Anda di halaman 1dari 26

Kesulitan download ?

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/malpresentasi-malposisi-chepalopelvic.html

MALPRESENTASI, MALPOSISI, CHEPALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)

A. MALPRESENTASI
1. PRESENTASI PUNCAK KEPALA
a. Definisi
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan
bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan. Presentasi
puncak kepala adalah presentasi kepala dengan defleksi/ ekstensi minimal dengan
sinsiput merupakan bagian terendah. Presentasi puncak kepala adalah bagian
terbawah janin yaitu puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam
keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi.
Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat
deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada
presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah
sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis
adalah glabella.
b. Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Letak
defleksi ringan dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi (2002)
biasanya disebabkan:
1) Kelainan panggul (panggul picak)
2) Kepala bentuknya bundar
3) Anak kecil atau mati
4) Kerusakan dasar panggul
Sedangkan sebab lainnya yaitu: Penyebabnya keadaan–keadaan yang
memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi
kepala.
1) Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2) Multiparitas, perut gantung
3) Anensefalus, tumor leher bagian depan.
c. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir
berada dalam keadaan fleksi tetapi pada kasus ini fleksi tidak terjadi sehingga
kepala dalam keadaan defleksi, jadi yang melewati jalan lahir adalah sirkum
ferensia fronto oksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis
ialah glabella (Sarwono, 2005).
Dengan posisi seperti itu mengakibatkan terjadinya partus lama dan
robekan jalan lahir yang lebih luas selain itu karena partus lama dan moulage yang
hebat maka mortalitas perinatal agak tinggi (9%) (Moctar,2002).
d. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke
depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
1) Pemeriksaan abdominal
a) Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
b) Di atas panggul teraba kepala
c) Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi
yang berlawanan
d) Di fundus uteri teraba bokong, Oleh karena tidak ada fleksi maupun
ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya tonjolan kepala pada sisi
yang satu maupun sisi lainnya.
2) Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada
sisi yang sama dengan punggung janin
3) Pemeriksaan vaginal
a) Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
b) Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal.
Keduanya sama tinggi dalam panggul.
c) Pemeriksaan sinar- X
d) Pemeriksaan radiologis Presentasi Puncak Kepala membantu dalam
menegakkan diagnosis kedudukan dan menilai panggul.
e. Penanganan
1) Dapat ditunggu kelahiran spontan

1
2) Episiotomi
3) Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar
panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep. Usahakan lahir pervaginam karena
kira-kira 75 % bisa lahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan
vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah UUB (Mochtar,
2002).
f. Komplikasi
1) Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas
2) Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak
tinggi.
g. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan sama dengan POPP, perbedaannya : pada presentasi
puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sedangkan lingkaran
kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan
titik perputaran yang berada dibawah simpisis adalah glabella.

2. PRESENTASI DAHI
a. Definisi
Persentase dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya
presentasi dahi ini hanya bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Kepala memasuki panggul dengan
dahi melintang/ miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan
depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang
kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak
muka/letak belakang kepala.
b. Etiologi
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab
terjadinya presentasi muka yaitu:
1) Panggul sempit
2) Janin besar
3) Multiparitas

2
4) Kelainan janin (Ex : ansefalus)
5) Kematian janin intra uterin
c. Patofisiologi
Karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia
maksilloparietalis (35cm) yang lebih besar daripada lingkar pintu atas panggul
maka janin dengan berat dan besar normal tidak bisa lahir secara pervaginam
kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir spontan. Hal itu bisa mengakibatkan
persalinan lama, robekan jalan lahir yang lebih luas dan kematian perinatal.
d. Diagnosis:
1) Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka, tapi bagian belakang kepala
tidak seberapa menonjol.
2) DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil
janin.
3) Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada
persalinan sebelumnya normal.
4) Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain
teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.
e. Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan
dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam
mengahadapi persalinan presentasi dahi sama dengan sikap dalam menghadapi
presentasi muka.Bila persalinan menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukakn
tindakan. Demikian pula bila harapanpresentasi dahi dapat berubah menjadi
presentasi belakang kepala atau presentasi muka.Jika pada akhir kala I kepala
belum masuk kedalam kedalam rongga panggul, dapat diusahakan mengubah
presentasi dengan parasat thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan
SC. Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak
mengalami kemajuan sebaiknya dilakukan SC. Penanganan lain yaitu jika janin
mati dan pembukaan lengkap dilakukan kraniotomi.
f. Mekanisme Persalinan
Kepala masuk melalui PAPdengan sirkumferensia maksilo-parietalis dan
dengan sutura frontalis melintang/miring. Setelah terjadi moulage dan ukuran
terbesar kepala telah melalui PAP, dagu memutar ke depan. Setelah dagu didepan

3
dengan fosa kanina sebagai hipomoklion terjadi fleksi sehingga UUB dan
belakang kepala melewati perineum. Kemudian terjadi dfleksi sehingga mulut dan
dagu lahir dibawah simpisis. Yang, menghalangi presentasi dahi untuk menjadi
presentasi muka, biasanya terjadi karena moulage dan kaput sucsedaneum yang
besar pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi
penambahan defleksi.

3. PRESENTASI MUKA
a. Definisi
Letak muka adalalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Presentasi muka
dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan
sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang
teraba muka bayi = mulut, hidung, dan pipi. Presentasi ini disebut Primer bila
terjadi sejak kehamilan, sekunder bila terjadi pada proses persalinan.
b. Diagnosis
1) Tubuh janin dalam keadaan fleksi, sehingga pada pemeriksaan luar dada akan
teraba punggung.
2) Bagian kepala menonjol yaitu belakang kepala berada di sebelah yang
berlawanan dengan letak dada.
3) Didaerah itu juga dapat diraba bagian-bagian kecil janin dan DJJ lebih jelas.
4) Periksa dalam meraba dagu, mulut, hidung, pinggir orbita.
5) Janin ansefalus dan tumor di leher bagian depan
c. Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-
keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang
menghalangi terjadinya defleksi kepala. Yaitu karena:
1) Panggul sempit
2) Janin besar
3) Multiparitas
4) Perut gantung
5) Kelainan janin (anensefalus)
6) Lilitan tali pusa.

4
Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala, sehingga ada presentasi
muka dagu anterior dan postorior.
1) Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi
2) Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi max
d. Patofisiologi
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan
sirkumferensia trakeloparietal yang sedikit lebih besar dari pada sirkumferensia
suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi karena adanya kesempitan
panggul dan janin besar yang merupakan penyebab terjadinya presentasi muka
karena kepala menagalami defleksi.
e. Penanganan
1) Dagu anterior
a) Bila pembukaan lengkap
• Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
• Bila kemajuan persalinan lambat lakukan disitoksin drip
• Bila kurang lancar, lakukan forseps
b) Bila pembukaan belum lengkap
Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi
persalinan sama dengan persalinan verteks
2) Dagu Posterior
a) Bila pembukaan lengkap maka SC
b) Bila pembukaan maka lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan
kemajuan persalinan, jika macet maka SC
c) Jika janin mati maka Kraniotomi
f. Mekanisme Persalinan
Kepala turun melalui PAPdengan sirkumferensiatrakelo-parietalis dan
dengan dagu melintang / miring.Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi
PPD, sehingga dagu memutar kedepan dan berada di bawah arkus pubis.Dengan
daerah submentum sebagai hipomoklion kepala lahir dengan gerakan fleksi
sehingga dahi, UUB, belakang kepala melewati perineum.Setelah kepala lahir
terjadi PPL dan badan janin lahir seperti pada presentasi kepala.kalau dagu bedara
dibelakang pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang jarak yang
lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang dagu tidak memutar ke depan

5
dan tetap berada di belakang.Keadaan ini disebut posisi mento posterior persisten
dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin mati atau kecil.Hal ini
karena kepala sudah berada dalam fleksi maksimal dan tidak mungkin menambah
defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam pangguldan persalinan
tidak akan maju.
4. PRESENTASI OCCIPITO POSTERIOR
a. Definisi
Pada letak belakang kepala biasanya ubun- ubun kecil akan memutar ke
depan dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang -kadamg UUK
tidak berputar kedepan tetapi tetap berada di belakang, yang disebut POSITIO
OCIPUT POSTERIOR. Dalam mengahadapi persalinan d imana UUK terdapat di
belakang kita harus sabar, sebab rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi di
dasar panggul.
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP
dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada
di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan
belakang. Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar
panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul
dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput.
1) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transversa Ex :
panggul antiopoid
2) Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
3) Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
4) Kepala janin yang kecil dan bulat
b. Etiologi
1) Sering dijumpai pada panggul andropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
2) Letak
3) punggung janin dorsoposterior
4) Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
5) Perut gantung
6) Janin kecil atau janin mati
7) Arkus pubis sangat luas
8) Dolichocephali
9) Panggul sempit

