PERENCANAAN KEUANGAN
Disusun Oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
yang telah di limpahkan sejak mencari ide, menyusun , hingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa ada pengarahan, bimbingan serta kerja sama dari semua
pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
sesungguhnya kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, untuk
perbaikan dan menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
di harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang berkepentingan dan
khususnya untuk para mahasiswa agar dapat menjadi referensi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan terutama bagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Manajemen Keuangan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
b) Meramalkan neraca
Jika penjualan dinaikkan, maka aktivitasnya harus tumbuh. Karena perusahan beroperasi
pada kapasitas yang penuh, maka setiap pos aktivitas harus ditambah jika ingin penjualan yang
lebih tinggi untuk dicapai. Lebih banyak kas yang dibutuhkan untuk transaksi, penjualan yang
lebih tinggi akan menyebabkan piutang yang lebih besar, persediaan tambahan harus disimpan,
dan pabrik serta peralatan baru harus bitambah.
Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu
tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir
tahun fiskal atau tahun kelender, sehingga neraca sering disebut balance sheet.
3. Peramalan Penjualan
Peramalan penjualan sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
khususnya di bidang produksi. Selain itu perusahaan dapat mengetahui aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan dikemudian hari seperti perencanaan dan penjadwalan produksi dengan
mempertimbangkan kapasitas pabrik atau perencanaan tenaga kerja. Peramalan penjualan adalah
suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang melalui pengujian keadaan di
masa lalu.
Peramalan (forecasting) penjualan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan
yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan
langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada diluar kendali manajemen”
(Yamit, 2000:36).
Pada dasarnya peramalan penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: peramalan
subyektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan orang yang menyusunnya. Dalam hal
ini pandangan orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan
tersebut. Kedua yaitu peramalan yang obyektif , yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang
relevan pada masa lalu dengan menggunakan metode-metode dalam penganalisaan tersebut.
Menurut Yamit (2000:37): “Metode peramalan permintaan atau penjualan dapat dibagi
menjadi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif”. Metode kuantitatif
dibagi ke dalam deret berkala atau runtun waktu (time series) dan metode kausal, sedangkan
metode kualitatif dibagi menjadi metode eksploratoris dan normatif.
Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya
tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tersebut. Metode kuantitatif formal
didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan yang tinggi atau dapat
meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya.
Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu meliputi:
- Tersedia informasi tentang masa lalu.
- Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
- Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut.
Untuk meramalkan nilai suatu variabel dependen bila variabel independen diketahui
digunakan persamaan garis regresi dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = adalah variabel dependen
a = adalah intersep (titik potong kurva terhadap sumbu Y)
b = adalah kemiringan (slope) kurva linier
X = adalah variabel independen
Berdasarkan persamaan di atas dapat digunakan untuk menaksir nilai Y, jika nilai a, b, dan
X diketahui. Nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linier pada sumbu vertikal Y (a
adalah nilai Y, bila X = 0). Nilai b adalah kemiringan (slope) kurva linier yang menunjukkan
besarnya perubahan nilai Y sebagai akibat perubahan setiap unit nilai X. Besarnya nilai a dan b
konstan sepanjang kurva linear.
Persamaan regresi digunakan untuk meramal nilai pos-pos tersebut untuk masa yang akan
datang. Dari sini dapat disusun neraca proforma untuk tahun yang akan datang. Dengan
mengurangkan total kewajiban dari total aktiva pada neraca proforma ini, kebutuhan tambahan
dana untuk tahun yang akan datang dapat ditentukan.
Keterangan :
= Harta yang bertambah secara spontan sesuai dengan pendapatan atau penjualan
total yang dinyatakan dalam prosentase dari pendapatan (penjualan) total.
= Kewajiban yang bertambah secara spontan sesuai dengan pendapatan total yang
dinyatakan dalam presen dari pendapatan atau penjualan total.
= Perubahan dalam pendapatan atau penjualan total.
= Marjin laba terhadap penjualan.
Metode-metode lain yang dapat digunakan dalam peramalan, antara lain : (Husnan,
1982:113).
1. Metode diagram pencar atau regresi sederhana.
2. Metode regresi berganda.
3. Metode regresi “curviliniear”.
Perbandingan antar metode peramalan:
a. Metode prosentase penjualan
Metode ini menganggap bahwa rekening-rekening neraca tertentu bervariasi secara
langsung dengan penjualan, yaitu bahwa perbandingan rekening-rekening tertentu dengan
penjualan adalah konstan.
b. Metode regresi
Metode ini adalah lebih baik karena rasio aktiva dan kewajiban dengan penjualan tidak
dianggap konstan seperti pada metode prosentase penjualan.
a. Kelayakan keuangan
Pada tingkat pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan
eksternal, bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh lebih pesat maka modal
dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin cepat tingkat pertumbuhan, makin
besar kebutuhan modal.
b. Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebutuhan pembiayaan.
Kebijakan pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran deviden juga
mempengaruhi kebutuhan modal eksternal.Makin tinggi rasio pembayaran deviden makin kecil
penambahan laba yang ditahan, sehingga makin besar pula modal eksternal yang diperlukan.
c. Kepadatan modal
Jumlah aktiva yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering disebut rasio
kepadatan modal (capital intensity ratio). Rasio ini berpengaruh besar terhadap kebutuhan
modal. Jika rasio kepadatan modal rendah, penjualan bisa tumbuh pesat tanpa terlalu banyak
modal dari luar. Akan tetapi jika perusahaan bersangkutan padat modal, pertumbuhan yang kecil
sekalipun akan memerlukan sejumlah besar modal dari luar.
d. Marjin laba
Margin laba merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan modal, makin
tinggi margin makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk grafik suatu kenaikan dalam
margin menyebabkan garis persamaan kebutuhan modal akan menurun.
9
2.1.3. Contoh Kasus
1. Hasil Peramalan Penjualan
Sebelum peramalan atas rekening-rekening laporan laba rugi dan neraca, maka terlebih dahulu
harus dilakukan peramalan terhadap penjualan. Dalam penyusunan atas peramalan penjualan
maka digunakan metode regresi linier, adapun data yang digunakan dalam penyusunan
peramalan penjualan tersebut yaitu penjualan tahun 2002 sampai 2006. Berdasarkan hasil
laporan keuangan pada perusahaan meubel Lindah Pasuruan, maka dapat diketahui besarnya
penjualan yang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan penjualan bersih tersebut maka dapat diramalkan besarnya jumlah penjualan bersih
pada tahun 2007. Untuk mengetahui hasil penjualan bersih tahun 2007 maka sebelumnya
disajikan data penjualan bersih tahun 2002 sampai 2006 yang dapat diketahui pada Tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2 Penjualan Bersih perusahaan meubel Lindah Pasuruan Tahun 2002 Sampai 2006
Tahun X Y X2 X.Y
2002 -2 6.954.005.600 4 -13.908.011.200
2003 -1 7.119.978.499 1 -7.119.978.499
2004 0 7.657.970.661 0 0
2005 1 8.101.852.275 4 8.101.852.275
2006 2 8.691.867.133 1 17.383.734.266
0 38.525.674.168 10 4.457.596.842
Sumber: Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui hasil ramalan penjualan untuk tahun 2007
adalah sebagai berikut :
Nilai koefisien a dan b diperoleh dari persamaan:
dan
dan
a = 7.705.134.834 b = 445.759.684
Dari hasil koefisien a dan b maka kalau dimasukkan ke dalam persamaan yaitu sebagai berikut:
Y = 7.705.134.834 + 445.759.684 (x)
= 7.705.134.834 + 445.759.684 (3)
= Rp 9.042.413.886
Berdasarkan persamaaan di atas maka dapat diperoleh peramalan tingkat penjualan dengan
menggunakan metode trend linier pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp 9.042.413.886,00
2. Hasil Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Penjualan
Berdasarkan hasil estimasi nilai penjualan pada tahun 2007 tersebut, maka besarnya tingkat
pertumbuhan penjualan (g) pada tahun tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(nilai penjualan estimasi tahun 2007-nilai penjualan realisasi tahun 2006/ (nilai realisasi tahun
2006). Adapun secara sistematis persamaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan penjualan yaitu: 11
Gst = x 100%
Gst = Tingkat Pertumbuhan Penjualan
St = Penjualan pada tahun t
St-1 = Penjualan pada tahun t-1
Berdasarkan rumus tingkat penjualan di atas maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan
penjualan tahun 2002 sampai 2007. Hasil analisis pertumbuhan tingkat penjualan pada
Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan maka secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Pertumbuhan Penjualan Pada PerusahaaMeubel Lindah Pasuruan Tahun 2002 Sampai
2007 (Persen)
4. Tabulasi Neraca
Langkah kedua penerapan metode peramalan laporan keuangan adalah meramal neraca. Dalam
peramalan neraca ini, rekening-rekening yang diasumsikan mengalami peningkatan sebesar
tingkat pertumbuhan penjualan meliputi:
- Seluruh rekening aktiva yang terdapat pada aktiva lancar.
- Seluruh rekening yang ada dalam aktiva tidak lancar.
- Seluruh rekening yang terdapat pada kewajiban lancar.
- Kewajiban pajak tangguhan-bersih dan estimasi kewajiban imbalan kerja.
Rekening-rekening yang diasumsikan mengalami peningkatan yang tidak sama dengan besarnya
tingkat pertumbuhan penjualan yaitu meliputi:
1. Hutang bank
2. Modal sendiri
Besarnya tambahan dana dari pinjaman jangka panjang didasarkan pada besarnya kekurangan
pasiva total dari aktiva totalnya. Dana yang diperlukan ini disebut dengan dana tambahan yang
diperlukan (AFN). Untuk besarnya laba ditahan, perhitungannya dilakukan dengan cara
mengurangkan besarnya deviden total dari laba bersih perusahaan. Hasil ini dapat langsung
diperoleh dari hasil perhitungan pada analisis peramalan laporan laba rugi tahun 2007.
5. AFN (Additional Fund Needed) 14
Langkah terakhir penerapan metode peramalan laporan keuangan adalah mendapatkan dana
tambahan yang diperlukan. Setelah ramalan neraca dibuat dan alokasi besarnya dana yang
dibutuhkan ditentukan, maka perusahaan tinggal mencari sumber pembelanjaan dan waktu yang
tepat. Dengan ketepatan ini diharapkan akan menghasilkan biaya modal yang relatif rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diketahui besarnya dana tambahan yang diperlukan
(AFN) yang diperlukan oleh Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan pada tahun 2007 yaitu sebesar
Rp 360.222.468,00. Untuk melakukan proporsi atas tambahan dana yang diperlukan diasumsikan
proporsinya seperti pada periode-periodenya, maka secara lengkap dapat dihitung sebagai
berikut:
1. Hutang bank Rp 1591771049
2. Modal Sendiri Rp 3907428031
3. Jumlah Rp 5.499.199.080
Berdasarkan jumlah aktual pada masing-masing rekening tersebut maka dapat dilakukan proporsi
atas besarnya dana tambahan yang diperlukan (AFN) yang diperlukan untuk masing-masing
rekening, yaitu dengan membagi jumlah masing-masing rekening dengan total rekening yang ada
dan dikalikan dengan dana tambahan yang diperlukan (AFN). Dari hasil perhitungan
menunjukkan bahwa besarnya dana tambahan yang diperlukan (AFN) pada masing-masing
rekening yaitu dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hutang bank Rp 11.502.865
2. Modal sendiri Rp 28.244.424
3. Jumlah Rp 39.747.289
Adapun secara lengkap prosedur peramalan neraca pada Perusahaan Meubel Lindah Pasuruan
Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6. Neraca Aktual Tahun 2006 dan Proyeksi Tahun 2007 Pada Perusahaan Meubel
Lindah Pasuruan.
1.591.771.049 + 1.603.273.914
Hutang Bank 1.591.771.049 11.502.865
Jumlah Pasiva 3.627.011.314 3.638.514.179
Lancar 3.548.732.842
Pasiva Jangka x 1.558.232.000 1.558.232.000
Panjang 1.498.300.000 1,040
Total 5047032842 5.185.243.314 5.196.746.179
Modal
3447468.255 + 3.475.712.679
Modal sendiri 3447468255 28.244.424
x 531503.033 531.503.033
Laba ditahan 511060609 1,040
Jumlah 3958528864 3978971.288 4.007.215.712
Total Pasiva 9.005.561.706 9164214.602 +39.747.289 9.203.961.891
Sumber: Data Diolah, 2006
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian dan contoh kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan keuangan
sangat penting bagi setiap perusahaan,untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana
yang harus dikeluarkan,terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan
dengan baik dan benar tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan
terlaksana dengan baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham& Houston, 1999, Manajemen Keuangan, Buku Kedua, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Gitosudarmo dan Basri, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul, 2000, Analisa Laporan Keuangan. UPP AMD YKPN,
Yogjakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisinis Untuk Akuntansi dan Manajemen,
Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Kieso & Weygandt, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketutuh, Jilid Pertama, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada
Jogjakarta.
Prof.Dr.dermawan Sjahrial,MM Pengantar Manajemen Keuangan Edisi ke 4. Penerbit
Mitra wacana Media 2012