Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN STUDI KASUS

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN FRAKTUR 1/3


DISTAL RADIUS,CHF DAN HIPERTENSI DI RUANG AMBUN SURI
LANTAI II RUMAH SAKIT Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Oleh
DIANA SYENLI AKHIRTA
NIM : 162210727

Pembimbing
Roida Sinaga, S.Gz

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah metode pemecahan masalah
yang sistematis dalam menangani problem gizi. Kegiatan ini terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain assesment, diagnosa, intervensi dan monitoring evaluasi
pasien dalam rangka tercapainya status kesehatan optimal sehingga dapat
mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat.
Kegiatan utama dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah pengadaan dan
pengolahan/produksi makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, konseling gizi
dan penyuluhan gizi. Berbagai penyakit dapat dijadikan Proses Asuhan Gizi
Terstandar jika hasil skrining diperoleh nilai skor sebesar ≥ 2 dengan resiko
malnutrisi.
Diabetes Mellitus tipe 2, pankreas tetap menghasilkan insulin, namun tubuh
kebal/menolak (resistant) terhadap hormon insulin yang dihasilkan pankreas. DM
tipe 2 ini dapat menyerang anak-anak remaja, tetapi lebih banyak menyerang
orang di atas usia 30 tahun. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 diberbagai
penjuru dunia. Diprediksi terjadi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia oleh
WHO dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan
jumlah penderita DM di Indonesia dari 9,1 jutapada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035.
Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menjadi salah satu
prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam
jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlang-sung kronik akan
menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler dan
renovaskuler. Analisis Kearney dkk, mem-perlihatkan bahwa peningkatan angka
kejadi-an hipertensi sungguh luar biasa: pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi
dunia merupa-kan penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang, dan dua pertiga
penderita hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilaku-kan upaya yang
tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan datang,
jumlah penderita hipertensi dipredik-si akan meningkat menjadi 29%, atau sekitar
1,6 miliar orang di seluruh dunia.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu, assessment, diagnosa, intervensi, monitoring,
dan evaluasi terhadap studi kasus.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Penulis mampu melaksanakan assessment gizi pasien.
2. Penulis mampu menetapkan diagnosa gizi pasien.
3. Penulis mampu menetapkan intervensi/implementasi gizi pasien.
4. Penulis mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi terkait gizi pada
pasien.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Penulis
1. Penulis mendapatkan pengalaman melaksanakan manajemen asuhan dan
pelayanan gizi di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
2. Penulis dapat mengasah kemampuan dalam menyelesaikan kasus dengan
Proses Asuhan Gizi Terstandar di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar.
3. Penulis dapat menambah wawasan dan kemampuan dalam pelaksanaan
diet pada pasien di Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar.

1.3.2 Bagi Rumah Sakit


Sebagai masukan bagi rumah sakit terkhususnya Instalasi Gizi mengenai
hal-hal yang ditemukan penulis dalam menyelesaikan studi kasus, agar lebih baik
kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraktur 1/3 Radius Distal
2.1.1 Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. (Gustaviani, 2006). Diabetes Mellitus
(DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Penyakit ini dapat menyerang segala
lapisan umur dan sosial ekonomi.
Lanywati (2001) (dalam Ika, 2008) menyatakan Diabetes Mellitus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama
pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam
tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi
hormon insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi
tenaga serta sintesis lemak atau dapat pula disebabkan terjadinya resistensi
insulin. Kondisi yang demikian mengakibatkan terjadinya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula dalam darah).
2.1.2 Klasifikasi
Diabetes Mellitus dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu :
a. Diabetes Mellitus tipe 1, sebagian besar sel beta pula Langerhans yang
memproduksi insulin dalam pancreas mengalami kerusakan, akibatnya
kadar insulin menjadi kurang atau tidak ada.
b. Diabetes Mellitus tipe 2, pankreas tetap menghasilkan insulin, namun
tubuh kebal/menolak (resistant) terhadap hormon insulin yang
dihasilkan pankreas. DM tipe 2 ini dapat menyerang anak-anak remaja,
tetapi lebih banyak menyerang orang di atas usia 30 tahun.
c. Diabetes Mellitus Gestasional, yaitu metabolism abnormal karbohidrat,
lemak, dan protein yang pertama kali di diagnosis saat kehamilan,
dengan mengabaikan tingkat keparahannya.
d. Diabetes Mellitus Spesifik, terjadi defekasi genetic sel beta defekasi
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
diabetes melitus karena obat, diabetes melitus karena infeksi, diabetes
melitus imunologi dan sindrom genetic.
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes
jika memiliki kadar gula darah puasa > 126 mg/dL dan tes sewaktu >200
mg/dL. (Hermawan, 2009)
2.1.3 Etiologi
Etiologi DM melibatkan banyak faktor yang belum sepenuhnya
jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan merupakan faktor yang
berkontribusi cukup besar dalam menyebabkan DM. Adapun yang
termasuk didalamnya antara lain obesitas, diet tinggi lemak, tinggi natrium
dan rendah serat, tinggi natriun dan rendah serah, serta kurang aktivitas
fisik (Micha, ddk., 2017; Radzeviciene & Ostrauskas, 2017; Wang, dkk.,
2016).
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu
hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat
keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan
lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti
otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.
Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu
faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular)