6
c. Patofisiologi
Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan regangan
yang besar pada vagina dan perineum, hal ini disebabkan karena kepala yang
sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi.
Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir
melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih
besar dibandingkan dengan sirkumferensia suboksipito bregmatika. Oleh sebab itu
persalinan pada umumnya berlangsung lama, yang mengakibatkan kerusakan
jalan lahir lebih besar, dan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan
dengan keadaan di mana ubun- ubun kecil berada di depan.

d. Diagnosis
1) Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba anterior.
2) Auskultasi
DJJ terdengar di samping
3) Pemeriksaan vagina
Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba
jika kepala dalamkeadaan defleks.
e. Penanganan
1) Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran,
ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
2) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0)
maka E.V atau forseps
3) Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC Lakukan pengawasan dengan
seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
4) Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya
terhadap janin
5) Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari
episiotomi
6) Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
7) Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
8) Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri
oksitosin drip

7
9) Bila pembukaan lengkap

B. MALPOSISI
1. LETAK SUNGSANG
a. Pengertian
Persalinan sungsang adalah keadaan dimana janin yang letaknya
memanjang dalam rahim dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
dibagian kavum uteri (Manuaba, 2005).
Merupakan dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu kepala
pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah pintu
atas panggul/simfisis) (Wiknjosastro, 2006).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah
letak janin yang memanjang dalam rahim dengan kepala berada difundus uteri
dan bokong berada dibagian bawah.
b. Tanda dan Gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri
dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV
teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila
didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut
tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat
lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua
tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama

8
dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema
sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus
dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi
bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi
yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis
posisi.
c. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terkahir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di gundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecik di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor-faktor yang memegang peranan
dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang
letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelianan bentik uterus.
Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus
(Prawirohardjo, 2005 : 611).
Faktor predisposisi letak sungsang menurut (mochtar,1998.352) yaiu :
1. Fiksasi pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor-tumor
pelvis.

9
2. Janin mudah bergerak seperti pada hidroamnionj,multipara, janin kecil
( premature).
3. Gamelli
4. Kelainan uterus seperti uterus arkuatus, bikornus, mioma uteri.
5. Janin yangb sudah lama mati.
6. Sebab yang tidak diketahui.
d. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.
e. Pemerikaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik
atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ultrasonografik
diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas,
menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto
rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak
janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.

f. Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,

10
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah
air ketuban relatif telah berkurang.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala.
Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang
menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang
dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam
dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong.
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi.
g. Kewenangan Bidan pada Kasus Letak Sungsang
Menolong dengan persalinan letak sungsang haruslah dengan standart 
pelayanan yang tinggi, prosedur serta kehati-hatian juga diperlukan, prosedur
serta standard medis yang tinggi hanya di kuasai oleh Dokter, serta akan lebih
amam dilakukan di Rumah Sakit, jika terjadi kegawat daruratan terhadap pasien
akan dapat ditangani dengan cepat, dan tepat, maka jika Bidan memaksakan
melakukan persalinan letak Sungsang akan bertentangan dengan :
1. Pasal 24 Ayat (1) disebutkan pula bahwa ”Tenaga kesehatan sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standard
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart pelayanan, dan standart
prosedur operasional dan dalam Ayat (2) disebutkan bahwa “ketentuan

11
mengenai kode etik dan profesi sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1
diatur oleh organisasi profesi”.
2. Pasal 19 disebutkan bahwa Dalam menjalankan praktik, bidan mempunyai
hak: “Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik
sepanjang sesuai dengan standard profesi dan standard pelayanan” Dan dalam
point (c) disebutkan bahwa Bidan melaksanakan tugas sesuai dengan
kewenangannya, standard profesi dan standard pelayanan”
Analisis:
Jelas sekali tersurat dalam undang-undang tersebut jika bidan memaksakan
melakukan persalinan letak Sungsang sangat bertentangan dengan standard
profesi dan standard pelayanan , dalam hal ini dokter yang mempunyai
wewenangnya dan dilakukan di Rumah Sakit, sehingga kehati-hatian dapat
dipenuhi jika terjadi kegawat daruratan dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat.

2. Letak Lintang
a. Pengertian
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya
akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada
saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah
pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu
miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi besar akan
terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis yang sering disebut dengan distosia
bahu (Sarwono, 2002).
Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan bisaanya bahu
merupakan bagian terendah janin(Sarwono, 2002).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan
(dorsoanterior), di belakang( dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah
(dorsoinferior), (Sarwono, 2005).
Jenis-jenis letak lintang dapat dibedakan menurut beberapa macam, yaitu;

12
1. Menurut letak kepala terbagi atas;
a. LLi I : Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kiri.
b. LLi II : Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kanan.
2. Menurut posisi punggung terbagi atas;
a. Dorso anterior : Apabila posisi punggung janin berada di depan.
b. Dorso posterior : Apabila posisi punggung janin berada di belakang.
c. Dorso superior : Apabila posisi punggung janin berada di atas.
d. Dorso inferior : Apabila posisi punggung janin berada di bawah.
b. Etiologi
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen
akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi yang
terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul sempit,
hidramnion, kehamilan kembar, dan lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang
dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya
tumor di daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang
tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul.
Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada wanita dengan
paritas empat atau lebih, insiden letak lintang hampir sepuluh kali lipat dibanding
wanita nullipara.
c. Patofisiologi
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau melintang.
Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka Diagnosis letak lintang (Harry Oxorn
William R. Forte. 2010)
d. Manifestasi Klinis
1. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri
membentang sedikit diatas umbilikus.
2. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
3. Pada palpasi :
a. Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri

13
b. Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong
pada fosa iliaka yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4. Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu
dataran keras terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung
posterior bagian kecil dapat ditemukan pada tempat yang sama.
5. Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
e. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul
sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan
untuk menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan
untuk menilai letak janin
2. Sewaktu Partus
Pada permulaan persalinan masih diusahakan mengubah letak lintang janin
menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan
ketuban belum pecah atau utuh, umur kehamilan 36 sampai 38 minggu, bagian
terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP, dan bayi dapat
lahir pervagina. Pada seseorang primigravida bila versi luar tidak berhasil,
sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut : bahu tidak dapat melakukan
dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang primgravida kala I
menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap, tidak ada bagian
janin yang menahan tekanan intra – uteri pada waktu his, maka lebih sering
terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli, dan pada primigravida versi
ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik,
tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat
ditunggu dan di awasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian

14
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya
ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun dan meneran.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus
funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi
tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu
sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat
diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan
berlangsung dengan lancer atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula
pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi
akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah
mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi atau embriotomi.
f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP, PBP,
dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan 8 bulan atau
lebih.
2. Pemeriksaan dalam (VT)
Pemeriksaan dalam pada letak lintang terdapat;
 Teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan.
 Teraba bahu dan ketiak yang bias menutup ke kanan atau ke kiri.
 Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan
klavikula.
 Pemeriksaan dalam agak susah dilakukan apabila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

C. CHEPALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)


1. Pengertian
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara
ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997). Secsio caesarea yaitu suatu
tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada

15
dinding uterus yang masih utuh. Secsio caesarea yaitu suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
untu melahirkan janin dari rahim (Mochtar, 1998). Jadi post sectio caesarea dengan
CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan janin melalui sayatan
pada dinding uetrus dikarenakan ukuran kepala janin dan panggul ibu tidak sesuai.

2. ETIOLOGI
Menurut Hamilton (1999) CPD disebabkan oleh :
1. Panggul ibu yang sempit.
2. Ukuran janin yang terlalu sempit
Sedangkan penyebab dilakukan seksio sesarea menurut Prawirohadjo (2000)
yaitu:
1. Disproporsi kepala panggul (CPD)
2. Disfungsi Uterus
3. Plasenta Previa
4. Janin Besar
5. Ganiat Janin
6. Letak Lintang
(Mochtar , 1998) menambahkan penyebab lain , yaitu:
1. Ruptur Uteri mengancam
2. Partus lama , Partus tak maju
3. Preeklamsi dan hipertensi
4. Mal presentasi janin
♣ Letak lintang
♣ Letak bokong
♣ Presentasi dahi dan muka
♣ Presentasi rangkap

3. Ukuran Panggul Sempit


Meskipun persoalannya adalah hubungan antara panggul dengan janin tertentu,
pada beberapa kasus panggul sedemikian sempitnya sehingga janin normal tidak akan
dapat lewat. Ukuran yang sempit dapat berada pada setiap bidang : Pintu Atas
Panggul (PAP), Pintu Tengah Panggul (PTP) dan Pintu Bawah Panggul (PBP).

16
Kadang-kadang seluruh bidangnya sempit atau panggul sempit menyeluruh (Oxorn,
2010).
Kapasitas panggul tidak memadai yaitu situasi yang muncul akibat kukurangnya
ukuran panggul, ukuran janin yang berlebihan, atau yang lebih sering kombinasi
keduanya. Setiap penyempitan garis tengah panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia selama persalinan. Terdapat penyempitan pada
Pintu Atas Panggul (PAP), Pintu Tengah Panggul (PTP) dan Pintu Bawah Panggul
(PBP) atau penyempitan akibat kombinasi faktor-faktor tersebut (Kannet, 2009).
a. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu Atas Panggul (PAP) dianggap sempit jika diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm atau jika diameter transversal terpanjangnya
kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul diperkirakan
secara manual dengan mengukur konjugata diagonal yang berdiameter 1,5 cm
lebih besar.
Oleh karena itu, penyempitan Pintu Atas Panggul (PAP) didefinisikan
sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm (Kanneth, 2009).
Sebelum persalinan, diameter biparietal janin menunjukkan berukuran rata-
rata dari 9,5 hingga 9,8 cm. Oleh karena itu, mungkin sulit atau bahkan tidak
mungkin bagi sebagian janin untuk melewati pintu atas dengan diameter
anteroposterior kurang dari 10 cm. Insiden pelahiran yang sulit meningkat jika
diameter anteroposterior pintu atas kurang dari 10 cm (Kanneth, 2009).
b. Kesempitan Pintu Tengah Panggul
Penyempitan Pintu Tengah Panggul (PTP), situasi yang sering dijumpai
daripada pintu atas. Keadaan ini sering menyebabkan kemacetan melintang kepala
janin yang berpotensi mengharuskan penanganan dengan tindakan forsep yang
sulit atau sectio cesarea. Bidang obstetri tengah panggul membujur dari batas
inferior simfisis pubis melalui spina iskiadika dan menyentuh sakrum dekat
sambungan vertebrata keempat dan kelima (Kanneth, 2009).
c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu Bawah Panggul (PBP) biasanya didefinisikan sebagai penurunan
diameter tuberosum interiskiadika menjadi 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu
bawah panggul dapat menyebabkan distosia tetapi lebih jarang dibandingkan
dengan penyempitan tengah panggul. Penyempitan pintu bawah jarang terjadi
tanpa disertai penyempitan tengah panggul (Kanneth, 2009).

17
d. Fraktur Pelvis dan Penyempitan yang Jarang
Trauma akibat kecelakaan kendaraan bermotor merupakan kausa tersering
fraktur panggul. Pada fraktur bilateral ramus pubis, sering terjadi gangguan
kapasitas jalan lahir akibat pembentukan kalus. Riwayat fraktur panggul
menunjukkan perlunya dilakukan evaluasi cermat terhadap foto sinar-X (Kanneth,
2009).

4. Persangkaan Panggul Sempit


Menurut Sulaiman (2005), kemungkinan seseorang dengan panggul sempit
jika :
a. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu
ke-36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-lain).

5. Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul luar dapat dilakukan oleh seorang bidan saat ibu hamil
melakukan pemeriksaan Antenatal Care (sumarah, 2009).
a. Pemeriksaan Panggul Luar, yaitu :
1) Distansia spinarum, jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra
dan dekstra, jaraknya 24-26 cm.
2) Distansia kristarum, jarak antara kedua krista iliaka kanan dan kiri 28-30 cm.
3) Konjugata eksterna (Boudeloque) merupakan jarak antara bagian atas simfisis
dan prosesus spinosus lumbal 5, jaraknya 18-20 cm.
b. Ketiga distansia ini diukur dengan jangka panggul.
1) Lingkar panggul yaitu jarak antara tepi atas symfisis pubis ke pertengahan
antara trokhanter dan spina iliaka anterior superior kemudian ke lumbal ke-5
kembali ke sisi sebelahnya sampai kembali ke tepi atas symfisis pubis. Normal
80-90 cm.
2) Pemeriksaan Klinis yaitu Pengukuran Konjugata Diagonalis dengan
Pemeriksaan Dalam yaitu : Teknisnya memasukkan dua jari (jari telunjuk dan
jari tengah) ke jalan lahir sehingga menyentuh bagian tulang belakang atau

18
promontorium. Setelah itu, hitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah
11 cm. Panggul tengah diukur dengan cara memeriksa spina ischiadika atau
tonjolan tulang panggul yang teraba menonjol atau tidak, dan sudut tulang
kemaluan lebih dari 90 derajat dan intertuberosum lebih dari 8 cm untuk
mengetahui panggul bawah luas (Rohani, 2011).
c. Pemeriksaan Radiologi/rontgen
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen.
Hasil foto kemudian dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Mulai dari pintu
atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul (Cunningham,
2006).

6. Pentalaksanaan Panggul Sempit.


Penatalaksanaan Cephalo Pelvic Disproportion, menurut Cunningham (2006),
yaitu :
a. Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per
vaginam pada wanita dengan panggul yang relatif sempit. Tindakan partus
percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD, dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah
persalinan masuk fase aktif.
Penilaian berdasarkan komponen kemajuan persalinan yang terdiri dari :
1) Pembukaan Serviks.
2) Turunnya Kepala.
3) Putaran paksi dalam yang penilaiannya dilakukan setiap 2 jam.
Bila terdapat perubahan yang bermakna dari komponen yang dinilai maka
partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen
tesebut tidak ada kemajuan yang bermakna maka partus percobaan dikatakan
gagal dan dipastikan ada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD), persalinan
dilanjutkkan dengan sectio caesarea (Cunningham, 2006).
b. Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea profesional yang

19
pertama dilakukan diAmerika Serikat pada tahun 1827. Dilondon dan Edinbrugh
pada tahun 1877, dari 35 pembedahan caesarea terdapat 33 kematian ibu.
Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea
diAmerika Serikat. Angka mortalitasnya 52% yang terutama disebabkan oleh
infeksi dan perdarahan (Oxorn, 2011).
Sectio caesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau Cephalo Pelvic Disproportion yang nyata. Sectio caesarea
elektif atau terencana adalah Sectio caesarea yang dilakukan selama kehamilan,
sebelum dimulainya awal persalinan (Baston, 2012).

20
DAFTAR TILIK PERSALINAN LETAK SUNGSANG

PENILAIAN
1. Tidak ada penilaian : Langkah tidak dikerjakan sama sekali
2. Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar dan tidak berurutan.
3. Mampu : Langkah dikerjakan dengan dengan benar dan berurutan,
namun kurang tepat dan pembimbing perlu mengingatkan hal-
hal tertentu.
4. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan, tanpa
ragu-ragu dan tanpa bantuan.

Beri tanda ceklist (√ ) pada kolom penilaian


NILAI
NO LANGKAH / TUGAS
1 2 3 4
PERSIAPAN
1. Menyiapkan peralatan yang digunakan
2. Informasikan pada ibu apa yang akan dilakukan dan
diberikan dukungan agar ibu percaya diri dan berani bertanya
3. Dengarkan apa yang ingin disampaikan ibu
4. Berikan dukungan emosional dan jaminan
5. Pastikan bahwa prasyarat persalinan sungsang terpenuhi :
 Letak bokong murni
 Ukuran rongga panggul yang adekuat
 Bayi tidak terlalu besar
 Tidak ada riwayat SC karena CPD
 Kepala fleksi
TINDAKAN PRA PERSALINAN SUNGSANG
6. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
keringkan dengan handuk yang bersih
7. Menggunakan sarung tangan DTT
8. Membersihkan daerah vulva dengan cairan antiseptik
9. Jika diperlukan, kateterisasi kandung kemih
PERSALINAN SUNGSANG
MELAHIRKAN BOKONG DAN KAKI
10. Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap,
suruh ibu meneran bersamaan dengan his
11. Jika perineum tampak kaku lakukan episiotomi
12. Biarkan bokong sampai skapula lahir dan kelihatan di vagina
13. Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan
14. Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki terlebih
dahulu :

21
NILAI
NO LANGKAH / TUGAS
1 2 3 4
 Tekan belakang lutut
 Genggam tumit dan lahirkan kaki
 Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
15. Pegang bagian pinggul bayi
MELAHIRKAN TANGAN
16. Jika tangan menempel pada dada biarkan lahir dengan
spontan :
 Jika lengan pertama lahir, angkat bokong ke arah perut
ibu agar lengan kedua lahir spontan
 Jika tangan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari
di siku bayi dan tekan, agar tangan turun melewati muka
bayi
17. Jika lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit di belakang
kepala (Nuchel arm) gunakan perasat atau cara Lovset :
 Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi
dengan kedua tangan
 Putar bayi 180 derajat sambil tarik ke bawah dengan
lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan
yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di
bawah simpisis (depan).
 Bantu melahirkan lengan dengan memasukkan 1 atau 2
jari pada lengan atas serta menarik secara perlahan
tangan ke bawah melalui dada (seolah olah tangan bayi
mengusap dadanya) sehingga siku dalam keadaan fleksi
dan lengan depan lahir. Untuk melahirkan lengan kedua,
putar kembali 180 derajat ke arah yang berlawanan ke
kiri/ke kanan sambil ditarik secara perlahan sehingga
lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir di
depan
18. Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang
terlebih dahulu :
 Pegang pergelangan kaki dan angkat ke atas
 Lahirkan bahu belakang/posterior

22
NILAI
NO LANGKAH / TUGAS
1 2 3 4
 Lahirkan lengan dan tangan
 Pegang pergelangan kaki dan tarik ke bawah
 Lahirkan bahu dan lengan depan
MELAHIRKAN KEPALA
19. Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau - Smelle –Veit :
 Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina
 Letakkan badan bayi di atas tangan kiri penolong
sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda
 Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maxila
bayi, dan jari tangan di dalam mulut bayi
 Tangan kanan memegang/mencengkram tengkuk bahu
bayi dan jari tengah mendorong aoksipital sehingga
kepala menjadi fleksi
 Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati
tariklah kepala dengan gerakan memutar sesuai dengan
jalan lahir
 Minta asisten menekan atas tulang pubis ibu, sewaktu
melahirkan kepala
 Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) ke atas
untuk melahirkan mulut hidung dan seluruh kepala
20. Bila perlu setelah melahirkan bayi periksa apakah ada
perlukaan jalan lahir
21. Jahit luka episiotomi jika sebelumnya dilakukan episiotomi
22. Lakukan asuhan segera pada ibu post partum dan bayi baru
lahir
TINDAKAN SETELAH PERSALINAN SUNGSANG
23. Sebelum melepaskan sarung tangan, buang terlebih dahulu
kapas atau kassa dan sampah lainnya ke dalam tempat
sampah yang tidak bocor/kantong plastik
24. Rendam instrumen ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit untuk dekontaminasi
25. Bilas kedua sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% :
 Lepaskan sarung tangan dengan arah dari dalam keluar
 Jika sarung tangan yang digunakan adalah sarung tangan

23
NILAI
NO LANGKAH / TUGAS
1 2 3 4
disposibel buang ke dalam tempat sampah yang tidak
bocor/kantong plastik
 Jika sarung tangan akan digunakan kembali
dekontaminasi terlebih dahulu keadaan larutan klorin 0,5
% selama 10 menit
26. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian
keringkan dengan handuk bersih
27. Observasi 2 jam post partum
28. Lakukan proses pendokumentasian

24
MAL PRESENTASI

MALPOSISI

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

25

Anda mungkin juga menyukai