PENDAHULUAN
1
4. Contoh kasus ketimpangan antar wilayah ?
5. Bagaimana solusi mengatasi Ketimpangan Pembangunan antar Daerah?
1.3 Sasaran
1. Mengetahui Pengertian Ketimpangan dan pengertian Pembangunan
2. Mengetahui Bagaimana Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar
Daerah dan bagaimana pandangan teori Neo-Klasik tentang Ketimpangan
Pembangunan antar daerah tersebut.
3. Mengetahui Faktor-faktor penyebab Ketimpangan Pembangunan Anatar
Daerah
4. Mengetahui Permasalahan Ketimpangan suatu wilayah.
5. Mengetahui Bagaimana solusi mengatasi Ketimpangan Pembangunan
antar Daerah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berbentuk huruf U terbalik (Reserve U-shape Curve) sebagaimana telah dijelaskan
pada bab 4 terdahulu.
Pertanyaan yang menarik adalah mengapa pada waktu proses pembangunan
dilaksanakan di negara sedang berkembang, justru ketimpangan meningkat?
Jawabannya adalah karena pada waktu proses pembangunan baru dimulai di
negara sedang berkembang. Kesempatan dan peluang pembangunan yang ada
umumnya dimanfaatkan oleh daerah- daerah yang kondisi pembangunan sudah
lebih baik. Sedangkan daerah-daerah yang masih sangat terbelakang tidak mampu
memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasarana dan sarana serta
rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Hambatan ini tidak saja disebabkan oleh
factor ekonomi, tetapi juga oleh factor social-budaya sehingga akibatnya
ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung lebih cepat di daerah dengan
kondisinya lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak
mengalami kemajuan.
Keadaan yang berbeda terjadi di Negara yang sudah maju dimana kondisi
daerahnya ummnya telah dalam kondisi yang lebih baik dari segi prasarana dan
sarana serta kualitas sumberdaya manusia. Disamping itu, hambatan-hambatan
social dan budaya dalam proses pembangunan hampir tidak ada sama sekali.
Dalam kondisi yang demikian, setiap kesempatan peluang pembangunan dapat
dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Akibatnya, proses pembangunan
pada Negara maju akan cenderung mengurangi ketimpangan pembangunan
antar daerah.
Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini kemudian diuji kebenarannya oleh
Jefrey G. Willamson pada tahun 1996 melalui suatu studi tentang ketimpangan
pembnagunan antar daerah pada negara maju dan Negara sedang berkembang
dengan menggunakan data time series dan cross-section. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa Hipotesa Neo-Klasik yang diformulasikan secara teoritis
ternyata terbukti benar secara empiric. Ini berarti bahwa proses pembangunan
suatu Negara tidak otomatis dapat menurunkan ketimpangan pembangunan
antar daerah, tetapi pada tahap permulaan justru terjadi hal sebaliknya.
Fakta empiric ini menunjukan bahwa peningkatan ketimpangan
pembangunan yang terjadi di Negara-negara sedang berkembang sebenarnya
4
bukanlah karena kesalahan pemerintah atau masyarakatnya, tetapi hal tersebut
terjadi secara natural diseluruh Negara. Bahkan ketika Amerika Serikat mulai
melaksanakan proses pembangunan pada abad kedelapan belas dulu, peningkatan
ketimpangan pembangunan antar daerah juga meningkat tajam. Peningkatan
ketimpangan ini bahkan sampai memicu terjadinya perang saudara antar Negara
bagian di Selatan yang masih relative tertinggal dengan Negara bagian di Utara
yang sudah lebih maju. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia dengan adanya
pemberontakan PRRI-Persemesta di Sumatera Barat tahun 1957, Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
5
demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang
dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur
kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi
ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja
yang dimliki masyarakat daerah bersangkutan.
C. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Kurang lancanya mobilits barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya
peningkatan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Mobilitas barang dan jasa
ini meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori
pemerintah (transmigrasi) atau migrsi spontan. Alasannya adalah karena bila
mobillitas tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi atau daerah tidak dapat
dijual kedaerah lainyang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migrsi
yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat
dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat membutuhkan. Akibatnya,
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi karena kelibahan
suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lian yang membutuhkan,
sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya. Karena itu
tidaklah mengherankan bilamana, ketimpangan pembangunan antar wilayah akan
cenderung tinggi pada negara sedang berkembang dimana mobilitas barang dan
jasa kurang lancar dan masih terdapatnya beberapa daerah yang terisolir.
D. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah
Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yag cukup tinggi pada wilayah
tertentu jelas akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah.
Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daeerah dimana
terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut
selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. Demikian pula
sebaliknya bilamana, konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah relatif
rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat setempat.
6
E. Alokasi Dana Pembangunan Antar Daerah
Tidak dapat disangka bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat
alokasi investasi yang lebih besar dari pemetintah, atau dapat menarik lebih
banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan
ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula
mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang
lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Demikian pula
sebaliknya terjadi bilamana investasi pemerintah dan swasta yang masuk kesuatu
daerah ternyarta lebih rendah.
7
perhitungan indeks ketimpangan dengan mengeluarkan DKI Jakarta ternyata lebih
tepat karena perbedaan struktur perekonomian daerah.
Tabel
Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah di Indonesia 1995 - 2003*
Termasuk
Tahun Diluar DKIJakarta
DKIJakarta
1993 0,56 0,44
1994 0,59 0,46
1995 0,63 0,48
1996 0,67 0,49
1997 0,69 0,51
1998 0,66 0,52
1999 0,67 0,53
2000 0,66 0,52
2001 0,65 0.51
2002 0,65 0,51
2003 0,64 0,50
8
daerah. Upaya utuk mendorong kelancaran mobilitas barangdan faktor produksi
antar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana dan
sarana perhubungan keseluruh pelosok daerah. Prasarana perhubungan yang
dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna
mendorong proses perdagangan antar daerah.
2. Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan
Untuk mengurangi kepentingan pembangun antar wilayah, kebijakan dan
upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong pelaksanaan transmigrasi dan
migrasi spontan. Transmigrasi adalah pemindahan penduduk ke daerah kurang
berkembang dengan menggunakan fasilitas dan dukungan pemerintah. Sedangkan
migrasi spontan adalah perpindahan penduduk yang dilakukan secara sukarela
menggunakan biaya sendiri. Melalui proses transmigrasi dan migrasi spontan ini,
kekurangan tenaga kerja yang dialami oleh daerah terbelakang akan dapat pula
diatasi sehingga prosees pembangunan daerah bersangutan akan dapat pula
digerakan.
3. Pengembangan Pusat Pertumbuhan
Kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan
pembangunan antar wilayah adalah melalui pengembangan pusat pertumbuhan
(Growth Poles) secara tersebar. Kebijakan ini diperkirakan akan dapat
mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah karena pusat pertumbuhan
tersebut menganut konsep konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus. Aspek
konsentrasi diperluka agar penyebaran kegiatan pembangunan tersebut dapat
dilakukan dengan masih terus mempertahankan tingkat efesiensi usaha yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha tersebut. Sedangkan aspek
desentralisasi diperlukan agar penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah
dapat dilakukan sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat
dikurangi. Penerapan konsep pusat pertumbuhan ini untuk mendorong proses
pembangunan daerah dan sekaligus untuk dapat mengurangi ketimpangan
pembangunan antar wilayah dapat dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan pada kota-kota skala kecil dan menengah.
9
Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan juga dapat
digunakan untuk mengurangi tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah.
Hal ini jelas, karena dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi
pembangunan, maka aktifitas pembangunan daerah, termasuk daerah terbelakang
akan dapat lebih digerakan karena ada wewenang yang berada pada pemerintah
daerah dan masyarakat setempat. Dengan adanya kewenangan tersebut, maka
berbagai inisiatif dan aspirasi masyarakat untuk menggali potensi daerah akan
dapat lebih digerakan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan
daerah secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan
ketimpangan pembangunan antar daerah akan dapat pula dikurangi. Pemerintah
indonsia telah melakukan otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan mulai
tahun 2001 yang lalu. Melalui kebijakan ini, pemerintah daerah diberikan
kewenangan yang lebih besar dalam mengelola kegiatan pembangunan
didaerahnya masing-masing (desentralisasi pembangunan).
BAB III
10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembaasan kali ini dapat di simpulkan bahwa Ketimpangan
Pembangunan Antar Daerah itu adalah perbedaan pembangunan antar suatu
daerah dengan daerah lainnya bai secara partikal maupun secara horizontal yang
menyebabkan disparatis atau ketidak pemerataan pembangunan. itu di sebabkan
oleh beberapa factor antara lain Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam,
Perbedaan Kondisi Demografis, Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa,
Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah, dan Alokasi Dana Pembangunan Antar
Daerah. Adapun solusi untuk permasalaan tersebut adalah dengan cara pemerintah
harus melakukan Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan, Mendorong
Transmigrasi dan Migrasi Spontan, Pengembangan Pusat Pertumbuhan, dan
Pelaksanaan Otonomi Daerah.
3.2 Saran
Penulis sadar bahwa tulisan makalah ini jauh dari kata sepurna, maka
penulis mengharapkan segala jenis kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan tulisan ini di masa yang akan datang. Semoga tulisan sederhana
ini bisa bermampaat bagi rekan pembaca.
11