2.2.2 Klasifikasi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi
sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik
(isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada
usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada
arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik
merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak anak dan dewasa muda.

Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil


menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap
aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi
campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
 Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
Penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.

2.2.3 Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang
berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol
yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah


Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan
proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan
terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler,
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
 Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
 Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.

3) Sistem Saraf Simpatis


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
2.2.4 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
2) Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Misalnya, hipertensi sering
muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau
Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
daripada wanita.
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain
minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
3.1 Identitas Pasien
Tabel 1.1.1 Identitas Pasien

Nama Ibu Mulyana


Umur 64 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Status Sudah menikah
Pekerjaan Pensiunan PNS Kepolisian
Hari/Tanggal MRS Selasa/12 oktober 2019
No RM 479193
Ruang Perawatan Ambun Suri Lantai 2 ruang 1.4
Diagnosa fraktur 1/3 distal radius + CHF + Hipertensi
Nama Dokter dr. Linda Sp. Pd dan dr. Delsi Hidayat Sp.Bo
Tanggal Pengamatan 16 oktober 2019 – 21 oktober 2019

3.2 Assesment/Pengkajian
1. Data Antropometri
Tinggi Badan : 150 cm
Lila : 40 cm
Berat Badan berdasarkan LiLA :
LLA yang diukur
BB = x(TB−100)
LLA Standar Cerra
40
BB = x (150−100)
28.5
BB = 70 kg
BBI = 50 kg
IMT = BB (kg)/[TB(m)]2 =70 kg/(1,50 m) 2= 31,1 kg/m2
Penilaian : status gizi pasien adalah obesitas kelas 1 (WHO,2015)
2. Data Biokimia
Tabel 3.2.2. Data Biokimia Awal Masuk Rumah Sakit
No Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Standart Penilaian
1. ALT 31 IU/L 0 – 31 IU/L Normal
2 AST 27 IU/L 0 – 31 IU/L Normal
3 Glukosa 83 mg/dl 74 - 106 mg/dl Normal
4 Hb 11,9 mg/dl 12-14 mg/dl Rendah
5 Trombosit 313000/ml 140000-400000/ml Normal
6 Leukosit 10100 /ml 4000 - 10000/ml Tinggi
7 Klorida 111,5 mmol/l 100-106 mmol/l Tinggi
8 Natrium 139,5 mmol/l 135 – 147 mmol/l Normal
9 Kalium 3,94 mmol/l 3 – 5 mmol/l Normal
10 GDP 83 mg/dl <110 mg/dl Normal
Sumber : Data laboratorium rumah sakit
Penilaian :Hb rendah, klorida dan leukosit tinggi
3. Data Klinik
Tabel 3.2.3 Data Klinik Awal Masuk Rumah Sakit
No Pemeriksaan Hasil Standar Keterangan
1 TD 165/80 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
2 Nadi 81x/menit 60-100x/menit Normal
3 Suhu 36,50C 36-370C Normal
4 RR 25x/menit 14-20 x/menit Tinggi
sumber : Pemeriksaan fisik
 KU : Sedang
 Kesadaran : CM
 nafas terasa sesak
 nyeri ditangan kiri tidak bisa digerakkan
 mual
 nafsu makan menurun
Penilaian : Pasien Hipertensi grade 2, nafas terasa sesak,mual,
KU sedang, dan kesadaranCM,
4. Data Dietery/riwayat gizi
Kebiasaan makan :
- Makan tidak teratur 2-3x sehari ( 2sdmagic ± 140 gr)
Pagi hari pasien biasanya makan nasi (±150gr) dengan sepotong
daging (± 35 gr),sayur(± 3 sdm) begitu juga dengan siang, dan sore.
- Protein nabati : tahu dan tempe (40 gr) mengkonsumsi 3x/minggu
- Protein hewani : ikan tawar 1 ekor kecil (±50gr), ikan lele 1 ekor kecil
(±45gr), ayam 1 ptg kcl (±40gr), ikan asin 2sdm (±20gr)
- Makan sayur 2x/seminggu (bayam, wortel, kembang kol) (4sdm
@40gr)
- Makan buah 4xseminggu yaitu buah pisang (±100gr), pepaya
(±100gr), mangga(±150gr)
- Makan jeroan kadang-kadang 2xsebulan
- Alergi : ikan laut dan telur
- Dalam pengolahan makanan sering menggoreng 4x seminggu dan
menggulai 2x seminggu
- Setiap pagi minum teh manis ( gula diabetasol 1 bks@4gr)
- Mengonsumsi bakso 1xsebulan @100 gr
- Suka mengonsumsi cemilangorengan seperti tahu isi, bakwan, pisang
goreng 1-2x/seminggu @50 gr 1 bh
- Suka minum kopi luwak white coffe (1xsebulan)
- Suka ngemil cemilan ringan seperti : keripik, makaroni dan makanan
ringan
Recall dirumah sakit sebelum intervensi 24 jam :
 Pagi
Nasi 3 sdm (60 gram)
daging (35 gr)
sayur (50 gr)
jeruk (100 gr)
 Snack Siang
pinukuik (50 gr)
 Siang
Nasi 2 sdm (55 gr)
lele goreng (40 gr)
tempe 1 ptg kcl (27 gr)
sayur (73 gr)
pepaya (100 gr)
 Malam
Nasi 3 sdm (60 gr)
ikan (12 gr)
tempe 1 ptg kcl (26 gr)
sayur (70 gr)
jeruk (100gr)

Tabel 3.2.4 Hasil Recall Sebelum Intervensi


Asupan MRS (Recall
Zat Gizi Kebutuhan %
1x24 jam)
Energi 934,4 1601,9 58 %
Protein 39,6 56 70 %
Lemak 20,1 35,5 56 %
Karbohidrat 154,4 264,218 58 %

Penilaian :asupan pasien sebelum intervensi <70%


5. Riwayat Personal
 Riwayat penyakit
 Penyakit dahulu : Hipertensi dan Jantung pada tahun 2018
 Penyakit sekarang :fraktur 1/3 distal radius + CHF + Hipertensi
 Penyakit keluarga : Hipertensi dan Jantung
 Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
 Pasien pensiunan PNS kepolisian
 Status ekonomi menengah
6. Riwayat obat yang digunakan
Tabel 1.2.1 Obat yang diberikan oleh dokter
No Cara Pemberian Nama Obat Dosis Fungsi Efek
1 Ceftriaxone 2x1 Antibiotik Alergi, mual atau muntah,
2 Ranitidin 2x1 Menurunkan Diare, muntah, sakit kepala,
sekresi asam insomnia, sulit menelan
lambung
berlebih
Parenteral
3 Ketorolac 2x1 Pereda nyeri Mual, muntah, diare
OMZ 2 x1 Menyembuhkan Mual, muntah, diare ringan,
kerusakan asam dan sakit kepala
di perut dan
kerongkongan
Nitrokaf retard 2x1 Untuk Sakit kepala, rasa mengantuk,
mencegah dan pusing kepala
mengatasi gejala
nyeri dada
Kendaron EC 2x1 Mengobati Gangguan lambung, sakit
gangguan irama kepala.
jantung yang
terjadi ketika
jantung berdeta
dengan cepat
V-Block EC 2x1 Mengatasi Pusing, berat badan
tekanan darah bertambah, mudah lelah.
tinggi, angina
dan gagal
jantung
4 RL Cairan hidrasi Nyeri dada, detak jantung
dan elektrolit abnormal, penurunan tekanan
Intra Vena
darah, kesulitan bernafas,
batuk, bersin, ruam dan gatal.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwasanya obat yang diberikan adalah


obat antibiotic, obat hipertensi, obat rutin jantung dan obat pengontrol asam
lambung.
3.3 Diagnosa Gizi
a. Domain Intake:
- NI 2.1 = Asupan oral inadekuat berkaitan dengan nafsu makan menurun
dan mual yang ditandai dengan asupanSMRS energi 56 %, protein 70 %,
lemak 56 % dan karbohidrat 58 %.
- NI 5.4 = Penurunan kebutuhan zat gizi spesifik natrium yang
berhubungan dengan hipertensi grade 2 yang ditandai dengan hasil
pemeriksaan fisik klinik tekanan darah 165/80 mmHg dan sering
mengkonsumsi cemilan yang mengandung natrium seperti keripik,
makaroni dan makanan ringan
b. Domain Clinik :
- NC 2.2 : Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan gangguan
elektrolit ditandai dengan ketidaknormalan kadar Hb, klorida dan
leukosit.
- NC 3.3 : Kelebihan berat badan/obesitas berkaitan dengan kurangnya
aktifitas fisik ditandai dengan IMT melebihi batas normal yaitu IMT
pasien 31,1 kg/m2
c. Domain Behavior/Perilaku:
- NB 1.6 : Ketidakpatuhan mengikuti diet berkaitan dengan kebiasaan
makan yang kurang baik ditandai riwayat gizi suka mengkonsumsi
cemilangorengan, suka makan jeroan kadang-kadang 2xsebulan dan
Makan sayur 2x/seminggu
3.4 Intervensi Gizi
3.4.1 Preskripsi Diet
Diet : DJ3RG2TILTT
Bentuk Makanan : Makanan Biasa
Frekwensi: 3x utama, 2x selingan
Rute/Cara Pemberian: Oral
3.4.2 Tujuan Intervensi
1. Memberikan asupan sesuai dengan kebutuhan
2. Memberikan makanan untuk menormalkan nilai lab
3. Menurunkan tekanan darah hingga mencapai normal
4. Menurunkan berat badan hingga mencapai BB normal
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait gizi
3.4.3 Prinsip dan Syarat Diet
1. Energi yaitu 1656,3 kkal
2. Protein cukup 0,8 kkal/kgBB dari energi total yaitu 56 gr
3. Lemak sedang 20% dari energi total, yaitu 36,8 gr
4. Karbohidrat by different yaitu 275,26 gr / 66% dari kebutuhan
5. lemak tidak jenuh 15 %
6. Vitamin B6 25-100mg, Vitamin B12 100 mcg, Vitamin E 15 mg,
Vitamin D 15 mcg
7. kalium 4700 mg
8. Zat besi 8 mg
9. Kalsium 1200 mg
10. Natrium 600-800 mg
11. kolesterol <300 mg/hari
12. Serat 25g/hari
3.4.4 Perhitungan Kebutuhan
BMR : 655 + (9,6 x 50) + (1,8 x 150) – (4,7 x 64)
655 + 480 + 270 – 300,8
1104,2 kkal
AF : 20% x 1104,2 kkal = 220,84 kkal
SF : 25 % x 1104,2 kkal = 276,05 kkal
Energi = 1601,09 kkal
Protein : 0,8 x 70= 56 gr x 4 = 224 gr
Lemak : 20 % x 1601,09kkal = 320,218 : 9 = 35,5 gr
Karbohidrat : 1601,09– (224 + 320,218)
= 1601,09 – 544,218 = 264,2 gr
3.4.5 Implementasi

1) Meningkatkan asupan sesuai dengan kebutuhan pasien


2) Memberikan makanan untuk menormalkan nilai lab
3) Menurunkan tekanan darah hingga mencapai normal
4) Menurunkan berat badan hingga mencapai BB normal pasien
5) Memberikan edukasi/konseling kepada pasien dan keluarga mengenai
diit yang diberikan
3.4.6 Rencana Edukasi
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang rawat inap ambun suri lt 2 kamar 1.4
Materi : Diet seimbang, diet hipertensi dan diet jantung
Metode : Konseling
Waktu : ± 20 menit
Media : Leaflet dan Daftar Bahan Penukar
3.5 Evaluasi

1. Membandingkan asupan makan pasien dengan kebutuhan


2. Membandingkan keluhan fisik sebelum dan sesudah intervensi
3. Data biokimia pasien mencapai normal
4. Membandingkan tekanan darah sebelum intervensi dan sesudah
intervensi
5. Mencapai BB pada sebelum dan sesudah intervensi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Monitoring
4.1.1 Data Antropometri
Antropometri memiliki makna ukuran tubuh, sehingga dapat dikatakan
bahwa antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh manusia.Antropometri
terdiri dari beberapa pengukurab, antara lain pengukuran pengukuran tinggi badan
(TB) yang merupakan jarak yang diukur antara tumit bawah kaki dengan pncak
kepala pada saat berdiri,dan berat badan (BB) yang merupakan gambaran massa
tubuh seseorang. Pada kondisi tertentu, dimana tinggi badan dan atau berat badan
tidak dapat diukur dapat digunakan panjang badan, tinggi lutut (TL), Pengukuran
lain seperti lingkar lengan atas (LiLA), tebal lipatan kulit (skinfol), panjang ulna,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang, dan lingkar pinggul dapat
dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh
(IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan
timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik. Berat badan akurat sebaiknya
dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB pasien sebelum sakit. Pengukuran
BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantara nya kondisi kegemukan dan
edema. Kegemukan dapat dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun, pada
pengukuran ini terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan oleh adanya edema.
Berikut data antropometri pasien selama intervensi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.1.1 Data Antropometri

Monitoring Tanggal pemeriksaan Penilaian


16 oktober 2019 20 oktober 2019

Lila 40 40 Tetap
TB 150 150 Tetap

Berdasarkan hasil dari tabel diatas diketahui bahwa selama melakukan


intervensi BB pasien belum mengalami perubahan secara signifikan.Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya penambahan ukuran LLA pada pasien.
Pengukuran BB dilakukan dengan cara estimasi karena pada awal intervensi
pasien terbaring lemah, sehingga yang diukur hanya LLA pasien tersebut.Hasil
pengukuran yang dilakukan selama intervensi tidak mengalami perubahan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu intervensi, faktor stress, faktor
aktivitas dan sebagainya.
4.1.2 Biokimia
Data biokimia merupakan datahasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizidan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Hasil laboratorium ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti asupan makanan, penggunaan suplemen,
kondisi fisik tertentu, penyakit, pengobatan, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
data biokimia pasien selama intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.2 Data Laboratorium
No Pemeriksaan 12 oktober 14 oktober 21 november Nilai Standart Penilaian
2019 2019 2019
1. ALT 31 IU/L 31 IU/L - 0 – 31 IU/L Tetap
2 AST 27 IU/L 27 IU/L - 0 – 31 IU/L Tetap
3 Glukosa 83 mg/dl 83 mg/dl - 74 - 106 mg/dl Tetap
4 Hb 11,9 mg/dl - - 12-14 mg/dl -
5 Trombosit 140000- -
313000/ml - -
400000/ml
6 leukosit 10100 /ml - - 4000 - 10000/ml -
7 klorida 111,5 mmol/l - - 100-106 mmol/l -
8 Natrium 139,5 mmol/l - - 135 – 147 mmol/l -
9 Kalium 3,94 mmol/l - - 3 – 5 mmol/l -
10 GDP 83 mg/dl - - <110 mg/dl -

Berdasarkan hasil data biokimia pada tabel diatas diketahui bahwasannya


nilai ALT,AST dan Glukosa tetap dan nilai labor yang lain tidak ada hasilnya.
4.1.3 Data Fisik
Pemeriksaan fisik atau klinis merupakan sebuah proses untuk menemukan
tanda klinis penyakit, yang akan membantu penegakan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Pemeriksaan klinis tekait gizi merupakan kombinasi dari,
tanda-tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik
pasien serta wawancara/anamnesis.Berikut data fisik pasien selama intervensi
dapat dilihat pada tableberikut :
Tabel 4.1.3 Data Fisik
Pemeriksaan Hasil
12 16 17 18 19 20 21
oktober oktober oktober oktober oktobe oktobe oktober
2019 2019 2019 2019 r 2019 r 2019 2019
Mual - + + - + - -
Sesak nafas + - - + + - -
anorexia + + + + - + +
Nyeri tangan + + + + + + +

Berdasarkan hasil data fisik pada tabel diatas diketahui pada pemeriksaan
fisik bahwasanya pasien setiap hari mengalami nyeri pada tangan kiri saat
digerakkan. Pasien mengalami anorexia selama empat hari (12,16,17 dan 18) dan
mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik pada hari ke lima. Namun, pada
masih merasakan mual dari awal intervensi sampai akhir intervensi.
4.1.4 Data Klinik
Data klinik merupakan data yang merupakan hasil pemeriksaan fisik, meliputi
tekanan darah, denyut nadi, kecepatan respirasi dan suhu tubuh. Berikut hasil data
klinis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :
Tabel 4.1.4 Data Klinik
No Parameter Hasil pemeriksaan Nilai rujukan ket
12 okt 16 okt 17 okt 18 okt 19 okt 20 okt 21 okt
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1 Tekanan 166/9 140/9 140/7 110/8 120/8 120/7 120/7 120/80 mmHg Turun
darah 0 0 0 0 0 0 0
2 Suhu 36,5 36,7 36 36 36,5 37 36,5 36.5 – 37.5 0C Turun
3 Nadi 81 80 78 80 85 82 80 60-100 Turun
kali/menit
4 RR 25 20 20 20 18 22 19 14-20 kali/menit Turun
Berdasarkan tabel diatas, data klinis yang telah diketahui bahwasannya
tekanan darah mengalamikenaikan dan melebihi batas normal,namun pada hari ke
4 tekanan darah pasien kembali normal.Kecepatan respirasi pasien tetap dan
berada pada rentang normal, Denyut nadi meningkat tetapi masih berada pada
rentang normal.
4.1.5 Asupan Gizi Pasien
Asupan gizi pasien merupakan data intake makanan dan minuman pasien
setiap hari melalui oral. Hasil monitoring asupan pasien dilakukan dengan cara
food weighing atau penimbangan berat awal dan berat sisa makanan pasien dan
recall 24 jam dengan wawancara kepada keluarga pasien tentang asupan harian
pasien. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan
bahan makanan. Anemnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari melalui “recall” makanan 24 jam dengan alat
bantu “food model” atau buku foto makanan. Kemudian dilakukan analisis zat gizi
yang merujuk kepada daftar makanan, sehingga dapat diketahui total asupan zat
gizi perhari.
Tabel 4.1.5 Asupan Gizi Pasien
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat
Hari Kel
ZAT GIZI KEBUTUHAN
(16 Oktober (17 Oktober (18 Oktober (19 Oktober (20 Ok
2019) 2019) 2019) 2019) 201
Asupan % Asupan % Asupan % Asupan % Asupan
Energi (kkal) 1601,09 970,2 57 % 1003,8 63 % 602,9 38% 1014,8 63 % 1028,8
Protein (gr) 56 34,2 59 % 28,8 51 % 31,2 56 % 40,3 72 % 35,4
Lemak (gr) 35,5 17,9 50 % 17,2 48 % 13,1 37 % 19,1 54 % 20,1
KH (gr) 264,218 174,9 62 % 190,5 72 % 93,8 36 % 172,4 65 % 182,4
Vitamin B6 25 1,2 5% 0 0% 1,4 6% 2,1 8% 1,6
Vitamin B12 100 1,6 2% 1,2 1% 2,3 2% 2 2% 1,2
Vitamin D 15 0,1 1% 0 0% 4,3 29 % 0,5 3% 0
Vitamin E 15 0,2 1% 0,3 2% 1,2 8% 1,3 9% 5,8
Natrium (mg) 600 575,55 96 % 544,25 91 % 398,35 66 % 594,75 99 % 557,65
Kolestrol (gr) <300 18,5 6% 18,5 6% 39,7 13 % 53,8 18 % 37
Kalsium 1200 787 66 % 534,1 45 % 421,3 35 % 461,3 38 % 663,9
Kalium (mg) 4700 1957,4 42 % 1672,2 36 % 1136,46 24 % 1359,3 29 % 2264,1
Fe (mg) 8 4,6 58 % 5,1 64 % 1,9 24 % 4,9 61 % 4,4
PUFA 216,57 2,9 1% 1,7 1% 2,5 1% 1,8 1% 3,6
Serat 25 11,2 44 % 8,56 34 % 4,1 16 % 7,5 30 % 10,6
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa asupan zat gizi pasien selama enam hari intervensi
sebagai berikut :
1. Energi
Energi yang dibutuhkan pasien adalah 1601,09 kkal per hari, yang diperoleh dari
perhitungan menggunakan rumus Harris benedict dengan mempertimbangkan faktor aktivitas
dan faktor stress. Selama intervensi rata-rata kebutuhan energi terpenuhi adalah 57% dari
total kebutuhan.
Peningkatan asupan pasien digambarkan pada grafik berikut :

