Anda di halaman 1dari 17

Kesulitan download ?

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-komunikasi-terapeutik-pada.html

Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain pertukaran ide atau pemikiran.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi Terapeutik .................................................................................3
B. Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa................................................8
C. Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa......................................................9
D. Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa.............................................10
E. Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa.....................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................15
B. Saran ..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada
konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi
merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata
lain pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain berbicara dan
mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita, dan ain
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian
pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi
juga gerakan tubuh atau gestru (non verbal)
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang
menyampaikan dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini mempunyai
dua tujuan, yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapat informasi. Akan
tetapi komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki
kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan). Keterampilan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk
membangun suatu hubungan, baik tiu hub ungan yang kompleks maupun yang
sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non
verbal yang dimilki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya,
perasaanya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang
individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan
kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen
dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.
Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau
melalui media kepada komunikas (penerima pesan) sehingga timbul efek atau
akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikasi juga dapat
memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu
komunikasi yang lebih lanjut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana cara komunikasi terapeutik pada orang dewasa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada orang dewasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
merupakan hubungan personal antara perawa dan klien, dalam hubungan ini
perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien.
S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerja sama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian
antar perawat dengan pasien.
Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu
dan pasien menerima bantuan.

3
Sedangkan Arwana (2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia
dengan beragam latar belakang dan masalahnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terpeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi
yang adaptif dan pootif.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien
yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri
Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri
klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya
mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima
keberadaan dirinya, mengalami gambaran diri, penurunan harga diri,
merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima dan
diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon,
200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah
bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi
antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.

4
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997)
mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya
mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan
individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

3. Fungsi Komunikasi Terapeutik


Fungsi Komunikasi Terapeutik
a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan.
b. Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.
c. Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d. Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e. Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.
Komunikasi sebagai elemen terapi mempunyai makna bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh perawat adalah mempunyai tujuan terapi
atau memberikan efek penyembuhan buat klien. Komunikasi adalah salah
satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal
ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan buat klien.
Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas dan
menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat
mempengaruhi perilaku klien untuk berbuat lebih baik dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatannya.

5
Pernahkah Anda melihat seorang perawat jiwa melakukan komunikasi
dengan pasien untuk mengubah atau memperbaiki perilakunya yang
menyimpang? Lakukanlah pengamatan pada perawat jiwa yang sedang
berinteraksi dengan pasien!
Komunikasi sebagai elemen terapi sangat nyata sekali dilakukan dalam
perawatan pada pasien yang mengalami masalah psikososial atau mengalami
gangguan jiwa. Untuk mengubah dan membantu proses adaptasi pasien
gangguan jiwa, satu-satunya alat kerja yang efektif untuk mencapai
kesembuhan pasien adalah komunikasi yang dilakukan perawat. Komunikasi
yang dilakukan perawat, baik verbal maupun nonverbal, dapat memberikan
kesembuhan buat klien.
Fungsi Komunikasi Terapeutik dalam manajemen keperawatan:
a. Memberikan informasi yang akurat
Fungsi komunikasi dalam manajemen keperawatan yang pertama
adalah untuk memberikan informasi yang akurat sesuai dengan fakta dan
bersifat valid kepada pasien maupun anggota keluarga pasien.
b. Tata cara berkomunkasi dengan pasien
Fungsi yang kedua adalah untuk memberikan tata cara dalam
menyapa pasien dan menjawab pertanyaan pasien dengan lengkap.
Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini bertujuan untuk
menghindari perawat dari jawaban singkat, yang tampak seperti tidak
tertarik memberikan informasi kepada pasiennya.
c. Mengoptimalkan pekerjaan seorang perawat
Untuk mengoptimalkan pekerjaan perawat yang sebagaimana tugas
seorang perawat adalah membantu pasiennya dari pasien sakit sampai
pasien dinyatakan sembuh. Selain berhubungan langsung dengan pasien,
seorang perawat juga akan berhubungan dengan anggota keluarga pasien.
Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini sangat penting untuk
kelancaran dan mengoptimalkan tugas perawat tersebut.
d. Menghindari respon yang tidak baik terhadap pasien
Untuk menghindari perawat dari respon yang tidak baik kepada
pasien maupun keluarga pasien. Seorang perawat dilarang untuk interupsi

6
dalam pembicaraan dengan keluarga pasien. Jika terjadi hal yang
demikian maka sistem komunikasi dalam manajemen kerperawatan tidak
berfungsi dengan baik. Komunikasi dalam manajemen keperawatan
merupakan suatu pedoman seorang perawat saat melaksanakan
perkerjaannya.
e. Menjaga kerahasiaan informasi pasien
Komunikasi dalam manajemen keperawatan yang menjadi pedoman
bagi seorang perawat ini berfungsi untuk menjaga kerahasiaan informasi
mengenai pasien yang ditanganinya. Kerahasiaan informasi akan dijaga
oleh seorang perawat sesuai dengan perintah pasien atau keluarga pasien.
f. Menciptakan rasa nyaman kepada pasien
Komunikasi dalam manajemen keperawatan juga berfungsi sebagai
kekuatan seorang perawat untuk menciptakan rasa nyaman kepada pasien.
Seorang perawat diminta untuk berkomunikasi secara informatif dan
perusasif dengan tujuan agar seorang pasien dapat terpengaruh bujukan
seorang perawat. Misalnya, seorang pasien yang tidak mau minum obat
atau pasien yang takut dengan jarum suntik. Tugas seorang perawat
adalah membujuk pasien tersebut dengan caranya masing-masing agar
pasien mau melakukannya.
g. Memudahkan proses komunikasi
Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini memudahkan
seorang perawat berkomunikasi dengan teman kerjanya dan
mempermudah dalam proses kerjasama tim baik dengan sesama perawat
maupun dokter. Komunikasi yang dilakukan dalam suatu pekerjaan akan
terstruktur dan tentu saja mudah dimengerti oleh lawan bicaranya.
h. Menciptakan komunikasi yang harmonis
Seorang perawat akan berinteraksi langsung dengan seorang pasien
maupun keluarga pasien. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat dan
terkesan tidak terlalu formal menjadi kunci utama dalam menjalin
kedekatan dengan pasien. Melalui komunikasi dalam manajemen
keperawatan ini, seorang perawat dengan mudah dapat memahami teknik-

7
teknik dan cara yang tepat untuk tetap menjaga keharmonisan pada saat
berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien.

B. Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa


Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah
perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi
yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari
hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk menerapkan
model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.
Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs
isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan
cinta kasih, minat, masalah dengan orang lain.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan
tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya,
sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Juga Pengetahuan yang selarna ini
dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan
pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang
dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu
dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu unfuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri
ingin belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang,
maka menginginkan suaru perilaku lain di masa mendatang, lalu mengambil
langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai
sikap-sikap tertentu yairu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu
sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari
pengetahuan yang lebih mutakhir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia
punya perasaan dan pikiran.

8
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan
menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling
mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

C. Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa


Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi
yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi
dengan orang dewasa adalah :
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama
lain. seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang
dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang
status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang
dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak
aman dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang.
Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan

9
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai
orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih
jauh dari immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap
masalahnya.

D. Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa
sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran
kepada penerima. Dengan kata lain model shannon & weaver
mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di
komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar
(Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan
saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise)
yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model
Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal.
Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan
berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model
ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan
tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.
 Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih
mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa
adanya perantara yang dapat mengurangi kejelasan informasi. Tetapi
tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

10
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini
menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada hubungan
interaksional antara 2 (dua) orang, dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ;
pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission,
dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien.
Selama beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan
profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam
keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan
profesional.
 Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk
menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap
segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi
dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan
yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran Love
yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa,
karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan
lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya
"Relationship" dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara
langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan untuk mengatasi
stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan
efektif dengan orang lain. Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi
empati, congruen (sesuai dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan

11
yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien
melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan
koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan
untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di
dalam keadaan stress psikologis.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara
perawat - klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan
bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada
klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien
sZSecara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang
orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara
persepsi, keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan
relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi.
Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-
klien.
 Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-
faktor intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan
untuk menjalin transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk
mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan dapat diterima jelas
oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah
terhadap pesan yang disampaikan.
4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan
- klien. 3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1)
Relationship, 2) Transaksi, dar 3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal,
bagaimana seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional
kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan,

12
training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang
diberikan pelayanan. orang lain (significant order) penting untuk mendukung
terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan
kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn
proses komunikasi tersebut. Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang
memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan
dengan tempat dan situasi
 Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena
profesional kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien
yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang
dilakukan terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik.
Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap
kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis
pelayanan yang diberikan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa
memerlukan suatu aturan tertentu seperti; sopan santun, bahasa tertentu,
melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai yang dianut, faktor
psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar
ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan
agar perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan
perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang
lain. Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi
yang tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model
komunikasi interaksi King dan model komunikasi kesehatan. Karena pada
kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang
rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan
penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik sehingga
perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunitasi yang
tepat untuk setiap karakteristik klien. Orang dewasa memiliki

13
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam dirinya yang
sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model
komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Model Konsep
Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi King
dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan
relationship yang saling memberi dan menerima serta adanya feedback
untuk mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.

E. Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa


PERAWAT : Permisi, Selamat Siang Bu
PASIEN : Selamat Siang Sus
PERAWAT : Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak istirahat dan
menjaga kesehatan ibu dan dan jangan terlalu kelelahan.
PASIEN : Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sibuk dengan
pekerjaan saya,sehingga kurang istirahat. Baiklah sus saya
akan menjaga kesehatan saya.
PERAWAT : Baiklah bu,jika anda sudah mengerti kalau begitu saya
permisi dulu bu.jika ada yang bisa saya bantu ibu dapat
menghubungi saya di ruang jaga perawat. Permisi bu.
PASIEN : Iya sus. Terima kasih sus.
PERAWAT : Sama-sama bu. Permisi

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah
perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi
yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari
hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk menerapkan
model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.

B. Saran
Diharapkan kepada dosen pengampu agar lebih banyak memberikan
materi tentang komunikasi terapeutik yang akan mempermudah dalam proses
pembelajaran. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat lebih membantu
mahasiswa dalam tambahan referensi mengenai komunikasi terapeutik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.


Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai