan setiap sub – Bab ditandai dengan abjad kapital (A,

B, C, dst). Pemecahan dari sub – Bab ke dalam sub – sub – Bab mengunakan angka

arab (1, 2, 3 dst), dan apabila ada pemecahannya lagi ke dalam bagian yang lebih

kecil menggunakan huruf abjad kecil (a, b, c, dst). Pengetikan nomor dan judul bab
diletakkan di tengah, sedangkan sub bab dimulai pada batas tepi / margin kiri ruang

pengetikan.

PENOMORAN HALAMAN

Nomor halaman diletakkan menurut masing – masing bagian sebagai berikut: Bagian

awal diletakkan di sudut kanan bawah; Bagian pokok dan akhir diletakkan di sudut

kanan atas, kecuali pada halaman pertama setiap Bab dalam bagian pokok makalah,

halaman pertama daftar pustaka dan halaman pertama setiap jenis lampiran harus

diletakkan pada sudut kanan bawah.

Anda mungkin juga menyukai