Asupan energi
70
63 63 64
60 58 57 55
50
40 38
30
Asupan energi
20
10
0

2. Protein
Protein yang dibutuhkan pasien adalah 56 gram per hari, yang diperoleh dari perhitungan
0,8kkal/kgBB. Selama intervensi rata-rata kebutuhan protein terpenuhi adalah 59 % dari total
kebutuhan,namun belum mencukupi kebutuhan tubuh.
Peningkatan asupan pasien digambarkan pada grafik berikut :
Asupan Protein
80
70 70 72
60 59 63
56
50 51 50
40
30 Asupan Protein
20
10
0

3. Lemak

Lemak yang dibutuhkan pasien adalah 35,5 gram per hari, yang diperoleh dari
perhitungan 20% kebutuhan energi total. Selama intervensi rata-rata kebutuhan lemak
terpenuhi adalah 52% dari total kebutuhan.
Peningkatan asupan pasien digambarkan pada grafik berikut :

Asupan Lemak
70
65
60
56 57
54
50 50 48
40
37
30
Asupan Lemak
20
10
0

4. Karbohidrat
Karbohidrat yang dibutuhkan pasien adalah 264,218 gram per hari, yang diperoleh
dari perhitungan 65% kebutuhan energi total. Selama intervensi rata-rata kebutuhan
karbohidrat terpenuhi adalah 60% dari total kebutuhan.
Peningkatan asupan pasien digambarkan pada grafik berikut :

Asupan Karbohidrat
80
70 72 69
62 65
60 58 57
50
40
36
30 Asupan Karbohidrat
20
10
0

5. Serat
Serat yang dibutuhkan pasien adalah 25 gram per hari.Selama intervensi rata-rata
kebutuhan serat terpenuhi adalah 31% dari total kebutuhan, dengan kata lain tidak mencukupi
kebutuhan tubuh.
6. Vitamin dan mineral
Selama intervensi rata-rata asupan vitamin dan mineral belum memenuhi kebutuhan
sesuai Angka Kecukupan Gizi, Untuk mineral, yaitu natrium tidak melebihi dari natrium
yang dibutuhkan untuk RG 2.
7. Kolesterol
Selama intervensi rata-rata asupan kolesteroltidak melebihi dari 300 mg, yaitu 178,8 mg
selama enam hari.
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa asupan pasien selama intervensi
dapat meningkat dari asupan sebelum intervensi, namun ada juga asupannya menurun
dikarenakan pasien adalah pasien ok dan masih mual.Hal ini menunjukkan adanya
keberhasilan edukasi dan perencanaan makan sehingga meningkatkan asupan pasien.
4.2 Monitoring Evaluasi Konsultasi Gizi Pasien
Konsultasi gizi adalah ilmu dan seni memberikan pelayanan profesional bagi seseorang
(klien) yang menghadapai masalah gizi dan perilaku makan guna mencari alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi sesuai harapan dan keunikannya (Hardinsyah, 2001.
Konsultasi Gizi).
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sitematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
Materi yang diberikan kepada pasien dan keluarga berupa pemahaman mengenai diit
hipertensi, jantung dan bahan pangan penukar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menjalani proses diit seperti makanan yang harus dibatasi, jumlah asupan karbohidrat,
protein, dan lemak yang harus dikonsumsi. Selain itu, pasien dan keluarga diberikan leaflet
edukasi mengenai penyakit diabetes mellitus dan bahan pangan penukar. Pasien dan keluarga
paham terhadap apa yang sudah dijelaskan, dan ada keinginan untuk melakukan diit tersebut.
Kemudian, pasien merasa termotivasi atas dukungan dari keluarga dan diri sendiri untuk
melakukan diit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai